966
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha
Respati
EVALUASI KINERJA UNIT LIMESTONE CRUSHER VI UNTUK
PENCAPAIAN TARGET PRODUKSI BATUGAMPING PADA TAMBANG
BUKIT KARANG PUTIH
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha Respati
Fakultas Teknik Universitas Mulawarman, Indonesia
Email: agnesanggrainii14@gmail.com
Abstrak
Dilakukannya pengamatan terhadap unit peremuk batugamping untuk mengetahui hambatan-hambatan apa
saja yang terjadi selama proses produksi, sehingga didapatkan upaya untuk meningkatkan produktivitas dari
unit peremuk tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kinerja unit limestone crusher vi
untuk pencapaian target produksi batugamping pada tambang bukit karang putih. Jenis metode penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan. Hambatan-hambatan yang terjadi
selama proses produksi berlangsung berupa kerusakan pada feeder, wobbler, crusher, dedusting, belt
conveyor, dan electric. Oleh sebab itu perlu dilakukan perawatan dan pemantauan secara rutin terhadap alat
sehingga kerusakan dapat diminimalisir. Target Produksi pada unit peremuk batugamping sebesar 1800
ton/jam, dan produktivitas unit peremuk pada bulan januari sebesar 1800 ton/jam dan pada bulan februari
sebesar 1800 ton/jam. Setelah dilakukan pengamatan diperoleh produktivitas aktual unit peremuk pada bulan
januari sebesar 1505,66 ton/jam dan pada bulan februari sebesar 1608,68 ton/jam.
Kata kunci: PT Semen Padang, Batugamping, Hammer Crusher, Produktivitas.
Abstract
Observations were made on the limestone crushing unit to find out what obstacles occurred during the
production process, so that efforts were obtained to increase the productivity of the crushing unit. The purpose
of this study was to evaluate the performance of the limestone crusher vi unit to achieve the limestone
production target at the Bukit Karang Putih mine. The type of research method used in this study is a type of
field research. Obstacles that occur during the production process take place in the form of damage to
feeders, wobblers, crushers, dedusting, conveyor belts, and electric. Therefore, it is necessary to carry out
regular maintenance and monitoring of the tool so that damage can be minimized. Production target in
limestone crushing unit is 1800 tons / hour, and productivity of crushing unit in January is 1800 tons / hour
and in February is 1800 tons / hour. After observations, the actual productivity of the crushing unit in January
amounted to 1505.66 tons / hour and in February amounted to 1608.68 tons / hour.
Keywords: PT Semen Padang, Limestone, Hammer Crusher, Production
PENDAHULUAN
Pertambangan pada saat ini merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
sehari hari manusia, seiring dengan perkembangan teknologi dan peradaban manusia yang juga
berkembang pesat, maka kebutuhan akan barang tambang pun menjadi semakin meningkat dan beragam
pula. Kebutuhan akan barang tambang pun diperlukan oleh hampir semua jenis industri baik pertanian,
makanan, telekomunikasi, transportasi, kimia, perumahan, serta penyediaan energi (Marin et al., 2019;
Rahman, 2021). Kegiatan pertambangan ini sendiri dilakukan salah satunya oleh PT. Semen Padang.
Dimana perusahaan ini bergerak dalam bidang pertambangan batugamping (limestone) yang terletak di
Bukit Karang Putih, sekitaran Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Padang, Provinsi Sumatera Barat.
Pengolahan yang dilakukan pada penambangan batugamping sendiri adalah pengecilan ukuran
material dengan cara peremukan dimana material yang berupa bongkahan dari hasil peledakan dibawa
langsung ke hopper yang merupakan tempat penampungan material umpan dengan menggunakan alat
angkut dump truck dan heavy dump yang kemudian akan keluar menuju feeder (Lagowa et al., 2023;
Yulia et al., 2018). Selanjutnya material yang berasal dari feeder ini akan menuju wobbler Syaharani,
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 3, Number 12, Desember 2023
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
967
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha
Respati
Evaluasi Kinerja Unit Limestone Crusher VI Untuk Pencapaian
Target Produksi Batugamping Pada Tambang Bukit Karang
Putih
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
(2019), selain sebagai penghantar material dari feeder menuju crusher, wobbler ini juga berfungsi
menyaring material yang telah hancur untuk langsung masuk ke belt (Dharmawan, 2022). Material yang
tidak lolos pada wobbler akan masuk ke unit peremuk untuk diremukan sehingga menghasilkan ukuran
yang diinginkan (Apriani, 2022). Crusher yang digunakan pada penelitian ini adalah limestone crusher
VI (LSC VI) yang memilki kapasitas terpasang 1800 ton/jam dengan tipe hammer crusher.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada unit limestone crusher VI (LSC VI), target
produksi dari kapasitas terpasang alat tidak tercapai yang mana hal ini disebabkan oleh adanya
hambatan-hambatan yang terjadi selama proses produksi berlangsung dimana hambatan ini berupa
penundaan waktu baik itu yang dapat dihindari maupun tidak dapat dihindari yang menyebabkan kinerja
unit crusher tidak optimal (Fadly & Yulhendra, 2019; Hammer Crusher, 2020). Oleh karena itu perlu
dilakukan analisis evaluasi terhadap kendala-kendala apa saja yang ada pada unit peremuk sehingga
dapat dilakukan langkah-langkah optimalisasi terhadap proses peremukan batugamping agar target
produksi yang diharapkan perusahan dapat tercapai. Tujuan penelitian.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang meliputi tahap pra lapangan, tahap
lapangan, serta tahap pasca lapangan. Tahap pra lapangan yang dilakukan untuk penelitian ini meliputi:
studi literatur, observasi lapangan, persiapan alat dan bahan (Bungin, 2007). Tahap lapangan yang
dilakukan berupa pengumpulan data-data yang akan dianalisis, dimana data data tersebut didapatkan
dari observasi dan pengamatan langsung dilapangan dan juga didapatkan dari perusahaan, adapun data-
data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer merupakan kegiatan observasi
dan pengamatan serta pengambilan data secara langsung terhadap proses kegiatan peremukan pada unit
peremuk, dan mencari informasi pendukung yang terkait dengan permasalahan yang akan diteliti
dilapangan berupa kondisi crusher, jam kerja shift I, produksi crusher, dan hambatan. Sedangkan data
sekunder merupakan metode dimana pengumpulan data yang diambil secara tidak langsung sebagai
data pendukung penelitian berupa data yang berasal dari perusahaan seperti target produksi Sugiyono,
(2013), spesifikasi alat, dan jam kerja pada shift II dan III. Tahap pasca lapangan yaitu tahapan
pengolahan data dan analisis data yang telah didapatkan pada tahap lapangan. Pengolahan dan analisis
data yang ada untuk mendapatkan pemecahan dari permasalahan yang akan dibahas, dari yang telah
didapat kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak computer Excel, dan selanjutnya
melakukan perhitungan-perhitungan menggunakan rumus-rumus yang telah ada untuk
memperhitungkan semua data yang didapat baik dari literature terdahulu maupun data yang didapat
secara langsung dari penelitian dilapangan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peremukan Batugamping
Batugamping hasil peledakan langsung dimuat menggunakan excavator yang kemudian diangkut
dengan menggunakan dump truck yang memiliki kapasitas 91 ton, yang diangkut menuju crushing plant
dan di dumping langsung ke dalam hopper untuk direduksi sebelum menuju storage. Berikut bagan alir
pengolahan batugamping di PT. Semen Padang :
968
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha
Respati
Evaluasi Kinerja Unit Limestone Crusher VI Untuk Pencapaian
Target Produksi Batugamping Pada Tambang Bukit Karang
Putih
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Gambar 1. Bagan Alir Pengolahan Batugamping
Unit Pengolahan Batugamping (Crushing Plant)
Proses peremukan batugamping pada unit peremuk batugamping PT. Semen Padang
didukung oleh peralatan mekanis yang terangkai menjadi satu rangkaian peralatan yang saling
berhubungan dalam satu kegiatan yang membentuk suatu rangkaian peralatan dengan fungsi
kerjanya masing-masing (Lestari & Antony, 2023). Secara umum peralatan peremukan
batugamping di unit peremuk PT. Semen Padang adalah sebagai berikut: hopper, pengumpan
(feeder), wobbler, crusher, ban berjalan (belt conveyor) (Said & Musa, 2022).
Hopper
Hopper merupakan alat pelengkap yang ada pada rangkaian unit peremuk yang berfungsi
sebagai sebagai tempat untuk menampung material umpan yang berasal dari hasil peledakan
yang diangkut dengan dump truck sebelum material tersebut dimasukan kedalam alat peremuk
(Susanto, 2019). Hopper yang ada pada PT. Semen Padang ini memiliki volume hopper sebesar
300 m
3
. Sedangkan kapasitas hopper sebesar 480 ton/m
3
.
Pengumpan (Feeder)
Jenis pengumpan (feeder) yang digunakan di PT. Semen Padang adalah chain feeder.
Chain feeder sendiri adalah pengumpan yang terdiri dari rangkaian flight (Batangan baja)
dengan ketebalan tertentu dan jarak tertentu, yang berfungsi sebagai pendorong material
menuju alat peremuk (Afriza & Manullang, 2017). Chain feeder ini mempunyai kapasitas
sebesar 2.200 ton/jam, yang digerakkan oleh motor berkapasitas 2 × 110 kw, dengan kecepatan
angkut 8,8 m/menit, dengan tinggi tumpukan maksimum 1 m, lebar feeder 2,6 m dan panjang
feeder 12 m.
969
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha
Respati
Evaluasi Kinerja Unit Limestone Crusher VI Untuk Pencapaian
Target Produksi Batugamping Pada Tambang Bukit Karang
Putih
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Wobbler
PT. Semen Padang memiliki wobbler yang berfungsi selain sebagai penghantar material
yang juga digunakan untuk menyaring material berukuran halus yang berasal dari feeder.
Wobbler sendiri merupakan susunan batangan besi yang membentuk ukuran lubang tertentu.
Wobbler ini menyaring material yang berukuran >100 mm yang kemudian dialirkan menuju
belt conveyor. Wobbler PT. Semen Padang ini memilki kapasitas 2.200 ton/jam yang digerakan
oleh motor berkapasitas 45 kw
Unit Peremuk (Crusher)
PT. Semen Padang memiliki alat peremuk utama untuk limestone yaitu crusher VI (LSC
VI) yang merupakan primary crusher dan memiliki kapasitas 1.800 ton/jam yang digerakan
oleh motor berkapasitas 2 × 1.400 kw. Alat peremuk yang digunakan pada proses pengecilan
ukuran material di unit peremukan limestone di PT. Semen Padang menggunakan system
double hammer crusher dimana pada tiap rotornya terdiri dari 50 hammer, dengan jenis double
hammer yang berputar berlawanan dan menuju ketengah dengan spesifik crusher menghancur
limestone diberbagai macam ukuran lebih dari 1.000 mm menjadi maksimal dengan diameter
>100 mm.
Ketersediaan Alat Unit Peremuk Limestone
Dari hasil perhitungan dan pengamatan yang dilakukan, diperoleh nilai ketersediaan unit
peremukan limestone dalam tiap pengoperasiannya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 1. Jam Kerja Crushing Plant Bulan Januari 2021
Bulan
Work (jam)
Repairs (jam)
Standby (jam)
Total (jam)
Januari
314,08
86,17
319,75
720
Untuk menghitung besarnya nilai Mechanical Availability (MA) digunakan rumus
sebagai berikut:
MA =
314,08
314,08 + 86,17
× 100%
= 78,47%
Besarnya persentase adalah 78,47%, angka tersebut menunjukkan kondisi sesungguhnya
alat yang siap dipakai, maka waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan dan perawatan rutin
21,53% dari waktu yang disediakan.
Untuk menghitung besarnya nilai Physical.Availability (PA) digunakan rumus sebagai
berikut:
PA =
314,08 + 319,75
31,.08 + 86,17 + 319,75
× 100%
= 88,03%
970
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha
Respati
Evaluasi Kinerja Unit Limestone Crusher VI Untuk Pencapaian
Target Produksi Batugamping Pada Tambang Bukit Karang
Putih
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Besarnya persentase adalah 88,03% dapat dikatakan bahwa keadaan fisik alat sangat
baik, walaupun ada waktu sisa yang hilang karena perawatan alat sebesar 11,97% dari waktu
yang dijadwalkan untuk bekerja.
Untuk menghitung besarnya nilai Use.of Availability (UA) digunakan rumus sebagai
berikut:
UA =
314,08
314,08 + 319,75
× 100%
= 49,55%
Besarnya persentase yang didapat adalah 49,55% angka tersebut menunjukkan
persentase waktu yang digunakan oleh alat untuk beroperasi saat alat apat dipakai Jadi alat,
tidak terpakai mempunyai persentase sebesar 50,45% dari waktu saat alat dinyatakan dapat
digunakan saat tidak rusak.
Untuk menghitung besarnya nilai Effective.Utilization (EU) digunakan rumus sebagai
berikut:
EU =
314,08
314,08 + 86,17 + 319,75
× 100%
= 43,62%
Besarnya persentase yang didapat adalah 43,62% menunjukkan berapa persen dari
seluruh waktu kerja yang tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif. Jadi alat
tidak berproduksi mempunyai persentase sebesar 56,37%, hal ini disebabkan karena alat
mengalami standby dan breakdown.
Tabel 2. Nilai Ketersediaan Alat Bulan Januari 2021
Bulan
Nilai Ketersediaan Alat
MA (%)
PA (%)
UA (%)
EU (%)
Januari
78,47
88,03
49,55
43,62
Tabel 3. Jam Kerja Crushing Plant Bulan Februari 2021
Bulan
Crushing Plant
Work (jam)
Repairs (jam)
Standby (jam)
Total (jam)
Februari
305,25
85,75
281
672
Untuk menghitung besarnya nilai Mechanical Availability (MA) digunakan rumus
sebagai berikut:
MA =
305,25
305,25 + 85,75
× 100%
= 78,06%
Besarnya persentase adalah 78,06%, angka tersebut menunjukkan kondisi sesungguhnya
alat yang siap dipakai, maka waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan dan perawatan rutin
21,94% dari waktu yang disediakan.
971
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha
Respati
Evaluasi Kinerja Unit Limestone Crusher VI Untuk Pencapaian
Target Produksi Batugamping Pada Tambang Bukit Karang
Putih
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Untuk menghitung besarnya nilai Physical.Availability (PA) digunakan rumus sebagai
berikut:
PA =
305,25+ 281
305,25 + 85,75 + 281
× 100%
= 87,23%
Besarnya persentase adalah 87,23% dapat dikatakan bahwa keadaan fisik alat sangat
baik, walaupun ada waktu sisa yang hilang karena perawatan alat sebesar 12,77% dari waktu
yang dijadwalkan untuk bekerja.
Untuk menghitung besarnya nilai Use.of Availability (UA) digunakan rumus sebagai
berikut:
UA =
305,25
305,25 + 281
× 100%
= 52,06%
Besarnya persentase yang didapat adalah 52,06% angka tersebut menunjukkan
persentase waktu yang digunakan oleh alat untuk beroperasi saat alat dapat dipakai. Jadi alat
tidak terpakai empunyai persentase sebesar 47,94% dari waktu saat alat dinyatakan dapat
digunakan saat tidak rusak.
Untuk menghitung besarnya nilai Effective.Utilization (EU) digunakan rumus sebagai
berikut:
EU =
305,25
305,25 + 85,75 + 281
× 100%
= 45,42%
Besarnya persentase yang didapat adalah 45,42% menunjukkan berapa persen dari
seluruh waktu kerja yang tersedia yang dapat dimanfaatkan untuk kerja produktif. Jadi alat
tidak berproduksi mempunyai persentase sebesar 54,58%, hal ini disebabkan karena alat
mengalami standby dan breakdown.
Tabel 4. Nilai Ketersediaan Alat Bulan Februari 2021
Bulan.
Nilai Ketersediaan Alat
MA (%)
PA (%)
UA (%)
EU (%)
Januari
78,06
87,23
52,06
45,42
Produktivitas Unit Peremuk Batugamping
972
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha
Respati
Evaluasi Kinerja Unit Limestone Crusher VI Untuk Pencapaian
Target Produksi Batugamping Pada Tambang Bukit Karang
Putih
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Tabel 5. Produksi dan Jam Kerja Unit Peremuk Pada Bulan Januari dan Februari
Bulan
Produksi (ton)
Jam Kerja (jam)
Hari Kerja (hari)
Januari
472.900
314,08
31
Februari
491.050
305,25
28
Rata-rata
481.975
309,66
29,5
Rata-rata produksi = 481.975 ton/bulan
Rata-rata hari kerja = 29,5 hari/bulan
Rata-rata jam kerja = 309,66 jam/bulan
Jam kerja Perhari =
309,66
29,5
= 10,49 jam/hari
Produktivitas unit peremuk batugamping =
481.975
309,66
= 1.556,46 ton/jam
Waktu Produksi Aktual
Untuk menghitung waktu produksi aktual digunakan persamaan sebagai berikut:
Pada bulan Januari = 10,49 jam × 31 hari
= 325,19 jam
Pada bulan Februari = 10,49 jam × 28 hari
= 293,72 jam
Waktu Produksi Rata-rata =
325,19+293,72
59
=
618,91
59
= 10.49 jam
Waktu Produksi Teoritis
Untuk menghitung waktu produksi teoritis crusher digunakan persamaan sebagai
berikut:
Waktu produksi teoritis Januari = 22 jam × 31 hari
= 682 jam pada bulan Januari
Waktu produksi teoritis Februari = 22 jam × 28 hari
= 616 jam pada bulan Februari
Untuk menghitung produktivitas teoritis unit crusher digunakan persamaan berikut :
Produktivitas crusher teoritis Januari =
1.227.600 𝑡𝑜𝑛
682 𝑗𝑎𝑚
= 1.800 ton/jam
Produktivitas crusher teoritis Februari =
1.108.800 𝑡𝑜𝑛
616 𝑗𝑎𝑚
= 1.800 ton/jam
973
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha
Respati
Evaluasi Kinerja Unit Limestone Crusher VI Untuk Pencapaian
Target Produksi Batugamping Pada Tambang Bukit Karang
Putih
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Tabel 6. Produktivitas Crushing Plant Teoritis
Bulan
Target Produksi (ton)
Waktu Produksi Teoritis (jam)
Produksi Crushing
Plant.Teoritis (ton/jam)
Januari
1.227.600
682
1.800
Februari
1.108.800
616
1.800
Produktivitas Crushing Plant Aktual
Untuk menghitung produktivitas aktual crusher.dapat menggunakan persamaan sebagai berikut:
Produktivitas crusher aktual Januari =
472.900 𝑡𝑜𝑛
314,08 𝑗𝑎𝑚
= 1.505,66 ton/jam
Produktivitas crusher aktual Februari =
491.050 𝑡𝑜𝑛
305,25 𝑗𝑎𝑚
= 1.608,68 ton/jam
Berdasarkan hasil perhitungan produksi aktual dari unit crushing plant pada bulan Januari dan
bulan Februari masih dibawah dari target produksi 1.800 ton/jam.
Tabel 7. Produktivitas Crushing Plant Aktual
Bulan
Produksi Aktual
(ton)
Waktu Produksi Aktual
(jam)
Produksi Crushing Plant
Aktual (ton/jam)
Januari
472.900
314,08
1.505,66
Februari
491.050
305,25
1.608,68
Mengurangi Waktu Hambatan
Jenis-jenis hambatan yang sering terjadi pada unit peremuk batugamping (crushing plant) di PT.
Semen Padang dari bulan Januari dan Februari adalah sebagai berikut :
a. Hambatan Akibat Persiapan Operasi
Hambatan akibat persiapan operasi adalah sebesar 37,90 menit/hari atau 4,82% pada bulan
Januari dan 45,54 menit/hari atau 5.79% pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada unit
peremukan batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran. Waktu hambatan tersebut tidak
dapat diperkecil atau dihilangkan mengingat setiap kali akan memulai proses pengoperasian unit
crusher selalu membutuhkan waktu persiapan dan pengecekan alat ketika akan menyalakan mesin
unit peremuk (crusher).
b. Hambatan Akibat Ishoma
Hambatan akibat ishoma adalah sebesar 90,81 menit/hari atau 11,56% pada bulan Januari dan
119,64 menit/hari atau 15,22% pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada unit peremukan
batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran. Waktu hambatan tersebut tidak dapat diperkecil
atau dihilangkan mengingat setiap karyawan perlu melakukan kegiatan ishoma.
c. Hambatan Akibat Change Operator
974
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha
Respati
Evaluasi Kinerja Unit Limestone Crusher VI Untuk Pencapaian
Target Produksi Batugamping Pada Tambang Bukit Karang
Putih
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Hambatan akibat change operator adalah sebesar 3,23 menit/hari atau 0,41% pada bulan
Januari dan 5 menit/hari atau 0,64% pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada unit
peremukan batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran. Waktu hambatan tersebut dapat
diperkecil atau dihilangkan dengan cara karyawan pada shift selanjutnya telah ada di tempat sebelum
shift yang berlangsung habis
d. Hambatan Akibat Pindah Jalur
Hambatan akibat pindah jalur adalah sebesar 10,32 menit/hari atau 1,31% pada bulan Januari
dan 18,04 menit/hari atau 2,29% pada.bulan Februari dari jumlah.total.hambatan pada.unit
peremukan.batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran. Waktu hambatan tersebut dapat
diperkecil atau dihilangkan dengan cara melakukan pemindahan jalur pada saat persiapan awal atau
ishoma.
e. Hambatan Akibat Tidak Beroperasi
Hambatan akibat tidak beroperasi adalah sebesar 375,97 menit/hari atau 47,85% pada bulan
Januari dan 239,29 menit/hari atau 30,45% pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada unit
peremukan batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran Hambatan ini disebabkan karena
telah terpenuhinya permintaan limestone ataupun karena beroperasinya crusher yang lain sehingga
target limestone telah mencukupi. Waktu hambatan tersebut tidak dapat diperkecil atau dihilangkan.
f. Hambatan Akibat Menunggu Feeding
Hambatan akibat menunggu feeding adalah sebesar 75,97 menit/hari atau 9,67% pada bulan
Januari dan 122,86 menit/hari atau 15,63% pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada unit
peremukan batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran. Hambatan ini bisa diakibatkan
karena kekurangan/kerusakan alat dari alat gali/muat, operator istirahat sebelum waktunya, jalan
yang licin maupun faktor cuaca. Hambatan ini Hambatan ini tidak dapat diperkecil atau dihilangkan.
g. Hambatan Akibat Material
Hambatan akibat material adalah sebesar 11,45 menit/hari atau 1,46% pada bulan Januari dan
25,89 menit/hari atau 3,29% pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada unit peremukan
batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran. Hambatan ini disebabkan oleh material yang
menyangkut ataupun bertanah. Material yang menyangkut ini biasanya diakibatkan karena ukuran
material yang terlalu besar sehingga tidak bisa lolos menuju proses selanjutnya. Hal ini dapat
menyebabkan terhentinya proses produksi yang berlangsung karena material yang menyangkut
harus ditangani terlebih dahulu. Hambatan ini dapat dikurangi dengan menyeleksi ukuran umpan
yang masuk ke hopper yang mana apabila ada material yang berukuran besar, sebaiknya diperkecil
dahulu dengan alat pemecah batuan secara manual maupun mekanis.
h. Hambatan Akibat Metal Detector
Hambatan akibat metal detector adalah sebesar 13,23 menit/hari atau 1,68% pada bulan
Januari dan 25,89 menit/hari atau 3,29% pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada unit
peremukan batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran. Hambatan ini disebabkan oleh
masuknya besi bersamaan dengan limestone kedalam alat peremuk. Hal ini dapat menyebabkan
terhentinya proses produksi yang berlangsung karena besi yang masuk harus ditangani terlebih
dahulu. Hambatan ini dapat dikurangi dengan menyeleksi material yang masuk ke dalam hopper.
i. Hambatan Akibat Problem Crusher
975
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha
Respati
Evaluasi Kinerja Unit Limestone Crusher VI Untuk Pencapaian
Target Produksi Batugamping Pada Tambang Bukit Karang
Putih
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Hambatan akibat problem crusher adalah sebesar 5,16 menit/hari atau 0,66% pada bulan
Januari dan 15,89 menit/hari atau 2,02% pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada unit
peremukan batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran. Hambatan ini terjadi karena adanya
kerusakan pada pin manhole, motor crusher, dan pengecekan crusher sehingga ini tidak dapat
diperkecil atau dihilangkan dikarenakan perbaikan pada crusher menyebabkan harus dihentikannya
proses produksi.
j. Hambatan Akibat Problem Feeder
Hambatan akibat problem feeder adalah sebesar 2,90 menit/hari atau 0,37% pada bulan
Januari dan 2,32 menit/hari atau 0,30% pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada unit
peremukan batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran. Hambatan ini terjadi karena adanya
kerusakan pada square bar plat lamella, motor feeder dan scraper feeder sehingga ini tidak dapat
diperkecil atau dihilangkan dikarenakan perbaikan pada feeder menyebabkan harus dihentikannya
proses produksi.
k. Hambatan Akibat Problem Wobbler
Hambatan akibat problem wobbler adalah sebesar 0,32 menit/hari atau 0,04% pada bulan
Januari dan 25 menit/hari atau 3,18% pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada unit
peremukan batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran Hambatan ini terjadi karena adanya
kerusakan pada bearing wobbler, baut bearing roller wobbler, chainbox wobbler, dan motor wobbler
sehingga ini tidak dapat diperkecil atau dihilangkan dikarenakan perbaikan pada wobbler
menyebabkan harus dihentikannya proses produksi.
l. Hambatan Akibat Problem Dedusting
Hambatan akibat problem dedusting adalah sebesar 0,32 menit/hari atau 0,04% pada bulan
Januari dan 0,54 menit/hari atau 0,07 pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada unit
peremukan batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran. Hambatan ini terjadi karena adanya
kerusakan pada dedusting sehingga ini tidak dapat diperkecil atau dihilangkan dikarenakan
perbaikan pada dedusting menyebabkan harus dihentikannya proses produksi.
m. Hambatan Akibat Problem Belt
Hambatan akibat problem belt adalah sebesar 145,97 menit/hari atau 18,58% pada bulan
Januari dan 135,54 menit/hari atau 17,25% pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada
unit peremukan batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran. Hambatan ini terjadi karena
adanya kerusakan pada selfcleaning, gearbox, idler, bearing pulley, tail pulley, sensor belt DMG,
motor belt, belt rusak atau robek dan pengecekan belt sehingga ini tidak dapat diperkecil atau
dihilangkan dikarenakan perbaikan pada belt menyebabkan harus dihentikannya proses produksi.
n. Hambatan Akibat Electric
Hambatan akibat electric adalah sebesar 12,10 menit/hari atau 1,54% pada bulan Januari dan
4,46 menit/hari atau 0,57% pada bulan Februari dari jumlah total hambatan pada unit peremukan
batugamping yang dapat juga dilihat pada lampiran. Hambatan ini terjadi karena gangguan pada
gardu utama sehingga ini tidak dapat diperkecil atau dihilangkan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
bahwa Waktu produksi teoritis dari unit crusher VI (LSC VI) pada bulan Januari adalah sebesar 682 jam
dan pada bulan Februari sebesar 616 jam. Sedangkan waktu produksi aktual dari unit crusher VI (LSC
VI) pada bulan Januari sebesar 314,08 jam dan pada bulan Februari adalah sebesar 305,25 jam.
Produktivitas teoritis dari unit crusher VI (LSC VI) pada bulan Januari adalah sebesar 1.800 ton/jam dan
pada bulan Februari sebesar 1.800 ton/jam. Sedangkan produktivitas aktual dari unit crusher VI (LSC
976
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha
Respati
Evaluasi Kinerja Unit Limestone Crusher VI Untuk Pencapaian
Target Produksi Batugamping Pada Tambang Bukit Karang
Putih
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
VI) pada bulan Januari adalah sebesar 1.505,66 ton/jam dan pada bulan Februari sebesar 1.608,68
ton/jam. Hambatan hambatan yang mempengaruhi produktivitas unit crusher VI (LSC VI) adalah seperti
Standby seperti : persiapan operasi, menunggu alat, tidak ada stock limestone, ukuran material terlalu
besar, masuk besi, pindah jalur, dan change operator. Kemudian breakdown seperti : belt rusak atau
robek, idler rusak, bearing pulley rusak, sensor belt DMG, problem pada motor penggerak, perbaikan
pada motor crusher, bearing wobbler rusak, dan baut bearing roller wobbler patah.
BIBLIOGRAPHY
Afriza, W., & Manullang, O. R. (2017). Integrasi Layanan Trans Koetaradja Dengan Feeder
Angkutan Labi-Labi Di Kota Banda Aceh. Universitas Diponegoro.
Apriani, A. (2022). Evaluasi Kinerja Limestone Crusher Vi Pada Bulan Desember 2021 Di Pt.
Semen Padang. Universitas Jambi.
Bungin, B. (2007). Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, Dan Ilmu
Sosial Lainnya. In Kencana.
Dharmawan, A. F. (2022). Optimalisasi Kinerja Crushing Plant 6 Untuk Pencapaian Produksi
Pt. Semen Padang, Indarung, Sumatera Barat. Perpustakaan Fakultas Sains Dan
Teknologi Uin Jakarta.
Fadly, M., & Yulhendra, D. (2019). Optimalisasi Peralatan Tambang Komatsu Hd 785 Dan
Caterpillar 6030 Bh Menggunakan Metode Quality Control Circle Untuk Memenuhi
Target Produksi Batu Gamping Pada Pt. Semen Padang (Persero) Tbk. Bina Tambang,
4(3), 340351.
Hammer Crusher, R. (2020). Analisis Pengendalian Mutu Hasil Reduksi Batu Kapur
Menggunakan Hammer Crusher Sebagai Bahan Utama Pembuatan Semen Di Pt. Semen
Baturaja (Persero), Tbk.
Lagowa, M. I., Farid, F., & Damayanti, D. T. (2023). Kajian Teknis Crushing Plant Lsc Vi Pt.
Semen Padang. Jurnal Riset Teknik Pertambangan, 714.
Lestari, P., & Antony, F. (2023). Sistem Penyiraman Budidaya Tanaman Cabai Berdasarkan
Pengukuran Suhu Dan Kelembaban Tanah. Journal Of Intelligent Networks And Iot
Global, 1(1), 2032.
Marin, J., Winarno, T., & Rahmadani, U. (2019). Pengaruh Intrusi Basalt Terhadap
Karakteristik Dan Kualitas Batugamping Pada Quarry Bukit Karang Putih, Indarung,
Padang, Sumatra Barat. Jurnal Geosains Dan Teknologi, 2(3), 98106.
Rahman, H. (2021). Bunga Rampai Proses Industri Kimia. Universitas Jayabaya.
Said, I., & Musa, R. (2022). Produktivitas Alat Berat Dengan Metode Garis Lurus Pada Proyek
Pembangunan Stadion Bawela Tahap Iii Kota Sorong. Jurnal Konstruksi: Teknik,
Infrastruktur Dan Sains, 1(11), 110.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. In Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. (19th Ed., P. 240). Alfabeta.
Susanto, D. P. R. (2019). Kajian Teknis Produktivitas Unit Peremuk Batu Andesit Di Pt. Gawi
Maju Karsa Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa Tengah. Universitas Pembangunan
Nasional Veteran Yogyakarta.
Syaharani, D. (2019). Evaluasi Kinerja Unit Crushing Plant Tuban-1 Dan Tuban-2 Tambang
Batugamping Mengacu Pada Target Produksi Pt Semen Indonesia Persero Pabrik Tuban
Provinsi Jawa Timur. Fakultas Sains Dan Teknologi Uin Syarif Hidayatullah Jakarta.
Yulia, F. E., Kopa, R., & Anaperta, Y. M. (2018). Evaluasi Kinerja Crushing Plant Dan Belt
Conveyor Dalam Pengolahan Dan Pengiriman Limestone Ke Storage Indarung Di Pt.
Semen Padang. Bina Tambang, 3(2), 736743.
977
Agnes Anggraini, Windhu Nugroho, Sakdillah, Tommy Trides, Lucia Litha
Respati
Evaluasi Kinerja Unit Limestone Crusher VI Untuk Pencapaian
Target Produksi Batugamping Pada Tambang Bukit Karang
Putih
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License