1
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
PENGARUH KEPEMIMPINAN INSTRUKSIONAL, LITERASI DIGITAL,
KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN INTELEKTUAL TERHADAP
KINERJA GURU
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
Universitas Pendidikan Ganesha, Indonesia
Email: prema.swandewi24@gmail.com, prema.swandewi24@gmail.com,
erni.sulindawati@undiksha.ac.id
Abstrak
Kinerja guru sangat berperan penting untuk mencapai kualitas pendidikan yang baik, kinerja guru dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya kepemimpinan instruksional yang merupakan salah satu komponen
pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. perubahan terjadi dalam
perkembangan teknologi, hal ini pasti berdampak pada efektivitas para pendidik yang menyesuaikan dalam
memanfaatkan literasi digital. Kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan individu untuk secara efektif
menggunakan emosi dalam mengenali diri sendiri dan situasi sekitar ketika berinteraksi. Kecerdasan
Intelektual (IQ) merupakan Tingkat pemahaman logis seseorang, yang mencakup kapasitas mereka untuk
berpikir, bernalar, menafsirkan, dan mengingat sesuatu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh Kepemimpinan Intruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Intelektual
terhadap kinerja guru SD di Kecamatan Kediri Tabanan. Metode penelitian ini menggunakan dekstriptif
kuantitatif dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan aplikasi SPSS. Hasil
penelitian menyatakan bahwa Nilai t-hitung pada variabel Kepemimpinan Intruksional sebesar 0.936 > (t-
tabel) 0.684 dengan nilai signifikansi 0.045 < 0.05. Nilai t-hitung pada variabel Literasi Digital sebesar 0.766
> (t-tabel) 0.684 dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05. Nilai t-hitung pada variabel Kecerdasan Emosional
(EQ) sebesar 0.872 > (t-tabel) 0.684 dengan nilai signifikansi 0.38 < 0.05. Nilai t-hitung pada variabel
Kecerdasan Intelektual (IQ) sebesar 0.921 > (t-tabel) 0.684 dengan nilai signifikansi 0.004 < 0.05.
Kesimpulan penelitian ini menyatakan bahwa Kepemimpinan Intruksional, Literasi Digital, Kecerdasam
Emosional dan Kecerdasan Intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja Guru di SD Kecamatan Kediri
Tabanan.
Kata kunci: Kinerja Guru, Kepemimpinan Intruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual.
Abstract
Teacher performance plays a very important role in achieving good quality education. Teacher performance
is influenced by several factors, including instructional leadership which is one of the educational
components that plays the most role in improving the quality of education. changes occur in technological
developments, this will definitely have an impact on the effectiveness of educators who adapt in utilizing
digital literacy. Emotional intelligence refers to an individual's ability to effectively use emotions in
recognizing themselves and the situation around them when interacting. Intellectual Intelligence (IQ) is a
person's level of logical understanding, which includes their capacity to think, reason, interpret and
remember things. The aim of this research is to determine the influence of Instructional Leadership, Digital
Literacy, Emotional Intelligence and Intellectual Intelligence on the performance of elementary school
teachers in Kediri Tabanan District. This research method uses quantitative descriptives using multiple linear
regression analysis using the SPSS application. The research results stated that the t-calculated value for the
Instructional Leadership variable was 0.936 > (t-table) 0.684 with a significance value of 0.045 < 0.05. The
t-calculated value for the Digital Literacy variable is 0.766 > (t-table) 0.684 with a significance value of
0.000 < 0.05. The t-calculated value for the Emotional Intelligence (EQ) variable is 0.872 > (t-table) 0.684
with a significance value of 0.38 < 0.05. The t-calculated value for the Intellectual Intelligence (IQ) variable
is 0.921 > (t-table) 0.684 with a significance value of 0.004 < 0.05. The conclusion of this research states
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 4, Number 1, Januari 2024
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
Pengaruh Kepemimpinan Instruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Guru
2
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
that Instructional Leadership, Digital Literacy, Emotional Intelligence and Intellectual Intelligence have a
positive effect on teacher performance in elementary schools in Kediri Tabanan District.
Keywords: Teacher Performance, Instructional Leadership, Digital Literacy, Emotional Intelligence,
Intellectual Intelligence
PENDAHULUAN
Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan akan terlihat dari kemampuan lembaga tersebut dalam
mengoptimalkan kinerja organisasi yaitu organisasi sekolah melaksanakan perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan serta evaluasi terhadap kegiatan organisasi, kegiatan proses pembelajaran (PBM), yaitu
tersedianya perangkat pembelajaran, metode yang sesuai serta sarana prasarana penunjang
pembelajaran, pengelolaan SDM, yaitu pembinaan dan penempatan sumber daya manusia terdiri dari
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan, dan pengelolaan sumber daya administrasi lainnya, yaitu
tersedianya sarana administrasi, penataan administrasi sekolah, administrasi pembelajaran dan
administrasi layanan akademik.
Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai peranan penting dalam mengelola kegiatan
pembelajaran yang akan dilakukan. Dengan demikian, salah satu penentu kinerja lembaga pendidikan
(sekolah) adalah kinerja staf pengajarnya yaitu guru. Namun pada era teknologi informasi, guru
bukanlah satu-satunya sumber informasi dan ilmu pengetahuan. Berbagai fasilitas informasi dan
teknologi memberikan banyak kemudahan pada peserta didik mengakses informasi yang dibutuhkan.
Kondisi ini menyebabkan peran guru mengalami perkembangan. Guru berperan memberikan panduan
etika dan moral dalam memilih informasi yang diperlukan. Oleh karena itu peran guru berkembang
menjadi fasilitator, motivator, dan dinamisator bagi peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa era
teknologi informasi tidak dapat menggantikan peran guru. Namun era teknologi informasi menjadi
tantangan bagi guru maupun sekolah untuk meningkatkan kinerjanya dan kualitas layanan dengan
menyediakan sarana prasarana serta fasilitas yang memadai (Fathurrahman, 2018).
Kinerja guru menunjukkan bahwa dia berhasil dalam menyelesaikan tugas. Kinerja guru
mengacu pada perilaku nyata dan prestasi kerja yang ditunjukkan untuk melaksanakan proses
pendidikan di lembaga pendidikan atau sekolah. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja yang tinggi
menunjukkan profesionalisme seorang guru, sedangkan kinerja yang rendah menunjukkan bahwa guru
tersebut tidak mampu menerapkan perilaku kerja yang sesuai. Komitmen organisasi terhadap model
pendidikan, yang dipandang penting untuk menyediakan pendidikan berkualitas tinggi, terlihat dalam
orientasi dan pertumbuhan profesi guru. Oleh karena itu, tingkat kualitas pendidikan akan ditentukan
oleh kualitas guru dan kinerjanya (Fadli et al., 2020).
Kinerja guru adalah cara seorang guru bertindak atau bereaksi untuk mendapatkan hasil dari
bagaimana dia mengerjakan tugas. Semua tindakan aktual yang diambil sebagai bagian dari tanggung
jawab dan tanggung jawab seorang guru dianggap sebagai bagian dari kinerja guru. Spesifikasi atau
kriteria kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap guru dapat digunakan untuk mengamati dan
mengevaluasi kinerja guru. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Pasal 39 ayat 2 Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) menyebutkan bahwa
pendidik adalah tenaga profesional yang tanggung jawabnya meliputi perencanaan dan pelaksanaan
proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, pemberian bimbingan dan pelatihan, dan melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, khususnya bagi tenaga pendidik perguruan tinggi.
Sejalan dengan itu, UU No. 14 Tahun 2005 pada pasal 20 (a) menyatakan bahwa standar prestasi
kerja guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya berkewajiban merencanakan pembelajaran,
melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.
Tugas pokok guru tersebut diwujudkan dalam kegiatan belajar mengajar dalam bentuk kinerja. Terkait
dengan kinerja guru, Syamsir & Tamsah, (2018) mengemukakan kinerja sebagai hasil yang dicapai
seseorang, yang mengacu kepada ukuran atau standar yang berlaku pada bidang pekerjaan. Seseorang
yang mampu mencapai hasil pekerjaan sesuai dengan standar atau kriteria yang dibakukan dikatakan
memiliki kinerja baik, dan jika sebaliknya maka dikatakan memiliki kinerja buruk. Dalam makna lebih
luas Samosir, (2022) menyatakan bahwa kinerja guru tidak hanya ditunjukkan oleh hasil kerja, tetapi
ditunjukkan juga melalui perilaku dalam berkerja. Kinerja guru dapat terlihat jelas dalam pembelajaran
yang dikelolanya dari perolehan hasil belajar yang dicapai oleh siswanya.
Pengaruh Kepemimpinan Instruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Guru
3
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
Mengingat proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian
perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Agar proses pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien,
maka guru mempunyai tugas dan peranan yang penting dalam mengantarkan peserta didiknya mencapai
tujuan yang diharapkan. Hal ini dapat berjalan secara optimal apabila guru selalu berupaya
meningkatkan kinerjanya. Kepala Sekolah dalam menjalankan perannya perlu memiliki kemampuan
dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya dengan baik yang diwujudkan dalam kemampuan
menyusun program sekolah, organisasi personalia, mendayagunakan sarana prasarana pendidikan,
memberdayakan tenaga pendidik dan kependidikan sehingga menunjang guru meningkatkan
kinerjanya. Faktor yang diduga mempengaruhi Kinerja Guru dalam penelitian ini adalah
Kepemimpinan Kepala Sekolah.
Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Seperti yang diungkapkan Arrosyad et al., (2020) bahwa ada kaitan
yang erat antara mutu kepala sekolah dengan berbagai aspek kehidupan sekolah seperti disiplin sekolah,
iklim budaya sekolah dan menurunnya perilaku nakal peserta didik. Bila dilihat dari penjelasan ini,
maju dan mundurnya sekolah sangat tergantung pada sejauh mana pimpinan mampu berimajinasi
memajukan sekolah yang di pimpin. Demikian pula dalam konteks sekolah dasar sebagai organisasi,
maka posisi kepala sekolah juga sangat menentukan dalam memajukan lembaga yang dipimpinnya.
Banyak model kepemimpinan yang dapat dianut dan diterapkan dalam bebagai organisasi/institusi, baik
profit maupun non profit, namun model kepemimpinan yang paling cocok untuk diterapkan di sekolah
adalah kepemimpinan pembelajaran (instructional leadership or leadership for improved learning).
Tentang penerapan kepemimpinan pembelajaran di sekolah, banyak penelitian yang menyimpulkan
bahwa kepala sekolah yang memfokuskan kepemimpinan pembelajaran menghasilkan prestasi belajar
siswa yang lebih baik dari pada kepala sekolah yang kurang memfokuskan pada kepemimpinan
pembelajaran. Ironisnya, kebanyakan sekolah dasar tidak menerapkan model kepemimpinan
pembelajaran.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dunia pendidikan juga mengalami era digitalisasi. Haqqi &
Wijayati, (2019) melalui integrasi teknologi digital dan internet dengan industri konvensional, Revolusi
Industri 4.0 merupakan transformasi menyeluruh yang mencakup seluruh aspek di dunia pendidikan.
Untuk itu perlu disiapkan strategi yang dapat mendukung kinerja guru guna mengembangkan
pendidikan sehingga dapat maju dan bertahan di era Industri 4.0 ini. Salah satunya adalah dengan
memberikan edukasi dalam bidang literasi digital. Literasi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
seseorang untuk mendapatkan informasi dengan memiliki kemampuan dalam mengolah dan memahami
informasi saat melakukan membaca dan menulis.
Jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 213 juta orang per Januari 2023. Jumlah
ini setara 77% dari total populasi Indonesia yang sebanyak 276,4 juta orang pada awal tahun ini. Jumlah
pengguna internet di Tanah Air naik 5,44% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Pada
Januari 2022, jumlah pengguna internet di Indonesia baru sebanyak 202 juta orang. Secara tren, jumlah
pengguna internet di Indonesia terus meningkat tiap tahunnya dalam sedekade terakhir. Jumlah
pengguna internet di dalam negeri tercatat bertambah 142,5 juta dari Januari 2013 yang hanya sebanyak
70,5 juta orang. Pertumbuhan jumlah pengguna internet dalam sedekade terakhir paling tinggi yaitu
pada Januari 2016 yaitu mencapai 50,16% secara tahunan (yoy). Sementara pertumbuhan paling lambat
yaitu pada Januari 2022 yang hanya tumbuh 0,5% (yoy) (Cindy Mutia Annur, 2023).
Aktivitas digital mengalami peningkatan yang signifikan dalam hal prevalensi dan intensitas,
yang didorong oleh adopsi solusi online yang meluas oleh banyak individu. Misalnya, jumlah konsumen
digital baru yang terlibat dalam perdagangan elektronik di Indonesia melonjak sebesar 37% selama
tahun 2020 (Hidayati & Istiqomah, 2020). Sebagai akibat dari penutupan sekolah yang berkepanjangan,
upaya pendidikan juga beralih ke platform daring, terutama di wilayah perkotaan. Akibatnya, anak-
anak kini terpapar dengan konten dan produk digital yang lebih luas, dan muncul sebagai segmen yang
lebih menonjol dari basis konsumen online. Namun demikian, peningkatan substansial dalam
penggunaan internet di seluruh Indonesia tidak selalu sejalan dengan peningkatan literasi digital. Hal
ini tidak hanya mencakup kemahiran dalam menggunakan teknologi, yang mencakup keterampilan
yang berkaitan dengan pengoperasian perangkat, perangkat lunak, dan penggunaan internet dasar, tetapi
juga mencakup keterampilan literasi digital. Keterampilan ini mencakup kemampuan untuk memahami,
Pengaruh Kepemimpinan Instruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Guru
4
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
menilai, dan secara bertanggung jawab memanfaatkan informasi yang berasal dari sumber-sumber
digital.
Ketika perubahan terjadi dalam dinamika masyarakat, hal ini pasti berdampak pada efektivitas
para pendidik yang menjadi garda terdepan dalam membimbing, mengajar, dan mengasuh generasi
muda bangsa. Perlu dicatat bahwa tidak semua orang, termasuk guru, dapat dengan mudah menerima
perubahan. Beradaptasi dengan perubahan sering kali membutuhkan latihan dan, dalam kasus tertentu,
bahkan dukungan konseling pribadi. Seorang guru harus memiliki kesadaran diri-pemahaman intrinsik
tentang diri mereka sendiri, yang mencakup pengakuan atas kelemahan dan kekuatan mereka. Hal yang
tidak kalah pentingnya adalah kemampuan untuk mengelola emosi mereka dengan baik. Pengelolaan
emosi yang buruk oleh guru dapat berakibat buruk pada proses pembelajaran. Banyak contoh insiden
negatif atau laporan yang bias di media mengenai interaksi antara guru dan siswa, setelah diteliti lebih
lanjut, dapat dikaitkan dengan pendidik yang berjuang untuk mengelola emosi mereka dengan tepat.
Hal ini termasuk dalam ranah kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional merujuk pada kemampuan individu untuk secara efektif menggunakan
emosi dalam mengenali diri sendiri dan situasi sekitar ketika berinteraksi. Menurut teori yang
dikemukakan oleh Barkah & Hidayat, (2023), aspek-aspek utama kecerdasan emosional yang dikaji
meliputi kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, empati, dan keterampilan sosial. Dalam konteks ini,
kinerja seorang guru meliputi keberhasilan dalam melaksanakan berbagai kegiatan pembelajaran,
seperti memiliki komitmen yang kuat terhadap tugas mengajar, menguasai dan mengembangkan
metode pengajaran, memiliki pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran dan pemanfaatan
sumber belajar, bertanggung jawab dalam memantau kemajuan belajar siswa, menunjukkan disiplin
dalam mengajar dan menjalankan tugas-tugas lainnya, menunjukkan kreativitas dalam menyampaikan
materi, berinteraksi dengan murid untuk memotivasi mereka, memiliki kepribadian yang baik, jujur,
dan objektif dalam membimbing siswa, mampu berpikir secara sistematis tentang tindakan yang
diambil, serta memahami aspek administrasi pengajaran (Cahyani et al., 2020).
Kecerdasan lain yang berkaitan dengan intelegensinya atau yang dikenal sebagai Kecerdasan
Intelektual (IQ). MARYAM, (2023) menyatakan bahwa Tingkat pemahaman logis seseorang, yang
mencakup kapasitas mereka untuk berpikir, bernalar, menafsirkan, dan mengingat sesuatu, serta
kapasitas mereka untuk menghitung dan melakukan tindakan logis lainnya, disebut sebagai kecerdasan
intelektual mereka. Dimana tingkat kedua kecerdasan manusia ini bukanlah suatu hal yang mutlak
sehingga dapat ditingkatkan melalui berbagai macam cara seperti memperbanyak belajar, membaca,
menambah wawasan dengan turun tangan ikut terjun ke lapangan memperbanyak pengalaman, dan lain
sebagainya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa pengaruh kepemimpinan
intruksional terhadap kinerja guru pada SD kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan, selanjutnya untuk
mengetahui dan menganalisa pengaruh literasi digital terhadap kinerja guru, untuk mengetahui dan
menganalisa pengaruh kecerdasan emosional (EQ) terhadap kinerja guru pada SD kecamatan, untuk
mengetahui dan menganalisa pengaruh kecerdasan intelektual (IQ) terhadap kinerja guru pada SD
kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dimana peneliti
melakukan penyebaran kuesioner secara online melalui Google Form kepada responden. Hal ini
dilakukan karena sampel dalam penelitian ini diharapkan telah terbiasa menggunakan teknologi, serta
untuk membantu memudahkan proses pengumpulan jawaban.
Pengaruh Kepemimpinan Instruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Guru
5
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Hasil Uji Heterokedastisitas
Model
Sig.
1
Kepemimpinan Intruksional
.808
Literasi Digital
.065
Kecerdasan emosional
.734
Kecerdasan Intelektual
.846
Sumber : Data Diolah Peneliti (2023)
Berdasarkan Tabel 1 diatas, berikut adalah Hasil Uji Heterokedastisitas dengan cara uji Glejser :
1) Variabel Kepemimpinan Intruksional
Nilai Signifikan sebesar 0.808 yang berarti bahwa nilai sig 0.808> 0.05 maka variabel
kepemimpinan intruksional dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
2) Variabel Literasi Digital
Nilai Signifikan sebesar 0.065 yang berarti bahwa nilai sig 0.065> 0.05 maka variabel Literasi
Digital dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
3) Variabel Kecerdasan Emosional (EQ)
Nilai Signifikan sebesar 0.734 yang berarti bahwa nilai sig 0.734> 0.05 maka variabel
Kecerdasan Emosional (EQ) dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas
4) Variabel Kecerdasan Intelektual (IQ)
Nilai Signifikan sebesar 0.846 yang berarti bahwa nilai sig 0.846> 0.05 maka variabel
Kecerdasan Intelektual (IQ) dinyatakan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Tabel 2. Hasil Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N
30
Test Statistic
.587
Asymp. Sig. (2-tailed)
.728
Sumber: Data Diolah Peneliti (2023)
Berdasarkan Tabel 2 diatas, nilai signifikansi setelah dilakukan uji normalitas menggunakan One-
Sample Kolmogorov-Smirnov Test mendapatkan nilai signifikansi sebesar 0.728, sehingga dapat
disimpulkan bahwa nilai signifikansi 0.728 > 0.05 yang artinya variabel pada penelitian ini dinyatakan
berdistribusi normal.
Tabel 3. Hasil Uji Multikolienaritas
Model
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
1
KI(X1)
.846
8.846
LD(X2)
.958
5.645
EQ(X3)
.695
2.457
IQ(X4)
.475
8.958
Sumber: Data Diolah Peneliti (2023)
Pengaruh Kepemimpinan Instruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Guru
6
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
Untuk mendeteksi adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen dapat dilakukan dengan
beberapa cara salah satunya dengan menggunakan Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF).
Berikut adalah hasil uji Multikolienaritas pada penelitian ini :
1) Variabel Kepemimpinan Intruksional
Berdasarkan Tabel 3 diatas, nilai Tolerance pada variabel Kepemimpinan Intruksional sebesar
0.846 dan nilai VIF sebesar 8.894 maka dapat disimpulkan bahwa dengan nilai tolerance 0.846 >
0.10 dan nilai VIF 8.894 < 10.000 sehingga variabel Kepemimpinan Intruksional dinyatakan tidak
terjadi Multikolienaritas.
2) Variabel Literasi Digital
Berdasarkan Tabel 3 diatas, nilai Tolerance pada variabel Literasi Digital sebesar 0.958 dan
nilai VIF sebesar 5.645 maka dapat disimpulkan bahwa dengan nilai tolerance 0.958 > 0.10 dan nilai
VIF 5.645 < 10.000 sehingga variabel Literasi Digital dinyatakan tidak terjadi Multikolienaritas.
3) Variabel Kecerdasan Emosional (EQ)
Berdasarkan Tabel 3 diatas, nilai Tolerance pada variabel Kecerdasan Emosional (EQ)
sebesar 0.695 dan nilai VIF sebesar 2.457 maka dapat disimpulkan bahwa dengan nilai tolerance
0.695 > 0.10 dan nilai VIF 2.475 < 10.000 sehingga variabel Kecerdasan Emosional (EQ) dinyatakan
tidak terjadi Multikolienaritas
4) Variabel Kecerdasan Intelektual (IQ)
Berdasarkan Tabel 3 diatas, nilai Tolerance pada variabel Kecerdasan Intelektual (IQ) sebesar
0.475 dan nilai VIF sebesar 8.958 maka dapat disimpulkan bahwa dengan nilai tolerance 0.475 >
0.10 dan nilai VIF 8.958 < 10.000 sehingga variabel Kecerdasan Intelektual (IQ) dinyatakan tidak
terjadi Multikolienaritas.
Tabel 4. Hasil Uji t
Model
t
Sig.
1
KI(X1)
.936
.045
LD(X2)
.766
.000
EQ(X3)
.872
.038
IQ(X4)
.921
.004
Sumber: Data Diolah Peneliti (2023)
Berdasarkan tabel 4 diatas maka hasil uji t pada penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Variabel Kepemimpinan Intruksional
Nilai t-hitung pada variabel Kepemimpinan Intruksional sebesar 0.936 > (t-tabel) 0.684
dengan nilai signifikansi 0.045 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Kepemimpinan
Intruksional terdapat pengaruh secara parsial terhadap Kinerja Guru.
2) Variabel Literasi Digital
Nilai t-hitung pada variabel Literasi Digital sebesar 0.766 > (t-tabel) 0.684 dengan nilai
signifikansi 0.000 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara
Literasi Digital terhadap Kinerja Guru.
3) Variabel Kecerdasan Emosional (EQ)
Nilai t-hitung pada variabel Kecerdasan Emosional (EQ) sebesar 0.872 > (t-tabel) 0.684
dengan nilai signifikansi 0.38 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel Kecerdasan
Emosional (EQ) terdapat pengaruh secara parsial terhadap Kinerja Guru.
4) Variabel Kecerdasan Intelektual (IQ)
Pengaruh Kepemimpinan Instruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Guru
7
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
Nilai t-hitung pada variabel Kecerdasan Intelektual (IQ) sebesar 0.921 > (t-tabel) 0.684
dengan nilai signifikansi 0.004 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara
parsial antara Kecerdasan Intelektual (IQ) terhadap Kinerja Guru.
Tabel 5. Hasil Uji F
Model
F
Sig.
1
Regression
4.985
.000
b
Residual
Total
Sumber: Data Diolah Peneliti (2023)
Berdasarkan Tabel 5 hasil uji F diatas diketahui bahwa nilai signifikansi 000 < 0.05 dan nilai F-
hitung sebesar 4.985 > F-tabel 2.54 maka Variabel Kepemimpinan Intruksional, Literasi Digital,
Kecerdasan Emosional (EQ), dan Kecerdasan Intelektual (IQ) berpengaruh secara simultan terhadap
Kinerja Guru.
Tabel 6. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R
2
)
Model
1
Sumber: Data Diolah Peneliti (2023)
Berdasarkan Tabel 6 diatas, diketahui nilai R Square sebesar 0.638 sehingga dapat disimpulkan
bahwa pengaruh Variabel X (Dependen) terhadap Variabel Y (Independent) sebesar 63.8%.
Pengaruh Kepemimpinan Intruksional Terhadap Kinerja Guru pada SD Kecamatan Kediri
Tabanan
Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran dalam meningkatkan pembelajaran
disekolahnya akan mencurahkan sebagian besar waktunya bagi pengembangan guru, dan apabila
seorang guru telah mendapatkan perhatian yang lebih dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukannya,
maka hal ini akan meningkatkan kinerja guru. Kepemimpinan pembelajaran atau kepemimpinan
instruksional sebagai upaya memimpin guru agar mengajar lebih baik, yang pada gilirannya dapat
meningkatkan prestasi belajar siswanya. Sebagaimana Sewang, (2015) menjelaskan “kepemimpinan
instruksional merupakan kepemimpinan yang paling penting, karena mengubah peran kepala sekolah
dengan menggeser dari pelaksanaan administrasi menjadi kepemimpinan pembelajaran”.
Konsep kepemimpinan instruksional atau kepemimpinan pembelajaran terfokus pada
peningkatan mutu akademik, bukan kepada kesibukan menangani administrasi sekolah seperti gedung,
sarana fasilitas atau keuangan, seluruh kesibukannya diperuntukan mempengaruhi kegiatan akademik
sekolah yang berkaitan dengan pembelajaran (Suhardan, 2010). Sementara menurut Shalahuddin,
(2015) mendefinisikan kepemimpinan pembelajaran adalah kepemimpinan yang focus langsung pada
proses belajara mengajar, peningkatan prestasi siswa, kurikulum dan penilaian, serta pengembangan
program pembelajaran.
Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa Nilai t-hitung pada variabel
Kepemimpinan Intruksional sebesar 0.936 > (t-tabel) 0.684 dengan nilai signifikansi 0.045 < 0.05 dan
nilai signifikansi 000 < 0.05 dan nilai F-hitung sebesar 4.985 > F-tabel 2.54 sehingga dapat disimpulkan
bahwa variabel Kepemimpinan Intruksional terdapat pengaruh secara parsial dan simultan terhadap
Kinerja Guru. Kepemimpinan intruksional di SD se-Kecamatan Kediri Tabanan menunjukan nilai
pengaruh sebesar 63,8% yang artinya memiliki pengaruh yang tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa
Pengaruh Kepemimpinan Instruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Guru
8
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
Kepala Sekolah SD se-Kecamatan Kediri Tabanan dalam pelaksanaan gaya kepemimpinan
instruksional sudah sangat baik.
Semua yang dilakukan oleh kepala sekolah yang memiliki gaya kepemimpinan instruksional
sesuai dengan yang dikemukakan oleh (McEwan, 2002) yaitu:
Pertama, “mengembangkan konsep kepemimpinan pembelajaran yang lebih operasional dengan
tujuh langkah kepemimpinan pembelajaran lengkap dengan indikatornya. Pertama, bahwa
kepemimpinan pembelajaran haruslah dapat menetapkan tujuan belajar dengan jelas. Kedua,
kepemimpinan pembelajaran haruslah dapat menjadi narasumber bagi staf nya. Ketiga, kepemimpinan
pembelajaran haruslah dapat menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif bagi pembelajaran.
Keempat, kepempinan pembelajaran haruslah dapat mengkomunikasikan visi dan misi sekolah kepada
staf. Kelima, kepemimpinan pembelajaran haruslah dapat mengkondisikan staf untuk mencapai cita-
cita professional tinggi. Keenam, kepemimpinan pembelajaran haruslah dapat mengembangkan
kemampuan professional guru. Ketujuh, kepemimpinan pembelajaran haruslah dapat bersikap positif
terhadap siswa staf, dan orang tua.” Pertama, Menetapkan Tujuan Pembelajaran. Kepala sekolah harus
bisa menentukan dan menetapkan tujuan pembejalaran di sekolahnya, dalam implementasian-nya
kepala sekolah SD se-kecamatan Kediri Tabanan dalam hal tersebut selalu melibatkan guru-guru dalam
mengembangkan dan menerapkan tujuan dan sasaran pembelajaran serta kepala sekolah pun mengacu
pada kurikulum yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam mengembangkan pembelajaran.
Dimensi kepemimpinan instruksional yaitu mendefinisikan tujuan sekolah, mengelola program
pembelajaran, dan menciptakan iklim pembelajaran yang positif. Menurut Reski et al., (2020)
kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
telah ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.
Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Saragih et al., (2023) yang
berjudul Analisis Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Terhadap Kualitas Kerja Guru Di Smk
Perguruan Al Washliyah Petumbukan Deli Serdang yang menyatakan bahwa Terdapat pengaruh positif
dan signifikan kepemimpinan instruksional (X) terhadap Kualitas Kerja guru di SMK Perguruan Al
Washliyah Petumbukan Kabupaten Deli Serdang. Adapun besarnya pengaruh ditunjukkan oleh
koefisien determinasi R2 (R square) = yang berarti bahwa kepuasan kerja secara bersama-sama
memberikan pengaruh terhadap kinerja guru sebesar 63.0% dan sisanya yaitu 37.0% ditentukan oleh
faktor lainnya. Dengan demikian, maka kepemimpinan instruksional memiliki pengaruh terhadap
Kualitas Kerja Guru di SMK Perguruan Al Washliyah Petumbukan Deli Serdang. Selanjutnya
penelitian yang dilakukan oleh Werdiningsih & Umah (2022) yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan
Instruksional Kepala Sekolah dan Kompetensi Profesional Guru terhadap Kinerja Guru Sekolah
Menengah Kejuruan, hasil penelitian ini menyatakan bahwa kepemimpinan instruksional kepala
sekolah dan kompetensi profesional mempengaruhi kinerja guru sebesar 78,4%. Penulis menyarankan
agar kepala sekolah melakukan pembinaan dan pengarahan, melakukan refleksi dan evaluasi, serta
supervisi kepada guru untuk meningkatkan kinerja. Guru dapat mengikuti pelatihan dan seminar agar
dapat meningkatkan kompetensi dan kinerja guru. Hasil penelitian serupa juga dilakukan oleh Hidayat
et al., (2016) yang berjudul Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah Terhadap Kinerja
Mengajar Guru Smk Se-Kecamatan Bojongloa Kidul Kota Bandung, selaras dengan dua penelitian
diatas, penelitian yang dilakukan oleh Hidayat et al., (2016) juga mendukung penelitian yang peneliti
lakukan dengan hasil yang menyatakan bahwa Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah SMK se-
Kecamatan Bojong Loa Kidul Kota Bandung dirasakan sudah sangat baik oleh guru dan staf
disekolahnya. Dengan kata lain kepala sekolah telah menjalankan Kepemimpinan Instruksional dengan
indikator menetapkan tujuan belajar, indikator menjadi narasumber bagi staf, indikator menciptakan
budaya dan iklim sekolah yang kondusif bagi pembelajaran, indikator mengkomunikasikan visi dan
Pengaruh Kepemimpinan Instruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Guru
9
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
misi sekolah kepada staf, indikator mengkondisikan staf untuk mencapai cita-cita profesional tinggi,
indikator mengembangkan kemampuan profesional guru, serta indikator bersikap positif terhadap
siswa, staf, dan orang tua siswa.
Pengaruh Literasi Digital Terhadap Kinerja Guru pada SD Kecamatan Kediri Tabanan
Pentingnya bagi seorang guru untuk memiliki kemampuan literasi digital yang baik saat ini,
namun mereka meyadari bahwa kemampuan literasi yang dimilikinya haru di tingkatkan lagi. Guru
sebagai faktor penting dalam pendidikan serta mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional, harus
mampu untuk selalu meningkatkan profesionalisme kinerjanya agar dapat mengahadpi problema yang
ada. Hal ini tentu harus dibarengi dengan kemampuan literasi digital karena guru harus mampu
mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Pendidik berusaha untuk memperbaiki perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran agar
menghasilkan kualitas pembelajaran berbasis teknologi dan infomasi komunisi yang lebih baik.
Pendidikan abad 21 menuntut lembaga pendidikan untuk responsif terhadap perkembangan dan
perubahan zaman dengan cara menguasai teknologi informasi atau disebut dengan digital-age literacy.
Sehingga untuk dapat memanfaatkan teknologi digital guru membutuhkan kemampuan literasi digital.
literasi digital dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mencari, mempelajari, dan memanfaatkan
berbagai sumber media dalam berbagai bentuk. Lebih mendalam literasi digital juga diartikan sebagai
pengetahuan dan kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan
dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan memanfaatkannya secara
sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi
dalam kehidupan sehari-hari. Guru merupakan memegang peranan utama dalam proses belajar
mengajar. Guru merupakan komponen penting dalam meningkatkan kualitas Pendidikan. Guru
merupakan ujung tombak dalam memajukan Pendidikan. Dengan perkembangan saat ini, peran guru
dalam memajukan pendidikan sebenarnya sangat terbantu dengan teknologi digital, tersedianya akses
internet yang memudahkan dan mendekatkan sumber informasi, sehingga akses informasi dan
pelaksanaan pembelajaran menjadi sangat terbantu. Kemudahan tersebut menjadi peluang dan
tantangan tersendiri bagi guru. Guru sebagai ujung tombak dituntut untuk dapat menyelenggarakan
proses pembelajaran yang berkualitas. Hal tersebut sebagaimana tercantum dalam PP tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 1.1 yang menegaskan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga
profesional khususnya pada jalur formal pada jenjang pendidikan anak usia dini memegang peran yang
sangat menentukan dalam membentuk sumber daya manusia Indonesia yang berkualitas sejak anak usia
dini. Peluang untuk memajukan pendidikan, meningkatkan kualitas pembelajaran dan tantangan bagi
guru untuk terus mengkatualisasikan diri dalam upaya menguasai teknologi dan meningkatkan
kompetensi.
Literasi digital atau disebut juga dengan literasi informasi digital merupakan suatu konsep yang
menjelaskan mengenai literasi di era digital. Konsep literasi digital ini sudah muncul sejak tahun 1990
(Masitoh, 2018). Menurut Solihin, (2021) menyatakan bahwa literasi digital mengacu pada kemampuan
individu untuk menemukan, mengevaluasi, dan menulis informasi yang jelas melalui tulisan dan media
lainnya di berbagai platform digital. Literasi digital dievaluasi oleh tata bahasa individu, komposisi,
keterampilan mengetik dan kemampuan untuk menghasilkan tulisan, gambar, audio, serta desain
menggunakan teknologi. Literasi digital adalah ketertarikan, sikap dan kemampuan individu dalam
menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan,
menganalisis dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan
berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat
(Setyaningsih et al., 2019).
Pengaruh Kepemimpinan Instruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Guru
10
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
Menurut Wati & Sholihah, (2021) literasi digital merupakan upaya untuk menemukan,
menggunakan maupun menyebarluaskan informasi secara efektif. Literasi digital mengacu pada
kemampuan individu untuk menemukan, mengevaluasi, dan menulis informasi yang jelas melalui
tulisan dan media lainnya diberbagai platform digital. Kurnianingsih et al., (2017) mengemukakan
bahwa literasi digital merupakan kemampuan menggunakan teknologi dan informasi dari piranti digital
secara efektif dan efisien dalam berbagai konteks, seperti akademik, karier, dan kehidupan sehari-hari.
Hasil penelitian ini Nilai t-hitung pada variabel Literasi Digital sebesar 0.766 > (t-tabel) 0.684
dengan nilai signifikansi 0.000 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh secara
parsial dan simultan antara Literasi Digital terhadap Kinerja Guru dengan pengaruh sebesar 63,8%.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti di SD se-Kecamatan Kediri Tabanan didapatkan
informasi bahwa, 76,2% guru kesulitan dalam melaksanankan pembelajaran daring, mereka juga
menyatakan bahwa pembelajaran daring di sekolah-sekolah yang ada di kecamatan Kediri belum
mencapai hasil yang maksimal. Selain itu, guru membenarkan bahwa selama pembelajaran daring,
siswa tidak dapat memahami materi dengan baik. Sementara menurut Maharani et al., (2021)
mengungkapkan bahwa hal terpenting terkait kualitas pembelajaran adalah seberapa tinggi
tingkat/derajat dimana pelajaran itu mudah dipahami oleh peserta didik.
Pernyataan tersebut selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Dharma, (2022) yang berjudul
Pengaruh Kecakapan Literasi Digital Terhadap Kinerja Guru Sekolah Menengah Kejuruan Negeri Di
Kabupaten Gowa menyatakan bahwa terdapat pengaruh kecakapan literasi digital guru yang positif dan
signifikan terhadap kinerja guru Sekolah Menegah Kejuruan. Besarnya kontribusi atau pengaruh
kecakapan literasi digital terhadap kinerja guru sebesar 39 %. Kemudian dari penelitian ini dapat
diprediksi bahwa untuk setiap peningkatan kecakapan literasi digital guru sebesar satu skor maka akan
meningkatkan kinerja guru sebesar 0,40. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan evaluasi bagi
pemerintah Kabupaten Gowa agar terus melakukan dukungan terhadap peningkatan kecakapan literasi
digital guru dalam menunjang kinerja guru dengan meningkatkan sarana dan prasarana dan berbagai
program pelatihan. Kemudian terkhusus untuk guru-guru hendaknya selalu berupaya meningkatkan
kecakapan literasi digital sebagai bagian dari profesinalisme guru abad 21.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Putra et al., (2023) yang berjudul Pengaruh Literasi
Digital terhadap Kompetensi Pedagogik Guru menyatakan bahwa Kompetensi Pedagogik dapat
ditingkatkan melalui Literasi Digital, identifikasi dan pengembangan indikator-indikator penelitian
berdasarkan kekuatan hubungan antar variabel diuraikan sebagai berikut terdapat hubungan yang
signifikan antara variabel Literasi Digital (X) dengan Kompetensi Pedagogik (Y). Hal ini menunjukkan
bahwa perbaikan Literasi Digital akan mengakibatkan peningkatan Kompetensi Pedagogik guru
sekolah dasar negeri Kecamatan Bogor Timur Kota Bogor. Literasi Digital Guru berperan penting bagi
peningkatan Kompetensi Pedagogik karena Menguasai kelas dalam Literasi Digital, dalam Kompetensi
Pedagogik disesuaikan dengan tingkat kematangan guru dalam kaitannya dengan tugas tertentu
sehingga bentuk perlakuan yang diberikan guru sangat efektif dan sesuai dengan kebutuhan Kompetensi
Pedagogik. Terdapat hubungan yang signifikan antara variable Literasi Digital (X) dengan Kompetensi
Pedagogik( Y). penelitian lain yang selaras dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Jayanti & Sari, (2021) berjudul Profesionalisme Kinerja Guru dan Kemampuan Literasi Digital Guru
Berpengaruh terhadap Kualitas Pembelajaran Daring SMK Kota Jambi dengan hasil penelitian
menyatakan bahwa terdapat pengaruh profesionalisme kinerja guru dan kemampuan literasi digital guru
terhadap kualitas pembelajaran daring di SMK Negeri 5 Kota Jambi Tahun Ajaran 2020/2021.
Berdasarkan analisis uji F dengan bantuan aplikasi IBM SPSS Statistics 21 diperoleh Fhitung sebesar
16,506 dengan nilai sig = 0,000. Nilai Fhitung lebih besar dari nilai Ftabel (16,506 > 3,214), dan nilai
sig, lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,000 < 0,05 maka Ha3 diterima dan Ho3 ditolak.
Pengaruh Kepemimpinan Instruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Guru
11
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) Terhadap Kinerja Guru pada SD Kecamatan Kediri
Tabanan
Upaya meningkatkan sumber daya manusia tidak terlepas dari upaya meningkatkan kualitas
pendidikan, karena peningkatan kualitas pendidikan merupakan proses yang terintegrasi dengan
peningkatan kualitas sumber daya manusia. Komponen tenaga kependidikan atau guru merupakan salah
satu faktor yang sangat esensi dalam menentukan kualitas peserta didiknya.Dalam rangka
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah sangat dibutuhkan adanya tenaga guru yang profesional
ditugaskan secara penuh untuk melaksanakan pendidikan di sekolah.
Guru adalah pendidik profesional yang mendidik, mengajarkan suatu ilmu, membimbing,
melatih, memberikan penilaian, serta melakukan evaluasi kepada peserta didik. Mereka memiliki
kompetensi untuk mendidik siswa (Herawati, 2015). Karena itu, guru harus memiliki self efficacy,
kecerdasan emosional, dan motivasi dalam kinerjanya (Herawaty, 2016). Menurut Abdolvahabi et al.,
(2012) efektivitas guru yang tinggi dalam membantu siswa, meningkatkan empati mereka. Oleh karena
itu, dengan mendapatkan lebih banyak pengalaman, perasaan lebih self efficacy dalam membantu orang
lain dapat tercapai. Siregar & Putri, (2020) menyatakan bahwa self efficacy sebagai "keyakinan
masyarakat tentang kemampuan mereka untuk menghasilkan tingkat kinerja yang ditunjuk yang
mempengaruhi kegiatan yang mempengaruhi kehidupan mereka" (Ream, 2010). Juga, kecerdasan
emosional adalah seperangkat kemampuan non-kognitif yang meningkatkan kemampuan seseorang
untuk mengatasi tuntutan lingkungan dan tekanan yang dihasilkan (Ahmad Hashemi et al., 2014).
Menurut Illiyyin, (2019) emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak dan rencana
seketika untuk mengatasi suatu masalah. Akar kata emosi adalah movere yang artinya menggerakkan,
bergerak, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi.
Kecerdasan emosi merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri
dan dalam hubungan dengan orang lain Goleman, (2001) mendefinisikan kecerdasan emosi adalah
kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain serta menggunakan
perasaan-perasaan untuk memadu pikiran dan tindakan. Kecerdasan emosional mengacu pada
kemampuan dasar seseorang untuk mengenali dan menggunakan emosi. (Cherniss, 2001) menyatakan
bahwa kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk melihat dan mengekspresikan emosi, mengasimilasi
emosi dalam pikiran, memahami dan bernalar dengan emosi, dan mengatur emosi dalam diri dan orang
lain.
Hasil penelitian ini mendapatkan nilai t-hitung pada variabel Kecerdasan Emosional (EQ) sebesar
0.872 > (t-tabel) 0.684 dengan nilai signifikansi 0.38 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel
Kecerdasan Emosional (EQ) terdapat pengaruh secara parsial dan simultan terhadap Kinerja Guru di
SD Kecamatan Kediri Tabanan. Hasil analisis data menunjukkan bahwa kecerdasan emosional
memiliki pengaruh positif langsung terhadap kinerja guru. Menurut Herawaty, (2016) Pernyataan yang
memperkuat teori bahwa kecerdasan emosional (kesadaran diri, manajemen diri, motivasi, pemahaman,
dan keterampilan sosial) secara signifikan mempengaruhi efisiensi kerja dan keberhasilan operasional.
Herawaty, (2016), lebih lanjut menjelaskan bahwa peningkatan kinerja guru matematika dipengaruhi
secara positif oleh peningkatan kecerdasan emosional. Dengan demikian kecerdasan emosional untuk
menjadi guru yang tinggi akan mengarah pada realisasi kinerja tinggi guru. Kecerdasan emosional
secara signifikan mempengaruhi kepuasan dan kinerja kerja (Julita et al., 2019).
Menurut Mayer Goleman, (2001) orang cenderung menganut gaya-gaya khas dalam menangani
dan mengatasi emosi mereka, yaitu sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan
melihat keadaan itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar menjadikan
hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang dijalani menjadi sia-sia. Kecerdasan emosional
sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu
Pengaruh Kepemimpinan Instruksional, Literasi Digital, Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual Terhadap Kinerja Guru
12
Ni Putu Prema Swandewi, I Putu Wisna Ariawan, Ni Luh Gede Erni
Sulindawati
peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam
pembentukan kecerdasan emosional. Keterampilan EQ bukanlah lawan keterampilan IQ atau
keterampilan kognitif, namun keduanya berinteraksi secara dinamis, baik pada tingkatan konseptual
maupun didunia nyata. Selain itu, EQ tidak begitu dipengaruhi oleh faktor keturunan (Shapiro, 2001).
Goleman (2003) menyatakan bahwa keberhasilan hidup seseorang ditentukan pendidikan formalnya
15% sedangkan 85% lagi ditentukan oleh sikap mentalnya/ kepribadian. Hasil penelitian Goleman
(2003) menunjukkan bahwa kemampuan terbesar yang mempengaruhi kesuksesan seseorang dalam
bekerja adalah empati, disiplin diri, dan inisiatif yang dikenal dengan kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional menggambarkan bagaimana potensi individu untuk menguasai kesadaran diri
(self awareness), pengaturan diri (self management), empati (social awareness) dan keterampilan sosial
(relationship management) dalam mewujudkan keberhasilan dalam pekerjaan.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Julita et al (2019) yang berjudul
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Dan Self Efficacy Terhadap Kinerja Guru Matematika menyatakan
bahwa kecerdasan emosional berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru, dengan besar
pengaruh 15,45%; (2) self efficacy berpengaruh langsung positif terhadap kinerja guru, dengan besar
pengaruh 10,57%, dan (3) kecerdasan emosional guru berpengaruh langsung positif terhadap self
efficacy, dengan besar pengaruh 9,85%. Upaya peningkatan kecerdasan emosional guru misalnya
melalui pelatihan guru perlu diperhatikan, karena akan memberikan kontribusi langsung terhadap
peningkatan self efficacy guru dan kinerja guru. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Fadli
Rasam, (2023) yang berjudul Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Guru (Survey Pada
Guru SMK di Kecamatan Jagakarsa Kotamadya Jakarta Selatan) yang berkesimpulan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan kecerdasan emosional terhadap kinerja guru. Hal ini dibuktikan dengan hasil
pengujian hipotesis yang diperoleh bahwa nilai sig. = 0,008 dan t hitung = 2,745; Sedangkan t tabel =
2,00 Sehingga nilai sig. < 0,05 dan t hitung > t tabel yang berarti terdapat pengaruh yang signifikan.
Hal senada juga disampaikan oleh Syarweni, (2023) dengan penelitian berjudul Pengaruh Kecerdasan
Emosi dan Iklim Organisasi Terhadap Kinerja Guru pada SMK Kristen Tagari yang menyatakan bahwa
Kecerdasan Emosi berpengaruh terhadap Kinerja Guru, dimana jika Kecerdasan