How to cite:
Umei Latifah Azzahro
1
dan Wisnu Broto
2
. (2021). Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Dara Sebagai
Katalis CaO pada Pembuatan Biodiesel Minyak Goreng Bekas. 1(6): 499-507
E-ISSN:
2774-5155
Published by:
https://greenvest.co.id/
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 1, Number 6, June 2021
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG KERANG
DARA SEBAGAI KATALIS CAO PADA
PEMBUATAN BIODIESEL MINYAK GORENG
BEKAS
Umei Latifah Azzahro
1
dan Wisnu Broto
2
Universitas Diponegoro
1,2
1
dan mailto:vies[email protected]
Diterima:
16 Mei 2021
Direvisi:
30 Mei 2021
Disetujui:
14 Juni 2021
Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi oleh cadangan energi yang
keberadaannya semakin menipis sedangkan kebutuhannya terus
bertambah. Biodiesel merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang
diproduksi dari minyak nabati, lemak hewani, limbah minyak, dan lain
sebagainya. Penelitian ini menggunakan proses transesterifikasi dengan
memvariasikan konsentrasi katalis CaO 2% dan 4%, suhu operasi 50
o
C
dan 70
o
C, serta waktu operasi 50 menit dan 70 menit. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui perlakuan transesterifikasi terbaik dan juga
menentukan efek utama yang paling berpengaruh menggunakan metode
faktorial desain 2 level 3 variabel. Kondisi transesterifikasi terbaik
terdapat pada variabel ke-8 dengan penambahan katalis CaO 4% (b/b),
lama waktu transeterifikasi 70 menit, dan suhu operasi 70
o
C dengan
karakteristik biodiesel yang didapat adalah nilai viskositas 4,8908 cSt,
densitas 853,2 kg/m3, % rendemen besarnya 78,1% dan perolehan
angka setana sebesar 39. Efek utama yang paling berpengaruh adalah
jumlah % katalis.
Kata kunci: Biodiesel; Minyak goreng bekas; Cangkang kerang dara;
Transesterifikasi
Abstract
This research is motivated by the energy reserves that are running low
while the demand continues to grow. Biodiesel is an alternative fuel
produced from vegetable oil, animal fat, waste oil and so on. This study
used a transesterification process by varying the concentration of 2%
and 4% CaO catalyst, operating temperature of 50
o
C and 70
o
C, and
operating time of 50 minutes and 70 minutes. This study aims to
determine the best transesterification treatment and also determine the
main effect that has the most influence using the 2 level 3 variable
design factorial method. The best transesterification conditions are
found in the 8th variable with the addition of 4% (w/w) CaO catalyst, 70
minutes of transeterification time and 70
o
C operating temperature with
the characteristics of biodiesel obtained is a viscosity value of 4,8908
cSt, density 853.2 kg/m3 , % yield 78.1%, and cetane number of 39.
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Umei Latifah Azzahro dan Wisnu Broto 500
The main effect that had the most influence was % catalyst.
Keywords: Biodiesel; Used cooking oil; Blood clam shells;
Transesterification
PENDAHULUAN
Energi fosil merupakan energi yang tidak dapat diperbarui dan keberadaannya di
alam semakin lama semakin habis (Wibisono et al., 2011). Sementara kebutuhan terhadap
energi berbanding terbalik dengan ketersediaan energi yang ada (Khairiah & Destini,
2017). Berdasarkan pada Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 5 Tahun 2006
tentang kebijakan energi untuk mengembangkan energi alternatif pengganti BBM
(Sulistyono, 2013), maka berbagai upaya untuk melakukan diversifikasi energi dengan
cara mencari energi alternatif yang renewable dilakukan. (Mawarni & Suryanto, 2018)
Biodiesel merupakan salah satu jenis energi terbarukan yang memiliki banyak
kelebihan (Adewuyi, 2020) diantaranya merupakan green fuel karena sifatnya yang aman,
dapat terbarukan dan tidak beracun, serta terbiodegradasi. Selain itu, emisi CO, CO
2
,
SOx, NOx, dan hidrokarbon tidak terbakar berkurang sampai 50%. (Hidayati et al., 2017)
Minyak goreng bekas (waste cooking oil) yang biasa disebut minyak jelantah,
sangat potensial untuk diolah menjadi biodiesel (Silalahi & Hidayah, 2011). Hal ini dapat
dilakukan karena minyak jelantah juga merupakan minyak nabati, turunan dari CPO
(Crude Palm Oil) (Manorama & Rukmini, 1991). Pemanfaatan minyak nabati sebagai
bahan baku biodiesel memiliki beberapa kelebihan (Prasetyo, 2018), diantaranya sumber
minyak nabati mudah diperoleh, proses pembuatan biodiesel dari minyak nabati mudah,
cepat dan tingkat konversi minyak nabati menjadi biodiesel yang tinggi (95%).
Kandungan yang terdapat pada minyak jelantah yaitu berupa trigliserida asam
lemak bebas yang secara karakteristik masih ada kesamaan dengan minyak kelapa sawit,
dengan demikian maka minyak jelantah dapat digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan biodiesel (Prasetyo, 2018).
Kerang darah (Anadara granosa) merupakan jenis kerang yang populer di
Indonesia. Kelimpahan kerang darah (Anadara granosa) di Indonesia menurut Direktorat
Jendral Perikanan Tangkap Indonesia (2012) yaitu 48,994 ton. Kerang ini mengandung
senyawa kimia mineral berupa kitin, kalsium karbonat, kalsium hidrosiapatit dan kalsium
fosfat. Selain kitin cangkang kerang juga memiliki kalsium karbonat (CaCO3) yang
secara fisik mempunyai pori-pori yang memunginkan memiliki kemampuan
mengadsorpsi atau menyerap zat-zat lain kedalam pori-pori permukaanya. Pada penelitian
ini cangkang kerang darah dapat digunakan sebagai alternatif sumber katalis CaO yang
kemudian diaplikasikan pada reaksi transesterifikasi (Sudarwan, 2020).
Transesterifikasi merupakan proses di mana bahan baku berupa trigliserida
bereaksi dengan rantai pendek (C1/C2) alkohol dengan penambahan katalis yang dapat
dilakukan dengan menggunakan katalis homogen maupun heterogen. Katalis heterogen
mempunyai banyak kelebihan seperti dapat digunakan kembali, pemisahan produk dan
katalis lebih mudah, dan pengurangan pada jumlah air limbah yang dihasilkan. (Bayu et
al., 2019) Reaksi transesterifikasi dilakukan pada suhu yang dekat dengan titik didih
metanol (60-70
o
C) pada tekanan atmosfer.
Berdasarkan pada penelitian pembuatan biodiesel ini akan digunakan bahan berupa
minyak goreng bekas dan cangkang kerang dara sebagai katalis CaO.
METODE PENELITIAN
Vol. 1, No. 6, pp. 499-507, June 2021
501 http://sostech.greenvest.co.id
Bahan utama yang digunakan untuk membuat biodiesel adalah minyak goreng
bekas/minyak jelantah. Sedangkan bahan pembantunya adalah cangkang kerang dara
sebagai katalis CaO, methanol, asam sulfat (H
2
SO
4
), KOH, Indikator PP, dan Aquadest.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah labu leher tiga, magnetic stirrer, hot plate,
pendingin balik, klem statif, thermometer, selang, grinder, furnace, oven, piknometer,
viskosimeter ostwald, buret dan erlenmeyer.
Pada penelitian ini menggunakan metode transesterifikasi dengan proses awal
pretreatment bahan baku berupa kalsinasi katalis CaO, esterifikasi, dan transesterifikasi.
Variabel tetap yang digunakan adalah suhu kalsinasi (900
o
C), waktu kalsinasi (4
jam), suhu esterifikasi (60
o
C), kecepatan pengadukan (600 rpm), waktu esterifikasi (60
menit), volume methanol esterifikasi (20% v/v), asam sulfat (5% v/v), dan volume
methanol transesterifikasi (40% v/v). Sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah
waktu transesterifikasi (50 dan 70 menit), suhu transesterifikasi (50
o
C dan 70
o
C) dan
konsentrasi katalis CaO (2% dan 4% m/v).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kalsinasi katalis CaO dilakukan menggunakan furnace 900
o
C selama 4 jam di
Gedung Laboratorium Obat Alam Undip.
Gambar 1. Kalsinasi Katalis CaO
Pembentukan CaO dapat terlihat dari semakin berkurangnya berat materi dari 112
gram menjadi 91 gram. Hal ini terjadi karena dilepaskannya gas CO
2
dari dekomposisi
termal CaCO
3
menjadi CaO, dimana gas CO
2
merupakan produk lain dari dekomposisi
tersebut (Susila Arita et al., 2020).
Karakteristik minyak jelantah sebelum dilakukan proses esterifikasi terlihat pada
tabel 1.
Tabel 1. Karakteristik Sebelum Esterifikasi
Karakteristik
Satuan
Jumlah
Densitas
Kg/m
3
907,6
Viskositas
cSt
37,87
FFA
%
4,17
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Umei Latifah Azzahro dan Wisnu Broto 502
Tingginya kadar FFA ini akan membentuk sabun pada proses transesterifikasi jika
ditambah dengan katalis basa CaO. Dengan demikian, harus dilakukan proses esterifikasi
terlebih dahulu untuk mengurangi kadar FFA minyak jelantah menggunakan katalis asam
H
2
SO
4
.
Karakteristik minyak setelah dilakukan proses esterifikasi dapat dilihat pada tabel
2.
Tabel 2. Karakteristik Setelah Esterifikasi
Karakteristik
Satuan
Jumlah
Densitas
Kg/m
3
814,2
Viskositas
cSt
34,52
FFA
%
2,37
Kadar FFA minyak setelah dilakukan esterifikasi menurun dari 4,17 % menjadi
2,37 %. Penurunan tersebut disebabkan karena proses esterifikasi mereaksikan asam
lemak bebas yang terdapat didalam minyak dan metanol dengan bantuan katalis asam.
(Indrawati, 2016).
Minyak hasil esterifikasi ini kemudian dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu tahap
transesterifikasi. Pada tahap transesterifikasi ini dilakukan dengan memvariasikan suhu,
waktu, dan konsentrasi katalis CaO dengan respon %rendemen seperti pada tabel 3.
Tabel 3. Data Uji Transesterifikasi
Run
Variabel
Analisa
t
(menit)
s
(
o
C)
k
(%)
%rendemen
1
50
50
2
70,4
2
70
50
2
71,8
3
50
70
2
73,3
4
70
70
2
74,2
5
50
50
4
75,6
6
70
50
4
76,4
7
50
70
4
77,8
8
70
70
4
78,1
Keterangan : t= waktu operasi, s= suhu operasi, k= kadar katalis CaO.
Perlakuan terbaik dipilih beradasarkan tingginya nilai efektivitas yang dihasilkan
dengan setiap parameter memiliki bobot nilai prioritas yang berbeda. Adapun bobot nilai
parameter yang ditetapkan pada tahap transesterifikasi ini yaitu % rendemen.
Berdasarkan nilai indeks efektivitas yang telah dihitung, maka didapatkan hasil perlakuan
terbaik adalah variabel ke-8 dengan interaksi penambahan jumlah katalis CaO 4% (m/v)
dan lama waktu transesterifikasi 70 menit, serta suhu operasi 70
o
C. Karakteristik yang
dihasilkan oleh perlakuan tersebut telah memenuhi standar mutu biodiesel berdasarkan
SNI 7182 :2015 dan ASTM D 613 yang ditunjukkan pada tabel 4.
Tabel 4. Karakteristik Hasil Terbaik
Karakteristik
Satuan
Jumlah
Densitas
Kg/m
3
853,2
Viskositas
cSt
4,8908
Rendemen
%
78,1
Angka Setana
39
Vol. 1, No. 6, pp. 499-507, June 2021
503 http://sostech.greenvest.co.id
Variabel ke-8 ditetapkan sebagai perlakuan terbaik pada penelitian ini karena
memiliki nilai rendemen paling tinggi dari variabel lainnya yaitu sebesar 78,1 %. Hal ini
dikarenakan semakin besar konsentrasi katalis dalam larutan, maka energi aktivasi suatu
reaksi semakin kecil, sehingga produk akan semakin banyak terbentuk. (Prihanto &
Irawan, 2017). Biodiesel yang dihasilkan dari reaksi transestrifikasi dilakukan dengan 3
variasi variabel yaitu suhu, waktu, dan kadar katalis. Selanjutnya, biodiesel tersebut
dilakukan pengujian berupa densitas, viskositas, %rendemen, dan angka setana.
Tabel 5. Densitas Biodiesel
Run
Densitas
kg/m
3
SNI
kg/m
3
1
891,2
850-890
2
888,2
3
884,4
4
879,2
5
862,4
6
856,4
7
854,4
8
853,2
Nilai densitas yang diperoleh sebagian besar telah sesuai dengan SNI-7182 : 2015
yaitu berkisar antara 850 890 kg/m
3
, namun pada variabel 1 nilai densitasnya tidak
memenuhi syarat SNI dimana nilai densitasnya sebesar 891,2 kg/m
3
. Hal ini dikarenakan
kemungkinan saat proses pencucian tidak maksimal menyebabkan adanya kandungan air
yang terikat dengan metil ester sehingga sulit dipisahkan. Densitas yang didapat telah
sesuai dengan teori yang ada yaitu semakin lama waktu dan semakin besar suhu yang
digunakan maka partikel reaktan akan bergerak lebih cepat sehingga intensitas tumbukan
antar partikel akan lebih intens dan semakin efektif sehingga menurunkan nilai
kekentalan pada biodiesel (Alfianita, 2019).
Tabel 6. Viskositas Biodiesel
Run
Viskositas
(cSt)
SNI
(cSt)
1
7,7757
2,3-6,0
2
7,2385
3
7,0751
4
6,8416
5
6,6992
6
6,3264
7
5,9085
8
4,8908
Nilai viskositas biodiesel yang didapat sebagian besar telah memenuhi syarat SNI
7185 : 2015 sebesar 2,3 6,0 cSt. Namun pada variabel 1, variabel 2, dan variabel 3 nilai
viskositasnya melebihi nilai SNI yang seharusnya. Hal ini terjadi karena suhu reaksi yang
terlalu singkat dan membuat hasil reaksi yang kurang sempurna sehingga masih memiliki
kandungan sisa trigliserida yang tidak bereaksi (tidak terkonversi).
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Umei Latifah Azzahro dan Wisnu Broto 504
Viskositas yang didapat telah memenuhi teori yang ada yaitu berbanding lurus
dengan nilai densitas bahwa semakin rendah nilai kekentalan minyak yang diuji maka
nilai viskositasnya juga menurun. Secara teori, semakin lama reaksi berlangsung maka
semakin banyak pula asam lemak yang akan dikonversi menjadi metil ester (Biodiesel)
sehingga semakin berkurang pula kadar gliserol maupun sisa trigliserida dalam biodiesel.
Semakin tinggi konsentrasi katalis, viskositasnya cenderung menurun. Karena
semakin banyak persen katalis yang diberikan akan semakin cepat pula terpecahnya
trigliserida menjadi tiga ester asam lemak yang akan menurunkan viskositas (Purnama
Sari et al., 2016).
Tabel 7. Rendemen Biodiesel
Run
%rendemen
1
70,4
2
71,8
3
73,3
4
74,2
5
75,6
6
76,4
7
77,8
8
78,1
Berdasarkan proses transesterifikasi yang telah dilakukan, Pengaruh konsentrasi
katalis CaO pada rentang % b/b katalis dari 2% sampai 4% mengalami pengingkatan
yield biodiesel. Hal ini terjadi karena fungsi katalis adalah menurunkan energi aktivasi.
Semakin besar konsentrasi katalis dalam larutan, maka energi aktivasi suatu reaksi
semakin kecil, sehingga produk akan semakin banyak terbentuk. Meningkatnya
konsentrasi katalis akan meyebabkan meningkatnya yield biodisel. (Prihanto & Irawan,
2017). Berdasarkan konsentrasi katalis 4% adalah kondisi terbaik yang menghasilkan
yield biodesel maksimal yaitu sebesar 78,1%. Bila konsentrasi katalis CaO ini terus
ditingkatkan hingga 4,5% yield yang terbentuk justru semakin menurun. Menurut
(Sarwono et al., 2018) hal ini terjadi karena penambahan konsentrasi katalis yang
berlebihan akan mendorong reaksi terbentuknya sabun. Fakta ini terjadi ketika proses
pencucian produk, adanya sabun akan menghasilkan emulsi berwarna putih. Jika semakin
banyak sabun yang terbentuk, berarti semakin sedikit yang dikonversi menjadi biodiesel.
Gambar 2. Hasil Cetane Number
Vol. 1, No. 6, pp. 499-507, June 2021
505 http://sostech.greenvest.co.id
Angka setana yang didapat dari variabel terbaik (variabel ke-8) yaitu sebesar 39.
Hal ini berarti mutu biodiesel dari segi angka setana masih dibawah standar SNI 7182 :
2015 yang seharusnya sebesar 51.
Rendahnya angka setana ini berkaitan dengan asam lemak yang terkandung pada
biodiesel. Terutama %FFA minyak jelantah sebelum dilakukan tahap transesterifikasi.
Dimana %FFA tersebut masih sebesar 2,37 %. Padahal seharusnya, untuk dapat masuk ke
tahap transesterifikasi, syarat %FFA adalah <2%. Dengan demikian, tingginya kadar FFA
ini berarti masih terkandung asam lemak yang tinggi dengan rantai karbon panjang pada
biodiesel. Sehingga menyebabkan angka setana rendah dan angka pembakaran juga
rendah (Suleman et al., 2019).
Bahan bakar dengan angka cetane rendah dapat menyebabkan mesin diesel berjalan
lamban dan memiliki emisi yang lebih tinggi akibat pembakaran yang tidak efisien.
Angka cetane rendah juga membuat mesin sulit dinyalakan. Sedangkan bahan bakar
dengan angka cetane tinggi akan menyala lebih cepat serta melakukan proses pembakaran
yang lebih efisien. (Mardawati et al., 2019).
Analisis faktorial desain diperlukan untuk dapat menentukan Efek Utama yang
paling berpengaruh pada penelitian dari variabel-variabel yang sudah ditetapkan. Pada
penelitian ini, digunakan metode faktorial desain 2 level 3 variabel dengan variasi suhu
operasi, waktu operasi, dan kadar katalis yang digunakan. Respon yang didapat berupa
densitas, viskositas, dan rendemen. Berikut data yang tersaji pada tabel 8.
Tabel 8. Data Uji Biodiesel
Run
Variabel
Analisa
T
s
k
% r
D
V
1
50
50
2
70,4
891,2
7,7757
2
70
50
2
71,8
888,2
7,2385
3
50
70
2
73,3
884,4
7,0751
4
70
70
2
74,2
879,2
6,8416
5
50
50
4
75,6
862,4
6,6992
6
70
50
4
76,4
856,4
6,3264
7
50
70
4
77,8
854,4
5,9085
8
70
70
4
78,1
853,2
4,8908
Untuk menganalisa data diatas, maka batas atas diberi tanda (+) sedangkan batas
bawah diberi tanda (-) untuk mempermudah perhitungan. Seperti tabel 9.
Tabel 9. Data Analisa
Run
t
S
k
ts
tk
sk
tsk
1
-
-
-
+
+
+
-
2
+
-
-
-
-
+
+
3
-
+
-
-
+
-
+
4
+
+
-
+
-
-
-
5
-
-
+
+
-
-
+
6
+
-
+
-
+
-
-
7
-
+
+
-
-
+
-
8
+
+
+
+
+
+
+
Setelah dihitung menggunakan metode faktorial desain, didapat data seperti tabel
10.
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Umei Latifah Azzahro dan Wisnu Broto 506
Tabel 10. Interpretasi Data
Efek
Hasil
Rata-rata
74,7
T
0,85
S
2,3
K
4,55
Ts
-0,25
Tk
-0,3
Sk
-0,35
Tsk
0
Berdasarkan tabel interpretasi data diatas, dapat diketahui bahwa efek utama yang
paling berpengaruh adalah katalis. Kadar CaO yang tinggi memberikan kuat basa yang
lebih tinggi. Semakin besar kuat basa, semakin tinggi aktivitas katalitik katalis sehingga
rendemen biodiesel yang dihasilkan juga semakin tinggi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
Cangkang kerang dara dapat digunakan sebagia alternatif pengganti katalis basa
heterogen untuk pembuatan biodiesel melalui kalsinasi dengan suhu 900
o
C selama 4 jam.
Kondisi transesterifikasi terbaik didapat pada variabel ke-8 dengan penambahan jumlah
katalis CaO 4% (m/v) dan lama waktu transesterifikasi 70 menit, serta suhu operasi 70
o
C. Efek utama yang paling berpengaruh dalam penelitian ini adalah konsentrasi katalis.
Hal ini didapat dari perhitungan metode faktorial desain 2 level 3 variabel.
BIBLIOGRAPHY
Adewuyi, A. (2020). Challenges and prospects of renewable energy in Nigeria: A case of
bioethanol and biodiesel production. Energy Reports, 6, 7788.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.egyr.2019.12.002
Alfianita, R. A. L. (2019). Pengaruh Variasi Waktu dan Suhu Terhadap Rendemen
Biodiesel dari Minyak Jelantah dengan Katalis Abu Layang Batubara (Fly Ash)
Melalui Proses Transesterifikasi.
Indrawati, W. (2016). Pengaruh Penambahan NaOH dan Metanol Terhadap Produk
Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas (Jelantah) dengan Metode Transesterifikasi. In
Seminar Nasional Sains dan Teknologi Prodi Teknik Mesin Universitas Pamulang
Pamulang (Vol. 1, Issue 1).
Khairiah, K., & Destini, R. (2017). Analisis Kelistrikan Pasta Elektrolit Limbah Kulit
Durian (Durio zibethinus) sebagai Bio Baterai. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan FKIP, 1(2).
Manorama, R., & Rukmini, C. (1991). Effect of processing on β-carotene retention in
crude palm oil and its products. Food Chemistry, 42(3), 253264.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/0308-8146(91)90068-Y
Mardawati, E., Hidayat, S., Rahmah, D. M., & Rosalinda, S. (2019). Produksi Biodiesel
Dari Minyak Kelapa Sawit Kasar Off Grade Dengan Variasi Pengaruh Asam Sulfat
Pada Proses Esterifikasi Terhadap Mutu Biodiesel Yang Dihasilkan. Jurnal Industri
Pertanian, 01(3).
Prasetyo, J. (2018). Studi Pemanfaatan Minyak Jelantah sebagai Bahan Baku Pembuatan
Biodiesel. Jurnal Ilmiah Teknik Kimia, 2(2), 4554.
Prihanto, A., & Irawan, T. A. B. (2017). Pengaruh Temperatur, Konsentrasi Katalis Dan
Vol. 1, No. 6, pp. 499-507, June 2021
507 http://sostech.greenvest.co.id
Rasio Molar Metanol-Minyak Terhadap Yield Biodisel Dari Minyak Goreng Bekas
Melalui Proses Netralisasi-Transesterifikasi. 13(1), 3036.
Purnama Sari, S., Tambunan, A. H., Lilik EkoNugroho, dan P., Studi Magister Teknik
Mesin Pertanian dan Pangan, P., & Pertanian Bogor, I. (2016). Penggunaan
Pengaduk Statik untuk Pengurangan Kebutuhan Katalis dalam Produksi Biodiesel
Application of Static Mixer Towards The Reduction of Required Catalyst in
Biodiesel Production. In Jurnal Teknologi Industri Pertanian (Vol. 26, Issue 3).
Sarwono, E., Erzha, N., & Nining Widarti, B. (2018). Pengolahan Biodiesel dari Biji
Nyamplung (Calophyllum Inophyllum L.) Menggunakan Katalis KOH. Prosiding
Seminar Nasional Teknologi, Inovasi Dan Aplikasi Di Lingkungan Tropis, 1(1), 34
40.
Silalahi, M., & Hidayah, M. A. (2011). Kinetika Reaksi Transesterifikasi pada
Pengolahan Limbah Minyak Goreng Bekas (Waste Vegetable Oil) menjadi Bahan
Bakar Biodiesel. Indonesian Journal of Urban and Environmental Technology, 5(5),
167172.
Sudarwan, I. A. (2020). Realisasi Penjualan Mobil 2019 Turun 10,81 Persen dari 2018.
https://www.otomotif.bisnis.com/
Suleman, N., Abas, & Paputungan, M. (2019). Esterifikasi dan Transesterifikasi Stearin
Sawit untuk Pembuatan Biodiesel. Jurnal Teknik, 17(1), 6677.
https://doi.org/10.37031/jt.v17i1.54
Sulistyono, S. (2013). Pengurangan Subsidi BBM Fosil Sebagai Momentum
Pengembangan Energi Alternatif Jenis Biofuel. Swara Patra, 3(4).
Susila Arita, Muhammad Rifqi, Tirtasakti Nugoroho, Tuty E. Agustina, & Fitri Hadiah.
(2020). Pembuatan biodiesel dari limbah cair kelapa sawit dengan variasi katalis
asam sulfat pada proses esterifikasi. Jurnal Teknik Kimia, 26(1), 111.
https://doi.org/10.36706/jtk.v26i1.54
Wibisono, R. W., Ardhitio, V., & Chayati, T. N. (2011). Pengembangan IMTA
(Integrated Multi Trophic Aquaculture) Berbasis ekosistem lokal melalui
peningkatan produksi dan diversifitas yang ramah lingkungan di Indonesia. Bogor
Agricultural University, Institut Pertanian Bogor.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International Licensed