pangan sehat, segmen pasar masih sangat kecil, terbatas pada konsumen yang fokus pada gaya hidup
sehat (Kadarisman, 2017).
Produk gluten-free saat ini mulai banyak diperkenalkan oleh industri pangan di Indonesia. Gluten
adalah protein yang terkandung bersama pati yang paling banyak ditemukan pada tepung terigu.
Penggunaan produk bebas gluten semakin meningkat karena semakin banyak orang yang menderita
penyakit celiac sehingga memerlukan diet bebas gluten. Gluten bertanggung jawab atas karakteristik
viscoelastic produk berbahan dasar gandum. Oleh karena itu, kekurangannya membuat produk bebas
gluten tidak mirip dengan produk berbahan dasar gandum, dengan sifat tekstur yang langka. Alasan ini
merupakan keterbatasan industri yang utama. Oleh karena itu, mendapatkan produk bebas gluten
berkualitas baik merupakan tantangan teknologi. Tinjauan ini melaporkan strategi utama yang diadopsi
untuk menghasilkan pasta. Bahan-bahan tersebut terutama diperoleh melalui pemanfaatan bahan-bahan
spesifik (hidrokoloid, protein atau enzim) untuk dimasukkan ke dalam formulasi standar atau penerapan
variabel teknologi tepat yang terutama dapat meningkatkan sifat fungsional, tekstur, dan rasa.
Pasta merupakan produk bebas gluten yang cukup digemari oleh penderita penyakit celiac.
Pembuatan pasta bebas gluten memiliki tantangan tersendiri karena gluten merupakan salah satu kunci
dalam pembentukan sifat dan karakter pasta. Tinjauan sistematis ini bertujuan menghasilkan suatu
kajian integratif yang sistematik mengenai penelitian terkait teknologi pembuatan pasta bebas gluten.
Upaya peningkatan kualitas pasta bebas gluten dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu
pemilihan bahan baku dan komposisinya dalam formulasi serta pemilihan metode dan proses
pembuatan yang memadai demi menghasilkan pasta dengan kualitas masak yang baik layaknya pasta
gandum. Baik formulasi maupun proses dapat mempengaruhi karakteristik kualitas masak pasta. Pasta
bebas gluten telah berhasil diproduksi menggunakan berbagai bahan bebas gluten dan memiliki kualitas
yang layak meskipun beberapa diantaranya belum dapat menyamai kualitas pasta gandum. Pada
umumnya, pasta dengan karakteristik yang diinginkan merupakan pasta yang terbuat dari bahan baku
sumber karbohidrat yang memiliki kandungan amilosa relatif tinggi, bahan baku sumber protein dan
beberapa formulasi juga menggunakan bahan tambahan pangan untuk meningkatkan kualitasnya.
Ketertarikan konsumen akan pangan bebas gluten terlihat dari meningkatnya permintaan akan
pangan bebas gluten berbasis sereal dan kacang kacangan (Rao et al., 2017). Meningkatnya permintaan
pangan bebas gluten tentunya menuntut meningkatnya ketersediaan pangan bebas gluten, salah satunya
produk pasta bebas gluten. Pasta merupakan salah satu produk bebas gluten yang memiliki tingkat
permintaan tinggi pada konsumen penderita penyakit celiac (Dunn et al., 2014). Pengembangan produk
pasta bebas gluten merupakan suatu tantangan bagi industri pangan. Saat ini telah bayak produk bebas
gluten yang tersedia untuk penderita penyakit celiac, namun sayangnya kebanyakan dari produk
tersebut masih memiliki kualitas masak serta mutu gizi yang rendah jika dibandingkan dengan pasta
yang terbuat dari tepung terigu. Produk pasta bebas gluten masih membutuhkan peningkatan kualitas
agar dapat memiliki rasa, tekstur serta kandungan gizi yang lebih baik. Namun tantangan terbesar adalah
teknologi pembuatan pasta untuk menggantikan fungsi gluten pada pasta bebas gluten (Purwanti et al.,
2017).
Meskipun belum ada hasil penelitian yang akurat, pangan non-gluten dipercaya lebih sehat. Tren
yang terjadi saat ini label “gluten-free” telah meningkatkan penjualan untuk banyak merek produk
pangan. Produk pangan gluten-free di pasar telah meningkat secara dramatis sebesar 63% dalam dua
tahun terakhir (Reilly, 2016). Di Amerika, tren gaya hidup bebas gluten telah berlangsung cukup lama
karena berbagai alasan (Navarro, 2016). Di Indonesia sendiri, banyak konsumen tanpa intoleransi gluten
memiliki persepsi bahwa bebas gluten berarti produk umumnya sehat dan dapat memberikan kontribusi
kesehatan. Konsumen menilai pangan bebas gluten dapat membantu menurunkan berat badan (Dunn et
al, 2014) dan meningkatkan asupan energi (Navarro, 2016). Penelitian menunjukkan konsumen
menyukai produk dengan klaim kesehatan Khursid et al., (2013) terutama pada konsumen generasi
milenial atau generasi muda yang lahir setelah tahun 1980. Perhatian yang meningkat pada konsumen
milenial terhadap makanan sehat dan berkelanjutan memacu industri pangan untuk memposisikan
produk pangan bebas gluten sebagai makanan sehat (Bascuñán et al., 2017). Upaya meningkatkan minat
terhadap pangan bebas gluten dapat dilakukan melalui penyebarluasan informasi terkait manfaat
produk, memberikan label “gluten-free”, serta memberikan edukasi bahwa harga produk pangan gluten-
free adalah murah (de Magistris et al., 2015). Edukasi ini lebih banyak ditujukan pada konsumen
milenial karena dinilai sangat kritis dan aktif dalam penggunaan sosial media.
Di Indonesia, mempunyai segmen yang cukup potensial karena memiliki populasi yang cukup