38
Santi Rimadias, Meta Andriani, Hasrulia
STRATEGI INOVATIF UMKM LULA PASTA DENGAN KEUNGGULAN
GLUTEN-FREE DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN BUSINESS
MODEL CANVAS (BMC)
Santi Rimadias, Meta Andriani, Hasrulia
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Banking School, Indonesia
Email: santi.rimadias@ibs.ac.id; meta@ibs.ac.id, hasrulia20221121005@ibs.ac.id
Abstrak
Penelitian ini menginvestigasi Lula Pasta, sebuah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang
mengkhususkan diri dalam pembuatan pasta bergizi di Indonesia dengan menggunakan kekayaan bahan-
bahan lokal. Lula Pasta menggunakan bahan baku gluten-free, melayani individu dengan gluten intoleransi.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai Business Model Canvas (BMC) Lula Pasta yang ada dan mengusulkan
peningkatan strategis untuk pengembangan di masa depan. Metode yang digunakan dengan pendekatan
komprehensif, yaitu observasi, wawancara pada pemilik usaha, dan survei pelanggan Lula Pasta. Hasilnya
adalah kerangka kerja BMC yang komprehensif dan memberdayakan pemilik usaha dengan pemahaman
mengenai BMC usahanya serta kemampuan untuk menyempurnakan aspek operasional untuk efisiensi
optimal pada Lula Pasta. Penelitian ini memberikan wawasan berharga bagi para pemangku kepentingan
dalam mengambil memahami lanskap industri kuliner yang terus berkembang dengan pendekatan BMC
sehingga meningkatkan daya saing dalam prosesnya.
Kata kunci: Business Model Canvas, UMKM, Daya Saing
Abstract
This research investigates Lula Pasta, a Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) specializing in
making nutritious pasta in Indonesia using a wealth of local ingredients. Lula Pasta uses gluten-free raw
materials, catering to individuals with gluten intolerance. This research aims to assess Lula Pasta's existing
Business Model Canvas (BMC) and propose strategic improvements for future development. The method was
used with a comprehensive approach, namely observation, interviews with business owners, and customer
surveys Lula Pasta. The result is a comprehensive BMC framework that empowers business owners with an
understanding of their business BMC and the ability to fine-tune operational aspects for optimal efficiency in
Lula Pasta. This research provides valuable insights for stakeholders in understanding the evolving
landscape of the culinary industry with a BMC approach to increase competitiveness in the process.
Keywords: Business Model Canvas, MSMEs, Competitiveness
PENDAHULUAN
Pangan bebas gluten atau gluten-free awalnya ditujukan bagi masyarakat yang memiliki
intoleransi terhadap gluten atau lebih dikenal dengan penyakit celiac. Celiac adalah patologi autoimun
yang terkait dengan intoleransi permanen terhadap protein yang disebut gluten yang sistem
kekebalannya merespon secara tidak normal, menghasilkan kerusakan pada usus kecil. Meskipun celiac
tidak dapat disembuhkan, pengobatan utama untuk patologi ini adalah mengikuti diet tanpa semua biji-
bijian sereal dan turunannya untuk mencegah kerusakan usus (de Magistris et al., 2015). Dalam dekade
terakhir, tren permintaan produk gluten-free telah meningkat secara dramatis, tidak hanya pada
masyarakat penderita (Mulyawanti et al., 2016).
Istilah gluten-free di Indonesia diperkenalkan kepada produk makanan yang tidak menggunakan
bahan baku yang berasal dari gandum atau serealia bergluten lain. Adapun bahan baku yang digunakan
sebagai pengganti gandum adalah bahan baku lokal seperti umbi-umbian dan sorgum. Upaya untuk
meningkatkan minat terhadap produk lokal ini, perusahaan mulai melabeli produknya dengan istilah
gluten-free. Kebanyakan produk ini ditujuan pada konsumen milenial yang memiliki potensi besar bagi
industri pangan. Meskipun industri pangan mulai gencar memperkenalkan label gluten-free sebagai
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 4, Number 1, Januari 2024
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
Strategi Inovatif Umkm Lula Pasta dengan Keunggulan Gluten-Free Dengan
Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas (BMC)
39
Brigitta Defira Anjassari
pangan sehat, segmen pasar masih sangat kecil, terbatas pada konsumen yang fokus pada gaya hidup
sehat (Kadarisman, 2017).
Produk gluten-free saat ini mulai banyak diperkenalkan oleh industri pangan di Indonesia. Gluten
adalah protein yang terkandung bersama pati yang paling banyak ditemukan pada tepung terigu.
Penggunaan produk bebas gluten semakin meningkat karena semakin banyak orang yang menderita
penyakit celiac sehingga memerlukan diet bebas gluten. Gluten bertanggung jawab atas karakteristik
viscoelastic produk berbahan dasar gandum. Oleh karena itu, kekurangannya membuat produk bebas
gluten tidak mirip dengan produk berbahan dasar gandum, dengan sifat tekstur yang langka. Alasan ini
merupakan keterbatasan industri yang utama. Oleh karena itu, mendapatkan produk bebas gluten
berkualitas baik merupakan tantangan teknologi. Tinjauan ini melaporkan strategi utama yang diadopsi
untuk menghasilkan pasta. Bahan-bahan tersebut terutama diperoleh melalui pemanfaatan bahan-bahan
spesifik (hidrokoloid, protein atau enzim) untuk dimasukkan ke dalam formulasi standar atau penerapan
variabel teknologi tepat yang terutama dapat meningkatkan sifat fungsional, tekstur, dan rasa.
Pasta merupakan produk bebas gluten yang cukup digemari oleh penderita penyakit celiac.
Pembuatan pasta bebas gluten memiliki tantangan tersendiri karena gluten merupakan salah satu kunci
dalam pembentukan sifat dan karakter pasta. Tinjauan sistematis ini bertujuan menghasilkan suatu
kajian integratif yang sistematik mengenai penelitian terkait teknologi pembuatan pasta bebas gluten.
Upaya peningkatan kualitas pasta bebas gluten dapat dilakukan dengan 2 (dua) pendekatan yaitu
pemilihan bahan baku dan komposisinya dalam formulasi serta pemilihan metode dan proses
pembuatan yang memadai demi menghasilkan pasta dengan kualitas masak yang baik layaknya pasta
gandum. Baik formulasi maupun proses dapat mempengaruhi karakteristik kualitas masak pasta. Pasta
bebas gluten telah berhasil diproduksi menggunakan berbagai bahan bebas gluten dan memiliki kualitas
yang layak meskipun beberapa diantaranya belum dapat menyamai kualitas pasta gandum. Pada
umumnya, pasta dengan karakteristik yang diinginkan merupakan pasta yang terbuat dari bahan baku
sumber karbohidrat yang memiliki kandungan amilosa relatif tinggi, bahan baku sumber protein dan
beberapa formulasi juga menggunakan bahan tambahan pangan untuk meningkatkan kualitasnya.
Ketertarikan konsumen akan pangan bebas gluten terlihat dari meningkatnya permintaan akan
pangan bebas gluten berbasis sereal dan kacang kacangan (Rao et al., 2017). Meningkatnya permintaan
pangan bebas gluten tentunya menuntut meningkatnya ketersediaan pangan bebas gluten, salah satunya
produk pasta bebas gluten. Pasta merupakan salah satu produk bebas gluten yang memiliki tingkat
permintaan tinggi pada konsumen penderita penyakit celiac (Dunn et al., 2014). Pengembangan produk
pasta bebas gluten merupakan suatu tantangan bagi industri pangan. Saat ini telah bayak produk bebas
gluten yang tersedia untuk penderita penyakit celiac, namun sayangnya kebanyakan dari produk
tersebut masih memiliki kualitas masak serta mutu gizi yang rendah jika dibandingkan dengan pasta
yang terbuat dari tepung terigu. Produk pasta bebas gluten masih membutuhkan peningkatan kualitas
agar dapat memiliki rasa, tekstur serta kandungan gizi yang lebih baik. Namun tantangan terbesar adalah
teknologi pembuatan pasta untuk menggantikan fungsi gluten pada pasta bebas gluten (Purwanti et al.,
2017).
Meskipun belum ada hasil penelitian yang akurat, pangan non-gluten dipercaya lebih sehat. Tren
yang terjadi saat ini label gluten-free telah meningkatkan penjualan untuk banyak merek produk
pangan. Produk pangan gluten-free di pasar telah meningkat secara dramatis sebesar 63% dalam dua
tahun terakhir (Reilly, 2016). Di Amerika, tren gaya hidup bebas gluten telah berlangsung cukup lama
karena berbagai alasan (Navarro, 2016). Di Indonesia sendiri, banyak konsumen tanpa intoleransi gluten
memiliki persepsi bahwa bebas gluten berarti produk umumnya sehat dan dapat memberikan kontribusi
kesehatan. Konsumen menilai pangan bebas gluten dapat membantu menurunkan berat badan (Dunn et
al, 2014) dan meningkatkan asupan energi (Navarro, 2016). Penelitian menunjukkan konsumen
menyukai produk dengan klaim kesehatan Khursid et al., (2013) terutama pada konsumen generasi
milenial atau generasi muda yang lahir setelah tahun 1980. Perhatian yang meningkat pada konsumen
milenial terhadap makanan sehat dan berkelanjutan memacu industri pangan untuk memposisikan
produk pangan bebas gluten sebagai makanan sehat (Bascuñán et al., 2017). Upaya meningkatkan minat
terhadap pangan bebas gluten dapat dilakukan melalui penyebarluasan informasi terkait manfaat
produk, memberikan label gluten-free”, serta memberikan edukasi bahwa harga produk pangan gluten-
free adalah murah (de Magistris et al., 2015). Edukasi ini lebih banyak ditujukan pada konsumen
milenial karena dinilai sangat kritis dan aktif dalam penggunaan sosial media.
Di Indonesia, mempunyai segmen yang cukup potensial karena memiliki populasi yang cukup
Strategi Inovatif Umkm Lula Pasta dengan Keunggulan Gluten-Free Dengan
Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas (BMC)
40
Brigitta Defira Anjassari
besar dan konsumtif terutama untuk industri makanan, terutama di kota-kota besar. Hal ini memotivasi
industri pangan dengan produk pangan gluten-free untuk fokus kepada segmen milenial dalam
memasarkan produknya. Penelitian terkait perilaku konsumen terhadap produk pangan gluten-free
belum dilakukan di Indonesia (Rayesa & Ali, 2022). Beberapa penelitian telah dilakukan di Eropa dan
Amerika terkait minat dan perilaku pembelian produk pangan gluten-free namun belum diteliti secara
medalam terkait atribut yang penting bagi konsumen non-celiac terhadap produk bebas gluten.
Pemanfaatan komoditas lokal sebagai bahan baku bebas gluten pada produk pangan saat ini memiliki
berbagai kendala terutama kepada persepsi konsumen terhadap harga pangan gluten-free. Harga
makanan bebas gluten sangat tinggi dibandingkan dengan produk makanan biasa.
Terlepas dari pertumbuhan yang tinggi, makanan bebas gluten menghadapi masalah di pasar
Asia, karena tingginya harga, kurangnya kesadaran tentang produk, sejumlah besar kasus yang tidak
terdiagnosis dan rantai nilai yang tidak efisien untuk produk bebas gluten (Masih, 2018). Subtitusi umbi
sebagai bahan baku bebas gluten dinilai memiliki rasa yang lebih buruk dan lebih mudah rusak
(Gallagher et al., 2003). Informasi yang lebih akurat terkait sikap dan minat konsumen khususnya di
kota-kota besar Indonesia terhadap produk pangan gluten-free berbahan baku lokal dibutuhkan agar
industri pangan terkait dapat merumuskan atribut produk dan strategi pemasaran yang lebih baik. Pada
dasarnya tingkat penjualan pasta di Indonesia saat ini dapat dikatakan cukup berkembang. Di Indonesia,
awalnya pasta hanya dikonsumsi masyarakat menengah ke atas, kini penjualan pasta untuk pasar
domestik dan ekspor seimbang dari total produksi yaitu 50.000 ton/tahun.
Lula Pasta berdiri pada tahun 2018. Didirikan oleh Sdri. Widya Esthi Riany dibantu oleh
suaminya yaitu Sdr. Faisal M. Saat. Yang pada saat itu mempunyai anak berkebutuhan khusus
(menderita gluten intolerance) dan mengharuskan memakan makanan yang terbuat dari gluten-free.
Pada saat itu sangat susah menemukan makanan sehat yang bahan bakunya menggunakan gluten-free.
Akhirnya dengan kejadian tersebut Sdri. Widya Esthi Riany memproduksi pasta gluten-free sendiri
dengan bahan baku tepung lokal seperti tepung mocaf dan tepung gluten-free lainnya. Pasta pada saat
ini merupakan makanan yang mudah ditemukan di manapun. Baik di pasar-pasar, supermarket, toko
online dsb. Pasta pada awalnya hanya bagian dari masakan Italia dan Eropa saja dikarenakan
popularitasnya.
Dengan meningkatnya popularitas pada skala dunia, pasta telah melintasi perbatasan
Internasional dan sekarang menjadi popular di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan jumlah imigran yang
berasal dari Italia ke negara-negara lainnya dengan mengenalkan pasta di negara-negara lainnya (Rubio-
Tapia et al., 2012).
Di Indonesia sendiri terdapat beberapa merk pasta (lokal). Ada beberapa fenomena-fenomena
yang terjadi terkait dengan pasta di Indonesia. Antara lain berupa kebiasaan-kebiasaan masyarakat
terhadap pasta sehingga ada suatu keterkaitan pengetahuan maupun minat masyarakat terhadap pasta.
Suatu cara untuk mendapatkan data-data mengenai fenomena-fenomena dapat melalui observasi,
wawancara atau kuesioner kepada responden yang sesuai dengan beberapa kategori menurut fenomena
itu terjadi. Beberapa fenomena terjadi di lapangan, seperti kurangnya sumber atau media yang
menjelaskan tentang jenis-jenis pasta dan belum banyak mengetahui jenis-jenis pasta berdasarkan
bentuk dan tekstur khas dari pasta. Salah satu media informasi seperti buku sangatlah sulit ditemukan,
ada yang berbentuk buku ditigal, namun hanya menggunakan Bahasa Inggris.
Faktor yang mempengaruhi fenomena-fenomena tersebut adalah dikarenakan kurangnya
informasi yang menyampaikan hal-hal tentang pasta kepada masyarakat atau audience. Kata Lula
sendiri berasal dari Bahasa Eropa Kuno. Yang artinya “Perempuan Pejuang” (Woman Warrior).
Berlatar belakang mempunyai anak yang berkebutuhan khusus, Sdri. Widya Esthi Riany dan suami,
bertekad untuk mencari solusi bagaimana mendapatkan makan untuk anaknya yang menderita gluten
intolerance. Maka tercetuslah ide untuk membuat sendiri makanan yang bahan pokoknya terbuat dari
gluten-free.
Lula Pasta hadir dengan misi yaitu menjadi produsen pasta sehat di Indonesia yang mengangkat
kekayaan bahan pangan lokal. Lula Pasta juga menggunakan bahan baku gluten-free yang dapat
dikonsumsi oleh penderita penyakit gluten intolerance. Beredarnya isu-isu negatif terkait produk pasta
di kalangan masyarakat Indonesia tentang penggunaan bahan-bahan pengawet menjadikan minat
masyarakat akan pembelian pasta dipasaran menurun. Salah satu risiko bisnis pada Lula Pasta saat ini
adalah: (1) Supply bahan baku; dimana tepung mocaf masih diproduksi secara industri kecil sehingga
kualitas dan kuantitasnya belum konsisten dan produksinya tidak seperti tepung terigu. (2) Harga bahan
Strategi Inovatif Umkm Lula Pasta dengan Keunggulan Gluten-Free Dengan
Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas (BMC)
41
Brigitta Defira Anjassari
baku sayuran yang fluktuatif. (3) Perlunya edukasi kepada pelanggan/konsumen terutama tentang cara
pengolahan pasta gluten-free yang baik dan benar. (4) Ketidaktersediaan mesin produksi dalam negeri
dan spare part pendukungnya, sehingga harus import dan kendala bila ada kerusakan pada mesin.
Penelitian ini menjawab tantangan dari penelitian yang dilakukan oleh (Rayesa & Ali, 2022)
bahwa penelitian terkait perilaku konsumen terhadap produk pangan gluten-free belum banyak
dilakukan di Indonesia. Selanjutnya, berdasarkan permasalahan yang ada, maka perlu dipikirkan
strategi inovatif pengembangan UMKM Lula Pasta dengan menggunakan pendekatan Business Model
Canvas (BMC). Strategi inovatif diperlukan bagi UMKM untuk memastikan usanya berjalan baik dan
meningkatkan daya saing (Rimadias, 2023). Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menilai
Business Model Canvas (BMC) Lula Pasta yang ada dan mengusulkan peningkatan strategis untuk
pengembangan di masa depan juga memberikan wawasan berharga bagi para pemangku kepentingan
dalam mengambil memahami lanskap industri kuliner yang terus berkembang dengan pendekatan BMC
sehingga meningkatkan daya saing dalam prosesnya.
Penggunaan BMC ini mempunyai pemetaan bisnis yang sederhana sehingga dapat memudahkan
perusahaan dalam menganalisa kinerja di setiap elemen dan melakukan perbaikan pada setiap elemen
tersebut (Sari & Inggriantara, 2020). Penelitian ini bertujuan untuk menilai Business Model Canvas
(BMC) Lula Pasta yang ada dan mengusulkan peningkatan strategis untuk pengembangan di masa
depan
Gambar 1 Element Business Model Canvas (BMC)
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada UMKM Lula Pasta di Jakarta Selatan. Lula Pasta berdiri pada tahun
2018. Didirikan oleh Sdri. Widya Esthi Riany dibantu oleh suaminya yaitu Sdr. Faisal. Lula Pasta hadir
dengan misi yaitu menjadi produsen pasta sehat di Indonesia yang mengangkat kekayaan bahan pangan
lokal. Lula Pasta juga menggunakan bahan baku gluten-free yang dapat dikonsumsi oleh penderita
penyakit gluten intolerance. Penelitian dilakukan pada bulan November sampai dengan Desember
2023, dan data yang digunakan untuk menganalisis potensi Lula Pasta diperoleh dari pemilik usaha
tersebut. Peneliti menggunakan metode observasi dan wawancara untuk mendapatkan data dari pemilik
usaha Lula Pasta.
Selanjutnya dilakukan survei pelanggan untuk mengetahui persepsi kualitas pada UMKM Lula
Pasta. Sampel sejumlah 10 (sepuluh) orang responden pelanggan setia Lula Pasta ikut berpartisipasi
dalam survei ini dengan menggunakan google form yang memungkinkan pembuatan survei dengan
mudah dan itegrasi yang baik dengan alat analisis data.
Penelitian ini menggunakan pendekatan Business Model Canvas (BMC), yang dikembangkan
oleh Alexander Osterwalder dan Yves Pigneur, yang mana model bisnis tersebut akan menjelaskan
secara sederhana terkait bagaimana proses berjalannya suata usaha berdasarkan unsur-unsur yang ada.
Unsur-unsur dalam BMC antara lain Customer Segment atau yang disebut dengan segmentasi
pasar yaitu masyarakat yang akan dijangkau atau dituju oleh konsumen yang akan mengkonsumsi pasta
gluten-free, hal ini dapat ditentukan dengan melakukan survei berdasarkan prevensi rasa, kepuasan
konsumen, sehingga mendapatkan perbaikan layanan produk produk. Oleh karena itu harus memahami
dan memenuhi kebutuhan pelanggan agar tertarik membeli dan mengkonsumsi produk Lulu Pasta.
Strategi Inovatif Umkm Lula Pasta dengan Keunggulan Gluten-Free Dengan
Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas (BMC)
42
Brigitta Defira Anjassari
Indikator elemen Value Proposition merupakan nilai yang harus dimiliki untuk menarik perhatian
konsumen. Selain itu juga mencakup nilai apa saja yang dapat menjadi keunggulan produk Lula Pasta.
Elemen presensi rasa dibutuhkan untuk memberikan penilaian rasa yang terkandung dalam produk Lula
Pasta dan memberikan masukan terhadap pemilik agar dapat memberikan kemasan yang mudah untuk
disimpan, dan dihidangkan pada masyarakat.
Indikator elemen Channel merupakan perantara dimana pelanggan atau calon pelanggan
mengenal, mencoba dan mengevaluasi vale proposition dari layanan atau produk Lula Pasta. Bagian
penting dari channel adalah komunikasi, distribusi dan jaringan penjualan. Customer Relationship
adalah suatu strategi yang Lula Pasta lakukan untuk menjaga hubungan baik dengan pelanggan yang
bertujuan mempertahankan pelanggan lama dan mendapatkan pelanggan yang baru.
Unsur BMC lainnya adalah Revenue Stream yang merupakan sumber pendapatan utama yang
diterima dari penjualan produk Lula Pasta kepada pelanggan atau pihak lain. konsep ini sangat penting
dalam bisnis karena dapat membantu memastikan bisnis memiliki aliran pendapatan yang konsisten dan
dapat mempertahankan keberlangsungannya.
Key Resources merupaka asset dari Lula Pasta yang dibutuhkan untuk menawarkan dan
menyampaikan value proposition. Elemen ini dapat dikategorikan menjadi 4 (empat), yaitu fisik, non
fisik (intelektual), manusia dan finansial (modal). Key Activities, adalah aktivitas yang dilakukan oleh
Lula Pasta untuk mempertahankan dan menyampaikan value proposition. Elemen ini juga
dikategorikan menjadi 3 (tiga) yaitu produksi, pemecahan masalah dan platform atau jaringan.
Key Partnership juga merupakan bagian dari unsur BMC, yaitu sumber daya yang tepat dari luar
usaha Lula Pasta. Elemen ini memiliki 4 (empat) jenis kemitraan yang berbeda, yaitu aliansi strategis
antara non pesaing, kemitraan strategis antar pesaing, usaha patungan untuk mengembangkan bisnis
baru, dan hubungan antara pembeli produk Lula Pasta dengan pemasok untuk menjamin pasokan yang
dapat diandalkan. Cost Structure, menggambarkan semua biaya yang timbul dalam memproduksi
produk Lula Pasta yang dikarenakan biaya pengeoperasian model bisnis.
Pelanggan akan semakin puas apabila relative mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan
produk atau pelayanan. Untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen, system keluhan dan saran,
survei kepuasan konsumen, ghost shopping dan analisis kehilangan konsumen. Pengukuran mutu
pelayanan dan kepuasan pelanggan dapat digunakan untuk beberapa tujuan yaitu mempelajari persepsi
masing-masing pelanggan terhadap perbaikan layanan dan produk, mengetahui kebutuhan, keinginan,
persyaratan dan harapan pelanggan pada saat sekarang dan masa yang akan datang, meningkatkan mutu
pelayanan sesuai dengan harapan pelanggan, Menyusun rencana kerja dan menyempurnakan kualitas
pelayanan dimasa akan datang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Business Model Canvas (BMC)
Identifikasi BMC pada Lula Pasta sebagai berikut:
a) Customer Segment. Target pasar dari penjualan Lula Pasta adalah Penderita gluten intolerance dan
perempuan dengan gaya hidup sehat. Saat ini masyarakat di Indonesia semakin banyak
membutuhkan makanan sehat, khususnya para perempuan yang sedang melakukan program diet atau
perempuan dengan gaya hidup sehat. Selain itu, sudah meningkatnya kesadaran masyarakat akan
gaya hidup sehat. Kesadaran hidup sehat mengakibatkan kebutuhan makanan dengan cakupan gizi
tinggi dan meningkat. Untuk mengimbangi hal itu, banyak orang mulai memikirkan alternatif
konsumsi pada makanan sehat atau makanan diet. Lula Pasta hadir ditengah-tengah pasar Indonesia
dengan melakukan inovasi yang sangat mendukung masyarakat Indonesia yang menginginkan
adanya makanan yang sehat, bebas gula, bebas tepung terigu dengan warna-warna yang menarik
yang dihasilkan dari pewarna alami dari sayuran yang bebas residu pestisida. Lula Pasta juga cocok
untuk penderita gluten intolerance dan nyaman untuk lambung. Kandungan serat dan sayurannya
dampat membantu kesehatan saluran cerna sehingga dapat meningkatkan imunitas tubuh
b) Value Proposition. Produk Lula Pasta sendiri saat ini adalah merupakan produk pasta gluten-free
pertama di Indonesia. Hal ini yang menjadikan produk Lula Pasta berbeda dari para pesaing-pesaing
yang ada di Indonesia. Produk Lula Pasta sendiri menjadi lebih menarik dengan warna-warna yang
kandungannya berasal dari pewarna alami dari sayuran yang bebas residu pestisida
Strategi Inovatif Umkm Lula Pasta dengan Keunggulan Gluten-Free Dengan
Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas (BMC)
43
Brigitta Defira Anjassari
Gambar 2. Produk Lula Pasta
c) Customer Relationship. Hubungan antara pelanggan Lula Pasta dibangun dengan melakukan
berbagai macam, misalnya memberikan promo-promo diakhir bulan yang dilakukan bersamaan
dengan bazaar atau pameran atau event-event lainnya. Pemberian harga murah kepada distributor
juga dilakukan melalui strategi harga bundling, artinya jumlah pembelian dalam jumlah skala besar,
mendapat harga yang lebih murah. Pemberian buy one get one.
d) Key Resources. Berdasarkan wawancara dengan owner sumber daya fisik yang dimilik Lula Pasta
adalah rumah produksi yang beralamat Jl. Langgar No. 16, Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Untuk
sumber daya non fisik (intelektual) saat ini Lula Pasta sudah memiliki hak paten merek Lula Pasta
dengan beberapa legalitas usaha yang terdaftar pada lembaga pemerintahan. Terkait sumber daya
manusia, Lula Pasta saat ini dibantu oleh 2 (dua) orang karyawan untuk membantu kegiatan usaha.
Untuk sumber modal, Lula Pasta mempunya modal awal sebesar Rp15.000.000,- (lima belas juta
rupiah) yang berasal dari modal sendiri.
Gambar 3. Rumah Produksi
e) Key Partnership. Usaha Lula Pasta tidak akan berjalan apabila tidak bermitra atau bekerjama dengan
pihak ketiga. Pihak-pihak ketiga yang dapat diajak bekerjasama antara lain seperti toko online,
distributor, modern trade (pasar modern) yang dapat membantu penjual Lula Pasta agar konsumen
dengan mudah membeli produk Lula Pasta.
f) Key Activities. Kegiatan wajib dilakukan Lula Pasta melakukan pembelian bahan baku, melakukan
pemasaran baik offline maupun online
g) Channel. Saat ini Lula Pasta menggunakan beberapa media sosial dalam memberikan informasi
value proposition kepada pelanggan seperti ;
- Website; www.lulapasta.id
- Instagram; @lulapasta
- Online shop; sesa.id, jagapati.com, Tokopedia, Beli-beli.com
- Modern Trade; Kemchick Pacific Place Jakarta, Javara, Satvika Bhoga Bali
h) Cost Structure. Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh Lula Pasta adalah antara lain; biaya operasional
(biaya listrik, air, internet) biaya pembelian bahan baku (pembelian tepung mocaf, pembelian
sayuran bebas residu pestisida) biaya perawatan peralatan, biaya produksi (gaji karyawan, biaya
bahan kemasan).
i) Revenue Stream. Pendapatan utama dari Lula Pasta sendiri adalah selain dari penjualan produk
diberbagai media channel, Lula Pasta juga menghasilkan pendapatan lain dari penjualan hidangan
Strategi Inovatif Umkm Lula Pasta dengan Keunggulan Gluten-Free Dengan
Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas (BMC)
44
Brigitta Defira Anjassari
matang (catering) untuk acara-acara seperti pernikahan, ulang tahun, arisan dan lain-lain. Selain itu,
Lula Pasta juga mengikuti berbagai event-event atau bazar yang diselenggarakan oleh pemerintahan,
kantor-kantor.
Gambar 4. Business Model Canvas Lula Pasta
Sumber: Data diolah penulis (2023)
Analisis SWOT
Setelah melakukan identifikasi dengan menggunakan Business Model Canva (BMC) pada 9
(sembilan) elemen yang dimiliki oleh Lula Pasta, hal selanjutnya adalah melakukan identifikasi
berdasarkan analisis SWOT untuk mengindentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang
dialami. Analisis SWOT dapat dilihat pada urain sebagai berikut;
Tabel 1 ANALISIS SWOT
Kekuatan
(strength)
Kelemahan
(weakness)
Peluang
(opportunity)
Ancaman
(threats)
Sumber: Data diolah penulis (2023)
Strategi Inovatif Umkm Lula Pasta dengan Keunggulan Gluten-Free Dengan
Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas (BMC)
45
Brigitta Defira Anjassari
Dengan mempertimbangkan BMC yang sedang berjalan dan analisis SWOT Lula Pasta,
berdasarkan wawancara dan kuesioner pelanggan Lula Pasta diperoleh masukan-masukan sebagai
berikut:
Analisis konsumen berdasarkan prefensi rasa
Dari kuesioner pertama, ditemukan bahwa mayoritas responden (4 dari 10) mengonsumsi pasta
3-4 kali sebulan. Spaghetti menjadi jenis pasta yang paling disukai oleh responden. Lebih dari setengah
responden memiliki preferensi terhadap rasa gurih saat mengonsumsi pasta. Penilaian terhadap rasa
produk Lula Pasta juga positif, dengan sebagian besar responden (6 dari 10) memberi penilaian enak
atau sangat enak. Mayoritas responden (7 dari 10) juga menyukai variasi bentuk dan warna pasta dari
Lula Pasta. Selain itu, sebagian besar responden (7 dari 10) tertarik untuk mencoba produk pasta lainnya
dari Lula Pasta.
Tabel 1. Profil Responden
Jenis Kelamin
Jumlah Responden
Percentage
Laki-Laki
3
30%
Perempuan
7
70%
Jumlah
100%
Mengkonsumsi pasta 3-4 kali sebulan
Ya
Tidak
40%
60%
Sumber: Data diolah penulis (2023)
Tabel 2. Preferensi Rasa Lula Pasta
Keterangan
Ya
Tidak
Penilaian terhadap rasa produk Lula Pasta
60%
40%
Variasi bentuk dan warna pasta dari Lula Pasta
70%
30%
Tertarik untuk mencoba produk pasta lainnya dari Lula Pasta.
70%
30%
Sumber: Data diolah penulis (2023)
Analisis konsumen berdasarkan kepuasan konsumen:
Dari kuesioner kedua, terlihat bahwa mayoritas responden (5 dari 10) sangat puas dengan kualitas
produk pasta gluten-free dari Lula Pasta. Sebagian besar responden (7 dari 10) merasa bahwa produk
Lula Pasta memenuhi ekspektasi mereka terkait makanan gluten-free. Mayoritas responden (6 dari 10)
juga merasa bahwa variasi bentuk dan warna pasta yang ditawarkan oleh Lula Pasta menarik. Meskipun
demikian, perhatian masih ada pada harga produk Lula Pasta, karena hanya 2 dari 10 responden yang
menganggapnya sangat terjangkau. Namun, mayoritas responden (6 dari 10) memberikan penilaian
positif terhadap pelayanan dan komunikasi yang diberikan oleh Lula Pasta.
Tabel 3. Kepuasan Konsumen
Keterangan
Sangat
Puas
Kurang
Puas
Kualitas produk pasta gluten-free dari Lula Pasta
50%
50%
Lula Pasta memenuhi ekspektasi mereka terkait makanan gluten-
free
70%
30%
Variasi bentuk dan warna pasta yang ditawarkan oleh Lula Pasta
menarik
60%
40%
Harga produk Lula Pasta
20%
80%
Pelayanan dan komunikasi yang diberikan oleh Lula Pasta
60%
40%
Sumber: Data diolah penulis (2023)
Strategi Inovatif Umkm Lula Pasta dengan Keunggulan Gluten-Free Dengan
Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas (BMC)
46
Brigitta Defira Anjassari
Analisis konsumen berdasarkan perbaikan layanan dan produk
Kuesioner ketiga mengungkapkan beragam saran perbaikan dari responden. Beberapa responden
menginginkan perbaikan pada kemasan produk, sementara yang lain merasa sudah memuaskan.
Beberapa responden merasa bahwa variasi rasa dan varian pasta perlu ditingkatkan, dan ada juga saran
untuk penambahan topping. Selain itu, konsistensi rasa juga menjadi fokus perhatian. Masih ada
beberapa responden yang merasa bahwa harga produk perlu dipertimbangkan. Dalam hal layanan,
responden memberikan penilaian positif dan tidak ada keluhan yang signifikan terkait layanan. Namun,
beberapa responden menginginkan peningkatan kecepatan pengiriman dan layanan pelanggan
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab-bab sebelumnya, maka pengaruh media
sosial dalam pengendalian diri di kalangan masyarakat bahwa Individu menjadi lebih percaya diri dalam
menjalani kehidupannya. Individu dapat bertahan, beradaptasi dan mampu menghadapi perubahan dan
kekurang-beruntungan. Individu memerlukan tingkat pengendalian diri yang berbeda untuk
menghadapi persoalan di dalam kehidupannya.
BIBLIOGRAPHY
Aji, Naufal Hanif Putra. 2021. “Viral Pedagang Agar-Agar Ingin Beli Nasi Padang Bawa Rp 5 Ribu,
Kini Dapat Donasi Rp 100 Juta Lebih.” TribunSolo.com.
https://solo.tribunnews.com/2021/07/30/viral-pedagang-agar-agar-ingin-beli-nasi-padang-bawa-
rp-5-ribu-kini-dapat-donasi-rp-100-juta-lebih.
Aji, Naufal Hanif Putra. 2021. “Viral Pedagang Agar-Agar Ingin Beli Nasi Padang Bawa Rp 5 Ribu,
Kini Dapat Donasi Rp 100 Juta Lebih.” TribunSolo.com.
https://solo.tribunnews.com/2021/07/30/viral-pedagang-agar-agar-ingin-beli-nasi-padang-bawa-
rp-5-ribu-kini-dapat-donasi-rp-100-juta-lebih.
Atwater, Eastwood, and Karen G. Duffy. 1999. Psychology For Living: Adjustment, Growth And
Behavior Today. 5th ed. Prentice Hall; Subsequent edition.
Averill, James R. 1973. “Personal Control Over Aversive Stimuli and Its Relationship To Stress.”
Psychological Bulletin 80(4): 286303.
Cahyono, Anang Sugeng. “Pengaruh Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Masyarakat Di
Indonesia.” Jurnal PUBLICIANA: 14057.
Dahye, Sunny. 2021. “Yang Perlu Diketahui.” Youtube.com.
https://www.youtube.com/watch?v=t_UHYaaAr0Q.
Ghifari, Sidqi Al. 2021a. “Sosok Elsa Amelia, Viralkan Penjual Agar-Agar Di Garut Hingga Dapat
Donasi, Rindu Sosok Ayah.” TribunJabar.id. https://jabar.tribunnews.com/2021/08/01/sosok-
elsa-amelia-viralkan-penjual-agar-agar-di-garut-hingga-dapat-donasi-rindu-sosok-ayah.
———. 2021b. “Terima Donasi Rp 108 Juta, Eman Penjual Agar-Agar Langsung Bayar Zakat, Amel
Terharu Dan Gemeteran.” TribunJabar.id. https://jabar.tribunnews.com/2021/07/30/terima-
donasi-rp-108-juta-eman-penjual-agar-agar-ini-langsung-bayar-zakat-amel-sempat-
gemeteran?page=2.
Good News From Indonesia. 2021. “Postingan Elsa Rejeki Tak Terduga Untuk Bapak Penjual Agar-
Agar - Post For Good.” Youtube.com. https://www.youtube.com/watch?v=S3DOWx3gGj4.
Hasibuan, Azis Husein. 2021. “Profil Sunny Dahye Kini Dituduh Hina Orang Indonesia.” Medan
Tribunnews. https://medan.tribunnews.com/2021/08/18/jauh-jauh-dari-korea-hingga-lulus-di-
ugm-profil-sunny-dahye-kini-dituduh-hina-orang-indonesia.
Hurlock, Elizabeth B. 1973. Adolescent Development. Yokyo : McGraw-Hill Kogakusha.
http://opac.lib.unlam.ac.id/id/opac/detail.php?q1=155.5&q2=Eli&q3=a&q4=07-085340-1.
———. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta:
Erlangga.
———. 1991. Children Development. Auckland: McGraw-Hill.
Kaplan, Andreas M., and Michael Haenlein. 2010. “Users Of The World, Unite! The Challenges And
Opportunities Of Social Media.” Business Horizons 53(1): 5968.
Strategi Inovatif Umkm Lula Pasta dengan Keunggulan Gluten-Free Dengan
Menggunakan Pendekatan Business Model Canvas (BMC)
47
Brigitta Defira Anjassari
Nurfaujiyanti. 2010. “Hubungan Pengendalian Diri (Self-Control) Dengan Agresivitas Anak Jalanan.”
(April): 2012. https://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/55207.
Pramesti, Fitri Asta. 2021. “5 Poin Klarifikasi Sunny Dahye, Sampaikan Kabar Duka Hingga Siap
Tempuh Jalur Hukum.” Suara.Com.
https://www.suara.com/entertainment/2021/08/19/080302/5-poin-klarifikasi-sunny-dahye-
sampaikan-kabar-duka-hingga-siap-tempuh-jalur-hukum?page=all.
Ubaydillah, AN. 2006. “Bagaimana Menjadi Percaya Diri.” http//:www.epsikologi.com/epsi/search.
Zirda, Dhea. 2021. “10 Artis Dan Influencer Indonesia Galang Donasi Corona.” Tagar.id.
https://www.tagar.id/10-artis-dan-influencer-indonesia-galang-donasi-corona (August 26, 2021).
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License