Jurnal Sosial dan Teknologi
(SOSTECH) Volume 4,
Number 2, Februari 2024
ANALISIS HAZARD GEMPA DAN USULAN GROUND MOTION SINTETIC UNTUK KOTA AMBON DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBABILISTIK SEISMIC HAZARD
ANALYSIS (PSHA) Adi Sulistio, Lalu Makrup, Fitri
Nugraheni, Yunalia Muntafi Universitas Islam Indonesia,
Indonesia Email: �[email protected], [email protected], [email protected], [email protected] |
Abstrak Wilayah Indonesia bagian
timur termasuk daerah yang sangat rawan terhadap bencana gempa bumi, hal ini
disebabkan oleh pertemuan tiga lempeng aktif yang terjadi di Indonesia timur
terutama di daerah Sulawesi & Maluku. Salah satu upaya mitigasi bencana
untuk mengurangi risiko bencana gempa bumi yaitu dengan mendesain bangunan
dengan konsep tahan gempa.� Dalam perencanaan
bangunan seperti gedung bertingkat, jembatan, bendungan� dan lain-lain� dibutuhkan data� time history dalam merencanakan beban gempa.
Data rekaman time history di Indonesia masih sangat terbatas sehingga menjadi
kendala dalam proses analisis beban gempa. Untuk mengatasi kendala tersebut,
maka dibuatlah alternatif dengan membuat ground motion sintetic. Pembuatan
ground motion sintetic bermula dari penentuan uniform hazard spectrum (UHS)
dengan metode probabilistic seismic hazard analysis (PSHA) yang kemudian
melakukan spectral metching. Hasil dari penelitian ini diperoleh hazard gempa
yang direpresentasikan dalam nilai percepatan di Kota Ambon berdasarkan UHS
pada T = 0 detik sebesar 0,455 g, pada T = 0,2 detik sebesar 0,927 g dan pada
T = 1 detik sebesar 0,294 g. Sumber gempa yang diprediksi memiliki kontribusi
terbesar terhadap resiko gempa di Kota Ambon adalah sumber gempa subduksi
megathrust Laut Banda Utara dengan dominasi sebesar 94,987%. Hasil ground
motion sintetic untuk Kota Ambon memiliki nilai percepatan maksimum sebesar
0.359 g. � Kata kunci: Analisis Hazard,
Usulan Ground Motion Sintetic,
Probabilistik Seismic Hazard Analysis (PSHA) Abstract The
eastern part of Indonesia is an area that is very prone to earthquake
disasters, this is due to the meeting of three active plates that occur in
eastern Indonesia, especially in the Sulawesi & Maluku regions. One of
the disaster mitigation efforts to reduce the risk of earthquake disaster is
by designing buildings with the concept of earthquake resistance.� In planning buildings such as high-rise
buildings, bridges, dams and others, time history data is needed in planning
earthquake loads. Time history record data in Indonesia is still very limited
so that it becomes an obstacle in the process of analysing
earthquake loads. To overcome these obstacles, an alternative is made by
making synthetic ground motion. The creation of synthetic ground motion
starts from determining the uniform hazard spectrum (UHS) with the
probabilistic seismic hazard analysis (PSHA) method and then performing
spectral metching. The results of this study
obtained the earthquake hazard represented in the acceleration value in Ambon
City based on the UHS at T = 0 second of 0.455 g, at T = 0.2 second of 0.927
g and at T = 1 second of 0.294 g. The predicted earthquake source has the
largest contribution to the earthquake hazard. The predicted earthquake
source that has the largest contribution to the earthquake risk in Ambon City
is the North Banda Sea megathrust subduction earthquake source with a
dominance of 94.987%. Synthetic ground motion results for Ambon City have a
maximum acceleration value of 0.359 g. Keywords:
Analisis Hazard, Usulan
Ground Motion Sintetic, Probabilistik
Seismic Hazard Analysis (PSHA) |
PENDAHULUAN
Secara geologis Indonesia
berada diantara tiga lempeng utama yang ada di dunia yaitu Lempeng
Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik serta satu lempeng mikro
Philipina (Aprillianto et al., 2016; Sulistyanto, 2009). Indonesia terletak antara 6�
- 11� LU dan 95� - 141� BT, antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, antara
benua Asia dan benua Australia, dan pada pertemuan dua rangkaian pegunungan,
yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterranean. Pergerakan antara lempeng
membentuk zona sumber gempa (seismic zones)
berupa lajur tunjaman (subduction zones), lajur sesar tegak membuka (transtentional zones) dan lajur sesar (thrust zones) di sebagian besar kawasan
Indonesia. Semua lajur selalu bergeser dan menimbulkan gempa tektonik (Aldiamar, 2007; Mulyati et al., 2020). Letak Indonesia yang berada
di antara tiga lempeng utama dunia meyebabkan intensitas gempa bumi Indonesia
sangat besar dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia (Alifvia, 2023; Indri et al., 2022).
Wilayah Indonesia bagian timur
termasuk daerah yang paling rawan terhadap bencana geologi (gempa bumi dan
tsunami), hal ini karena pertemuan tiga lempeng tektonik aktif terjadi di
daerah Indonesia bagian timur terutama di daerah Maluku (Tjandra, 2018). dikutip dari jurnal
Geologists Find Largest Exposed Fault on Earth, bahwa telah ditemukan fenomena
Weeber Deep dengan patahan Banda Detachment sebagai suatu geohazard. Patahan
Detachement adalah merupakan patahan yang memiliki sudut kurang dari 30 derajat.
Patahan ini berpotensi menyebabkan gempa bumi besar dan tsunami ketika
tergelincir.
Kota Ambon merupakan Ibukota
Provinsi Maluku yang sebagian besar berada dalam wilayah Pulau Ambon. Secara
geografis kota Ambon berada pada posisi 3� - 4� LS dan 128� - 129� BT, dimana
secara umum kota Ambon meliputi wilayah di sepanjang pesisir dalam teluk Ambon
dan pesisir luar Jazirah Leitimur dengan total panjang garis pantai 102,7 km.
secara administratif, kota Ambon berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah pada
sebelah barat, sebelah utara dan sebelah timur. Sedangkan pada sebelah selatan
berbatasan langsung dengan Laut Banda.
Berdasarkan kerawanan bencana
yang terjadi di Pulau Ambon, sehingga setiap perencanaan bangunan infrastruktur
harus memperhitungkan tingkat bahaya gempa secara kuantitaf dengan
mepertimbangkan aspek seisimologi, aspek geologi, aspek geoteknik serta aspek
struktur. Salah satu cara untuk mengurangi risiko akibat bencana gempa ialah
dengan merencanakan dan membangun bangunan yang tahan gempa (Imran & Boediono, 2010). Gempa yang terjadi pada
suatu daerah adalah kejadian yang memiliki kala ulang tertentu (return period).
Metode perhitungan hazard kegempaan yang berguna untuk meminimalisir kerusakan
yang ditimbulkan akibat gempa, salah satunya adalah metode Probabilistic
Seismic Hazard Analisis (PSHA) (Solihin, 2018).
Pengumpulan Data Gempa
Pengumpulan data gempa dalam
penelitian ini bersumber dari katalog gempa National Earthquake Information
Center (NEIC-USGS) yang merupakan katalog data gempa yang dikembangkan oleh
Amerika serikat. Data histori kejadian gempa yang diambil mulai dari 01 Januari
1963 sampai dengan 30 Mei 2023 dengan luas wilayah yang ditinjau pada radius
500 km dari lokasi penelitian. Untuk skala magnitude gempa minimal 5 dengan
kedalaman maksimal 300 km.
Penyeragaman Data Gempa
�� Data
gempa yang diperoleh dari kataloq USGS masih dalam bentuk skala magnitude
surface (Ms), magnitude lokal (ML), magnitude body (Mb) dan magnitude moment
(Mw). Skala gempa tersebut masih belum seragam, sehingga perlu dilakukan
analisis lebih lanjut dengan mengkonversi menjadi satu skala magnitude yaitu
magnitude momen (Mw). Persaman yang digunakan untuk konversi ke skala magnitude
momen (Mw) dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Konversi Beberapa Skala Magnitude (Asrurifak, 2010)
Korelasi
Konversi |
Jumlah data
(Events) |
Range Data |
Kesesuaian (R2) |
Mw = 0,143 Ms2
� 1,051 Ms + 7.285 |
3.173 |
4.5 ≤ Ms
≤ 8.6 |
93.9% |
Mw = 0.114 Mb2
- 0.556 Mb + 7.285 |
978 |
4.9 ≤ Mb
≤ 8.2 |
72.0% |
Mw = 0.787 ME
- 1.573 |
154 |
5.2 ≤ ME
≤ 7.3 |
71.2% |
Mb = 0.125 ML
� 0.389 x + 3.513 |
722 |
3.0 ≤ ML
≤ 6.2 |
56.1% |
ML = 0.717 MD
- 1.003 |
384 |
3.0 ≤ Ms
≤ 5.8 |
29.1% |
�
Pemisahan Gempa Utama dan Gempa Ikutan
Data yang akan digunakan untuk
analisis hazard hanya gempa-gempa utama (mainshock), sehingga diperlukan
pemisahan gempa utama dengan gempa ikutan (foreshock dan aftershock). Proses
pemisahan gempa utama dari gempa ikutan (declustering) dilakukan dengan menggunakan
kriteria rentang jarak dan waktu yang diusulkan oleh (Gardner &
Knopoff, 1974).
Identifikasi dan Pemodelan Sumber Gempa
Pemodelan zona sumber gempa
dilakukan untuk menghubungkan data kejadian gempa dengan metode perhitungan
yang digunakan dalam menentukan tingkat hazard gempa. Identifikasi sumber gempa
dilakukan berdasarkan kondisi geologi, seismologi dan geofisika
Penentuan Parameter Sumber Gempa
Dalam analisis kegempaan, frekuensi
kejadian gempa diperlukan untuk mendapatkan karakteristik sumber gempa yang
direpsentasikan dalam parameter sumber gempa. Parameter sumber gempa tersebut
meliputi magnitude maksimum, slipe rate, nilai a dan b dan rate.
Penentuan Uniform Hazard Spectrum
Pada penelitian ini, untuk
mendapatkan nilai percepatan dan Uniform Hazard Spectrum (UHS) menggunakan
bantuan software SR-Model (Makrup, 2009). Software SR-Model ini digunakan
untuk menganalisis tingkat resiko gempa dalam model 3D dengan menggunakan
metode probabilistik dan mempertimbangkan ketidakpastian penggunaan beberapa
parameter input. Ketidakpastian (uncertainty) dibagi menjadi dua jenis yaitu
aleatory uncertainty dan epistemic uncertainty. Ketidakpastian epistemic dalam
analsis metode PSHA dapat diatasi dengan menerapkan model logic tree.
Analisis Deagregasi Hazard
Dasar dari analisis probabilistik
seismic hazard analisis (PSHA) adalah menghitung ancaman gempa berdasarkan pada
kumpulan hasil dari semua kejadian gempa dan gerakan tanah yang mungkin dapat
terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan analisis dengan kemungkinan
magnitude dan jarak dari site ke sumber mana yang akan memberikan hazard
terbesar pada site tidak terlihat jelas dalam PSHA, sehingga perlu dilakukannya
analisis deagregasi. Analisis deagregasi dilakukan untuk mengetahui magnitude
dan jarak yang memberikan kontribusi terhadap hazard terbesar pada site yang
ditinjau.
Pembuatan Ground Motion Sintetic
Pembuatan ground motion sintetic
dilakukan berdasarkan hasil analisis PSHA dan deagregasi hazard. Uniform Hazard
Spectrum (UHS) yang diperoleh dari analisis PSHA akan dijadikan sebagai respon
spektra target dalam proses analisis. Sedangkan jarak & magnitude dominan,
dan jenis sumber gempa yang diperoleh dari hasil analisis deagregasi hazard
akan dijadikan dasar atau acuan dalam memilih rekaman-rekaman gempa yang
memiliki kesamaan karakteristik dengan lokasi yang ditinjau. Data
rekaman-rekaman gempa yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari (Goulet et al.,
2021).
Setelah UHS dan data rekaman gempa
diperoleh maka langkah selanjutnya membuat gorund motion sentetic dengan
melakukan proses matching antara spektra target dan rekaman gempa pilihan
menggunakan bantuan software SeismoMatch (Meshaly et al.,
2014).
Pengumpulan
Data Gempa
Data
gempa yang diperoleh dari katalog USGS, untuk daerah sekitar Kota Ambon dengan
batas administrasi pada koordinat latitude 0,802 sampai -8,559 dan longitude
122,576 sampai 132,748 yang tercatat dari tahun 1963 sampai 2023 dengan
magnitude gempa minimal 5 dan kedalaman maksimum 300 km yaitu� kurang lebih sebanyak 3170 kejadian gempa.
Gambar 1. Kejadian Gempa Bumi Disekitar
Kota Ambon tahun 1963 sampai 2023
Penyeragaman
Data Gempa
Data
gempa yang diperoleh dari katalog USGS terdiri dari beberapa macam magnitude,
sehingga perlu dilakukan penyeragaman kedalam satu jenis magnitude yaitu
magnitude moment (Mw).
Pemisahan
Gempa Utama dan Gempa Ikutan
����������� Proses pemisahan gempa utama dan
gempa ikutan (declustering) dilakkan dengan bantuan software ZMAP. Hasil dari
proses declustering berupa gempa-gempa utama atau gempa independen (mainshocki)
berjumlah 2150 kejadian (event). Hasil tersebut dapat dilihat pada Gambar 2
berikut.
Gambar 2. Hasil Declustering Gempa Utama (Mainshock)
Identifikasi dan Pemodelan Sumber Gempa
Faktor-faktor yang menentukan dalam mengidentifikasi sumber gempa yaitu kondisi seismologi, geofisika dan geologi. Dalam penelitian ini, sumber gempa yang dipehitungkan yaitu sumber gempa subduksi (megathrust dan benioff) dan sumber gempa shallow crustal di wilayah Kota Ambon dan sekitarnya. Ada 4 sumber gempa subduksi yang mempengaruhi wilayah Kota Ambon yaitu subduksi NTT, subduksi Laut Banda Utara, subduksi Laut Banda Selatan dan subduksi Laut Molucca Selatan. Sedangkan untuk sumber gempa shallow crustal yang berpengaruh terhadap Kota Ambon terdapat 38 fault.
Gambar 3. Identifikasi dan Pemodelan Sumber Gempa di Kota Ambon dan Sekitarnya
Penentuan
Parameter Sumber Gempa
Dalam
proses analisis PSHA, diperlukan parameter sumber gempa sebagai input seperti
magnitude maksimum, slipe rate, nilai a dan b dan rate. Parameter tersebut akan
diproses dengan menggunakan bantuan software ZMAP. Parameter sumber gempa
subduksi dan shallow crustal disajikan pada Tabel 3 dan Tabel 4
Tabel 3. Parameter Sumber Gempa Subduksi
No |
Zona Sumber Gempa |
Nilai b |
Nilai a |
Rate (v) |
Mmax Geodesi |
1 |
MegaThrust NTT |
1,15 |
5,99 |
1,738 |
8,7 |
2 |
Benioff NTT |
0,813 |
4,3 |
1,718 |
8,7 |
3 |
MegaThrust Laut Banda Selatan |
0,774 |
4,1 |
1,698 |
7,4 |
4 |
Benioff Laut Banda Selatan |
0,697 |
3,700 |
1,641 |
7,4 |
5 |
MegaThrust Laut Banda Utara |
1,240 |
6,400 |
1,585 |
7,9 |
6 |
Benioff Laut Banda Utara |
0,790 |
4,180 |
1,698 |
7,9 |
7 |
MegaThrust Laut Molucca Selatan |
0,771 |
3,790 |
0,861 |
8,2 |
8 |
Benioff Laut Molucca Selatan |
1,240 |
5,990 |
0,617 |
8,2 |
Tabel
4. Parameter Sumber Gempa� Shallow Crustal
No |
Segmen |
Mekanisme Sesar |
Nilai
b |
Nilai
a |
Rate (v) |
Slip Rate |
Mmax |
1 |
Dampier_Dampier |
Thrust |
1 |
3,473 |
0,030 |
0,5 |
7,3 |
2 |
North Sula_North Sula |
Thrust |
1 |
5,219 |
1,656 |
20 |
8,1 |
3 |
Seram FTB_1 West |
Thrust |
1 |
5,112 |
1,294 |
15 |
8,2 |
4 |
Seram FTB_2 |
Thrust-SS |
1 |
4,792 |
0,619 |
10 |
7,4 |
5 |
Seram Strike
Slip_East
Bula |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,437 |
0,274 |
5 |
7,1 |
6 |
Seram Strike
Slip_East
Gorom |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,527 |
0,336 |
5 |
7,6 |
7 |
Seram Strike
Slip_North
Hote |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,473 |
0,297 |
5 |
7,3 |
8 |
Seram Strike
Slip_North
Kobi |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
3,684 |
0,048 |
1 |
6,8 |
9 |
Seram Strike
Slip_North
Wahai |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,491 |
0,310 |
5 |
7,4 |
10 |
Seram Strike
Slip_West
Gorom |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,383 |
0,242 |
5 |
6,8 |
11 |
Sorong Fault_1
Obi |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,828 |
0,673 |
10 |
7,6 |
12 |
Sorong Fault_2
Obi-kofian |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,792 |
0,619 |
10 |
7,4 |
13 |
Sorong Fault_3
North Kofian |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,853 |
0,713 |
12,5 |
7,2 |
14 |
Sorong Fault_4
South Halmahera |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
5,058 |
1,143 |
15 |
7,9 |
15 |
Sorong Fault_5
West Salawati |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,745 |
0,556 |
12,5 |
6,6 |
16 |
Sorong Fault_6
Sagawin |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,853 |
0,713 |
12,5 |
7,2 |
17 |
Sorong Fault_7
Dampier |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,437 |
0,274 |
5 |
7,1 |
18 |
Sorong Fault_9
Klararea |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
3,950 |
0,089 |
1,5 |
7,3 |
19 |
Sula Fault_1
Kano |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,806 |
0,640 |
15 |
6,5 |
20 |
Sula Fault_2
Talibun |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
4,932 |
0,855 |
15 |
7,2 |
21 |
Sula Fault_3
Mangole |
Strike-Slip
Sinisitral |
1 |
5,004 |
1,009 |
15 |
7,6 |
22 |
Taminabuan Thrust_1
South |
Thrust |
1 |
2,630 |
0,004 |
0,1 |
6,5 |
23 |
Bobot Fault |
Strike-Slip |
1 |
3,509 |
0,032 |
0,5 |
7,5 |
24 |
Flores Backarc Thrust_Water |
Reverse-Slip |
1 |
5,072 |
1,182 |
18,3 |
7,5 |
25 |
Gorong Fault_1 |
Strike-Slip |
1 |
3,419 |
0,026 |
0,5 |
7,0 |
26 |
Gorong Fault_2 |
Strike-Slip |
1 |
3,401 |
0,025 |
0,5 |
6,9 |
27 |
Kendari Fault_North |
Strike-Slip |
1 |
3,491 |
0,031 |
0,5 |
7,4 |
28 |
Manipa Fault |
Strike-Slip |
1 |
3,491 |
0,031 |
0,5 |
7,4 |
29 |
North Buru Fault |
Strike-Slip |
1 |
3,491 |
0,031 |
0,5 |
7,4 |
30 |
Sout Buru Fault_1 |
Strike-Slip |
1 |
3,473 |
0,030 |
0,5 |
7,3 |
31 |
Sout Buru Fault_2 |
Strike-Slip |
1 |
3,491 |
0,026 |
0,5 |
7,0 |
32 |
Taluti Strike-Slip Fault |
Strike-Slip |
1 |
3,437 |
0,027 |
0,5 |
7,1 |
33 |
Taluti Thrust
Fault |
Strike-Slip |
1 |
3,383 |
0,024 |
0,5 |
6,8 |
34 |
Tanimbar Fault-1 |
Strike-Slip |
1 |
3,509 |
0,032 |
0,5 |
7,5 |
35 |
Tanimbar Fault-2 |
Strike-Slip |
1 |
3,473 |
0,030 |
0,5 |
7,3 |
36 |
Tanimbar Fault-3 |
Strike-Slip |
1 |
3,491 |
0,031 |
0,5 |
7,4 |
37 |
Tanimbar Fault-4 |
Strike-Slip |
1 |
3,509 |
0,032 |
0,5 |
7,5 |
38 |
Tanimbar Fault-5 |
Strike-Slip |
1 |
3,491 |
0,031 |
0,5 |
7,4 |
Penentuan Uniform Hazard Spectrum
Tinggi rendahnya bahaya gempa yang terjadi
pada suatu wilayah ditunjukkan dalam bentuk nilai percepatan. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini untuk menentukan nilai percepatan adalah
menggunakan metode probabilistik (PSHA) dengan bantuan software SR-Model. Hasil analisis nilai percepatan yang diperoleh
yaitu dalam bentuk uniform hazard
spectrum (UHS) pada titik lokasi tertentu yang kemudian akan digunakan
untuk membuat� ground motion sintetic. Titik lokasi yang digunakan yaitu pada
koordinat longitude 128,1980⁰ dan latitude -3.6681⁰ di Teluk Dalam
Pulau Ambon. Hasil UHS
pada penelitian ini menggunakan probabilitas terlampaui 7% dalam 75 tahun yang
ditunjukan pada Gambar 4.
Gambar 4. UHS Teluk
Dalam Kota Ambon
Deagregasi Hazard
Deagregasi hazard merupakan proses analisis terhadap berbagai macam sumber hazard gempa yang mempengaruhi suatu
lokasi dengan cara mamprediksi besarnya jarak dominan dan magnitude dominan. Oleh karena itu, proses ini menggunakan
pendekatan probabilistik yang berarti memperhitungkan semua kemungkinan dari
tiap sumber gempa (earthquake source)
berdasarkan parameter-parameter yang dimilikinya. Hasil
analisis Deagregasi hazard
Kota Ambon ditampilkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Deagregasi hazard
Kota Ambon
Hasil deagregasi hazard Kota Ambon yang ditampilkan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa sumber gempa yang memberi pengaruh dominan terhadap risiko gempa di Kota Ambon adalah sumber gempa megathrust Laut Banda Utara dengan kontribusi sebesar 94,897%, sedangkan untuk magnitude dan jarak dominan yeng berpengaruh berturut-turut yaitu 5,813 Mw dan 82,653%. Hasil-hasil yang diperoleh tersebut akan digunakan sebagai acuan dalam memilih rekaman kejadian gempa (time history).
Pemilihan Rekaman Gempa
Hasil deagregasi hazard yang diperoleh dari poses analisis akan digunakan dalam memilih rekaman kejadian gempa yamg memiliki karakteristik yang sama atau mendekati. Kesamaan atau mendekati yang dimaksud berupa magnitude, jarak sumber gempa terhadap lokasi yang ditinjau dan juga kesesuain kecepatan gelombang geser (Vs). Rekaman gempa yang dipilih dalam penelitian ini ditampilkan pada Tabel 5 dan Gambar 6.
Gambar 6. Rekaman Gempa Tottori Jepang 2000 (Goulet et al.,
2021)
Spectral Matching
Setelah mendapatkan data time history pada situs Peer Ground Motion Database (PEER) yang sesuai dengan karakteristik dan sumber gempa di lokasi yang ditinjau, maka time history tersebut dapat digunakan dalam proses spectral matching (Shanmugam & SrinivasaPerumal, 2014). Proses matching yang dilakukan dengan menggunakan bantuan software SeismoMatch. Hasil dari proses matching ditampilkan pada Gambar 7.
Gambar 7. Spectral
Matching
Pembuatan Ground Motion Sintetic
Pembuatan ground motion sintetic untuk Kota Ambon berdasarkan spektra target dan rekaman gempa Tottori Jepang tahun 2000 (Suku & Angkasa, 2014). Hasil ground motion sintetic Kota Ambon dapat dilihat pada Gambar 8 berikut.
Gambar 8. ground motion sintetic
Kota Ambon
KESIMPULAN
Hasil analisis risiko gempa yang digambarkan dalam
bentuk nilai percepatan di Kota Ambon pada UHS pada T = 0 detik sebesar 0,455
g, pada T = 0,2 detik sebesar 0.927 g dan pada T = 1 detik sebesar 0,294 g.
Sumber gempa yang diprediksi memiliki kontribusi terbesar terhadap resiko gempa
di Kota Ambon adalah sumber gempa subduksi megathrust Laut Banda Utara dengan
dominasi sebesar 94,987%. Ground motion sintetic untuk Kota Ambon yang
diperoleh dengan bantuan software SeismoMatch dapat dilihat pada Gambar 8.
�Aldiamar, F. (2007). Analisa Resiko Gempa Dan Pembuatan Respon Spektra
Desain Untuk Jembatan Suramadu Dengan Permodelan Sumber Gempa 3D. Institut
Teknologi Bandung.
Alifvia, D. (2023). Studi Bahaya
Seismik Dengan Metode Psha (Probabilistic Seismic Hazard Analysis) DI SUMATERA
BARAT. Universitas Andalas.
Aprillianto, S., Santosa, B. J.,
& Sunardi, B. (2016). Ground Motion Modeling Wilayah Sumatera Selatan
Berdasarkan Analisis Bahaya Gempa Probabilistik. Jurnal Sains Dan Seni ITS,
5(2).
Gardner, J. K., & Knopoff, L. (1974). Is The
Sequence Of Earthquakes In Southern California, With Aftershocks Removed,
Poissonian? Bulletin Of The Seismological Society Of America, 64(5), 1363�1367.
Goulet, C. A., Kishida, T., Ancheta, T. D., Cramer, C.
H., Darragh, R. B., Silva, W. J., Hashash, Y. M. A., Harmon, J., Parker, G. A.,
& Stewart, J. P. (2021). PEER NGA-East Database. Earthquake Spectra,
37(1_Suppl), 1331�1353.
Imran, I., & Boediono, B. (2010). Mengapa
Gedung-Gedung Kita Runtuh Saat Gempa. Short Course HAKI.
Indri, R., Taunaumang, H., & Tumimomor, F. R.
(2022). Analisis Bahaya Gempa Bumi Menggunakan Metode Probabilistic Seismic
Hazard Analysis Di Wilayah Likupang, Minahasa Utara. Jurnal Fista: Fisika Dan
Terapannya, 3(1), 34�38.
Makrup, L. (2009). Pengembangan Peta Deagregasi Hazard
Untuk Indonesia Melalui Pembuatan Software Dengan Pemodelan Sumber Gempa Tiga
Dimensi. Institut Teknologi Bandung.
Meshaly, M. E., Youssef, M. A., & Abou Elfath, H.
M. (2014). Use Of SMA Bars To Enhance The Seismic Performance Of SMA Braced RC
Frames. Earthquakes And Structures, 6(3), 267�280.
Mulyati, R., Suryana, V. A., & Wulandari, D. A.
(2020). Indentifikasi Sesar Aktif Terhadap Pembangunan Bendungan Di Provinsi
Aceh (NAD). Rang Teknik Journal, 3(1), 94�98.
Shanmugam, S., & Srinivasaperumal, P. (2014).
Spectral Matching Approaches In Hyperspectral Image Processing. International
Journal Of Remote Sensing, 35(24), 8217�8251.
Solihin, C. (2018). Analisis Seismic Hazard Di Wilayah
Provinsi Banten Dengan Menggunakan Metode Probabilistic Seismic Hazard Analysis
(PSHA). UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Suku, Y. L., & Angkasa, R. S. (2014). Analisis
Probabilitas Resiko Gempa (Probabilistic Seismic Hazard Analysis) Kota Ende
Berdasarkan Fungsi Atenuasi Joyner-Boore Dan Youngs. Majalah Ilmiah Indikator,
17(2), 1�18.
Sulistyanto, D. (2009). Hubungan Antara Persepsi
Pasien Tentang Perilaku Caring Perawat Dengan Kecemasan Pasien Kemoterapi Pada
Kanker Payudara Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Tjandra, K. (2018). Empat
Bencana Geologi Yang Paling Mematikan. UGM PRESS.
|
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License