Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 1, Number 7, July 2021
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
How to cite:
Mohammad Afif Prabowo
1
dan Anggun Puspitarini Siswanto
2
. (2021). Formulasi Sabun Padat Dengan
Penambahan Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut Sebagai Antibakteri Terhadap Staphylococcus Aureus. Jurnal
Sosial dan Teknologi (SOSTECH), 1(7): 569-580
E-ISSN:
2774-5155
Published by:
https://greenvest.co.id/
FORMULASI SABUN PADAT DENGAN PENAMBAHAN MINYAK ATSIRI DAUN
JERUK PURUT SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP Staphylococcus Aureus
Mohammad Afif Prabowo
1
dan Anggun Puspitarini
Siswanto
2
Universitas Diponegoro
1 dan 2
afif.prabowo@yahoo.com
1
dan anggun.siswanto@live.undip.ac.id
2
Diterima:
20 Juni 2021
Direvisi:
27 Juni 2021
Disetujui:
14 Juli 2021
Abstrak
Tanaman jeruk purut merupakan tanaman jeruk-jerukan dari jenis citrus dengan
nama latin Citrus hystrix. Daun jeruk purut memiliki kandungan minyak atsiri
sekitar 2-2,5%. Kandungan terbesar dalam minyak atsiri pada daun jeruk purut
yaitu sitronelal sebesar 81,49%, sitronelol sebesar 8,22%, linalool sebesar
3,69%, geraniol 0,31%, dan komponen lain sebesar 6,29%. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kefektivitasan minyak atsiri daun jeruk purut
dalam sabun aromaterapi sebagai sabun anti bakteri dan mengetahui kondisi
optimal pada proses pembuatan sabun padat aromaterapi dengan menggunakan
metode factorial design 2
3
. Proses pembuatan sabun padat aromaterapi daun
jeruk purut divariasi, dengan batas bawah rasio perbandingan antara
penambahan NaOH dan jenis minyak 0,5 : 1 dan batas atas rasio perbandingan
antara penambahan NaOH dan jenis minyak 1,5 : 1. Jenis minyak yang
digunakan pada penelitian batas bawah minyak kelapa dan batas atas minyak
zaitun dan lama pengadukan pada penelitian batas bawah 20 menit dan batas
atas 40 menit. Sabun padat aromaterapi yang dihasilkan akan di uji analisa
seperti uji alkali bebas, uji kadar air, uji derajat keasaman (pH), uji organoleptik
dan uji antibakteri. Hasil penelitian menunjukan, hasil kadar alkali terbaik
0,024% dengan penggunaan rasio NaOH 0,5, jenis minyak yang digunakan
minyak kelapa dan lama pengadukan 20 menit. Hasil kadar air terbaik 13,2%
dengan penggunaan rasio NaOH 0,5 dan menghasilkan zona hambatan
antibakteri Staphylococcus Aureus sebesar 57 mm.
Kata kunci: Jeruk Purut; Daun Jeruk Purut; Sabun Mandi Aromaterapi
Abstract
Citrus plants purut is a citrus plant of citrus species with the latin name Citrus
hystrix. Citrus leaves purut has an essential oil content of about 2-2.5%. The
largest content in essential oils in citrus leaves is sitronelal by 81.49%,
sitronelol by 8.22%, linalool by 3.69%, geraniol by 0.31%, and other
components by 6.29%. This study aims to find out the effectiveness of essential
oils of citrus leaves purut in aromatherapy soap as an anti-bacterial soap and
know the optimal conditions in the process of making solid aromatherapy soap
using factorial design method 2
3
. The process of making solid soap
aromatherapy orange leaves purut varied, with the lower limit ratio of
comparison between the addition of NaOH and the type of oil 0.5 : 1 and the
upper limit ratio of comparison between the addition of NaOH and the type of
oil 1.5 : 1. The type of oil used in the study was the lower limit of coconut oil
and the upper limit of olive oil and the length of stirring on the study's lower
limit of 20 minutes and the upper limit of 40 minutes. Aromatherapy solid
soaps produced will be analyzed such as free alkaline test, moisture content
test, acidity degree test (pH), organoleptic test and antibacterial test. The
results showed, the best alkaline content of 0.024% with the use of NaOH ratio
of 0.5, the type of oil used coconut oil and stirring length 20 minutes. The best
moisture content result is 13.2% with the use of NaOH ratio of 0.5 and
produces Staphylococcus Aureus antibacterial resistance zone of 57 mm.
Keywords: Orange Purut; Orange Leaves Purut; Aromatherapy Bath
Soap
Formulasi Sabun Padat dengan Penambahan Minyak
Atsiri Daun Jeruk Purut Sebagai Antibakteri Terhadap
Staphylococcus Aureus
Mohammad Afif Prabowo dan Anggun Puspitarini Siswanto 570
PENDAHULUAN
Minyak atsiri atau sering disebut minyak eteris merupakan minyak nabati yang
biasa di dapat dari hasil penyulingan tumbuhan-tumbuhan (Utami & Ardiyanti, 2019).
Minyak atsiri banyak dimanfaatkan dalam bidang pangan, kecantikan, pertanian dan
kesehatan (Tasia & Widyaningsih, 2014). Bidang kesehatan salah satunya adalah sebagai
aromaterapi (Misfonica, 2019). Seiring meningkatnya fenomena resistensi terhadap
penggunaan obat-obatan kimia (Misfonica, 2019), kini aromaterapi alami banyak
digemari masyarakat. Salah satunya adalah tanaman jeruk purut (Citrus hystrix) (Lestari,
2016).
Minyak daun jeruk purut dapat diisolasi dengan cara penyulingan uap dengan
berbagai variabel penggunaan air (Miranda & Ravita, 2018) dan waktu kemudian minyak
daun jeruk purut terisolasi dapat diaplikasikan dalam sabun aromaterapi (Agung, 2017).
Mengingat Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang panas dan lembab yang
mudah sekali tumbuh jamur atau bakteri (Ruamba, 2019). Salah satunya adalah
tumbuhnya bakteri atau jamur pada tubuh yang mengakibatkan bau badan (Darsana et al.,
2012), sehingga sabun aromaterapi minyak daun jeruk purut diharapkan dapat digunakan
untuk membasmi bakteri kulit penyebab bau badan (Ivo, 2019) dan memberi rasa rileks
serta meningkatkan nilai ekonomis sabun aromaterpi minyak daun jeruk purut (Syukrini,
2016). Diharapkan penelitian ini mampu mengatasi masalah bakteri Staphylococcus
aureus yang tumbuh pada tubuh dan sabun anti bakteri ini dapat di jangkau oleh berbagai
kalangan masyarakat.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi optimal pada proses
pembuatan sabun padat aromaterapi dengan penambahan minyak atsiri daun jeruk purut,
untuk mengevaluasi mutu produk sabun aromaterapi minyak atsiri daun jeruk purut dan
untuk mengetahui efektivitas minyak daun jeruk purut dalam sabun aromaterapi.
Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini diharapkan
mempunyai manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu sebagai pijakan
dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan bidang kesehatan
serta menjadi bahan kajian yang lebih lanjut, memberikan sumbangan ilmiah dan
menambah wawasan ilmu khususnya dalam bidang kesehatan, yaitu pembuatan sabun
aromaterapi dengan penambahan minyak atsiri daun jeruk purut dan diharapkan
penelitian ini bermanfaat bagi pihak pihak tertentu.
Minyak atsiri jeruk purut mengandung sitronelal, sitronelol, linalol dan geraniol.
Minyak atsiri buah jeruk purut memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus dengan MIC (Minimum Inhibitor Concentration) sebesar 1,13% (Pambudi, 2013).
Sabun mandi merupakan senyawa natrium dengan asam lemak yang digunakan sebagai
bahan pembersih tubuh, berbentuk padat, busa (Ainiyah & Utami, 2020), dengan atau
tanpa zat tambahan lain serta tidak menimbulkan iritasi pada kulit (Asngad & Nopitasari,
2018). Sabun bersifat ampifilik, yaitu pada bagian kepalanya memiliki gugus hidrofilik
(polar), sedangkan pada bagian ekornya memiliki gugus hidrofobik (non polar) (Sameng,
2013).
Sehingga didapat nilai kebaruan pada penelitian yaitu menggunakan minyak
aromaterapi daun jeruk purut yang diaplikasikan dengan sabun padat dengan
menggunakan metode rancangan percobaan faktorial desain 2
3
sehingga diketahui
percobaan mana yang paling berpengaruh terhadap penelitian.
Vol. 1, No. 7, pp. 569-580, July 2021
571 http://sostech.greenvest.co.id
METODE PENELITIAN
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif.
Untuk alur pendekatannya dimulai dari masalah ilmiah, objek penelitian, variabel dan
responden. Penyulingan dari bahan baku daun jeruk purut yang menghasilkan minyak
atsiri daun jeruk purut (Gotama et al., 2017). Hasil dari penyulingan tersebut (minyak
atsiri daun jeruk purut) di jadikan bahan tambahan pada proses pembuatan sabun padat
aromaterapi. Sabun aromaterapi tersebut di lakukan perlakuan uji alkali bebas. Penelitian
terapan dilakukan Laboratorium Teknik Kimia, Program Studi STr.Teknologi Rekayasa
Kimia Industri, Sekolah Vokasi, Universitas Diponegoro, Semarang Jawa tengah dan
Balai Laboratorium Kesehatan dan Pengujian Alat Kesehatan Semarang Jawa Tengah.
Alat yang digunakan yaitu gelas ukur 25 ml dan 10 ml, beaker glass 1.000 ml, 500 ml
dan 250 ml, pipet tetes, botol sampel, corong pemisah 250 ml, neraca analitik, cawan
petri, inkubator, piknometer 25 ml, statif dan klem, pengaduk, labu takar 100 ml,
seperangkat alat destilasi, tabung reaksi, batang oase, pembakar spirtus, corong,
stopwatch, kompor listrik, viskosimeter Oswald dan lap. Bahan yang digunakan yaitu
daun jeruk purut sebanyak 10 kg, air sebanyak 12 liter, konsentrasi NaOH 20%, aquadest
secukupnya dan minyak atsiri daun jeruk sebanyak 1 ml.
Gambar 1. Rangkaian Alat Destilasi
Keterangan:
1. Tangki Destilasi
2. Kondensor
3. Tangki Pendingin
4. Kran
5. Pemanas
6. Glass Beker
Variabel penelitian yang digunakan yaitu variabel bebas dan variabel tetap.
Variabel bebas dijelaskan sebagai berikut
a. Proses Pembuatan Sabun
- Rasio variabel I antara volume NaOH : volume jenis minyak 0,5 : 1
- Rasio variabel II antara volume NaOH : volume jenis minyak 1,5 : 1
Jenis Minyak yang digunakan
- Variabel I minyak kelapa
- Variabel II minyak zaitun
6
1
4
5
3
2
Formulasi Sabun Padat dengan Penambahan Minyak
Atsiri Daun Jeruk Purut Sebagai Antibakteri Terhadap
Staphylococcus Aureus
Mohammad Afif Prabowo dan Anggun Puspitarini Siswanto 572
Waktu Pengadukan
- Variable I : 20 menit
- Variable II : 40 menit
Variabel tetap dijelaskan sebagai berikut
a. Proses pengambilan minyak atsiri daun jeruk purut
- Waktu variabel : 6 jam
- Massa bahan baku : 10 kg
- Suhu : 100
O
C
- Tekanan : vakum <1atm
b. Proses pembuatan sabun
- Minyak Atsiri : 1 ml
- Kecepatan magnetic stirrer : 300 rpm
- Suhu magnetic stirrer : 70
O
C
Rancangan percobaannya yaitu sebagai berikut
Misalkan untuk 3 buah variabel n (volume NaOH) , m (jenis minyak), w (waktu
pengadukan) akan diuji pada 2 level, maka akan dibutuhkan 2 x 2 x 2 = 8 run, dengan
rancangan sebagai berikut :
Tabel 1. Rancangan percobaan dengan factorial design
Run
Variabel Berubah
Interaksi
Alkali
Bebas
N
m
w
Nm
nw
mw
nmw
1
-
-
-
+
+
+
-
A1
2
+
-
-
-
-
+
+
A2
3
-
+
-
-
+
-
+
A3
4
+
+
-
+
-
-
-
A4
5
-
-
+
+
-
-
+
A5
6
+
-
+
-
+
-
-
A6
7
-
+
+
-
-
+
-
A7
8
+
+
+
+
+
+
+
A8
Keterangan:
n = volume NaOH (ml)
m =jenis minyak, (-) minyak kelapa dan (+) minyak zaitun
w = waktu penadukan (menit), (-) 20 menit dan (+) 40 menit
HASIL DAN PEMBAHASAN
Variabel yang paling berpengaruh dalam penelitian ini dapat diketahui
menggunakan Quicker Method, dimana menghitung efek utama dan efek interaksi
terhadap nilai alkali bebas, kadar air, derajat keasaman (pH), uji organoleptik, dan uji
antibakter dari produk sabun yang dihasilkan. Hasil perhitungan variabel yang paling
berpengaruh terhadap nilai alkali bebas dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3.
Vol. 1, No. 7, pp. 569-580, July 2021
573 http://sostech.greenvest.co.id
Tabel 2. Hasil Perhitungan Efek Utama dan Efek Interaksi Terhadap Alkali Bebas
Efek
Nilai
n
0,03888 Efek Utama
m
0,00
w
0,02916
nm
0,00
mw
0,01458 Efek Interaksi
nw
0,00486
nmw
0,00486
Pada tabel 2 menunjukkan bahwa efek utama untuk parameter alkali bebas pada
penelitian ini adalah penambahan volume NaOH (n) dengan nilai sebesar 0,03888 dengan
efek interaksi penambahan volume NaOH dan waktu pengadukan dengan nilai sebesar
0,01458.
Tabel 3. Penentuan Variabel Berpengaruh Terhadap Alkali Bebas
P (%)
Efek
Identitas Efek
7,14
0,00
m
21,42
0,00
nm
35,71
0.00486
nw
50
0,00486
nmw
64,29
0,01458
mw
78,58
0,02916
w
92,86
0,03888
n
Gambar 2. Grafik Normal Probability Plot Terhadap Alkali Bebas untuk Faktorial Desain
2
3
Pada gambar 2 menampilkan grafik Normal Probability Plot antara nilai P dengan
efek yang diperoleh regresi (R
2
) sebesar 0,8678 dengan mengaktifkan fitur Trendline
pada Microsoft Excel. Hal ini berarti 86,78% dari total variasi model bisa diwakilkan
dengan persamaan regresi. Adapun persamaan yang menunjukkan korelasi antara nilai
alkali bebas dan parameter proses penelitian (penambahan volume NaOH dan kondisi
operasi) adalah y = 1879,6x + 25,206.
y = 1879.6x + 25.206
R² = 0.8678
0
20
40
60
80
100
120
-0.005 0 0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 0.045
P(%)
Efek
Formulasi Sabun Padat dengan Penambahan Minyak
Atsiri Daun Jeruk Purut Sebagai Antibakteri Terhadap
Staphylococcus Aureus
Mohammad Afif Prabowo dan Anggun Puspitarini Siswanto 574
y = 5.5444x + 31.308
R² = 0.9758
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
-6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12
P(%)
Efek
Hasil perhitungan variabel yang paling berpengaruh terhadap kadar air dapat
dilihat pada tabel 4 dan tabel 5.
Tabel 4. Hasil Perhitungan Efek Utama dan Efek Interaksi Terhadap Kadar Air
Efek
Nilai
n
11,2 Efek Utama
m
8
w
7,2
nm
-3,6 Efek Interaksi
mw
0,4
nw
2
nmw
-1,6
Pada tabel 4 menunjukkan bahwa efek utama untuk parameter kadar air pada
penelitian ini adalah penambahan volume NaOH (n) dengan nilai sebesar 11,2 dengan
efek interaksi penambahan volume NaOH dan jenis minyak dengan nilai sebesar -3,6.
Tabel 5. Penentuan Variabel Berpengaruh Terhadap Kadar Air
P (%)
Efek
Identitas Efek
7,14
-3,6
nm
21,42
-1,6
nmw
35,71
0.4
mw
50
2
nw
64,29
7,2
w
78,58
8
m
92,86
11.2
n
Pada gambar 3 menampilkan grafik Normal Probability Plot antara nilai P dengan
efek yang diperoleh regresi (R2) sebesar 0,9758 dengan mengaktifkan fitur Trendline
pada Microsoft Excel. Hal ini berarti 97,58% dari total variasi model bisa diwakilkan
dengan persamaan regresi. Adapun persamaan yang menunjukkan korelasi antara nilai
kadar air dan parameter proses penelitian (penambahan volume NaOH dan kondisi
operasi) adalah y = 5,5444x + 31,308.
Gambar 3. Grafik Normal Probability Plot Terhadap Kadar Air
untuk Faktorial Desain 2
3
Vol. 1, No. 7, pp. 569-580, July 2021
575 http://sostech.greenvest.co.id
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
1 dan 2 3 dan 4 5 dan 6 7 dan 8
ALKALI BEBAS (%)
RUN
0.5
1.5
Dari gambar 4 menunjukkan bahwa pengaruh penambahan volume NaOH pada
proses pembuatan sabun padat memiliki kecenderungan meningkat pada alkali bebas dari
sabun padat tersebut. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin banyak penambahan
volume NaOH maka semakin banyak juga kadar alkali yang terbentuk pada proses
pembuatan sabun padat tersebut dan terlihat bahwa rata rata alkali bebas diperoleh
0.0309825%, dimana alkali bebas tersebut sudah memenuhi syarat baku mutu SNI alkali
bebas yaitu maksimal 0,1%.
Gambar 4. Grafik Hubungan Penambahan Volume NaOH Terhadap Alkali Bebas
Dari gambar 5 menunjukkan bahwa semakin lama waktu pengadukan maka
semakin banyak jumlah sabun padat yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
pada saat proses pengadukan, tumbukan antar reaktan terjadi sehingga energi aktivasi
reaksi tercapai dengan cepat. Untuk penggunaan minyak kelapa dan minyak zaitun pada
penambahan volume NaOH 0,5 sudah sesuai dengan teori yang ada, namun untuk
penggunaan minyak kelapa dan minyak zaitun pada penambahan volume NaOH 1,5
belum sesuai teori. Teori yang seharusnya penambahan jenis minyak yang berbeda
namun dengan volume yang sama pada proses pembuatan sabun seharusnya tidak
memengaruhi nilai alkali bebas. Hal ini di sebabkan beberapa faktor sehingga tidak sesuai
dengan teori yaitu kurang nya ketelitian dan kebersihan pada alat yang digunakan saat
penelitian.
0
0.005
0.01
0.015
0.02
0.025
0.03
0.035
0.04
0.045
0.5 1.5
ALKALI BEBAS )%)
V NAOH
w = 20 menit dan minyak
kelapa
w = 20 menit dan minyak
zaitun
w = 40 menit dan minyak
kelapa
w = 40 menit dan minyak
zaitun
Formulasi Sabun Padat dengan Penambahan Minyak
Atsiri Daun Jeruk Purut Sebagai Antibakteri Terhadap
Staphylococcus Aureus
Mohammad Afif Prabowo dan Anggun Puspitarini Siswanto 576
0.0
5.0
10.0
15.0
20.0
0.5 1.5
KADAR AIR (%)
V NAOH
t = 20 menit dan minyak
kelapa
t = 20 menit dan minyak
kelapa
t = 40 menit dan minyak
kelapa
t = 40 menit dan minyak zaitun
Gambar 5. Grafik Hubungan Kondisi Operasi Terhadap Alkali Bebas
Dari gambar 6 menunjukkan bahwa kadar air pada sabun padat yang dihasilkan
pada penelitian ini berkisar antara 13,2% - 19,4%. Kadar air terbesar adalah 19,4% di
peroleh dari penambahan volume NaOH 1,5, jenis minyak menggunakan minyak zaitun
dan lama pengadukan 40 menit. Kadar air terkecil adalah 13,2% diperoleh dari
penambahan volume NaOH 0,5, jenis minyak kelapa dan lama pengadukan 20 menit. Dan
terlihat bahwa ada beberapa sabun yang sudah sesuai dengan baku mutu SNI dan juga ada
yang belum sesuai dengan SNI. Baku mutu SNI kadar air sabun padat adalah maksimal
15%.
Gambar 6. Grafik Hubungan Penambahan Volume NaOH Terhadap Kadar Air
Dari gambar 7 menunjukkan bahwa pengaruh penambahan volume NaOH pada
proses pembuatan sabun padat memiliki kecenderungan fluktuatif pada kadar air dari
sabun padat tersebut. Teori yang seharusnya semakin banyak konsentrasi NaOH untuk
volume larutan yang sama berarti semakin banyak juga NaOH yang mengisi larutan
tersebut sehingga jumlah air yang ada akan semakin sedikit menguap. Hal ini di sebabkan
beberapa faktor sehingga tidak sesuai dengan teori yaitu kurangnya ketelitian dan
kebersihan pada alat yang di gunakan saat penelitian.
Gambar 7. Grafik Hubungan Kondisi Operasi Terhadap Kadar Air
Sabun dengan pH yang relatif tinggi dapat meningkatkan daya absorpsi kulit
sehingga kulit menjadi iritasi seperti mengelupas, gatal, luka dan kulit menjadi kering.
0
5
10
15
20
1 dan 2 3 dan 4 5 dan 6 7 dan 8
KADAR AIR (%)
RUN
0.5 1.5
Vol. 1, No. 7, pp. 569-580, July 2021
577 http://sostech.greenvest.co.id
Hasil analisis pada semua penelitian menunjukkan derajat keasamaan pada sabun padat
adalah 9,2. Hal tersebut menunjukan bahwa variabel berubah pada penelitian tidak
memengaruhi derajat keasaman. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai pH sabun padat
sudah cukup baik sesuai dengan SNI No. 06-4085-1996. Baku mutu SNI No. 06-4085-
1996 derajat keasaman adalah 8-11. pH yang sangat tinggi atau rendah dapat
meningkatkan daya absorbsi kulit sehingga kulit menjadi iritasi.
Pengujan organoleptik ini bertujuan untuk mengukur tingkat pemenuhan aspek
yang dapat diterima (acceptability) oleh masyarakat selaku konsumen. Uji organoleptik
pada penelitian ini yang dilakukan 4 orang panelis meliputi penilaian warna, aroma,
iritasi, tekstur. Berdasarkan tabel 6. menunjukkan bahwa menghasilkan aroma sabun
padat yang khas dengan jeruk purut. Hal ini disebabkan karena penambahan minyak atsiri
daun jeruk purut ke dalam sabun padat. Tekstur (bentuk) pada sabun bertekstur padat. Hal
ini disebabkan karena sudah terhomogen dan proses saponifikasi berjalan secara
sempurna. Warna pada penelitian ke 6 tidak sesuai dengan teori. Hal ini disebabkan
beberapa faktor antara lain kebersihan pada alat yang digunakan saat penelitian. Iritasi
pada penelitian sudah sesuai dengan teori. Semakin banyak penambahan NaOH pada
sabun padat maka akan membuat iritasi pada kulit.
Tabel 6. Uji Organoleptik
Panelis
RUN
Parameter
Warna
Aroma
Iritasi
Tekstur
1
Putih
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
2
Putih
Khas Jeruk Purut
Sedikit gatal
Padat
3
Krem
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
1
4
Krem
Khas Jeruk Purut
Sedikit gatal
Padat
5
Putih
Khas Jeruk Purut
Sedikit gatal
Padat
6
Krem muda
Khas Jeruk Purut
Gatal
Padat
7
Krem
Khas Jeruk Purut
Sedikit gatal
Padat
8
Krem
Khas Jeruk Purut
Gatal
Padat
1
Putih
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
2
Putih
Khas Jeruk Purut
Sedikit gatal
Padat
3
Krem
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
2
4
Krem
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
5
Putih
Khas Jeruk Purut
Sedikit gatal
Padat
6
Krem muda
Khas Jeruk Purut
Gatal
Padat
7
Krem
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
8
Krem
Khas Jeruk Purut
Gatal
Padat
1
Putih
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
2
Putih
Khas Jeruk Purut
Sedikit gatal
Padat
3
Krem
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
3
4
Krem
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
5
Putih
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
6
Krem muda
Khas Jeruk Purut
Sedikit gatal
Padat
7
Krem
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
8
Krem
Khas Jeruk Purut
Gatal
Padat
1
Putih
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
2
Putih
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
3
Krem
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
4
4
Krem
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
5
Putih
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
6
Krem muda
Khas Jeruk Purut
Sedikit gatal
Padat
7
Krem
Khas Jeruk Purut
Tidak gatal
Padat
8
Krem
Khas Jeruk Purut
Sedikit gatal
Padat
Formulasi Sabun Padat dengan Penambahan Minyak
Atsiri Daun Jeruk Purut Sebagai Antibakteri Terhadap
Staphylococcus Aureus
Mohammad Afif Prabowo dan Anggun Puspitarini Siswanto 578
Berdasarkan gambar 8 menunjukkan bahwa hasil uji organoleptik dengan
parameter warna yang terbaik dengan nilai 4 pada penelitian ke 1 dan berarti memiliki
arti cukup di sukai para panelis. Parameter aroma menunjukan nilai yang terbaik 3,75
pada semua penelitian yang sudah dilakukan dan berarti memiliki arti cukup di sukai para
panelis. Parameter iritasi menunjukan nilai yang terbaik 4 pada penelitian ke 1 dan 3 yang
berarti memiliki arti cukup disukai para panelis. Parameter tekstur (bentuk) menunjukan
nilai yang terbaik 3,5 pada penelitian ke 4 dan 7 yang berarti memiliki arti cukup disukai
para panelis.
Gambar 8. Grafik Uji Organoleptik Sabun Padat Minyak Atsiri Daun Jeruk Purut
Pada penelitian ini pengujian antibakteri dilakukan di Balai Laboratorium
Kesehatan dan Pengujian Alat Kesehatan Semarang dengan menggunakan metode difusi
sumuran dengan media nutrient agar dan larutan McFarland staphylococcus aureus
dengan kekeruhan kuman 0,5 dan lama inkubasi 24 jam dengan suhu 37
o
C.
Berdasarkan hasil penelitian ini minyak atsiri daun jeruk purut mampu
menghambat zona pertumbuhan bakteri staphylococcus aureus 57 mm dengan
perbandingan cawan petri 100 mm. Sehingga dapat dibuktikan bahwa sabun padat dengan
penambahan minyak atsiri daun jeruk purut dapat dimanfaat sebagai sabun antibakteri.
Gambar 9. Uji Anti Bakteri
Tabel 7. Syarat Baku Mutu Sabun Padat
Parameter
Satuan
Mutu Standar
Sabun Padat
Hasil Analisa
Keterangan
Alkali Bebas
%
Maks 0,1
0,024, 0,032, 0,024,
0,029, 0,028, 0,040,
Lolos
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
4.5
1 2 3 4 5 6 7 8
Tingkat Kesukaan
Run
warna
aroma
iritasi
tekstur
Vol. 1, No. 7, pp. 569-580, July 2021
579 http://sostech.greenvest.co.id
0,028, 0,043
Derajad
Keasaman (pH)
8-11
9,2
Lolos
Kadar Air
%
Maks 15
13,2, 16,4, 15,2, 17,4,
14, 18,2, 17,8, 19,4
Ada yang tidak
lolos dan ada yang
lolos
Jumlah Asam
Lemak
%
>10
-
-
Tidak Larut
dalam Alkohol
%
>2,5
-
-
Anti Bakteri
mm
57
Lolos
Berdasarkan tabel 7 hasil analisis penelitian yang didapat sudah memenuhi syarat
baku mutu sabun berdasarkan SNI 06-3532-1994. Namun bila sabun padat tersebut di
produksi untuk konsumen masyarakat perlu adanya pengoptimalan kualitas produk sabun
baik dari segi uji analisis maupun uji organoleptik. Agar mampu diterima oleh
masyarakat dari berbagai kalangan.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulkan yaitu
kadar alkali pada proses pembuatan sabun padat yang terbaik yaitu 0,024% dengan
variabel rasio penggunaan NaOH 0,5 jenis minyak kelapa dan lama pengadukan 20
menit. Kadar air pada proses pembuatan sabun padat yang terbaik yaitu 13,2% dengan
variabel rasio penggunaan NaOH 0,5 jenis minyak kelapa dan lama pengadukan 20
menit. Derajat keasaman pada sabun padat yang di hasilkan pada penelitian yaitu 9,2
Penambahan minyak atsiri daun jeruk purut pada sabun padat terbukti menjadikan sabun
padat tersebut sebagai sabun antibakteri. Uji organoleptik pada penelitian ini
membuktikan bahwa penambahan minyak atsiri pada sabun padat dapat diterima oleh
konsumen, namun perlu adanya pengoptimalan kembali. Pada proses pembuatan sabun
padat dengan penambahan minyak atsiri daun jeruk purut perlunya penambahan bahan
seperti DEA, gliserin dan lain lain. Dapat juga hasil analisa pada sabun padat di tambah
seperti uji asam lemak, tidak larut dalam alkohol dan lain lain. Sehingga di masa yang
akan datang dapat di jadikan sebagai sumber dan dapat dikembangkan lebih lagi para
peneliti.
BIBLIOGRAPHY
Agung, N. (2017). Buku Ajar: Teknologi Bahan Alam. In Lambung Mangkurat
University Press (Issue January 2017). Lambung Mangkurat University Press.
Ainiyah, R., & Utami, C. R. (2020). Formulasi sabun karika (Carica pubescens) sebagai
sabun kecantikan dan kesehatan. AGROMIX, 11(1), 920.
Asngad, A., & Nopitasari, N. (2018). Kualitas gel pembersih tangan (handsanitizer) dari
ekstrak batang pisang dengan penambahan alkohol, triklosan dan gliserin yang
berbeda dosisnya. Bioeksperimen: Jurnal Penelitian Biologi, 4(2), 6170.
Darsana, I. G. O., Besung, I. N. K., & Mahatmi, H. (2012). Potensi daun binahong
(Anredera cordifolia (Tenore) Steenis) dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli secara in vitro. Indonesia Medicus Veterinus, 1(3), 337351.
Gotama, B., Rahman, D. F., & Anjarwadi, A. F. (2017). Intensifikasi Proses Penyulingan
Minyak Atsiri dari Daun Jeruk Purut dengan Metode Ultrasound following
Microwave Assisted Extraction (US-MAE). Indonesian Journal of Essential Oil,
Formulasi Sabun Padat dengan Penambahan Minyak
Atsiri Daun Jeruk Purut Sebagai Antibakteri Terhadap
Staphylococcus Aureus
Mohammad Afif Prabowo dan Anggun Puspitarini Siswanto 580
2(1), 2937.
Ivo, N. P. (2019). Efektivitas Pemberian Sari Jeruk Nipis dan Minyak Atsiri Kulit Jeruk
Nipis (Citrus Aurantifolia) dalam Menurunkan Angka Kuman di Lantai UGD RSUD
Kota Madiun. STIKES BHAKTI HUSADA MULIA Madiun.
Lestari, T. (2016). Pemanfaatan Jeruk Purut (Citrus Hystrix) Sebagai Biolarvasida. Jurnal
Kebidanan Dan Kesehatan Tradisional, 1(2).
Miranda, F. A. S., & Ravita, N. R. G. (2018). Pengaruh Tekanan Uap Pada Distilasi
Terhadap Rendemen Dan Komposisi Minyak Daun Jeruk Purut (Citrus Hystrix
DC). Universitas Brawijaya.
Misfonica, D. (2019). Efektivitas Aromaterapi Lavender Terhadap Tingkat Nyeri pada
Pasien Pasca Operasi Sectio Caesarea di Rumah Sakit Kusuma Ungaran.
Univerisitas Ngudi Waluyo.
Pambudi, D. R. (2013). Formulasi sediaan sabun mandi transparan minyak atsiri jeruk
purut (Citrus hystrix DC.) dengan kokamidopropil betain sebagai surfaktan.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Ruamba, Y. W. (2019). Hubungan Personal Hygiene pada Anak 6-12 Tahun dengan
Kejadian Penyakit Kulit Scabies di RT 10 RW 6 Kelurahan Sawunggaling
Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya. Universitas Merdeka Surabaya.
Sameng, M. (2013). Formulasi sediaan sabun padat sari beras (Oryza sativa) sebagai
antibakteri terhadap Staphylococcus epidermidis. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Syukrini, R. D. (2016). Pengaruh Aromaterapi terhadap Tingkat Kecemasan pada Ibu
Persalinan Kala I di Kamar Bersalin RSU Kab. Tangerang. UIN.
Tasia, W. R. N., & Widyaningsih, T. D. (2014). Jurnal Review: Potensi Cincau Hitam
(Mesona Palustris Bl.), Daun Pandan (Pandanus Amaryllifolius) Dan Kayu Manis
(Cinnamomum Burmannii) Sebagai Bahan Baku Minuman Herbal Fungsional [In
Press Oktober 2014]. Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 2(4), 128136.
Utami, M. R., & Ardiyanti, Y. (2019). Analisis aktivitas toksisitas beberapa minyak atsiri
dengan metode brine shrimp lethality test. Journal of Holistic and Health Sciences,
3(1), 1420.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike
4.0 International License.