Implementasi Optimalisasi Biaya Pengiriman pada UD.
Membiri dengan Metode Least Cost
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Dandi Rifaldi A.
1
, Adi Sopyan
2
, Guruh Kartanegara
3
dan Muchammad Fauzi
4
751
PENDAHULUAN
Setiap organisasi pasti menjual produk kepada konsumen akhir (Akbar, 2015), baik
itu produsen, grosir atau pengecer, mereka pasti akan melakukan penjualan. Tidak peduli
bagaimana proses barang atau jasa tersebut dijual (baik secara langsung (Karongkong et
al., 2018), melalui surat, telepon atau secara online) atau dimana pun (di toko, di jalan
atau di rumah konsumen).
Saluran dalam industri ritel sudah sangat cepat berubah (Ishfaq et al., 2016) dan
menjadi lebih penting serta lebih sulit untuk merancang sistem pengiriman yang efektif
dan efisien (Beck & Rygl, 2015). Pertimbangan penting untuk sistem distribusi misalnya,
bagaimana dan di mana mendistribusikan stok dan memenuhi pesanan untuk pengisian
ulang toko (Garside, 2017) dan e-commerce.
Salah satu alasan konsumen memiliki lebih banyak pilihan adalah karena saluran
distribusi telah berubah sebagai akibat dari transformasi ritel.Pengecer berbasis toko atau
offline menghadapi persaingan dari katalog website, iklan media sosial, majalah dan
televisi yang secara langsung menyapa pelanggan di rumah khususnya e-commerce. Para
pengecer mendapatkan tantangan dalam mengelola pengiriman produk mereka (Irmawati,
2011) karena meningkatnya pembelanjaan online (Agustyaningrum et al., 2020) sehingga
para pengecer harus mengoptimalkan biaya pengiriman (Huda, 2018).
Pilihan transportasi memengaruhi harga produk, kinerja pengiriman tepat waktu
dan kondisi barang saat tiba (Fadli, 2014), hal tersebut sangat memengaruhi kepuasan
pelanggan. Menurut pengiriman barang ke gudang, dealer dan pelanggan, perusahaan
dapat memilih kereta, udara, truk atau jalur laut (Karundeng et al., 2018). Pengirim akan
mempertimbangkan beberapa indikator seperti misalnya dalam hal kecepatan,
ketersediaan, keterlacakan dan biaya (Budiarta et al., 2020).
Aspek penting dari sistem distribusi diwakili oleh operasi gudang yang dilakukan
dalam berbagai mode penanganan material (Faber et al., 2013). Salah satu tantangan
utama misalnya, menggabungkan penanganan secara efektif dalam proses pengiriman
pesanan online konsumen kecil dengan pesanan pengisian ulang toko besar, pesanan dan
pengiriman yang sebelumnya ditangani di jaringan terpisah (Hübner et al., 2016). Seperti
yang dikemukakan oleh (Meirina, Savira, Helmi, 2019) bahwa efisiensi dan efektivitas
dalam setiap jaringan distribusi sangat ditentukan oleh operasi node dalam jaringan
tersebut, yaitu gudang. Setelah sebelumnya dianggap sebagai beban karena modal dan
biaya operasional yang tinggi, operasi gudang kini semakin dianggap sebagai komponen
strategis supply chain dan topik pergudangan semakin menarik perhatian (Kembro et al.,
2017).
Baruasa merupakan makanan ringan khas Sulawesi Tenggara yang sudah dikenal
masyarakat sejak lama. Rasa yang khas memberikan tempat di pasaran dewasa ini.
Pemesanan Baruasa tidak hanya bisa dengan offline melainkan sudah merambah ke dunia
online. Melihat hal ini UD. Membiri membuat peluang yang besar untuk melakukan
produksi dan penjualan baruasa hingga ke provinsi tetangga yaitu Sulawesi Selatan,
sehingga UD. Membiri mengupayakan biaya transportasi menggunakan Least cost
Method untuk produk baruasa mereka agar lebih murah untuk mengirim Baruasa ke
provinsi tetangga.
Model transportasi merupakan salah satu bentuk model yang diperuntukan dalam
penyelesaian program linier yang umumnya berhubungan dengan pengaturan distribusi
yang optimal terhadap suatu jenis produk, dari suatu lokasi atau sumber asal menuju ke
beberapa lokasi atau tempat tujuan tertentu. Permasalahan alokasi item dari sumber ke
tujuan pada dasarnya akan menunjukkan besarnya biaya distribusi (distribution cost)
yang hendak di alokasikan.