Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 1, Number 10, October 2021
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
How to cite:
Ina Magdalena
1
, Nur Uyun
2
dan Zahra Maulida
3
. (2021). Definisi Sejarah Teori Intelegensi. Jurnal Sosial dan
Teknologi (SOSTECH), 1(10): 1.145-1.149
E-ISSN:
2774-5155
Published by:
https://greenpublisher.id/
DEFINISI SEJARAH TEORI INTELEGENSI
Ina Magdalena
1
, Nur Uyun
2
dan Zahra Maulida
3
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Prodi PGSD, Universitas Muhammadiyah Tangerang,
Indonesia
1,2
dan 3
1
, nuruyun71102@gmail.com
2
3
Abstrak
Latar belakang: Intelegensi merupakan kemampuan yang bersifat umum dan potensial. Para
ahli tidak mecapai kesepakatan dalam banyak hal mengenai intelegensi.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan yaitu untuk mengetahui apakah seseorang anak
sudah cukup matang untuk diterima di kelas 1 Sekolah Dasar atau belum, untuk mengetahui
mengetahui dan memahami intelegensi peserta didik yang berbeda-beda, untuk mengadakan
seleksi terhadap calon siswa atau mahasiswa dan sebagai salah satu informasi dalam
mengadakan diagnosis kesulitan belajar.
Metode penelitian: Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan informasi adalah
dengan menggunakan metode observasi dengan mendatangi salah satu sekolah.
Hasil penelitian: Para ahli juga berbeda dalam melihat komponen-komponen yang terdapat
dalam intelegensi. Hal itu tampak dalam teori-teori yang mereka ajukan. Beberapa ahli yang
mengajukan teorinya mengenai intelegensi, diantaranya adalah Terman, Spearman, Strenborg,
Thurstone, Guildford dan Gardner. Intelegensi di ukur menggunakan tes intelegensi dan di
skala menggunakan ukuran yang di kenal dengan IQ.
Kesimpulan: Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga masalah-
masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan demikian
pengetahuan pun bertambah.
Kata kunci: Kemampuan, Potensial, Teori Intelegensi, IQ, Kelompok Sebaya
Abstract
Background: Intelligence is a general and potential ability. Experts don't reach agreement on
much of intelligence.
Purpose of research: This study aims to find out whether a child is mature enough to be
accepted into the 1st grade of elementary school or not, to know and understand the
intelligence of different learners, to hold a selection of prospective students or students. As one
of the information in making diagnoses of learning difficulties.
Research method: The research method used in information collection is to use the
observation method by visiting one of the schools.
Research results: Experts also differ in seeing the components contained in intelligence. This
can be seen in the theories they put forward. Several experts who put forward his theory of
intelligence, including Terman, Spearman, Strenborg, Thurstone, Guildford and Gardner.
Intelligence is measured using intelligence tests and is scaled using a measure known as IQ.
Conclusion: Intelligence as the ability to process information so that the problems we face can
be solved (problem solved) and thus knowledge increases.
Keywords : Capability, Potential, Intelligence Theory, IQ, Peer Group
Diterima: 21-9-2021; Direvisi: 2-10-2021; Disetujui: 14-10-2021
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu unsur terpenting sebagai indikator kemajuan
suatu bangsa (Sudarsana, 2016). Pendidikan selalu mengalami perubahan (Lengkana &
Sofa, 2017) dan perbaikan seiring berjalannya waktu (Alfarizy et al., 2021). Berdasarkan
zaman modern saat ini (Fajriani & Sugandi, 2019), masyarakat belum mengenal
intelegensi (Sugianto, 2017) sebagai istilah yang menggambarkan kecerdasan, kepintaran
(Fadilah, 2019) ataupun kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi
(Mulyati, 2016). Istilah intelegensi ini sudah menjadi bahasa umum bagi masyarakat
(Pratiwi, 2011) hanya sebagian saja masyarakat menamakannya kecerdasan, kecerdikan,
Definisi Sejarah Teori Intelegensi
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Ina Magdalena
1
, Nur Uyun
2
dan Zahra Maulida
3
1.146
kepandaian (Alawiyyah, 2017), keterampilan dan istilah lainnya yang pada prinsipnya
bermakna sama (Aisyah, 2011).
Intelegensi dan keberhasilan dalam pendidikan adalah dua hal yang saling
berkaitan (Izzaty et al., 2017). Seperti biasanya anak memiliki intelegensi yang tinggi dia
akan memiliki prestasi yang membanggakan di kelasnya (Maftuh, 2017) dan dengan
prestasi yang dimilikinya ia akan lebih mudah meraih keberhasilan (Rini et al., 2015).
Salah satu kecerdasan yang penting distimulasikan untuk perkembangan anak adalah
kecerdasan interpersonal (Sutarna, 2018). Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan
untuk mengamati atau mengerti maksud, motivasi dan perasaan orang lain (Nasution &
Siregar, 2013). Menurut artikel ini akan di uraikan definisi intelegensi, cara mengetahui
intelegensi anak dan meningkatkan serta mengembangkan intelegensi anak. Ada beragam
pendapat mengenai intelegensi. Bagi kaum awam, intelegensi dianggap unsur mutlak
dalam menentukan kecerdasan seseorang. Intelegensi sering juga dinamakan dengan IQ.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah seseorang anak sudah cukup
matang untuk diterima di kelas 1 Sekolah Dasar atau belum, untuk mengetahui
mengetahui dan memahami intelegensi peserta didik yang berbeda-beda, untuk
mengadakan seleksi terhadap calon siswa atau mahasiswa dan ebagai salah satu informasi
dalam mengadakan diagnosis kesulitan belajar. Penelitian ini dapat bermanfaat yaitu
untuk belajar dari kesalahan yang merupakan satu manfaat penting dari menulis jurnal
harian adalah kita bisa belajar dari kesalahan di masa lalu. Sebab kebanyakan orang
mungkin menyadari kesalahannya, namun setelah waktu berjalan, mereka justru
mengulanginya lagi, untuk mengevaluasi diri dimana sejak pertama sampai terakhir kali
menulis, kita pasti merasakan perubahan dalam diri. Kita bisa mengevaluasi dan
memahami berbagai perkembangan yang terjadi selama hidup. Adanya jurnal harian pun
membantu kita mengenal diri dengan lebih baik. Lebih menyadari intelegensi siswa dan
mengembangkan apa yang telah terjadi di masa lalu.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan informasi adalah dengan
menggunakan metode observasi dengan mendatangi salah satu sekolah. Observasi
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam mengetahui bagaimana cara
mengajar yang baik. Observasi dilakukan oleh peniliti dengan cara pengamatan dan
pencatatan mengenai intelegensi atau kecerdasan peserta didik di SD Cengkareng Barat.
Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan studi dokumen. Analisa data yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisi faktual. Analisis faktual maksudnya
adalah menganalisa pengetahuan tentang fakta-fakta yang detail, spesifik dan pernyataan
yang benar karena sesuai dengan keadaan. Wawancara yang dilakukan dengan
narasumber dari SD Cengkareng Barat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendidik hendaknya memiliki pengetahuan yang memadai tentang perkembangan
psikologi peserta didik, pengetahuan ini akan sangat membantu untuk mengenal setiap
individu peserta didik dalam mempermudah dan melaksanakan proses belajar mengajar.
Sedangkan kita sebagai pendidik harus menyampaikan materi dengan cara variasi. Siswa
dengan kecerdasan tinggi dapat menerima materi dengan cepat sedangkan dengan siswa
yang mempunyai kecerdasan rata-rata ke bawah mungkin akan membutuhkan sekali dua
kali untuk pengulangan lagi dan memahami pilihan gaya belajar siswa kemudian
menyediakan lingkungan belajar yang mendukung gaya belajar gaya belajar mereka.
Vol. 1, No. 10, pp. 1.145-1.149, October 2021
1.147 http://sostech.greenvest.co.id
Gangguan intelegensi adalah seseorang yang memiliki intelegensi di bawah rata-
rata baik ringan maupun berat sehingga membutuhkan pendidikan dan pelayanan secara
khusus untuk meningkatkan potensinya seoptimal mungkin. Seorang memiliki gangguan
intelegensi memiliki karakteristik yaitu ketidakmampuan dalam perilaku adaptif,
keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata dan terjadi selama
perkembangan sampai usia 18 tahun untuk mengetahui kecerdasan peserta didik secara
umum kita bisa melalui tes intelegensi yang hasilnya disebut IQ (Intelligence Quotient).
Gangguan intelegensi ringan biasanya memiliki IQ 70-55, gangguan intelegensi sedang
biasanya memiliki IQ 50-44 dan gangguan intelegensi berat dan sangat berat IQnya
kurang dari 30. Jadi kita sebagai pendidik harus membedakan gangguan intelegensi
dalam mempelajari keterampilan yang terletak pada karakteristik belajarnya.
Hal yang harus disikapi yaitu dengan mengetahui anak aktif tetapi kurang pintar
yang pertama kita harus rencanakan beragam metode pembalajaran, berdasarkan hal ini
setiap murid memiliki keunikan dan karakternya masing-masing, inilah yang membuat
setiap murid tidak bisa ditangani dengan sama. Kedua, fokus pada perilaku positif murid,
sebagai manusia kita terkadang terlalu fokus dengan keburukan saja dan lupa akan hal
positif atau kebaikan yang dilakukan murid. Bisa saja murid itu memang susah di atur
dalam kelas, tetapi disisi lain selalu rajin mengerjakan tugas atau bahkan sekedar rajin
tunjuk tangan untuk bertanya dan jika cara menyikapi murid yang pendiam tapi pintar itu
sangat mudah. Pertama membuka dialog, perhatikanlah anak Anda setelah ia menghadapi
situasi yang membuatnya menjadi pendiam. Tanyakan apa yang terjadi dan alasan apa
yang membuatnya jadi diam. Bila ia merasa malu bertemu dengan orang baru, tanyakan
bagaimana perasaannya saat orang tersebut menyapanya. Jika ingin memperbaiki daya
ingat dan menghambat progresifitas penurunan fungsi kognitif siswa. Menurut saya, saya
sarankan untuk istirahat, lakukan aktivitas seperti olahraga, berpikir positif, jangan
menjadi pikiran. Peserta didik juga harus sering mengkonsumsi buah dan sayuran,
beberapa vitamin juga diperlukan seperti vitamin E, B6, B12 dan asam folat. Masalah
penurun kecerdasan siswa yang akibat masalah trauma kepala, hal ini tidak akan menurun
pada anak. Namun kondisi genetik kecerdasan orang tua dapat memengaruhi gen anaknya
dan daya tangkap anak untuk anak anda, dapat di stimulasi dengan pemberian
multivitamin, tingkatkan daya belajar siswa, di berikan makanan bergizi seimbang,
berikan kesempatan belajar dan bermain yang seimbang dan jaga hubungan yang baik
dengan anak.
Caranya dengan mengenali suasana atau perasaan ketika di rumah,
memperkenalkan suasana di dalam rumah yang berubah-ubah juga jadi hal penting yang
membantu kecerdasan emosional buah hati. Biarkan buah hati mengenali perubahan
suasana di rumah dan melihat bagaimana emosi mereka dipengaruhi suasana di rumah.
Kalau buah hati menunjukkan kebosanan, misalnya malas bermain di dalam rumah dan
ingin keluar, ajaklah buah hati melakukan aktivitas di luar demi mendapatkan suasana
yang berbeda. Kedua, mengenali suasana hati di berbagai tempat, sekarang saatnya untuk
membantunya untuk mengenali perbedaan emosi dalam setiap suasana dan tempat yang
berbeda. Caranya bisa dengan bertanya pada buah hati tentang apa yang dirasakannya
pada suasana tertentu. Istilah inteligensi berasal dari bahasa Inggris Intelligence dan
Latin yaitu Intellectus/Intelligentia/Intellegere yang artinya memahami,
menghubungkan atau menyatukan satu sama lainnya. Berdasarkan sejarah inteligensi
dalam psikologi, tokoh pertama yang menyatakan teorinya tentang inteligensi adalah
Spearman dan Wynn Jones Pol yang pada tahun 1951 mengemukakan adanya konsep
lama berkaitan dengan kekuatan yang dapat melengkapi akal dan pikiran manusia.
Menurut bahasa Yunani, kekuatan atau “Nous” dan “Noesais” (penggunaan kekuatan)
melengkapi pengertian Inteligensi secara bahasa yaitu bahwa Inteligensi adalah aktivitas
Definisi Sejarah Teori Intelegensi
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Ina Magdalena
1
, Nur Uyun
2
dan Zahra Maulida
3
1.148
atau perilaku yang menjadi perwujudan dari daya untuk memahami suatu hal. Salah satu
faktor yang memengaruhi kecepatan dan kecakapan seseorang dalam melakukan suatu
tugas atau pekerjaannya adalah faktor inteligensi. Terdapat beberapa orang yang dapat
mengerjakan tugasnya dengan cekat dan dalam waktu singkat, ada pula orang yang
melakukan tugasnya dengan lamban dan memerlukan waktu lama. Inteligensi dikenal
oleh sebagian masyarakat sebagai kecerdasan, kepandaian, kecerdikan, kepintaran dan
banyak istilah lain yang pada umumnya mengandung makna yang sama.
Alfred Binet, tokoh perintis pengukuran intelegensi mendefinisikan intelegensi
terdiri dari tiga komponen, yaitu kemampuan untuk mengarahkan pikiran dan tindakan
emampuan untuk mengubah arah tindakan setelah tindakan tersebut dilaksanakan,
kemampuan untuk mengkritik diri sendiri atau melakukan auto criticism. Super dan
Cities mendefinisikan kemampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau belajar
dari pengalaman. J. P. Guilford menjelaskan bahwa tes inteligensi hanya dirancang untuk
mengukur proses berpikir yang bersifat konvergen, yaitu kemampuan untuk memberikan
satu jawaban atau kesimpulan yang logis berdasarkan informasi yang diberikan.
Sedangkan kreativitas adalah suatu proses berpikir yang bersifat divergen, yaitu
kemampuan untuk memberikan berbagai alternatif jawaban berdasarkan informasi yang
diberikan.
Lebih jauh lagi, Guilford menyatakan bahwa intelegensi merupakan perpaduan dari
banyak faktor khusus. K. Buhler mengatakan bahwa intelegensi adalah perbuatan yang
disertai dengan pemahaman atau pengertian. Intelegensi sebagai kemampuan untuk
memahami masalah-masalah yang bercirikan mengandung kesukaran, kompleks, abstrak,
diarahkan pada tujuan dan ekonomis bernilai sosial. Setidak-tidaknya mencakup
kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk memecahkan masalah-masalah yang
memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol. Intelegensi adalah daya
menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut
tujuannya. Kemampuan untuk memecahkan segala jenis masalah. Pengertian intelegensi
sebagai kemampuan untuk berfikir secara abstrak dengan baik. Perbedaan intelegensi dan
IQ adalah pada pengukurannya. IQ seseorang dapat diukur melalui tes yang hasilnya
dapat diwujudkan dalam bentuk angka, namun tidak demikian halnya dengan intelegensi.
Setidaknya, sejauh ini masih sulit mengukur intelegensi dengan hasil yang akurat. Teori-
teori dan pendekatan-pendakatan tentang intelegensi, diantara beberapa uraian ringkas
mengenai teori intelegensi beserta tokohnya masing-masing sebagai berikut:
Mengatakan bahwa intelegensi bersifat monogenetik yaitu berkembang dari suatu
faktor satuan. Menurutnya intelegensi merupakan sisa tunggal dari karekteristik yang
terus berkembang sejalan dengan proses kematangan seseorang. Teori Thorndike
menyatakan bahwa intelegensi terdiri dari berbagai kemampuan spesifik yang ditampikan
dalam wujud perilaku intelegensi. Teori ini mentikberatkan pada kesatuan dari berbagai
aspek intelegensi sehingga teorinya teorinya lebih berorientasi pada proses. Teori ini
berusaha menjelaskan secara terpadu hubungan antara intelegensi dan dunia internal
seseorang, intelegensi dan dunia eksternal seseorang, intelegensi dan pengalaman.
KESIMPULAN
Inteligensi/kecerdasan secara umum dipahami pada dua tingkat yakni kecerdasan
sebagai suatu kemampuan untuk memahami informasi yang membentuk pengetahuan dan
kesadaran. Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memproses informasi sehingga
masalah-masalah yang kita hadapi dapat dipecahkan (problem solved) dan dengan
demikian pengetahuan pun bertambah. Memandang kecerdasan sebagai pemandu dan
penyatu dalam mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
Vol. 1, No. 10, pp. 1.145-1.149, October 2021
1.149 http://sostech.greenvest.co.id
BIBLIOGRAFI
Aisyah, N. (2011). Pendekatan Keterampilan Proses. In Yogyakarta: UNY. UNY.
Alawiyyah, A. (2017). Implementasi Multiple Intellegences dalam Skripsi Mahasiswa
PBA IAIN SMH Banten. LP2M IAIN SMH.
Alfarizy, M. R., Mandiri, M. H. C., & Azhar, Y. (2021). Penentuan Prioritas Perbaikan
Jalan di Desa Gawan Menggunakan Algoritma Analytical Hierarchy Process. Jurnal
Informatika, 8(1), 19.
Fadilah, R. (2019). Pendidikan Islam Dan Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence).
AL-IRSYAD, 9(2).
Fajriani, S. W., & Sugandi, Y. S. (2019). Hijrah Islami Milenial Berdasarkan Paradigma
Berorientasi Identitas. Sosioglobal: Jurnal Pemikiran Dan Penelitian Sosiologi,
3(2), 7688.
Izzaty, R. E., Ayriza, Y., & Setiawati, F. A. (2017). Prediktor prestasi belajar siswa kelas
1 sekolah dasar. Jurnal Psikologi, 44(2), 153164.
Lengkana, A. S., & Sofa, N. S. N. (2017). Kebijakan pendidikan jasmani dalam
pendidikan. Jurnal Olahraga, 3(1), 112.
Maftuh, M. (2017). Intelegensi Sebagai Faktor Belajar. MIYAH: Jurnal Studi Islam,
11(2), 168179.
Mulyati, T. (2016). Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa sekolah dasar.
EduHumaniora| Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 3(2).
Nasution, R. K., & Siregar, N. I. (2013). Pengaruh Permainan Tradisional Pecah Piring
Dan Ular Naga Terhadap Kecerdasan Interpersonal Anak Usia Dini. Analitika:
Jurnal Magister Psikologi UMA, 5(1), 1825.
Pratiwi, A. D. (2011). Hubungan antara IQ (Intelligence Quotient), Intelegensi Ganda
(Multiple Intelligence) dengan hasil belajar siswa pada pokok bahasan
Kesebangunan Kelas IX di SMP Baitussalam Surabaya. IAIN Sunan Ampel
Surabaya.
Rini, Q. K., Majorsy, U., & Hapsari, R. M. (2015). Hubungan metakognisi, efikasi diri
akademik dan prestasi akademik pada mahasiswa. Prosiding PESAT, 6.
Sudarsana, I. K. (2016). Peningkatan mutu pendidikan luar sekolah dalam
upayapembangunan sumber daya manusia. Jurnal Penjaminan Mutu, 1(1), 114.
Sugianto, A. (2017). Pengembangan Instrumen Kecerdasan (Intelegensi). Pengembangan
Instrumen Kecerdasan (Intelegensi), 1(2).
Sutarna, N. (2018). Penerapan Pedekatan Sosial untuk Meningkatkan Kecerdasan
Interpersonal Siswa Sekolah Dasar. Indonesian Journal of Primary Education, 2(2),
6170.