Hubungan antara Persepsi Terhadap Kohesivitas
Kelompok dengan Motivasi Berprestasi pada Atlet Sepak
Bola
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Muhammad Rizqi Saifuddiin
1
dan Nur Fachmi Budi Setyawan
2
1.151
PENDAHULUAN
Olahraga merupakan salah satu media bagi masyarakat di dunia ini (Safwan, 2020)
untuk menunjukkan kemampuan yang ada di dalam dirinya (Indrawati, 2013). Lebih
lanjut dijelaskan bahwa olahraga dijadikan profesi bagi banyak masyarakat di dunia ini
(Soegiyanto, 2013). Individu yang menjalani profesi ini disebut atlet (Nurhadiyati, 2016).
Tentunya, atlet memiliki keahlian dibidang masing-masing cabang olahraga. Diantara
berbagai macam bidang olahraga (Susanto, 2020), sepak bola merupakan cabang olahraga
yang populer di dunia ini. Bahkan di Indonesia cabang olahraga sepak bola merupakan
salah satu upaya untuk mengangkat citra bangsa di mata dunia.
Proses untuk menjadi atlet sepak bola tentunya tidak dapat terjadi secara langsung
(Devi, 2014). Dibutuhkan berbagai macam tahapan-tahapan untuk menjadi atlet sepak
bola profesional. Tahapan-tahapan yang dimaksud tentunya terdiri dari banyak jenis
seperti pengenalan sepak bola secara umum, teknik, skill, fisik maupun psikis (Nugroho,
2017). Berdasarkan penelitian kali ini mengarah kepada tahapan psikis (Sudarsono &
Suharsono, 2016). Psikis pada atlet sepak bola tentu memiliki sumbangan yang cukup
besar (Farid, 2016) terutama dari motivasi karena pada dasarnya atlet sepak bola juga
merupakan manusia yang membutuhkan motivasi seperti pada umumnya (Wattimena,
2015). Motivasi sangat diperlukan bagi setiap atlet sepak bola. Tanpa adanya motivasi,
atlet sepak bola tidak dapat mendapatkan prestasi yang diinginkan bahkan untuk menjadi
atlet sepak bola profesional. Hal-hal semacam ini yang seharusnya dimiliki oleh para atlet
sepak bola. Sehingga, segala hal yang ditargetkan oleh pelatih maupun tim dapat dicapai
secara maksimal. Tujuan dan usaha di dalam mencapai prestasi itu sendiri dipengaruhi
oleh motivasi, motivasi yang dimaksud dalam hal ini yaitu motivasi berprestasi di dalam
diri setiap atlet (Utami, 2013).
Motivasi berprestasi adalah usaha pada tiap individu dalam mengerahkan seluruh
kemampuannya (Sagita et al., 2017), demi menjalankan semua kegiatan yang sudah
menjadi tugas dan tanggung jawabnya untuk mencapai target-target tertentu yang harus
dicapai. Sedangkan aspek-aspek motivasi berprestasi yaitu mengambil tanggung jawab
pribadi atas perbuatannya, mencari feedback (umpan balik) tentang perbuatannya,
kecenderungan untuk memilih risiko yang moderat atau sedang dalam melakukan dan
berusaha melakukan sesuatu dengan cara baru (inovatif) dan kreatif. Pada bulan April
tahun 2017 Tim Nasional Indonesia berada di peringkat 175 menurut Federation
International Football Association (Brito et al., 2017). Peringkat Indonesia hanya
menduduki di posisi 38 zona asia. Menurut Rumeser dalam (Sakdiyah & Astuti, 2014)
merosotnya prestasi olahraga sepak bola karena induk olahraga sepak bola di Indonesia
yaitu Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) melakukan cara-cara yang instant
untuk menciptakan prestasi. Proses pembinaan mental atlet sepak bola tidak difokuskan
sehingga atlet sepak bola hanya berlatih untuk meningkatkan ketrampilan. Pembinaan
atlet sepak bola saat ini belum berfokus pada sisi psikologis seperti kemampuan
kerjasama ataupun motivasi berprestasi.
Seyogyanya, atlet sepak bola harus memiliki rasa percaya diri terlihat dari
keyakinan untuk memenangkan pertandingan, ini terkait dengan upaya mempertahankan
kendali emosi, konsentrasi, dan membuat keputusan yang tepat ketika berada di dalam
beberapa keadaan sekaligus dan atlet sepak bola mampu mengatasi tekanan yang
dihadapi, baik saat latihan maupun pertandingan, serta mampu mengendalikan diri saat
gagal. Terakhir, dari semua hal tersebut jika tercakupi maka akan menghasilkan atlet
sepak bola yang memiliki motivasi berprestasi (Widi & Haridito, 2013). Lebih lanjut
dijelaskan bahwa terdapat dua penyebab terjadinya motivasi berprestasi faktor intrinsik
dan ekstrinsik antara lain intrinsik meliputi kemungkinan untuk sukses, ketakutan akan