Hubungan Kesejahteraan Psikologis dengan Kesepian
pada Mahasiswa yang Merantau di Yogyakarta
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Raissa Pramitha
1
dan Yulianti Dwi Astuti
2
1.180
Mahasiswa perantau adalah mahasiswa yang tinggal di luar daaerah asalnya untuk
menuntut ilmu di perguruan tinggi dan mempersiapkan diri dalam pencapaian suatu
keahlian jenjang perguruan tinggi (Lingga & Tuapattinaja, 2012). Yogyakarta adalah
salah satu provinsi di Pulau Jawa yang menjadi salah satu kota tujuan pendidikan
(Octavianingrum, 2015), banyak menarik minat para perantau untuk datang dan
melanjutkan pendidikan ke berbagai perguruan tinggi yang terdapat di Kota Yogyakarta.
Hal ini ditinjau dari hampir setiap tahunnya puluhan universitas yang tersebar di wilayah
Yogyakarta dipenuhi oleh para pelajar yang berasal dari luar kota, luar provinsi maupun
luar negeri dengan motif tujuan yang sama yaitu untuk menuntut ilmu dan meneruskan
studinya ke jenjang yang lebih tinggi (Trisnawaty, 2017), baik jenjang diploma, S1, S2
hingga S3. Hasil survei yang dilakukan oleh salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta
menyebutkan bahwa 87 persen pelajar memilih Yogyakarta sebagai pilihan untuk
melanjutkan studi karena mutu pendidikan yang berkualitas baik di dalam kampus
maupun di luar kampus (Lestari, 2016). Menurut Pemerintah Provinsi D.I. Yogyakarta
jumlah mahasiswa di D.I. Yogyakarta mencapai 320.000 orang. Berdasarkan dari jumlah
tersebut, 90 ribu diantaranya atau sekitar 30% merupakan mahasiswa dari luar daerah
(Zubaidah et al., 2015).
Mahasiswa yang datang dari luar daerah ke tempat baru sebagai perantau untuk
menempuh pendidikan biasanya memiliki permasalahan-permasalahan yang akan muncul
(Fitria et al., 2019) karena harus beradaptasi dengan kebudayaan yang baru, sistem
pendidikan yang mungkin berbeda dan lingkungan sosial yang baru. Masalah yang
dihadapi oleh mahasiswa perantau akan lebih berat pada mahasiswa tahun pertama yang
sedang mengalami transisi sekolah menengah atas ke perguruan tinggi. Hal tersebut
dikarenakan selain berpisah dengan orang tua, mahasiswa perantau tahun pertama pada
umumnya mengalami kesulitan terkait penyesuaian diri pada kehidupan di perguruan
tinggi yang meliputi perbedaan sifat pendidikan di sekolah menengah atas dan perguruan
tinggi (perbedaan kurikulum, disiplin dan hubungan antar dosen dengan mahasiswa),
hubungan sosial, masalah ekonomi dan pemilihan jurusan. Mahasiswa perantau dituntut
untuk dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan baru dan perubahan kondisi yang
ada. Adanya berbagai tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang
terjadi dapat menjadi sumber stress bagi mahasiswa perantau. Stress yang
berkepanjangan dapat menimbulkan perasaan kesepian karena berpisah dengan orang tua,
saudara, teman, sahabat, juga timbulnya perasaan terkucil dari teman-teman yang baru
karena takut terdapat bedanya strata ekonomi (Saputri et al., 2012).
Berada di tempat yang jauh dari orang-orang yang dinilai dekat dalam kehidupan
seperti keluarga dan sahabat, memasuki lingkungan atau tempat yang baru dari
lingkungan asal atau daerah asal, beradaptasi dengan pola hidup yang baru serta
kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, beradaptasi dengan tuntutan akademik yang berbeda
dari jenjang akademik sebelumnya seperti dari jenjang SMA lalu memasuki jenjang
kuliah, menghadapi tuntutan untuk dapat mandiri dan harus menjalin relasi kembali
dengan orang-orang baru, hal tersebut dapat memunculkan fenomena kesepian. Selain itu,
daerah asal dan keluarga yang ditinggalkan dapat membuat mahasiswa merasa cemas
karena sulitnya penyesuaian diri tehadap lingkungan, harus bertemu dengan orang-orang
baru, dan menciptakan kehidupan sosial yang baru. Mahasiswa yang telah memasuki
universitas juga memiliki tingkat kesepian yang tinggi, hal tersebut disebabkan karena
remaja akhir menuju dewasa awal banyak mengalami transisi sosial seperti tinggal
seorang diri, meninggalkan rumah, memasuki masa kuliah maupun maupun dunia kerja.
Apabila dua minggu setelah tahun pelajaran dimulai, diketahui 75% dari 345
mahasiswa baru mengatakan mereka merasa kesepian paling tidak sejak mahasiswa
datang ke kampus. Selain itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Rangga dalam