Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 1, Number 10, October 2021
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
How to cite:
Ida Rahayu. (2021). Strategi Pengembangan Wisata Mangrove Sungai Ular di Kampung Bugis, Kota
Tanjungpinang. Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH), 1(10): 1.307-1.315
E-ISSN:
2774-5155
Published by:
https://greenpublisher.co.id/
STRATEGI PENGEMBANGAN WISATA MANGROVE SUNGAI ULAR DI KAMPUNG
BUGIS, KOTA TANJUNGPINANG
Ida Rahayu
Manajemen, Prodi Manajemen, Politeknik Bintan Cakrawala, Bintan, Indonesia
Abstrak
Latar belakang: Kampung Bugis memiliki potensi Mangrove yang mengelilingi Sungai Ular.
Hal ini menjadikan Kampung Bugis sebagai salah satu destinasi tujuan wisata baru yang tidak
kalah menarik dari atraksi lainnya yang ada di Kota Tanjungpinang. Artikel ini mengkaji
strategi pengembangan wisata Mangrove dengan penerapan CBT dan analisis deskriptif-
kualitatif dengan SWOT.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk menentukan strategi pengembangan wisata
Mangrove Sungai Ular di Kelurahan Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang, mengidentifikasi
peran masyarakat Kampung Bugis dalam pengelolaan wisata Mangrove Sungai Ular,
merumuskan strategi pengembangan wisata Mangrove yang sesuai dengan prinsip Community
Based Tourism (CBT) di Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang.
Metode penelitian: Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan wawancara
mendalam kepada 15 narasumber yang dipilih dengan sengaja. Narasumber merupakan para
pemangku kepentingan, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Kelompok Kerja (Pokja)
yang mengelola tur Mangrove. Analisis yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif
kualitatif menggunakan teknik matriks SWOT.
Hasil penelitian: Hasil analisis menunjukkan bahwa Pokdarwis harus dapat memaksimalkan
dukungan stakeholder untuk membangun fasilitas pariwisata yang dibutuhkan. Pokdarwis juga
harus melakukan pelatihan SDM agar dapat memberikan pelayanan dan mengelola tur
Mangrove dengan konsep CBT. Selain partisipasi masyarakat yang aktif, dukungan berupa
dana dan pelatihan sumber daya manusia juga tidak kalah penting unutk mewujudkan
penyelenggaraan wisata Mangrove yang unggul.
Kesimpulan: Berdasarkan hasil analisis data, dua simpulan ditarik sebagai berikut, pertama
tipologi partisipasi masyarakat Kampung Bugis secara keseluruhan tergolong dalam partisipasi
terdorong karena adanya dorongan dan perintah yang disepakati. Penunjukkan Pokdarwis
sebagai payung utama dalam penerapan konsep CBT harus dilakukan dengan suka rela tanpa
adanya faktor keminatan dan kesukarelaan.
Kata kunci : Partisipasi, CBT, SWOT
Abstract
Background: Kampung Bugis has Mangrove potential that surrounds the Snake River. This
makes Kampung Bugis as one of the new tourist destinations that are no less interesting than
other attractions in Tanjungpinang City. This article examines Mangrove tourism development
strategies with the application of CBT and descriptive-qualitative analysis with SWOT.
Research objectives: This study aims to determine the strategy of Mangrove tourism
development of Sungai Ular in Kampung Bugis Village, Tanjungpinang City, identify the role
of the people of Kampung Bugis in the management of Mangrove Tourism Sungai Ular,
formulate a Mangrove tourism development strategy in accordance with the principles of
Community Based Tourism (CBT) in Kampung Bugis, Tanjungpinang City.
Research method: The data collection technique used is by in-depth interviews to 15
deliberately selected sources. The speakers are stakeholders, the Tourism Conscious Group
(Pokdarwis) and the Working Group (Pokja) that manage Mangrove tours. The analysis used is
a qualitative descriptive analysis technique using the SWOT matrix technique.
Results: The results of the analysis show that Pokdarwis should be able to maximize
stakeholder support to build the tourism facilities needed. Pokdarwis must also conduct HR
training in order to provide services and manage Mangrove tours with cbt concept. In addition
to active community participation, support in the form of funds and human resource training is
also no less important to realize the implementation of superior Mangrove tourism.
Conclusion: Based on the results of the data analysis, two conclusions were drawn as follows,
first the typology of participation of the people of Kampung Bugis as a whole belonged to the
participation driven because of the encouragement and agreed orders. The appointment of
Strategi Pengembangan Wisata Mangrove Sungai Ular di
Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Ida Rahayu 1.308
Pokdarwis as the main umbrella in the application of cbt concept must be done willingly
without the factor of interest and volunteerism.
Keywords : Participation, CBT, SWOT
Diterima: 23-9-2021; Direvisi: 4-10-2021; Disetujui: 14-10-2021
PENDAHULUAN
Pariwisata saat ini sudah berubah menjadi sebuah kebutuhan primer bagi sebagian
besar masyarakat yang tinggal di perkotaan yang sebelumnya hanya menjadi kebutuhan
sekunder (Ali & Purwandi, 2017). Pembangunan pariwisata sendiri merupakan amanat
dari Undang-Undang Pariwisata agar kegiatan ini dapat mendorong pemerataan dari
pembangunan dengan skala nasional (Mentari, 2016). Menurut laporan kinerja
Kementrian Pariwisata Republik Indonesia, pencapaian sektor pariwisata nasional yang
telah menyumbang sebesar 9,2% Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional pada tahun
2019 lalu (Santoso et al., 2021). Terdapat tiga alasan mengapa perlu dilakukan
pengembangan pariwisata pada suatu daerah tujuan wisata (destinasi) baik secara lokal,
regional maupun nasional (Sutiarso, 2018). Pertama, pengembangan ini diperlukan untuk
kepentingan ekonomi daerah (Sidauruk, 2013) pembukaan lapangan kerja dan
pembangunan infrastruktur (Rahayu & Soleh, 2017). Kedua, pengembangan ini dilakukan
untuk pelestarian dan pengembangan objek daya tarik wisata (Irawan, 2018). Ketiga,
pengembangan ini diharapkan dapat membuka wawasan masyarakat untuk mengetahui
tingkah laku wisatawan yang berkunjung (Dewantara, 2019), terutama bagi masyarakat
setempat demi meningkatkan pola pikir kemajuan pada suatu daerah (M Rusdi, 2017).
Oleh sebab itu, maka harus mengintegrasikan ketiga hal tersebut dalam perencanaan
pengembangan pariwisata (Arliman, 2018).
Salah satu unsur penting dalam pengembangan pariwisata adalah melibatkan
masyarakat sebagai unsur utama dalam kegiatan kepariwisataan melalui konsep
pemberdayaan masyarakat (Yatmaja, 2019). Pariwisata yang berbasis masyarakat
merupakan kegiatan kepariwisataan yang mengutamakan keterlibatan masyarakat secara
langsung (Herdiana, 2019) untuk pengurusan kegiatan pariwisata. Hal ini sejalan dengan
yang dikatakan oleh (Arida, 2016), bahwa pariwisata berbasis masyarakat adalah proses
membangun dan mengembalikan kepercayaan diri masyarakat bahwa mereka mampu
membangun potensi alam dan budaya yang dimiliki untuk menjadi sebuah daya tarik
wisata (Risman et al., 2016).
Zaman dahulu dikenal sebagai sebuah kampung pemukiman penduduk, kini
Kampung Bugis yang merupakan sebuah Kelurahan yang terletak di Kecamatan
Tanjungpinang Kota, Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau, mulai terbuka
dengan kegiatan pariwisata. Memiliki sumber daya alam berupa hutan Mangrove yang
mengelilingi sungai di sekitar, menjadikan Kampung Bugis sebagai salah satu destinasi
tujuan wisata baru yang tidak kalah menarik dari atraksi lainnya yang ada di Kota
Tanjungpinang. Selama ini masyarakat terbiasa mengisi waktu libur dengan bepergian ke
pantai di Kabupaten Bintan. Padahal wisata Mangrove yang ada di Kampung Bugis ini
cukup unik dan menarik karena memiliki perpaduan antara wisata alam dan wisata religi
karena terdapat sebuah Kelenteng tua di tengah perjalanan tur. Hal ini yang kemudian
mendasari perlunya penerapan pariwisata berbasis masyarakat di Kampung Bugis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengoptimalisasi potensi wisata Mangrove yang ada
di Kampung Bugis dengan judul “Strategi Pengembangan Wisata Mangrove Sungai Ular
di Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang”. Tidak semua masyarakat akan dibahas,
pembahasan dibatasi pada lingkup masyarakat yang terlibat dalam pengelolaan wisata tur
Mangrove.
Vol. 1, No. 10, pp. 1.307-1.315, October 2021
1.309 http://sostech.greenvest.co.id
METODE PENELITIAN
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan wawancara mendalam
kepada 15 narasumber yang dipilih dengan sengaja. Narasumber merupakan para
pemangku kepentingan, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) dan Kelompok Kerja
(Pokja) yang mengelola tur Mangrove. Analisis yang digunakan adalah teknik analisis
deskriptif kualitatif menggunakan teknik matriks SWOT.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan Wisata Tur Mangrove Sungai Ular
a. Mangrove Sungai Ular
Bakau atau disebut juga Mangrove adalah tanaman hijau yang umumnya tumbuh
di air payau. Habitat tanaman ini dipengaruhi oleh pasang surut air laut karena tumbuh
secara khusus di lokasi yang terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Fungsi
Mangrove yang paling umum adalah tempat hidup bagi biota laut untuk berlindung,
mencari makan dan berkembang biak. Selain itu, Mangrove juga berpotensi untuk
mengurangi polusi dan pencemaran udara serta melindungi pantai dari abrasi air laut.
Lokasi Mangrove Sungai Ular berada tepatnya di Kampung Sei Ladi, Kelurahan
Kampung Bugis, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Kota Tanjunginang, Provinsi
Kepulauan Riau diberi nama Sungai Ular karena karena jika dilihat dari atas, alur sungai
ini meliuk-liuk mirip seperti lekuk tubuh seekor ular. Akan tetapi, masyarakat lokal lebih
mengenalnya dengan nama Sungai Papah. Ada tujuh jenis Mangrove yang ada di
sepanjang sungai ini yakni Avicenia Alba, Ceriop Tagal, Rhyzophora Apiculata, Petut,
Nypa Fruticans, Xylocarpus Granatum Koeb dan Still Root. Panjang total lintasan tur
Mangrove yang akan dilalui oleh pengunjung sekitar kurang lebih 3 kilometer dengan
jarak tempuh menggunakan boat selama 1,5 jam. Jarak dari Kampung Bugis menuju Ibu
Kota Kabupaten adalah 3 kilo meter atau hanya sekitar 15 menit bila ditempuh dengan
kendaraan bermotor, sementara jarak menuju Ibu Kota Provinsi berjarak 24 kilometer
atau sekitar 1 jam bila ditempuh dengan kendaraan bermotor.
Terdapat beberapa fauna yang hidup bebas di pohon Mangrove sepanjang jalur
lintasan sungai seperti monyet, biawak atau kadal besar (Varanus Salvator), ular dan
beberapa macam fauna lainnya yang dapat dijumpai bila beruntung. Selain itu, jika
waktunya tepat, pengunjung juga dapat melihat aktifitas pompong (kendaraan laut
berbentuk kapal motor) yang mengangkut air bersih untuk dijual kepada masyarakat
yang tinggal di kawasan Pecinan Kota Tanjungpinang. Menurut masyarakat lokal,
kegiatan ini telah berlangsung sejak tahun 1960-an.
Hal paling menarik yang akan dijumpai selama perjalanan wisata tur Mangrove
adalah pengalaman singgah di Kelenteng tertua di Senggarang yang diberi nama Gerbang
Neraka atau Kelenteng Guanyin. Menurut cerita, Kelenteng ini didirikan sebelum tahun
1811 dan pada tahun 1977 ditetapkan sebagai monumen agama yang dilindungi oleh
Pemerintan Indonesia. Kelenteng ini terletak di lokasi yang cukup tersembunyi, oleh
masyarakat sekitar dikenal dengan nama Kelenteng Ah Nio. Sebelum jalur aspal
dibangun, masyarakat lebih sering menggunakan perahu melalui jalur laut dengan
mengitari laut dan sungai berbentuk huruf “S” yang konon juga menjadi alasan mengapa
sungai ini diberi nama Sungai Ular. Bagi kepercayaan orang Tionghua, Kelenteng ini
merupakan tempat sembahyang untuk memuja Dewi Laut Selatan Nan Hai Niang-
Niangsebagai pengingat kematian dan pembalasan atas apa yang telah manusia lakukan
semasa hidup mereka. Selain melihat pesan kehidupan setelah kematian yang
disampaikan melalui lukisan dinding kelenteng, pengunjung juga dapat mencoba
pengalaman mengguncang lucky stick dan melempar batu bulan untuk mengetahui
Strategi Pengembangan Wisata Mangrove Sungai Ular di
Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Ida Rahayu 1.310
pesan kehidupan apa yang akan didapatkan. Dua kegiatan ini harus dipandu langsung
oleh penjaga kelenteng yang merupakan keturunan dari penjaga sejak kelenteng
dibangun.
Saat ini Pokdarwis Kampung Bugis memiliki 2 (dua) buah boat pariwisata yang
diberikan oleh Alokasi Dana Khusus (ADK) Kelurahan dan hibah dari PNPM pariwisata.
Masing-masing kapasitas boat adalah 10 (sepuluh) orang dan 15 (lima belas) orang
karena selama masa pandemi ada pembatasan jumlah maksimum kapasitas boat. Selain
itu, Pokdarwis juga telah menerima bantuan life jackets dari Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Tanjungpinang sebanyak 15 (lima belas buah).
Keterlibatan Masyarakat Lokal
Masyarakat lokal merupakan bagian tidak terpisahkan dari destinasi pariwisata
(Krisnani & Darwis, 2015). Integrasi masyarakat lokal dalam perencanaan dan
pengembangan destinasi pariwisata dimaksudkan untuk memastikan masyarakat lokal
mendapat ruang dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses perencanaan
pariwisata. Sejauh ini, beberapa masyarakat lokal sudah terlibat dalam kegiatan
kepariwisataan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan rapat rutin yang
digelar oleh Pokdarwis dan Pokja Tur Mangrove secara berkala untuk mengevaluasi
capaian-capaian dari kegiatan yang telah dilakukan dan akan dilaksanakan. Namun
sayangnya, pemahaman dasar kelembagaan secara administratif dan prosedural dari
masyarakat yang terlibat dalam Mangrove tur masih kurang. Padahal menjalankan
administrasif sangat penting dilakukan sebelum kegiatan dilanjutkan ke tahap proses
pengembangan dan penguatan kelembagaan pariwisata berbasis masyarakat. Meski
demikian, sebagian masyarakat lokal yang terlibat langsung dalam kegiatan tur
Mangrove telah berkontribusi dalam upaya mempromosikan produk destinasi pariwisata
melalui sosial media masing-masing meskipun belum maksimal. Selain itu, pelibatan
masyarakat dalam tur Mangrove yang berasal dari berbagai kalangan usia, jenis kelamin
dan latar belakang pekerjaan telah menunjukkan hasil yang cukup baik karena
masyarakat lokal adalah komponen utama pembentuk citra atau image destinasi
pariwisata itu sendiri.
Pembentukan Kelompok Kerja
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) adalah kelompok penggerak pariwisata
sebagai bentuk kelembagaan informal yang dibentuk anggota masyarakat yang memiliki
kepedulian dalam mengembangkan kepariwisataan di daerahnya. Kelompok ini
merupakan salah satu unsur pemangku kepentingan dalam masyarakat yang memiliki
keterkaitan dan peran penting dalam mengembangkan dan mewujudkan Sadar Wisata
dan Sapta Pesona di daerahnya. Pemilihan kepengurusan Pokdarwis Kampung Bugis
menggunakan sistem inisiasi instansi terkait dalam hal ini adalah Disbudpar Kota
Tanjungpinang. Meskipun demikian, hal ini sudah sesuai dengan prosedur pembentukan
Pokdarwis yang tertulis dalam Pedoman Pokdarwis. Berdasarkan SK yang dikeluarkan
oleh Disbudpar Kota Tanjungpinang, terdapat 14 orang yang masuk dalam
kepengurusan Pokdarwis Kampung Bugis yang bernama Pokdarwis Cogan Bertuah.
Namun dari hasil penyusunan struktur organisasi serta melihat keaktifan masyarakat
setempat, maka Ketua Pokdarwis berinisiatif untuk mengusulkan penambahan anggota
menjadi 21 (dua puluh satu) orang. Sayangnya, keterlibatan seluruh pengurus inti
Pokdarwis Kampung Bugis dirasakan masih rendah dalam setiap kegiatan pariwisata.
Hingga akhirnya memberikan ide bagi Ketua Pokdarwis yang sangat concern dan
bersemangat untuk mengembangkan pariwisata di daerahnya dengan membentuk
Kelompok Kerja (Pokja) khusus yang dipilih secara suka rela agar fokus mengelola tur
Mangrove ini sebagai pilot project wisata Kampung Bugis. Dari hasil pemilihan
tersebut, saat ini sudah terbentuk pengurus Pokja tur Mangrove sebagai berikut; (1)
Ketua Pokja, (2) Wakil Ketua, (3) Sekretaris Pokja, (4) Bendahara Pokja, (5) Pemandu
Wisata, (6) Marketing, (7) Nakhoda Kapal. Pokja ini sudah berjalan selama 10 bulan
Vol. 1, No. 10, pp. 1.307-1.315, October 2021
1.311 http://sostech.greenvest.co.id
terhitung sejak dipilih pada Agustus tahun 2020 sampai sekarang.
Pembuatan Paket Wisata Tur Mangrove
Tur Mangrove Sungai Ular merupakan produk wisata yang berbasis sumber daya
alam. Produk ini murni telah dikelola oleh masyarakat setempat melalui Pokja. Adapun
tur ini dilakukan dengan durasi selama 90 menit. Sebelum menaiki boat, wisatawan
akan di-briefing terlebih dahulu oleh Pemandu Wisata di Dermaga. Hal ini dimaksudkan
agar wisatawan mengetahui apa saja hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama
tur berlangsung. Pemandu juga mengajak wisatawan dan petugas dari Pokja yang
menemani tur untuk berdo’a menurut kepercayaan masing-masing. Tidak lupa juga
meminta kepada wisatawan dan seluruh tim yang akan menaiki boat agar memakai life
jackets yang sudah disediakan agar perjalanan aman dan lancar. Wisatawan juga
diberikan snack box yang berisi beberapa macam kue tradisional serta air mineral demi
menambah kenyamanan selama tur. Wisatawan akan disuguhi pemandangan hijau dari
berbagai jenis mangrove. Selain itu, wisatawan juga menikmati pemandangan sungai
yang cukup lebar dengan air yang tenang. Ditengah tur, Pemandu akan menceritakan
tentang Sungai Ular secara mendetail sembari wisatawan menikmati pemandangan
sekitar. Wisatawan tur mangrove juga diajak untuk mengunjungi Kelenteng Gerbang
Neraka yang legendaris. Sungai Ular juga memiliki beberapa spot foto yang sayang
sekali bila dilewatkan. Paket tur ini terbagi dalam 2 (dua) pilihan yakni; (1) Paket
maksimal 10 (sepuluh) orang dengan harga Rp. 500.000,- (2) Paket maksimal 4 (empat)
orang dengan harga Rp. 350.000,-. Jika ingin dapat menikmati tur ini, wisatawan harus
melakukan reservasi minimal 1 (satu) hari sebelum rencana perjalanan.
Strategi Pengembangan Wisata Tur Mangrove Sungai Ular
Agar dapat mengetahui permasalahan pengembangan Wisata Tur Mangrove,
berikut kajian mengenai faktor internal dan eksternal.
Faktor Internal
Faktor internal yang memengaruhi pengembangan wisata tur Mangrove Kampung
Bugis adalah faktor yang merupakan kekuatan dan kelemahan. Berdasarkan faktor
kekuatan meliputi faktor alam, sumber daya manusia dan fasilitas pendukung. Lokasi
destinasi ini strategis karena dekat dengan ibu kota kabupaten. Sayangnya karena
merupaka wisata berbasis alam, maka kegiatan tur dapat sewaktu-waktu terhambat oleh
cuaca dan pasang-surut air laut. Meskipun secara keseluruhan pengetahuan dan
pengalaman masyarakat dalam mengelola destinasi masih kurang, tetapi masyarakat
yang berasal dari berbagai etnis dapat hidup rukun dan saling berdampingan. Akses
menuju lokasi juga cukup mudah dijangkau, meski fasilitas pendukung kegiatan tur
Mangrove masih sangat kurang seperti; toilet, konter tiket, parkir kendaraan bermotor,
mushola, tempat penitipan barang dan penyimpanan alat-alat perlengkapan tur.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang memengaruhi pengembangan wisata tur Mangrove berasal
dari faktor peluang dan ancaman. dari faktor peluang, wisata tur Mangrove menjadi
pilihan baru bagi masyarakat yang ingin berwisata. selama ini masyarakat
Tanjungpinang selalu memilih lokasi di Kabupaten Bintan sebagai alternatif wisata.
padahal lokasi ini tidak jauh dari pusat kota. Keberadaan tur ini diharapkan dapat
menjadi stimulan bagi tumbuhnya potensi wisata yang ada di Kampung Bugis serta
membuka peluang kerja dan peningkatan pendapatan. Dari faktor ancaman, masalah
yang akan muncul adalah persaingan antar destinasi yang serupa baik itu dalam lingkup
Kota Tanjungpinang sendiri maupun sampai ke Kabupaten Bintan. Selain itu,
permasalahan komersialisasi budaya juga merupakan ancaman serta pergeseran budaya
juga tak luput dari perhatian.
Tabel 1. Analisis SWOT Pengembangan Mangrove Sungai Ular
Strategi Pengembangan Wisata Mangrove Sungai Ular di
Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Ida Rahayu 1.312
Kekuatan (Strength)
1. Lokasi dekat dengan pusat kota
2. Masyarakat hidup rukun dan harmonis
3. Jaringan telekomunikasi yang bagus dan
akses yang mudah (melalui darat dan laut)
4. Dukungan perangkat desa dan instansi
Pemerintah yang kuat
5. Keterlibatan muda-mudi lokal yang sangat
antusias dengan kegiatan pariwisata
Kelemahan (Weakness)
1. Ketergantungan pada cuaca dan
pasang surut air laut
2. Pengelolaan limbah rumah tangga
yang belum terkoordinir dengan
baik (gaya hidup masyarakat)
3. Kurangnya fasilitas
pendukung
4. Dokumen kelembagaan
Pokdarwis dan Pokja yang belum
lengkap
5. Kurangnya pengetahuan
anggota terhadap dunia digital
dan pemasaran
Strategi SO
(Strength Opportunities)
Strategi WO
(Weakness Opportunities)
Peluang (Opportunities)
Manfaatkan potensi Kekuatan dengan
melihat Peluang
Mengatasi Kelemahan dengan
menggunakan Peluang
1. Menjadi pilihan wisata baru
masyarakat Kota
Tanjungpinang
2. Stimulan bagi potensi wisata
lainnya yang ada di Kelurahan
Kampung Bugis
3. Meningkatkan pendapatan
skala kecil dan besar
4. Membuka lapangan pekerjaan
baru
5. Peluang investasi sektor
pariwisata
1. Memaksimalkan peran dan
fungsi Pokdarwis dan Pokja
2. Meningkatkan kemampuan
manajemen untuk mengelola
bantuan dari Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah
3. Memanfaatkan letak strategis
untuk melakukan promosi paket
wisata melalui media digital
4. Melestarikan budaya dan
memperkuat kerukunan antar
masyarakat
1. Memberikan pelatihan SDM
bidang pariwisata yang
profesional
2. Meningkatkan koordinasi dengan
Perangkat Desa, Pemerintah
Daerah dan Pemerintah Pusat
dalam menangkap peluang
kegiatan pariwisata yang ada
3. Memaksimalkan dukungan para
stakeholder untuk
pembangunan fasilitas
pariwisata
Strategi ST
(Strength Threat)
Strategi WT
(Weakness Threat)
Ancaman (Threat)
Memanfaatkan Kekuatan untuk
menghadapi Ancaman
Mengatasi Kelemahan dalam
Rangka menggunakan Peluang
Vol. 1, No. 10, pp. 1.307-1.315, October 2021
1.313 http://sostech.greenvest.co.id
1. Terjadinya pergeseran budaya
asli akibat masuknya budaya luar
2. Lahan hijau yang berkurang
akibat kegiatan pariwisata
3. Pencemaran dan kerusakan
lingkungan
4. Konsep CBT yang diabaikan
karena muncul pasar modal
5. Persaingan antar destinasi
serupa
1. Meningkatkan kekuatan
manajerial, pengelolaan dan
pelayanan SDM untuk bersaing
dengan destinasi lainnya
2. Memperkuat persatuan
masyarakat dalam
mewujudkan pengelolaan
destinasi berbasis CBT
3. Menjadikan CBT sebagai
pedoman untuk mengatasi hal-hal
yang tidak diinginkan termasuk
pergesaran budaya dan
komersialisasi
1. Meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang
pentingnya hidup bersih demi
tercipta lingkungan yang asri dan
sehat
2. Melibatkan pecinta
lingkungan dengan kampanye
ekowisata dalam praktik
berwisata
3. Memberikan pelatihan khusus
bagi masyarakat lokal terutama
Pokdarwis dan Pokja tentang
digital dan pemasaran
4. Bekerja sama dengan Pemerintah
Daerah agar dapat memberikan
bantuan terkait kelembagaan
Pokdarwis yang
valid
Program Pengembangan
Pengembangan Wisata Mangrove Sungai Ular berdasarkan strategi SO, WO, ST dan WT.
Strategi SO, memaksimalkan peran dan fungsi Pokdarwis dan Pokja, meningkatkan
kemampuan manajemen untuk mengelola bantuan dari Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah, memanfaatkan letak strategis untuk melakukan promosi paket
wisata melalui media digital dan cetak, melestarikan budaya dan memperkuat
kerukunan antar masyarakat.
Strategi WO, memberikan pelatihan SDM bidang pariwisata yang profesional,
meningkatkan koordinasi dengan Perangkat Desa, Pemerintah Daerah dan Pemerintah
Pusat dalam menangkap peluang kegiatan pariwisata yang ada serta memaksimalkan
dukungan para stakeholder untuk pembangunan fasilitas pariwisata yang memadai dan
sesuai kebutuhan.
Strategi ST, meningkatkan kekuatan manajerial, pengelolaan dan pelayanan SDM untuk
bersaing dengan destinasi lainnya, memperkuat persatuan masyarakat dalam
mewujudkan pengelolaan destinasi berbasis CBT serta menjadikan CBT sebagai
pedoman untuk mengatasi hal-hal yang tidak diinginkan termasuk pergesaran budaya
dan komersialisasi.
Strategi WT, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hidup bersih demi
tercipta lingkungan yang asri dan sehat. melibatkan kelompok pecinta lingkungan
dengan kampanye ekowisata dalam praktik berwisata, memberikan pelatihan khusus
bagi masyarakat lokal terutama Pokdarwis dan Pokja tentang digital dan pemasaran serta
bekerja sama dengan Pemerintah Daerah agar dapat memberikan bantuan terkait
kelembagaan Pokdarwis yang valid.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data, dua simpulan ditarik sebagai berikut, pertama
tipologi partisipasi masyarakat Kampung Bugis secara keseluruhan tergolong dalam
partisipasi terdorong karena adanya dorongan dan perintah yang disepakati. Penunjukkan
Pokdarwis sebagai payung utama dalam penerapan konsep CBT harus dilakukan dengan
Strategi Pengembangan Wisata Mangrove Sungai Ular di
Kampung Bugis, Kota Tanjungpinang
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Ida Rahayu 1.314
suka rela tanpa adanya faktor keminatan dan kesukarelaan. Akibatnya, sebagian anggota
ditunjuk hanya untuk memenuhi kuota organisasi atau hanya melengkapi struktur
Pokdarwis. Selanjutnya, kendala yang dialami adalah kesulitan menentukan produk
wisata karena belum memiliki visi dan misi yang paten sehingga penyusunan administrasi
organisasi Pokdarwis belum terarah. Meski demikian, inisiatif pembentukan Pokja yang
dilakukan oleh Pokdarwis telah terbukti dapat menjalankan paket wisata tur Mangrove
yang dikelola oleh tim dengan kompak dan penuh semangat. Kedua, dari strategi WO
dapat memaksimalkan dukungan stakeholder untuk membangun fasilitas pariwisata yang
dibutuhkan. Strategi ST melakukan pelatihan SDM agar dapat memberikan pelayanan
dan mengelola tur Mangrove dengan konsep CBT. Strategi WT memberikan pelatihan
secara intensif terkait dengan digital dan pemasaran serta memperkuat kelembagaan
Pokdarwis agar dapat menerima bantuan dari para stakeholder dengan mudah. Selain
partisipasi masyarakat yang aktif, dukungan berupa dana dan pelatihan sumber daya
manusia juga tidak kalah penting unutk mewujudkan penyelenggaraan tur Mangrove
yang unggul.
BIBLIOGRAFI
Ali, H., & Purwandi, L. (2017). Milenial nusantara. Gramedia Pustaka Utama.
Arida, N. S. (2016). Dinamika Ekowisata Tri Ning Tri di Bali. In Denpasar: Pustaka
Larasan.
Arliman, L. (2018). Peran Investasi dalam Kebijakan Pembangunan Ekonomi Bidang
Pariwisata di Provinsi Sumatera Barat. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, 20(2), 273294.
Dewantara, M. H. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengembangan Wisata
Kampung Baduy-Banten. Journey (Journal of Tourismpreneurship, Culinary,
Hospitality, Convention and Event Management), 2(1), 3554.
Herdiana, D. (2019). Peran Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Berbasis
Masyarakat. Jurnal Master Pariwisata (JUMPA), 6(1), 6386.
Irawan, H. (2018). Pengembangan Minat Wisata Ilmiah Di Desa Malang Rapat Dengan
Objek Keanekaragaman Hewan Laut Yang Terdapat Di Pesisir. Pengkemas
Maritim, 1(1), 3745.
Krisnani, H., & Darwis, R. S. (2015). Pengembangan desa wisata melalui konsep
community based tourism. Prosiding Penelitian Dan Pengabdian Kepada
Masyarakat, 2(3).
M Rusdi, M. R. (2017). Dinamika Sosial Masyarakat Di Sekiat Bukit Karampuang Desa
Barugae Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba. Pascasarjana.
Mentari, N. (2016). Implementasi Daftar Bidang Usaha Tertutup dan Terbuka Terhadap
Investasi Bidang Jasa Akomodasi di Kota Yogyakarta. UII.
Rahayu, Y., & Soleh, A. (2017). Pengaruh Pembangunan Infrastruktur Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi (Pendekatan Fungsi Cobb Douglas). Journal
Development, 5(2), 125139.
Risman, A., Wibhawa, B., & Fedryansyah, M. (2016). Kontribusi Pariwisata Terhadap
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia. Prosiding Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1).
Santoso, S., Natanael, A., Fatmawati, A. A., Griselda, A., Khoirunnisa, J., Simanjuntak,
M., & Bagus, A. A. R. (2021). Analisis Pengembangan Platform Ekspor Sub Sektor
Kuliner Tinjauan Dari Model Sistem Inovasi. Sumber, 21(22.07), 102165.
Sidauruk, R. (2013). Peningkatan peran pemerintah daerah dalam rangka pengembangan
ekonomi kreatif di Provinsi Jawa Barat. Jurnal Bina Praja: Journal of Home Affairs
Governance, 5(3), 141157.
Vol. 1, No. 10, pp. 1.307-1.315, October 2021
1.315 http://sostech.greenvest.co.id
Sutiarso, M. A. (2018). Pengembangan Pariwisata Yang Berkelanjutan Melalui
Ekowisata. OSF Preprints.
Yatmaja, P. T. (2019). Efektivitas Pemberdayaan Masyarakat Oleh Kelompok Sadar
Wisata (Pokdarwis) Dalam Mengembangkan Pariwisata Berkelanjutan. Jurnal
Ilmiah Administrasi Publik Dan Pembangunan, 10(1), 2736.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License