Pengaruh Capital Intencity Ratio, Free Cash Flow,
Leverage Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI Periode 2018-2020
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Elisabeth Sagala
1
dan Remista Simbolon
2
1.564
dapat menimbulkan asismetri informasi tentang perusahaan (Maryanto, 2021). Hal ini
sesuai dengan Teori Keagenan (Agency Theory) yang meyatakan bahwa adanya
pemisahan antara pemilik (Hapsari Putri, 2021) dan pengelola perusahaan dapat
menimbulkan masalah keagenan yaitu, ketidaksejajaran kepentingan antara pemilik
(principal) dan manjemen (agent) (Simarmata & Aisyah, 2021).
Perbedaan kepentingan antara pemilik dan pengelola perusahaan digambarkan
dengan adanya tindakan manajemen (Kholmi, 2011) yang lebih mengutamakan
kepentingannya yang dapat berdampak merugikan pihak pemilik dalam mengambil
sebuah keputusan (Nurkholik & Fitriyanti, 2021). Hal itu terjadi karena keterbatasan
pemilik untuk mengakses informasi yang ada dalam perusahaan terutama informasi
keuangan. Informasi yang terdapat di dalam laporan keuangan belum dapat menjamin
bahwa informasi tersebut mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya
(Nugroho, 2021). Terkadang tim manajemen melakukan perhitungan laba perusahaan
yang dikelolanya untuk keuntungan individu.
Emiten telekomunikasi PT. Indosat Tbk (ISAT) mencatat realisasi belanja modal
atau capital expenditure (capex) sebesar hampir Rp 3 Triliun sepanjang paruh pertama
tahun ini. Tercatat untuk semester I/2021 perseroan telah membelanjakan capex sebesar
Rp 2.99 triliun, turun sekitar 8,1% di banding periode yang sama tahun sebelumnya yang
mencapai Rp 3,26 triliun. Perseroan menargetkan belanja modal untuk 2021 sebesar Rp 8
triliun. Sepanjang Kuartal I/2021 lalu ISAT telah menghabiskan Rp 1,41 triliun, dari
jumlah capex tersebut, intensitas capex atau rasio capex terhadap pendapatan ISAT turun
4,2% secara yoy menjadi Rp 14,98 triliun. Director dan Chief Operating Officier Indosat
Vikram Sinha mengatakan pertumbuhan ini merupakan hasil dari kinerja yang kuat dari
segmen bisnis enterprise, Enterprise tumbuh sangat tinggi 16,5%. Sejalan dengan
pertumbuhan pendapatan EBITDA perseroan meningkat menjadi Rp 6,77 triliun pada
paruh pertama tahun ini naik sebesar 24,8% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan ini dikarenakan kombinasi dari pertumbuhan top line dan optimalisasi biaya
yang terukur termasuk optimalisasi dalam kontrak-kontrak pemeliharaan jaringan dan
kampanye pemasaran yang lebih efisien, EBITDA margin sebesar 45,2% pada semester
I/2021. Dari sisi bottom line, selama enam bulan pertama tahun ini ISAT membukukan
laba sebesar Rp 5,59 triliun, jumlah ini termasuk penerimaan bersih dari penjualan
menara yang mencapai Rp 6 triliun pada kuartal II 2021. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh capital intencity rasio, free cash flow dan leverage terhadap
manajemen laba.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif, metode ini sering
dinamakan metode tradisional, positivistic, scientific dan metode discovery, metode ini
disebut kuantitatif karena data yang disajikan berupa angka-angka dan analisis
menggunakan statistik. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) yang tergabung dalam indeks LQ45. Perusahaan yang
tergabung dalam LQ45 merupakan perusahaan yang tergabung dalam 60 perusahaan
teratas dengan kapitalisasi pasar dan nilai transaksi tertinggi dalam 12 bulan terakhir,
serta telah tercatat di Bursa Efek Indonesia minimal selama 3 bulan. Perusahaan yang
tergabung dalam LQ45 memiliki kondisi keuangan, prospek pertumbuhan dan nilai
transaksi yang tinggi serta mengalami penambahan bobot free float menjadi 100% yang
sebelumnya 60% dalam proses penilaian. Indeks LQ45 dihitung setiap 6 bulan sekali oleh
Divisi Riset Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan yang tergabung dalam LQ45
terdapat 45 perusahaan yang kesemuanya dijadikan sampel penelitian.