Vol. 2, No. 1, pp. 1.745-1.752, January 2022
1.747 http://sostech.greenvest.co.id
Penguatan destinasi pariwisata halal dilakukan dengan menambah keikutsertaan 6
Kabupaten dan Kota yang terdapat di dalam wilayah 10 Destinasi Halal Prioritas
Nasional, yaitu Kota Tanjung Pinang, Kota Pekanbaru, Kota Bandung, Kabupaten
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kabupaten Cianjur. (Sumber : Data GMTI
2017).
Pengembangan destinasi wisata halal secara nasional tak luput dari tantangan yang
hampir sama di beberapa daerah, yaitu ketidak tersedianya sarana dan prasarana dengan
label halal. Berbeda halnya jika kita bandingkan dengan Malaysia dan Singapura yang
telah memiliki hotel syariah dan restoran tersertifikasi halal yang jumlah cukup banyak
dari Indonesia. Minimnya kedua fasilitas di atas tentu menjadi tantangan tersendiri bagi
perkembangan wisata halal di Indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah baik pusat maupun
daerah harus saling bersinergi dalam menyediakan sarana dan prasarana yang baik yang
sesuai dengan syariah sehingga minat wisatawan muslim mancanegara untuk datang ke
Indonesia semakin besar.
Berdasarkan kegiatan World Halal Travel Awards 2015 Indonesia berhasil meraih
penghargaan pada tiga kategori, yaitu World’s Best Halal Tourism Destination untuk
Lombok; World’s Best Halal Honeymoon Destination untuk Lombok; dan World’s Best
Family Friendly Hotel untuk Sofyan Hotel Betawi, Jakarta. (Schwab, 2015). Pada tahun
2016 Indonesia kembali meraih penghargaan dalam acara World Halal Tourism Award
2016 dengan meraih 12 penghargaan. Selain itu, Indonesia memperkenalkan diri dalam
acara Jeddah International Tourism and Travel Exhibition (JITTE) yaitu bursa pameran
pariwisata terbesar berlangsung di Arab Saudi. Hal ini menambah nilai positif bagi
Indonesia agar lebih dikenal di mata dunia.
Sesuai yang telah diuraikan sebelumnya bahwa keberadaan industri pariwisata
syariah bukanlah suatu ancaman bagi industri pariwisata yang sudah ada, melainkan
sebagai pelengkap dan tidak menghambat kemajuan usaha wisata yang sudah berjalan.
Bahkan sejumlah negara-negara di dunia telah menggarap industri pariwisata syariah.
Sebagai contoh di Asia seperti Malaysia, Thailand, Singapura, Korea, Jepang, Taiwan
dan China sudah terlebih dahulu mengembangkan pariwisata syariah. Thailand memiliki
The Halal Science Center Chulalongkorn University, yaitu pusat riset yang bekerja sama
dengan Pemerintah Thailand dan keagamaan untuk membuat sertifikasi dan standarisasi
untuk industri yang dilakukan secara transparan, bahkan pembiayaannya tertera jelas dan
transparan. Australia melalui Lembaga Queensland Tourism mengeluarkan program
pariwisata syariah pada bulan Agustus 2012 melalui kerjasama dengan hotel-hotel
ternama mengadakan buka puasa bersama, menyediakan tempat sholat yang nyaman dan
mudah dijangkau di pusat-pusat perbelanjaan, memberikan petunjuk arah kiblat dan Al-
Qur’an di kamar hotel, hingga menyediakan petugas di Visitor’s Information Offices yang
mampu berbahasa Arab. Korea Selatan melalui Perwakilan Organisasi Pariwisata Korea
Selatan di Jakarta (KTO Jakarta) mengakui siap menjadi destinasi wisata syariah dengan
menyediakan paket wisata bagi Muslim dan fasilitas yang mendukung.
Kondisi pariwisata syariah di Indonesia masih belum maksimal. Padahal jika
digarap lebih serius, potensi pengembangan wisata syariah di Indonesia sangat besar.
Belum banyak biro perjalanan yang mengemas perjalanan inbound dengan paket halal
travel, tetapi lebih banyak pengemasan perjalanan outbound seperti umrah dan haji.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Pusat Data dan Informasi Kementerian
Pariwisata, angka wisatawan dari beberapa negeri Timur Tengah berdasarkan
kebangsaan, yaitu Bahrain sebesar 98 orang pada tahun 2013 menjadi 99 orang pada
tahun 2014 (naik 1,02 persen), Mesir sebesar 675 orang pada tahun 2013 menjadi 733
orang pada tahun 2014 (naik 8,59 persen), dan Uni Emirat Arab sebesar 1.322 orang
menjadi 1.428 orang (naik 8,02 persen), sedangkan Arab Saudi mencatat angka