Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 2, Number 1, January 2022
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
How to cite:
Ferderikus Ama Bili. (2022). Tinjauan Ekonomi Politik Atas Krisis dan Penelusuran Penyelesaiannya dalam
Sejarah. Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH), 2(1): 1.8001.807
E-ISSN:
2774-5155
Published by:
https://greenpublisher.id/
TINJAUAN EKONOMI POLITIK ATAS KRISIS DAN PENELUSURAN
PENYELESAIANNYA DALAM SEJARAH
Ferderikus Ama Bili
Organisasi : Kristen Hijau Indonesia
ferdybili19@gmail.com
Abstrak
Latar belakang: Pandemi Covid-19 atau 2019-nCoV yang muncul pertama kalinya pada akhir
tahun 2019 di Wuhan, salah satu kota di Cina, sangat cepat sekali menyebar ke seluruh dunia.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang krisis dan usaha-
usaha signifikan untuk mengatasinya secara masih dalam sejarah ekonomi-politik.
Metode penelitian: Analisis mengenai persoalan krisis dan sejarahnya ini merupakan hasil dari
studi kepustakaan terhadap jurnal, buku, disertasi dan koran. Studi ini menggunakan analisis
ekonomi politik untuk melacak akar krisis. Analisis ekonomi politik ini bertujuan untuk
memahami hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kerentanannya dengan melihat
terbaginya masyarakat menjadi kelas-kelas. Analisis Ekonomi Politik juga memberi penilaian
terhadap pola-pola penyelesaian krisis dalam rentetan sejarah.
Hasil penelitian: Tingkat penghidupan menjadi 3 kategori yakni rendah, sedang dan tinggi.
Tingkat penghidupan masyarakat Kampung Heritage Kajoetangan tergolong dalam kategori
sedang atau belum berkelanjutan. Tingkat penghidupan masyarakat Kampung Ornament Tjelaket
tergolong dalam kategori sedang atau belum berkelanjutan (Skor 2,00). Masyarakat Kampung
Heritage Kajoetangan dominan menggunakan modal alam,modal fisik dan modal sosial. Modal
alam yang dimanfaatkan Kampung Heritage Kajoetangan seperti pemanfaatan lahan, asal air
bersih dan akses air bersih. Berdasarkan tahun 2018-2019 masyarakat Kampung Heritage
Kajoetangan telah memaksimalkan pemanfaatan lahannya/lokasi tempat tinggal mereka dengan
cara memanfaatkan potensi wisata.
Kesimpulan: Kondisi aset penghidupan kedua kampung tersebut tergolong dalam kategori
sedang atau belum berkelanjutan. Kampung Heritage Kajoetangan memiliki skor 2,11 (belum
berkelanjutan), hal ini dipengaruhi oleh nilai pemanfaatan modal manusia dan modal sosial yang
memiliki nilai rata-rata sedang (belum berkelanjutan) dan modal ekonomi yang tergolong rendah
(tidak berkelanjutan). Modal manusia memiliki skor 2,04 (belum berkelanjutan), karena
rendahnya persentase tingkat pendidikan dan pekerjaan masyarakat Heritage Kajoetangan.
Rendahnya pendidikan masyarakat Heritage Kajoetangan ini sangat berpengaruh terhadap
rendahnya pendapatan seseorang karena tingkat pendidikan yang rendah mengakibatkan
seseorang cenderung memiliki wawasan, keterampilan dan pengetahuan yang kurang memadai
untuk kehidupannya, karena sejatinya pendidikan merupakan kebutuhan pokok yang harus
dipenuhi oleh setiap orang, bila kebutuhan pokok seseorang tidak dapat terpenuhi, maka hal
itulah yang menjadi salah satu penyebab kemiskinan.
Kata kunci: Komparasi, Strategi, Sustainable Livelihood
Abstract
Background: Tourism is currently aimed at sustainable tourism development. Sustainable
tourism development policies focus on the long-term use of natural and human resources.
Research purposes: The aim of this research is to formulate a sustainable livelihood strategy in
the Kajoetangan Heritage Tourism Village and the Tjelaket Ornament Tourism Village, Malang
City.
Research methods: This research includes comparative causal research with a quantitative
approach, which is to compare two or more groups of a certain variable.
Research results: The level of livelihood is divided into 3 categories, namely low, medium and
high. The level of livelihood of the people of Kampung Heritage Kajoetangan is in the moderate
or unsustainable category. The level of livelihood of the people of Kampung Ornament Tjelaket is
classified in the moderate or unsustainable category (score 2.00). The people of Kampung
Heritage Kajoetangan dominantly use natural capital, physical capital and social capital. The
natural capital utilized by the Kajoetangan Heritage Village is land use, origin of clean water
and access to clean water. Based on 2018-2019 the people of Kampung Heritage Kajoetangan
Tinjauan Ekonomi Politik Atas Krisis dan Penelusuran
Penyelesaiannya dalam Sejarah
Ferderikus Ama Bili 1.801
have maximized the use of their land/location of their residence by utilizing tourism potential.
Conclusion: The condition of the livelihood assets of the two villages is in the moderate or
unsustainable category. Kajoetangan Heritage Village has a score of 2.11 (not sustainable), this
is influenced by the value of the use of human capital and social capital which has a moderate
average value (not sustainable) and economic capital which is classified as low (unsustainable).
Human capital has a score of 2.04 (unsustainable), due to the low percentage of education and
employment levels of the Kajoetangan Heritage community. The low level of education of the
Kajoetangan Heritage community is very influential on the low income of a person because a low
level of education causes a person to tend to have inadequate insight, skills and knowledge for
life, because education is actually a basic need that must be met by everyone, if a person's basic
needs are not met. fulfilled, then that is one of the causes of poverty.
Keywords: Comparison, Strategy, Sustainable Livelihood
Diterima: 26-12-2021; Direvisi: 29-12-2021; Disetujui: 15-01-2022
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 atau 2019-nCoV yang muncul pertama kalinya pada akhir tahun
2019 di Wuhan, salah satu kota di Cina, sangat cepat sekali menyebar ke seluruh dunia.
Dalam waktu beberapa bulan saja virus ini telah memaksa seluruh dunia untuk
melakukan physical distancing hingga lockdown yang berakibat pada ditutupnya (ataupun
pengurangan jumlah produksi) oleh berbagai industri, baik jasa maupun manufaktur.
Terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) karena terganggunya usaha. Sekalipun
tanda-tanda krisis yang menghantui masyarakat global ini sudah mulai terlihat, namun
kedalaman dan dampaknya belum terlalu nampak.
Negara Indonesia sendiri, kasus corona pertama tercatat sejak awal tahun tahun
2020. Karena efeknya terhadap ekonomi yang sangat besar, lantas memaksa diakhirinya
PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) dan dimulainya Kenormalan Baru (New
Normal) dengan protokol kesehatan ketat, agar tidak sampai terjadi krisis.
Krisis (moneter) sendiri bukan hal baru bagi dunia. Tercatat, krisis sudah ada sejak
zaman kekuasaan Romawi yang dikenal dengan The financial panic of AD 33 (33
Masehi), sekalipun bukan yang terparah. Salah satu yang terparah adalah The great
depression pada tahun 1930 dan fenomena itu selalu terjadi hingga saat ini. Bagi kaum
awam atau mungkin juga kaum terpelajar akan berpendapat bahwa krisis menjadi sesuatu
yang wajar karena terjadi secara berulang. Apakah sungguh krisis yang terjadi berulang
ini adalah sesuatu yang wajar? Mengapa kita tidak pernah sungguh-sungguh terbebas dari
krisis yang menghantui, seperti remaja gagal move on yang selalu dihantui kenangan
indah bersama mantan. Apakah ekonomi memang begitu, kadang positif kadang negatif,
sehingga yang kita butuhkan adalah berserah pada Tuhan? Penelitian ini bertujuan dan
bermanfaat untuk mengetahui latar belakang krisis dan usaha-usaha signifikan untuk
mengatasinya secara masif dalam sejarah ekonomi-politik.
METODE PENELITIAN
Analisis mengenai persoalan krisis dan sejarahnya ini merupakan hasil dari studi
kepustakaan terhadap jurnal, buku, disertasi dan koran. Studi ini menggunakan analisis
ekonomi politik untuk melacak akar krisis. Analisis ekonomi politik ini bertujuan untuk
memahami hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kerentanannya dengan melihat
terbaginya masyarakat menjadi kelas-kelas. Analisis ekonomi politik juga memberi
penilaian terhadap pola-pola penyelesaian krisis dalam rentetan sejarah.
Vol. 2, No. 1, pp. 1.8001.807, January 2022
1.802 http://sostech.greenvest.co.id
HASIL DAN PEMBAHASAN
Transisi dan Logika Kapitalisme
Istilah ekonomi mainstream merujuk pada tradisi ekonomi Ortodoks atau
Neoklasik (Jaya, 2021), dimana pasar bergerak dengan sebuah tangan tidak terlihat
(Invisible Hand) (Aziz, 2021) dan semua pelakunya merupakan orang-orang (kaum)
rasional (Nata, 2021). Ekonomi mainstream menyediakan justifikasi teoritis bahwa
kapitalisme pasti berhasil mengatasi masalah ekonomi (Fitriani, 2021), seperti slogan
yang sering digunakan Margaret Thatcher There is no alternative. Oleh karenanya,
ekonomi mainstream dan kapitalisme seringkali disamaartikan.
Banyak ekonom dan bahkan aktivis beranggapan bahwa asal usul dari Ekonomi ini
terletak pada pemikiran Adam Smith (Rahmat, 2016). Ide Smith tentang produksi
kekayaan (boleh dibaca Kapitalisme) tidak dengan serta merta datang (Thahir, 2015),
bukan pula lahir karena begitu cemerlang pemikiran seseorang. Tetapi karena roda
sejarah (kenyataan objektif) yang mengakibatkan pengamat (Smith) membangun
gagasannya (Rahardjo, 2021). Segala sesuatu yang terjadi jika bukan secara alamiah
(natural) merupakan proses sejarah (Hermawanto, 2021).
Kapitalisme adalah sebuah penjarahan, karena dia membayar lebih rendah dari
nilai yang diberikan pekerja (Sari, 2020). Ini terjadi pula pada sistem produksi sebelum
kapitalisme, pada zaman perbudakan perkebunan (sekitar abad 16) di barat India dan
Pulau Afrika Portugis (Pohan, 2021). Selama enam hari dalam seminggu para budak
bekerja di perkebunan tanpa menerima apapun dari hasil kerjanya (Alan, 2021). Secara
umum, makanan para budak tidak disediakan oleh tuannya. Para budak harus mencarinya
sendiri dengan bekerja pada sebidang kecil tanah pada hari Minggu. Hasil dari kerja
tersebutlah yang menjadi simpanan makanan bagi para budak.
Berdasarkan transisi dari Feodalisme menuju Kapitalisme, banyak pakar yang
memperdebatkan penanda dan ciri historis mendasarnya (Alan, 2021). Salah satu debat
yang cukup terkenal ialah debat antara Paul Sweezy dan Maurice Dobb yang dimuat di
jurnal Science and Society, pada 1950. Debat ini kemudian dikenal dengan istilah
Transition Debate. Maurice Dobb menjelaskan ciri mendasar modus produksi
Kapitalisme terletak pada bentuk relasi sosial produksi yang khas, yaitu relasi kerja
upahan (Fathurrahman, 2021). Sedangkan, modus produksi Feodalisme berbasis pada
perhambaan (serfdom). Bagi Dobb, Kapitalisme tidak identik dengan sistem perdagangan
bebas, melainkan dengan sistem produksi komoditas yang berbasis pada relasi kerja
upahan.
Paul Sweezy mengkritik model transisi Dobb sebagai kurang memadai dan
memberikan definisi berbeda pada modus produksi feodalisme. Bagi Sweezy, faktor
pembeda kedua modus produksi tersebut terletak pada orientasi produksinya. Apabila
produksi diarahkan pada penggunaan langsung (untuk menjaga subsistensi), maka disebut
modus produksi feodal. Jika produksi diarahkan untuk perdagangan (berorientasi pada
laba) maka disebut modus produksi kapitalis. Sweezy menegaskan bahwa modus
produksi tidak bisa dikaji pada aspek produksinya saja, melainkan juga perlu
memperhitungkan aspek sirkulasinya.
Kapitalisme merupakan sistem yang memiliki kemampuan dominasi yang kuat
(Yandri et al., 2021). Dominasi tuan tanah terhadap penggarap yang menyewa, dominasi
tuan bangsawan terhadap hamba, dominasi negara kuat (global north) terhadap yang
lemah (global south), singkatnya dominasi penindas terhadap yang tertindas. Dominasi
itu diperlukan untuk bisa mencapai tujuannya: maksimalisasi keuntungan dan ekspansi
diri. Kapitalisme adalah sistem yang dituntut terus membesar dan bertumbuh tanpa
mengenal batas (Nainggolan, 2021). Secara umum rumus pertukaran di bawah sistem
Tinjauan Ekonomi Politik Atas Krisis dan Penelusuran
Penyelesaiannya dalam Sejarah
Ferderikus Ama Bili 1.803
produksi kapitalis sesungguhnya memiliki bentuk yang dinamis (Marzuki et al., 2021),
M-C-M’, dimana uang dipakai untuk membeli input guna memproduksi komoditas, yang
laku dijual untuk mendapatkan lebih banyak uang atau M’ (M + m). Yang menjadi
tujuan, dengan kata lain, adalah situasi akhir dengan lebih banyak uang dibandingkan saat
memulai, yang berarti: nilai-lebih atau laba. Proses pertukaran seperti ini tidak mengenal
akhir, terus berlanjut tanpa batas. Dengan demikian putaran pertukaran berikutnya
berbentuk M’-C-M’’, menghasilkan putaran berikutnya M’’-C-M’’’ dan seterusnya dalam
dorongan tiada henti untuk akumulasi pada tingkat lebih tinggi lagi. Oleh karena tuntutan
tersebut, alam dan (kerja) manusia menjadi objek eksploitasi utama kapitalisme, atau
dengan kata lain sumberdaya utama kapitalisme. Keharusan untuk terus bertumbuh
(dalam hal ini perluasan pasar, perluasan eksploitasi dan sebagainya) adalah ciri
mendasar dari perusahaan secara individual maupun sistem kapitalisme secara
keseluruhan, yang diturunkan dari akumulasi kapital.
Jika ingin mencapai tujuan-tujuan dari kapital, beban ekologis dan sosial yang
cukup berat tidak terelakkan, seperti: (1) Polarisasi Pendapatan dan kekayaan; (2) Adanya
Kelompok cadangan kaum penganggur atau setengah menganggur yang terus membesar
(bisa fluktuatif); (3) Krisis-krisis ekonomi periodik (4) Imperialisme dan perang yang
sistematis dan (6) Pelumpuhan potensi banyak individu. Seiring perkembangannya
kapitalisme bertumbuh menjadi imperialisme, globalisasi Neoliberal menjadi manifestasi
dari imperialisme: Mega Korporasi menggunakan pemerintah, terkhususnya kekuatan
pemerintahan amerika untuk mempermudah sumberdaya alam dan manusia di bumi
Ketidakstabilan kapitalisme
Bergeraknya sistem ini, bergantung pada dua sumberdaya utama yaitu (kerja)
manusia dan sumberdaya alam, namun dengan berjalannya waktu terjadi degradasi pada
kedua sumberdaya utama kapitalisme ini yang merupakan akibat dari ketidakstabilan
sistem ini. Sistem ini memakan tubuhnya sendiri.
Kerja menjadi sesuatu yang alamiah dari manusia, merupakan pusat dari manusia
(human animal). Mungkin diantara para pembaca ada yang bertanya, apakah masih
relevan membicarakan kerja dimana banyak kerja mulai berubah menjadi AI (Artificial
Intelligence)? Tentu pertanyaan yang polos seperti ini tetap harus dijawab. Jika kerja
manusia terus diganti oleh kerja robot atau Artificial Intelligence mampu meningkatkan
produktivitas dan efektivitas, manajerial yang lebih tertata, akurasi data yang dapat
mendukung pengambilan keputusan, dan lain sebagainya, namun secara bersamaan
menurunkan lapangan pekerjaan, terutama dibidang produksi dan beberapa industri jasa.
Dengan demikian, meningkatkan jumlah reserve army of labor (pasukan tenaga kerja
cadangan atau pengangguran) dan tentu saja diikuti dengan mengecilnya pasar. Produksi
yang sempurna, namun berkurangnya pelanggan atau orang-orang yang dieksploitasi
tenaganya dalam relasi kerja upahan, dan memiliki kemampuan (uang) untuk bertransaksi
sama saja dengan kerugian yang sempurna. Tentu saja dalam kapitalisme anda harus
membeli (contohnya) susu dengan menggunakan uang, tidak dengan barter apalagi
bermodalkan sopan santun ketika bertemu pemilik toko atau pabrik. Reserve army of
labor yang terorganisir bisa menjadi ancaman serius bagi kapitalisme. Sistem otomatis
penuh dapat mengakhiri kapitalisme, karena kerja menjadi tumpuannya maka kerja harus
menjadi komoditas sehingga kapitalisme dapat mencapai tujuannya, setidaknya ada 3
kondisi yang dibutuhkan. Pertama Pemisahan pekerja dan alat produksi, Kedua tenaga
kerja harus terbebas dari kerja hamba dan perbudakan, ketiga membangun sebuah sistem
yang lebih bebas, agar setiap individu dapat berinvestasi dan bekerja tanpa “paksaan”.
Melalui kerja, manusia menyadari keberadaannya. Kapitalisme bertumpu pada
kerja, yang oleh karenanya tenaga kerja, Segala komoditas (baik itu produk dan jasa)
diciptakan oleh kerja (manusia). Kapitalisme adalah sistem yang berjalan dengan tujuan
Vol. 2, No. 1, pp. 1.8001.807, January 2022
1.804 http://sostech.greenvest.co.id
memperoleh laba. Pada bukunya An Inquiry Into the Nature and Causes of the Wealth of
Nation (Vol 1), Adam Smith mengatakan bahwa labor was the first price, the original
purchase-money that was paid for all things. It was not by Gold or by Silver, but by
labor, that all wealth of the world was originally purchased.
Jika dalam melakukan kerja, terutama kerja-kerja produksi seringkali pekerja
teralienasi dari produk hasil produksinya. Teralienasinya pekerja dari produknya, artinya
bahwa kerjanya bukan hanya menjadi sebuah benda (produk), tetapi produk yang di
dalamnya terkandung kerjanya menjadi bukan miliknya. Dengan kata lain, kerja yang
diberikannya kepada produk tersebut berbalik menentang dan menjadikannya seteru dan
alien. Menurut sirkulasinya kapitalis menggunakan buruh murah, mempekerjakan
perempuan pada kondisi dimana mereka dibayar lebih murah dari laki-laki,
mempekerjakan imigran dari berbagai belahan dunia lain yang upahnya lebih murah.
Menekan pengeluaran dengan menggunakan pekerja murah, mengakibatkan kelas pekerja
kekurangan uang dan kesusahan membeli barang yang diproduksi oleh kapitalis. Namun
salah satu yang memberikan tumpangan pada kapitalisme selama ini adalah sistem kredit.
Semua orang bisa membeli mobil, rumah, bahkan smartphone sekalipun gajinya tidak
cukup.
Selain ketergantungan pada kerja dan bagaimana kapitalisme membangun sebuah
degradasi kerja yang mengakibatkan susahnya seseorang dapat berkembang, pada saat
yang lain sistem ini menghabisi manusia dan kelangsungan hidupnya, serta alam.
Manusia hidup dari alam, dengan kata lain alam adalah tubuhnya sendiri. Dia harus
membangun relasi secara kontinuitas dengan alam agar tidak meninggal. Mengatakan
fisik dan mental manusia terhubung dengan alam berarti mengatakan bahwa alam
terhubung pada dirinya sendiri, karena manusia adalah bagian dari alam, karena manusia
adalah alam itu sendiri, maka degradasi kualitas lingkungan merupakan ancaman
terhadap keberlanjutan hidup umat manusia dan bukan hanya sistem ini.
Ilmuwan-ilmuwan terkemuka mengembangkan ilmu sistem bumi, yang salah satu
perkembangan termutakhir dan penting adalah konsep mengenai batas-batas planet. Ada
sembilan ambang batas kritis dari sistem planet yang telah ditetapkan (sedang
dipertimbangkan) terkait dengan: (1) perubahan iklim; (2) pengasaman air laut; (3)
penipisan ozon di stratosfer; (4) batas aliran biogeokimia (siklus nitrogen dan fosfor); (5)
penggunaan air bersih global; (6) perubahan pemanfaatan lahan; (7) hilangnya
keanekaragaman hayati; (8) pelepasan aerosol ke atmosfer dan (9) polusi kimia.
John Bellamy Foster dan Fred Magdoff memaparkan tanda-tanda lajunya
perubahan iklim yang mulai muncul seperti melelehnya es samudra arktik selama musim
panas, kenaikan permukaan air laut, pemanasan samudra, kekeringan mencekam dimana-
mana, dan juga dampak negatif terhadap hasil panen. Daya rusak yang cukup kuat dan
berimbas dalam skala planet ini juga terjadi di Indonesia dengan tidak kalah hebatnya,
Forest Watch Indonesia (FWI) mencatat 40% luas hutan Indonesia menghilang antara
tahun 1950-2000, 162 juta hektar luas hutan indonesia berkurang menjadi 98 juta hektar.
Belum lagi jika ditambah dengan luasnya perampasan lahan yang sering menimpa
masyarakat pedesaan. Kapitalisme memang memiliki daya rusak terhadap lingkungan
dibanding feodalisme, tetapi bukan berarti feodalisme lebih baik. Feodalisme menjadi
setan pemiskin yang juga sistematis, seringkali membuat tidak berkembangnya otak
manusia (terutama lapisan terbawah dalam struktur ini) karena dilindungi oleh cerita-
cerita mistis yang berlebihan.
Krisis dan Keynesianisme
Kapitalisme di Eropa Barat dan Amerika mencapai masa keemasannya (The
Golden Age of Capitalism), pasca perang dunia kedua. Masa keemasan ini dinikmati oleh
kaum kapitalis dan juga kaum buruhnya. Oleh karenanya, masa ini disebut sebagai masa
Tinjauan Ekonomi Politik Atas Krisis dan Penelusuran
Penyelesaiannya dalam Sejarah
Ferderikus Ama Bili 1.805
keemasan kelas buruh. Pada masa-masa tersebut, gerakan buruh revolusioner susah
mendapatkan tempat karena apatisme politik yang menguat di kalangan kaum buruh.
Kecenderungan penurunan keuntungan kelas kapitalis akibat gerakan revolusioner, akan
berakibat juga pada penurunan pendapatan kelas buruh, ini menjadi salah satu faktor
utama apatisme politik tersebut dan dibangunnya Rezim kolaborasi kelas saat itu, atau
yang dikenal juga dengan Rezim Keynesian di Amerika dan di Eropa Barat dikenal
dengan istilah Rezim Sosial-Demokrasi.
Sebelum masa keemasan kapitalisme ini, Amerika mengalami salah satu dari krisis
terparah dalam sejarah ekonominya, The Great Depression. Perang dunia kedua menjadi
salah satu yang menyelamatkan amerika dari krisis tersebut dan keynesianisme menjadi
stimulusnya. Istilah Keynesian diatas tentu saja tidak terlepas dari nama John Maynard
Keynes. Keynes menjadi salah satu yang menawarkan metode penyenyelesaian krisis
yang cukup terkenal, dirinya yang menentang pasar bebas dan mengkritik hukum say
seringkali dianggap sebagai seorang Marxis. Apakah Keynes sungguh seorang Marxis?
Keynes bahkan melihat eksperimen Marxian sebagai penghinaan terhadap kecerdasaan
manusia, Keynes memang seorang pemuja kebebasan individu dan masyarakat liberal
yang terbuka (Liberal Open Society) Keynes juga juga mencela karya (magnum opus)
Marx, Capital sebagai buku ekonomi usang yang keliru secara ilmiah dan tidak dapat
diaplikasikan pada dunia modern. Perbedaan yang menonjol antara Keynes dengan Marx
dan merupakan persoalan mendasar dirinya bukan Marxis bukanlah karena cercaan dan
makian terhadap Marx dan karya-karyanya melainkan pada metode yang dipakai dalam
mengkritik kapitalisme. Keynes melihat naluri menghasilkan uang dan mencintai uang
sebagai faktor pendorong ekonomi yang utama Sedangkan Marx melihat kerja sebagai
faktor pendorong ekonomi.
Metode Marxisme di dalamnya terdapat kombinasi dari empat hal penting, yaitu
sebagai ilmu, kritik, visi dan cara untuk revolusi. Sebagai ilmu, Marx menggambarkan
dan menjelaskan bagaimana fungsi kapitalisme. Sebagai sebuah kritik yang kritis, dia
menyajikan kurang berkualitasnya kapitalisme. Sebagai seorang visioner Marx melihat
potensi sosialisme dalam kapitalisme dan menguraikan seperti apa bentuknya. Sejauh
Marx, memberikan anjuran-anjuran dan strategi politik, Marxisme menjadi ajaran
bagaimana membuat perubahan-perubahan signifikan. Kaynes dalam kritikannya
terhadap kapitalisme tidak begitu kritis dan jeli melacak kapitalisme hingga ke akarnya,
yaitu melihat kerapuhan sistem ini, melainkan lebih menaruh perhatian pada kebijakan-
kebijakan, produk neoliberal. Jikalau sistem kapitalisme saja rapuh dalam dirinya, apalagi
produk-produk kebijakan yag keynes perhatikan betul ini. Sebagai revolusioner keynes
gagal total. Dalam mengkritisi kapitalisme di inggris, dia percaya bahwa jika Inggris
tidak mengatur ulang ekonominya, maka kelas pekerja militan akan menjadi kelas pekerja
yang revolusioner, namun lebih lanjut dia menganjurkan untuk adanya analisa yang tepat
dari masalah yang ada untuk menyembuhkan penyakit (ekonomi) sambil menjaga
kebebasan dan efisiensi.
Negara-negara utara melakukan ekspansi ekonomi secara masif di negara-negara
selatan. Memindahkan banyak proses produksinya dengan berinvestasi, melakukan
pengerukan sumberdaya negara-negara (terutama di Asia dan Afrika) yang berakibat
cukup parah pada ekologi. Penghisapan sumberdaya alam dalam bidang ekonomi ini
biasanya juga diikuti dengan kemampuan mendikte secara politik. Ini mengakibatkan
Keynesianisme menjadi sangat sulit bahkan nyaris tidak mungkin diterapkan pada
negara-negara periferi, seperti Indonesia saat ini. Penghisapan negara-negara selatan
menjadi faktor dimampukannya pembangunan sosial demokrasi (baca: Keynesian) di
Negara-negara Utara. Sedangkan, kondisi sebaliknya justru tidak ada dalam dunia yang
fana ini.
Vol. 2, No. 1, pp. 1.8001.807, January 2022
1.806 http://sostech.greenvest.co.id
KESIMPULAN
Rangkaian dari krisis dialami oleh sistem kapitalisme, baik krisis ekonomi maupun
krisis pemikiran, selama bertahun-tahun. Krisis terjadi berulang karena kapitalisme rapuh
secara inheren, oleh karenanya menghendaki perubahan fundamental pada sistem ini.
Berbagai kritik dan eksperimen atas kapitalisme juga bertebaran, namun sejauh ini alih-
alih mengubah justru banyak yang malah memperkuat daya rusak kapitalisme.
BIBLIOGRAFI
Alan, Y. (2021). Analisis Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Undang-Undang
Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 Tentang Implementasi Perhitungan Lembur
Karyawan (Studi Pada Pt. Wahana Ottomitra Multiartha). UIN Raden Intan
Lampung.
Aziz, R. (2021). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persaingan Dan Pertumbuhan Pasar:
Pemimpin, Pesaing, Pengikut, Nicher (Suatu Literature Review). Jurnal Ilmu
Manajemen Terapan, 2(4), 418441.
Fathurrahman, I. (2021). Melestarikan Pekerja Rentan di Balik Ekonomi Inovasi: Praktik
Kerja Perusahaan Teknologi kepada Mitra Pengemudi Ojek Online di Indonesia.
Menyoal Kerja Layak Dan Adil Dalam Ekonomi Gig Di Indonesia, 79.
Fitriani, H. (2021). Ekonomi Mikro: Menakar Paradigma melalui Perspektif Islam.
Penerbit NEM.
Hermawanto, A. (2021). Darwinisme Sosial Dan Keamanan Internasional: Sebuah
Analisis Ringkas. Paradigma: Jurnal Masalah Sosial, Politik, Dan Kebijakan,
23(2), 334351.
Jaya, W. K. (2021). Ekonomi Kelembagaan: Studi Kasus pada Transportasi Pedesaan
dan Dampak Covid-19. PT Elex Media Komputindo.
Marzuki, I., Iqbal, M., Bahri, S., Purba, B., Saragih, H., Pinem, W., Manullang, S. O.,
Jamaludin, J., & Mastutie, F. (2021). Pengantar Ilmu Sosial. Yayasan Kita Menulis.
Nainggolan, D. R. B. (2021). Perbankan Syariah di Indonesia-Rajawali Pers. PT.
RajaGrafindo Persada.
Nata, H. A. (2021). Ilmu kalam, Filsafat, dan tasawuf. Amzah.
Pohan, Z. R. H. (2021). Sejarah Tanpa Manusia: Historiografi Abad VII‒XXI. Jejak
Pustaka.
Rahardjo, R. A. (2021). Ekonomi Politik Media Pada Radio Jaringan Di Surabaya: Studi
Kasus Pada Radio Prambors Dan GEN FM. UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Rahmat, R. (2016). Liberalisme Dalam Pendidikan Islam (Implikasinya Terhadap Sistem
Pembelajaran Agama Islam Di Sekolah). Nidhomul Haq: Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam, 1(2), 7088.
Sari, W. I. A. P. (2020). Hak dan loyalitas pekerja Fresh Graduate di Crema Coffee
Surabaya. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Thahir, A. (2015). Melembagakan Ekonomi Syariah Melalui Pendidikan Tinggi Islam
Sebagai Kajian Perbandingan Terhadap Sistem Ekonomi Kapitalisme. LP2M UIN
Raden Intan.
Yandri, H., Sujadi, E., & Juliawati, D. (2021). Perencanaan Karir Siswa Sekolah
Menengah Atas dengan Pendekatan Konsep STIFIn untuk Menghadapi Perilaku
Kapitalisme di Era Revolusi Industri 4.0. Educational Guidance and Counseling
Development Journal, 4(2), 5865.
Tinjauan Ekonomi Politik Atas Krisis dan Penelusuran
Penyelesaiannya dalam Sejarah
Ferderikus Ama Bili 1.807
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License