Fera Andini
1
, Yuliantoro
2
dan Asyrul Fikri
3
1.814
hingga 11° 08′ 20″ bujur selatan dan 95°00’38“ sampai 141°01’12“ bujur timur
(Nurhayati, 2021). Indonesia memiliki 3 zona waktu, yaitu WIB (Waktu Indonesia Barat),
WITA (Waktu Indonesia Tengah), dan WIT (Waktu Indonesia Timur) (Rauf, 2021).
Indonesia tidak hanya sekedar memiliki banyak pulau, tetapi pulau-pulau tersebut
adalah pulau-pulau yang indah (Madjid, 2021). Dengan iklim tropis yang dimiliki
Indonesia tentunya menjadikan Indonesia menjadi tujuan wisata utama (Anwar, 2021).
Salah satu pulau yang ada di Indonesia adalah pulau Sumatera (Metrikasari &
Choiruddin, 2021), dimana dalam pulau sumatera tentunya terdapat lagi pulau-pulau kecil
lainnya dan salah satunya adalah Kepulauan Riau (Patton et al., 2021). Kepulauan Riau di
dalamnya tentunya ada lagi pulau-pulau kecil yang salah satunya bernama Tanjung Balai
Karimun (Noerwidi, 2021).
Tanjung Balai Karimun sangat dekat dengan negeri tetangga yaitu Malaysia dan
Singapura (Ratnasari & Fiqri, 2021), karena daerahnya yang strategis karena terletak
dijalur pelayaran internasional di sebelah barat Singapura sehingga banyak para turis
mancanegara berkunjung ke Karimun. Karimun merupakan daerah tujuan wisata dari
negara-negara lain. Jumlah turis yang cukup besar ini memberi peluang pada Kabupaten
Tanjung Balai Karimun untuk di kembangkan objek-objek wisata serta fasilitas lainnya
(Saptiani & Arnesih, 2017). Tempat-tempat wisata yang ada di Tanjung Balai Karimun
tentunya memiliki beragam sejarah didalamnya.
Di Tanjung Balai Karimun juga terdapat beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan
Belat, Buru, Durai, Karimun, Kundur, Kundur Barat, Kundur Utara, Meral, Meral Barat,
Moro, Tebing, dan Ungar. Kecamatan Tebing merupakan salah satu kecamatan terdiri
dari berbagai ragam suku bangsa bangsa di antaranya adalah suku Melayu, Jawa, Batak,
dan Tionghoa. Di Tanjung Balai Karimun sebagian besar masyarakat beragama islam,
tetapi masih ada beberapa di antara mereka yang percaya animisme dan dinamisme, salah
satunya adalah percaya terhadap Batu Besar sebagai tempat untuk terkabulnya doa atau
tempat meminta suatu keinginan. Sayangnya Batu Besar ini kurang diperhatikan atau
tidak diperhatikan sebagai suatu objek sejarah atau objek wisata.
METODE PENELITIAN
Metode adalah salah satu kerja untuk memahami objek penelitian yang sistematis
dan intensif dalam melakukan penelitian, agar dapat memperoleh kebenaran yang
optimal. Untuk mendapatkan data penelitian tentang sejarah Batu Besar di Tanjung Balai
Karimun, digunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, metode
penelitian sejarah, data primer, wawancara, teknik observasi, dan teknik dokumentasi.
Penelitian kualitatif adalah meneliti informan sebagai subjek penelitian dalam
lingkungan sehari-hari. Para peneliti kualitatif sebisa mungkin berinteraksi secara dekat
dengan informan, secara apa adanya. Metode sejarah adalah proses menguji dan
menganalisis kesaksian sejarah agar mendapatkan yang asli dan dapat dipercaya.
Berdasarkan tulisan diatas, setiap menulis sejarah penulis sangat membutuhkan
metode penelitian sebagai pedoman. Penelitian memerlukan objek untuk mendapatkan
data yang mendukung dalam penelitian ini, maka untuk mencapai tujuan penelitian
penulis melakukan penyelusuran sumber data primer. Data primer dilaksanakan ditempat
penelitian yang dilakukan di Kecamatan Tebing Tanjung Balai Karimun.
Wawancara (interview) adalah cara-cara memperoleh data dengan berhadapan
langsung, berbincang, bercakap-cakap, baik antara individu dengan individu ataupun
individu dengan kelompok. Wawancara tentunya melibatkan 2 komponen, yaitu peneliti
itu sendiri dan orang yang diwawancarai. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk