Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 2, Number 1, January 2022
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
How to cite:
Fera Andini
1
, Yuliantoro
2
dan Asyrul Fikri
3
. (2022). Sejarah dan Kemistisan Batu Besar di Tanjung Balai
Karimun. Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH), 2(1): 1.8131.8
E-ISSN:
2774-5155
Published by:
https://greenpublisher.id/
SEJARAH DAN KEMISTISAN BATU BESAR DI TANJUNG BALAI KARIMUN
Fera Andini
1
, Yuliantoro
2
dan Asyrul Fikri
3
Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Riau
1, 2 dan 3
fera.andini2064@student.unri.ac.id
1
, yuliantoro@lecturer.unri.ac.id
2
,
asyrul.fikri@lecturer.unri.ac.id
3
Abstrak
Latar belakang: Kabupaten Karimun adalah salah satu kabupaten yang ada di Provinsi
Kepulauan Riau, Indonesia. Tepatnya letak ibu kotanya adalah di Tanjung Balai Karimun. Di
Tanjung Balai Karimun banyak sekali tempat-tempat bersejarah yang salah satunya adalah Batu
Besar. Batu Besar bukan hanya sekedar tempat bersejarah, melainkan tempat sejarah yang ada
mistisnya.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengupas dan mengetahui sejarah Batu Besar
di Tanjung Balai Karimun dan untuk mengetahui kemistisan yang ada di Batu Besar.
Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode deskriptif,
metode penelitian sejarah, data primer, wawancara, teknik observasi, dan teknik dokumentasi.
Hasil penelitian: Hasil dari penelitian ini adalah orang pertama kali yang menginjakkan kakinya
di Tanjung Balai Karimun, tepatnya di Batu Besar adalah H. Ibrahim. Selain itu juga banyak
kejadian-kejadian mistis di Batu Besar tersebut.
Kesimpulan: Batu Besar yang ada di Tanjung Balai Karimun tepatnya di Kecamatan Tebing
memiliki sejarah tersendiri, yaitu sekitar 160 tahun yang lalu orang yang pertama kali
menjejakkan kaki di daerah Batu Besar adalah H. Ibrahim berasal dari keturunan Sultan Abdul
Hamid Khan dari India. Asal nama Karimun berasal dari Batu Besar yang diberikan oleh Sultan
Abdul Hamid Khan.
Kata kunci: Sejarah, Batu Besar, Mistis
Abstract
Background: Karimun Regency is one of the regencies in the Riau Islands Province, Indonesia.
The exact location of the capital city is Tanjung Balai Karimun. In Tanjung Balai Karimun there
are many historical places, one of which is Batu Besar. Batu Besar is not just a historical place,
but a historical place that has a mystical meaning.
Research purposes: This study aims to explore and find out the history of Batu Besar in Tanjung
Balai Karimun and to find out the mystique of Batu Besar.
Research methods: This study uses qualitative methods with descriptive methods, historical
research methods, primary data, interviews, observation techniques, and documentation
techniques.
Research results: The result of this study is that the first person who set foot in Tanjung Balai
Karimun, precisely in Batu Besar was H. Ibrahim. In addition, there are also many mystical
events in the Big Stone.
Conclusion: Batu Besar in Tanjung Balai Karimun, precisely in Tebing District, has its own
history, which is about 160 years ago the first person to set foot in the Batu Besar area was H.
Ibrahim, who came from the descendants of Sultan Abdul Hamid Khan from India. The origin of
the name Karimun comes from the Big Stone given by Sultan Abdul Hamid Khan.
Keywords: History, Big Stone, Mystical
Diterima: 26-12-2021; Direvisi: 29-12-2021; Disetujui: 15-01-2022
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak pulau (Utomo, 2010).
Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau (Redjo & As’ ari, 2017) dan ada sekitar 7.000
pulau yang berpenghuni (Mahu, 2021). Ada beberapa pulau utama yang ada di Indonesia,
yaitu Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Sumatera dan Papua (Santoso & Ryandika, 2021).
Dilihat dari segi geografis, kepulauan Indonesia terletak antara 54′ 08″ bujur utara
Sejarah dan Kemistisan Batu Besar di Tanjung Balai
Karimun
Fera Andini
1
, Yuliantoro
2
dan Asyrul Fikri
3
1.814
hingga 11° 08′ 20″ bujur selatan dan 95°00’38“ sampai 141°01’12“ bujur timur
(Nurhayati, 2021). Indonesia memiliki 3 zona waktu, yaitu WIB (Waktu Indonesia Barat),
WITA (Waktu Indonesia Tengah), dan WIT (Waktu Indonesia Timur) (Rauf, 2021).
Indonesia tidak hanya sekedar memiliki banyak pulau, tetapi pulau-pulau tersebut
adalah pulau-pulau yang indah (Madjid, 2021). Dengan iklim tropis yang dimiliki
Indonesia tentunya menjadikan Indonesia menjadi tujuan wisata utama (Anwar, 2021).
Salah satu pulau yang ada di Indonesia adalah pulau Sumatera (Metrikasari &
Choiruddin, 2021), dimana dalam pulau sumatera tentunya terdapat lagi pulau-pulau kecil
lainnya dan salah satunya adalah Kepulauan Riau (Patton et al., 2021). Kepulauan Riau di
dalamnya tentunya ada lagi pulau-pulau kecil yang salah satunya bernama Tanjung Balai
Karimun (Noerwidi, 2021).
Tanjung Balai Karimun sangat dekat dengan negeri tetangga yaitu Malaysia dan
Singapura (Ratnasari & Fiqri, 2021), karena daerahnya yang strategis karena terletak
dijalur pelayaran internasional di sebelah barat Singapura sehingga banyak para turis
mancanegara berkunjung ke Karimun. Karimun merupakan daerah tujuan wisata dari
negara-negara lain. Jumlah turis yang cukup besar ini memberi peluang pada Kabupaten
Tanjung Balai Karimun untuk di kembangkan objek-objek wisata serta fasilitas lainnya
(Saptiani & Arnesih, 2017). Tempat-tempat wisata yang ada di Tanjung Balai Karimun
tentunya memiliki beragam sejarah didalamnya.
Di Tanjung Balai Karimun juga terdapat beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan
Belat, Buru, Durai, Karimun, Kundur, Kundur Barat, Kundur Utara, Meral, Meral Barat,
Moro, Tebing, dan Ungar. Kecamatan Tebing merupakan salah satu kecamatan terdiri
dari berbagai ragam suku bangsa bangsa di antaranya adalah suku Melayu, Jawa, Batak,
dan Tionghoa. Di Tanjung Balai Karimun sebagian besar masyarakat beragama islam,
tetapi masih ada beberapa di antara mereka yang percaya animisme dan dinamisme, salah
satunya adalah percaya terhadap Batu Besar sebagai tempat untuk terkabulnya doa atau
tempat meminta suatu keinginan. Sayangnya Batu Besar ini kurang diperhatikan atau
tidak diperhatikan sebagai suatu objek sejarah atau objek wisata.
METODE PENELITIAN
Metode adalah salah satu kerja untuk memahami objek penelitian yang sistematis
dan intensif dalam melakukan penelitian, agar dapat memperoleh kebenaran yang
optimal. Untuk mendapatkan data penelitian tentang sejarah Batu Besar di Tanjung Balai
Karimun, digunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode deskriptif, metode
penelitian sejarah, data primer, wawancara, teknik observasi, dan teknik dokumentasi.
Penelitian kualitatif adalah meneliti informan sebagai subjek penelitian dalam
lingkungan sehari-hari. Para peneliti kualitatif sebisa mungkin berinteraksi secara dekat
dengan informan, secara apa adanya. Metode sejarah adalah proses menguji dan
menganalisis kesaksian sejarah agar mendapatkan yang asli dan dapat dipercaya.
Berdasarkan tulisan diatas, setiap menulis sejarah penulis sangat membutuhkan
metode penelitian sebagai pedoman. Penelitian memerlukan objek untuk mendapatkan
data yang mendukung dalam penelitian ini, maka untuk mencapai tujuan penelitian
penulis melakukan penyelusuran sumber data primer. Data primer dilaksanakan ditempat
penelitian yang dilakukan di Kecamatan Tebing Tanjung Balai Karimun.
Wawancara (interview) adalah cara-cara memperoleh data dengan berhadapan
langsung, berbincang, bercakap-cakap, baik antara individu dengan individu ataupun
individu dengan kelompok. Wawancara tentunya melibatkan 2 komponen, yaitu peneliti
itu sendiri dan orang yang diwawancarai. Teknik ini dilakukan dengan tujuan untuk
Vol. 2, No. 1, pp. 1.8131.812, January 2022
1.815 http://sostech.greenvest.co.id
mendapatkan informasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
infroman, seperti tokoh-tokoh masyarakat yag mengetahui tentang “Batu Besar”.
Teknik observasi adalah teknik yang cara mengumpulkan datanya dengan
pengamatan langsung ke tempat objek penelitian dan melakukan pencatatan yang
sistematis terhadap suatu gejala peristiwa mengenai Batu Besar”. Teknik dokumentasi
ini dipakai untuk mengetahui kebenaran atau sebagai bukti nyata dari penelitian seperti
foto-foto.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak Geografis
Kabupaten Karimun merupakan Daerah Kepulauan yang mempunyai luas 7.984
kilometer persegi yang terdiri atas wilayah daratan seluas 1.524 kilometer persegi dan
wilayah perairan seluas 6.460 kilometer persegi. Secara geografis terletak antara 103º30’
- 104º BT dan 0º35’ 1º10’ LU. Kabupaten Karimun merupakan wilayah yang terdiri
dari dataran tinggi dan dataran rendah. Ketinggian dataran rendah berada antara 1 - 9
meter di atas permukaan laut, sedangkan ketinggian dataran tinggi berada antara 20 - 500
meter di atas permukaan laut.
Kabupaten Karimun secara umum beriklim tropis basah yang dipengaruhi oleh
sifat-sifat iklim laut, musim hujan berlangsung pada bulan Oktober, November sampai
bulan April, dimana matahari berada dibelahan bumi Selatan dan angin bertiup Barat
Laut. Musim kemarau berlangsung pada bulan Juni sampai Oktober, dimana Matahari
berada pada belahan bagian utara dan angin bertiup dari arah Tenggara (Saptiani &
Arnesih, 2017).
Pengertian Animisme dan Dinamisme
Kepercayaan Animisme mempercayai bahwa setiap benda di bumi ini, (seperti
kawasan tertentu, gua, pohon, atau batu besar) mempunyai jiwa yang mesti dihormati
agar roh tersebut tidak mengganggu manusia, malah membantu mereka dari jiwa dan roh
jahat dan juga dalam kehidupan keseharian mereka (Diah Safitri, 2021). Ada ciri utama
kepercayaan animisme, yaitu penganut percaya dan meyakini bahwa roh seseorang yang
telah meninggal akan bergentayangan ibarat tanpa tuan, mengganggu mereka, bahkan
kembali datang untuk mengunjungi mereka. Ada beberapa macam roh, yaitu:
1. Roh yang berhubungan dengan manusia, yakni jiwa-jiwa manusia sebagai daya vital,
roh leluhur, roh jahat dari orang-orang yang meninggal dalam kondisi-kondisi tak
wajar
2. Roh yang berhubungan dengan objek-objek alamiah bukan manusiawi, seperti air
terjun, batu yang menonjol keluar ke permukaan bumi, pohon-pohon berbentuk
aneh, roh dari tempat- tempat yang berbahaya, roh binatang, roh dari benda-benda
angkasa
3. Roh yang berhubungan dengan kekuatan alam, seperti angin, kilat, banjir
4. Roh yang berhubungan dengan kelompok-kelompok sosial, dewa-dewa, setan-setan,
dan para malaikat (Diah Safitri, 2021).
Dinamisme berasal dari kata yang terdapat dalam bahasa Yunani, yaitu dunamos
dan di Inggriskan menjadi Dynamis yang umumnya diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia dengan : Kekuatan, kekuasaan atau khasiat dan dapat juga diartikan dengan
daya. Secara istilah dinamisme sendiri dapat juga diartikan lebih lanjut sebagai
kepercayaan kepada suatu daya-kekuatan atau kekuasaan yang keramat dan tidak
berpribadi, yang dianggap halus maupun berjasad yang dapat dimiliki oleh benda,
binatang dan manusia (Diah Safitri, 2021).
Masyarakat primitif percaya bahwa semua alam dipenuhi oleh roh-roh yang tidak
dapat dihitung banyaknya, bukan hanya manusia dan binatang tetapi benda-benda yang
Sejarah dan Kemistisan Batu Besar di Tanjung Balai
Karimun
Fera Andini
1
, Yuliantoro
2
dan Asyrul Fikri
3
1.816
tidak hidup juga mempunyai roh, seperti tulang dan batu (Syafei, 2021). Masyarakat
primitif juga percaya bahwa roh mempunyai kekuatan dan kehendak, dapat merasa
senang dan susah. Jika marah tentunya dapat membahayakan hidup manusia. Salah satu
cara merayu roh agar tidak marah adalah dengan memberikan sesajen berupa makanan.
Sejarah Batu Besar
Batu Besar adalah Batu mistis yang terletak di Teluk Lekup, Desa Pongkar,
Kecamatan Tebing, Kabupaten Karimun, Kepulauan Riau yang letaknya berdekatan
dengan PT. Wira Penta Kencana. Menurut salah seorang tokoh masyarakat yang bernama
Jasni Alidin yang merupakan orang tertua di sekitar daerah tersebut, beliau mengatakan
bahwa sekitar 160 tahun yang lalu orang yang pertama kali menjejakkan kaki di daerah
Batu Besar adalah H. Ibrahim berasal dari keturunan Sultan Abdul Hamid Khan dari
India. Asal nama Karimun berasal dari Batu Besar yang diberikan oleh Sultan Abdul
Hamid Khan. Nama H. Ibrahim bukanlah nama yang sebenarnya, ketika pergi ke Mekkah
untuk menunaikan ibadah haji, disanalah ia menukar namanya menjadi H.Ibrahim
alasannya agar orang-orang tidak tahu bahwa ia keturunan sultan.
Beliau juga mengatakan bahwa Batu Besar adalah tempat alam gaib. Dimana saat
itu pada malam hari ada sekelompok orang yang pergi ke batu besar, dan salah satunya
kesurupan. Orang yang kesurupan itu bernama H. Reno berasal dari Lombok. Pada saat
itu ketika kesurupan Bapak H. Reno menggunakan bahasa melayu dan menceritakan
tentang sejarah masuknya islam di karimun, padahal sebelumnya Bapak H. Reno tidak
tahu sama sekali bahasa melayu.
Konon katanya makhluk gaib yang ada di daerah Batu Besar adalah Tok Putih, Tok
Janggut, Tok Karim. Mereka yang menjaga di daerah sekitar Batu Besar tersebut.
Beberapa orang menganggap bahwa Batu Besar adalah tempat keramat untuk memuja
dan meminta hajat. Di beberapa batang pohon terdapat kain kuning yang dililitkan untuk
membayar nazar yang sudah terkabul. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa di
Tanjung Balai Karimun masih ada beberapa di antara mereka yang percaya animisme dan
dinamisme yaitu dengan berdoa dan meminta di Batu Besar tersebut agar segala
keinginannya segera terwujud.
Di sekitaran Batu Besar terdapat Mushola yang dibangun oleh Rahman Hamid.
Mushlla tersebut bukanlah seperti Mushola pada umumnya, dindingnya dilapisi dengan
kain berwarna kuning, selain itu Mushola tersebut tidak memiliki daun pintu dan daun
jendela.
KESIMPULAN
Batu Besar yang ada di Tanjung Balai Karimun tepatnya di Kecamatan Tebing
memiliki sejarah tersendiri, yaitu sekitar 160 tahun yang lalu orang yang pertama kali
menjejakkan kaki di daerah Batu Besar adalah H. Ibrahim berasal dari keturunan Sultan
Abdul Hamid Khan dari India. Asal nama Karimun berasal dari Batu Besar yang
diberikan oleh Sultan Abdul Hamid Khan.
Selain itu Batu Besar adalah batu yang mistis, karena banyak orang yang berdoa
dan meminta sesuatu di Batu Besar tersebut. Batang pohon yang ada di sekitar Batu Besar
tersebut dililitkan dengan kain kuning sebagai pertanda permintaannya sudah terkabul.
Dengan demikian masih ada dari beberapa orang yang percaya terhadap animisme dan
dinamisme.
BIBLIOGRAPHY
Afandi, A. (2018). Kepercayaan Animisme-Dinamisme Serta Adaptasi Kebudayaan
Hindu-Budha Dengan Kebudayaan Asli Di Pulau Lombok-NTB. Historis: Jurnal
Vol. 2, No. 1, pp. 1.8131.812, January 2022
1.817 http://sostech.greenvest.co.id
Kajian, Penelitian Dan Pengembangan Pendidikan Sejarah, 1(1), 19.
Anwar, F. (2021). Perancangan Resor dengan Pendekatan Arsitektur Tropis di An-Nur 2
Kecamatan Bululawang Kabupaten Malang. Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim.
Diah Safitri, N. (2021). ANIMISME DALAM TRADISI ZIARAH KERAMAT Kubua
Gutua/Raden Agung” Di Desa Talang Ginting Bengkulu Utara. IAIN
BENGKULU.
Madjid, A. (2021). Mengobati Sakit Ditengah Keterbatasan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Moderen Di Pulau Mare Kota Tidore. ETNOHISTORI: Jurnal Ilmiah
Kebudayaan Dan Kesejarahan, 7(2), 199210.
Mahu, A. (2021). Struktur Komunitas Mangrove Di Kecamatan Ambalau Kabupaten
Buru Selatan. IAIN Ambon.
Metrikasari, R., & Choiruddin, A. (2021). Pemodelan Risiko Gempa Bumi di Pulau
Sumatera Menggunakan Model Inhomogeneous Neyman-Scott Cox Process. Jurnal
Sains Dan Seni ITS, 9(2), D102D107.
Noerwidi, S. (2021). Daratan dan Kepulauan Riau dalam Catatan Arkeologi dan
Sejarah. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Nurhayati, M. P. (2021). Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas 8.
Gramedia Widiasarana Indonesia.
Patton, A., Salim, G., Prakoso, L. Y., Prihantoro, K., Pramono, B., Indarjo, A.,
Ransangan, J., Irawan, A., Saleh, R., & Zein, M. (2021). Strategi Pertahanan
Melalui Optimalisasi Kesejahteraan Masyarakat Pesisir Perbatasan. Syiah Kuala
University Press.
Ratnasari, C., & Fiqri, A. (2021). Eksistensi Kelenteng Hoo Ann Kiong sebagai Objek
Wisata Budaya di Kabupaten Meranti. INNOVATIVE: Journal Of Social Science
Research, 1(2), 393398.
Rauf, I. S. (2021). Analisis Resepsi Masyarakat Indonesia Timur Dalam Program Acara
Waktu Indonesia Timur Di Net Tv Pada Mahasiswa Di Kota Malang. UPN Veteran
Jatim.
Redjo, S. I., & As’ ari, H. (2017). Pengelolaan Pemerintah dalam Pengaturan Pulau-Pulau
Kecil Terluar Indonesia. Jurnal Agregasi: Aksi Reformasi Government Dalam
Demokrasi, 5(2).
Santoso, B., & Ryandika, F. (2021). Aplikasi Rute Tujuh Puncak Gunung Indonesia
Berbasis Mobile. Jurnal Teknologi Sistem Informasi Dan Aplikasi, 4(3), 193200.
Syafei, A. F. R. (2021). Sejarah Kebudayaan Indonesia. Berkah Prima.
Utomo, A. T. S. (2010). Optimalisasi pengelolaan dan pemberdayaan pulau-pulau terluar
dalam rangka mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jurnal Dinamika Hukum, 10(3), 319328.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License