Jurnal Sosial
dan Teknologi (SOSTECH) Volume 2, Number 2, Februari 2022
ANALISIS MODEL PEMBELAJARAN SISWA PADA MASA
COVID-19 BERBASIS TEKNOLOGI DI TINGKAT DASAR Sri Yola Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Universitas Nusaputra, Indonesia |
|
Diterima: 26 Januari 2022 Direvisi: 14 Februari 2022 Disetujui: 15 Februari 2022 |
Abstrak Mencermati perkembangan teknologi di
era pembelajaran digital sangat membantu dalam kondisi sekolah saat ini.
Penelitian bertujuan� untuk
mengenalisis sejauh mana kompetensi guru dalam memanfaatkan dan keterlibataan
model pembelajaran masa covid-19 di sekolah dasar Penelitian ini dilaksanakan
dengan metode kualitatif . subjek dalam penelitian ini adalah Guru Sekolah
Dasar SD Negeri 4 Sukamanah yang melaksanakan kegiatan pembelajaran secara Luring
Method. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dokumen dan
wawancara dari hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah memiliki
perangkat teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran daring dan media
pembelajaran yang digunakan guru pada proses pembelajaran daring yaitu what�s
App Group, Video pembelajaran, zoom meeting dan pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempersiapkan perencanaan pembelajaran
dengan membuat RPP daring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa SD Negeri 4
Sukamanah sudah menggunakan beberapa model pembelajaran selama masa
Covid-19� yaitu menggunakan model project
based learning, daring method, luring method, home visite method, integrated
curriculum dan memanfaatkan teknologi sebagai sumber pembelajaran. Kesimpulan
pada penelitian ini bahwa siswa sudah masuk sekolah secara tatap muka
walaupun tidak 100% secara tatap muka dan Model yang digunakan saat
pembelajaran tatap muka menggunakan model flipped classroom model ini
sangat memudahkan guru untuk menyampaikan materi dalam kondisi saat ini
sesuai dengan kurikulum 2013. Kata kunci : Model pembelajaran, Masa covid-19, Berbasis teknologi,
Tingkat dasar Abstract Observing technological developments in the digital
learning era is very helpful in today's school conditions. This study aims to
identify the extent of teacher competence in utilizing and involving learning
models during the COVID-19 period in elementary schools. This research was
carried out using a qualitative method. The subject in this study was an
elementary school teacher at SD Negeri 4 Sukamanah who carried out learning
activities using the Offline Method. The data collection instruments in this
study, namely documents and interviews from the results of the study showed that
teachers already had technological devices used in the online learning
process and learning media used by teachers in the online learning process,
namely what's App Group, learning videos, zoom meating and the implementation
of effective learning. This is done by the teacher preparing lesson plans by
making online lesson plans. The results of the study show that SD Negeri 4
Sukamanah has used several learning models during the Covid-19 period, namely
using the project based learning model, online method, offline method, home
visit method, integrated curriculum and utilizing technology as a learning
resource, the conclusion in this assessment that students are already in the
school face to face, although 100% in personn end the model used as the face
to face study using this state of the flipped classroom will make it easier
for teachers to pass on materials in current conditions in accordance with
the 2013 curriculum
|
How to cite: E-ISSN: 2774-5155 Published
by:� Green
Publisher Yola, S. (2022). Analisis model pembelajaran siswa pada masa
COVID-19 berbasis teknologi di tingkat dasar. �Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH), 2(2): 132-141
Analisis Model Pembelajaran Siswa pada
Masa Covid-19 Berbasis Teknologi di Tingkat Dasar
�Pendekatan keterampilan abad 21 yang semakin
masif di bidang pendidikan harus direspon dengan kompetensi profesional guru
dalam proses belajar mengajar. dilihat dari adanya desain pembelajaran
heutagogi dan ledakan informasi atau pengetahuan akibat meningkatnya penggunaan
internet (Narayan, Herrington, &
Cochrane, 2019) pembelajaran sepanjang
hayat (Ally, 2019) dan kecerdasan buatan (Pan et al., 2017) sangat mempengaruhi adanya tuntutan baru
terhadap peran dan tanggung jawab guru dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan
inti abad dua puluh satu, seperti literasi, pemecahan masalah, komunikasi, dan
kepemimpinan sangat dibutuhkan di dunia saat ini.����
Penggunaan teknologi dalam
dunia pendidikan telah lama berkembang, bahkan banyak teknologi yang
tidak dibuat untuk bidang pendidikan namun dimanfaatkan dalam bidang pendidikan
(Budiman, 2017). Beberapa contoh integrasi teknologi yang
dimanfaatkan dalam pendidikan yaitu sebagai media pembelajaran, sebagai alat
administratif, dan sebagai sumber belajar (Lestari, 2018). Beberapa TIK yang sering dimanfaatkan dalam
kegiatan pembelajaan diantaranya komputer (PC), laptop, printer, LCD projector,
internet, intranet, dan lain-lain.
Khusus dimasa pandemi seperti saat ini, penggunaan
teknologi tentu berbeda dengan masa kondisi normal. Dalam masa pembelajaran
daring yang dilakukan oleh guru kelas 4 SD Negeri 4 Sukamanah, pemanfaatan
teknologi yang digunakan dalam pembelajaran daring ini yaitu smartphone atau
telepon adroid, laptop,
komputer, tablet, dan iphone yang dapat dipergunakan untuk mengakses informasi
kapan saja dan dimana saja yang dikemukahkan.Handphone digunakan guru memiliki
fungsi untuk berkomunikasi pada siswa berupa Grup WA kelas, sebagai alat siswa
mengirim tugas ke guru yang memberikan pembelajaran, lalu tripod yang berfungsi
sebagai alat penyangga HP dalam pengambilan video pembelajaran maupun saat
melakukan pembelajaran menggunakan zoom meeting maupun media lainnya. Seluruh
teknologi dalam jaringan menggunakan data internet.
Media teknologi
yang digunakan guru Media pembelajaran merupakan bagian dari sumber belajar
yang merupakan kombinasi antara perangkat lunak (bahan belajar) dan perangkat
keras (alat belajar). Dalam pengguanaan media teknologi sebagaiakses
pembelajaran. Berbagai media juga dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan
pembelajaran secara daring. Misalnya kelas-kelas virtual menggunakan layanan
Google Classroom (Ghulamudin & Habibi,
2020; Karollina, Hidayati, & Syaflita, 2021; Saifullah & Akbar, 2020), Edmodo (Hikmawan & Sarino, 2018; Kamayanthy, 2020; Karimah, Utami,
& Hidayah, 2018; Syah, Susilawati, & Muttaqin,
2019), dan
Schoology (Andira, 2019; Firmansyah, 2015; Prabowo, 2019) �dan
applikasi pesan instan seperti WhatsApp (Firman & Rahayu, 2020; Qomariah Hasanah, 2020; Kinasih,
2021).
Guru SDN 4
Sukamanah memanfaatkan 4 media teknologi yaitu pertama Whatsaap Grup
yang merupakan sebuah media sosial dalam bentuk grup kelas sebagai wadah guru
dan siswa berinteraksi dalam melaksanakan pembelajaran sesuai pernagkat
pembelajaran yang telah di gunakan.
Persiapan melalui
WAG (Whatsapp Group) ini guru melaksanakan absensi, guru
memberikan materi pelajaran hingga siswa mengirimkan tugas maupun mengirimkan
tugas ulangan. Selanjutnya media teknologi Zoom meeting yang pada umunya
digunakan pada wali kelas tinggi yakni kelas 4-6. Dalam pelaksanaan zoom
meeting siswa didampingi oleh orang tua untuk menjaga kelancaran pelaksanaan pembelajaran
yang diikuti siswa materi pelajaran hingga siswa mengirimkan tugas maupun
mengirimkan tugas ulangan. Selanjutnya media teknologi Zoom meeting yang
pada umunya digunakan pada wali kelas tinggi yakni kelas 4-6. Dalam pelaksanaan
zoom meeting siswa didampingi oleh orang tua untuk menjaga kelancaran
pelaksanaan pembelajaran yang diikuti siswa.
Adanya
covid-19 diseluruh dunia termasuk Indonesia membuat pelaksanaan pembelajaran
tidak dapat dilakukan secara maksimal. Pembelajaran daring menjadi jalan
alternatif utama yang digunakan pemerintah agar sistem pendidikan di Indonesia
tetap berjalan. Menurut Zhang (dalam Khusniyah & Wana,
2020). E- learning
merupakan sistem pembelajaran elektronik yang memungkinkan siswa untuk dapat
mengeksplorasi sekaligus dapat menjadi jembatan untuk melaksanakan pembelajaran
kapan saja dan dimana saja. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan dengan
daring menggunakan teknologi sebagai sarana utama dalam pembelajaran. Pembelajaran
daring merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian
solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Pembelajaran
daring menekankan pada penggunaan internet dalam Pendidikan. Ini menjadikan hal
baru yang tidak biasa dilakukan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar. Karena
pembelajaran di sekolah dasar khususnya dikelas rendah melalui penanaman konsep
dan penanaman karakter yang bisa dilakukan jika siswa dan guru bertemu secara
langsung agar guru dapat menilai perkembangan dari siswanya. Guru perlu
memantau siswanya agar mengetahui perkembangan. Namun, karena adanya pandemi
guru tidak dapat melakukan pemantauan secara langsung. Maka, diperlukan
strategi pembelajaran .
Strategi
pembelajaran menurut Frelberg & Driscoll dalam (Anitah, 2007) dapat digunakan untuk mencapai berbagai
tujuan pemberian materi pelajaran pada berbagai tingkatan, untuk siswa yang
berbeda, dalam konteks yang berbeda pula. Secara umum strategi pembelajaran
dapat diartikan sebagai pola atau garis besar yang dilakukan guru dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar agar mampu mencapai sasaran. Sasaran yang
dituju haruslah jelas dan terarah. Maka dari itu, haruslah konkret dan jelas
dalam melakukan pengajaran sehingga mudah dipahami oleh siswa. Menurut Forgatry
dalam (Ain & Kurniawati, 2013) Pembelajaran tematik adalah suatu model
terapan pembelajaran terpadu yang mengintegrasikan beberapa mata pelajaran
dalam satu kesatuan yang terikat oleh tema. Pembelajaran tematik menghubungkan
seluruh mata pelajaran menjadi suatu konsep sehingga memudahkan siswa memahami
materi secara utuh melalui konsep tersebut. Menurut Hasanah (2018) Pembelajaran tematik berlandaskan� pada tema-tema yang relevan dengan materi
pembelajaran pada beberapa mata pelajaran, sehingga beberapa materi pelajaran
tersebut terintegrasi pada satu tema.
Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bagaimana dalam memanfaatkan media teknologi dan
penggunaan model pembelajaran selama masa pandemi. Guru SDN 4 Sukamanah sudah
melaksanakan beberpa metode pembelajaran seperti project based
learning,daring method,lurin method,home visit menthod dan integrate curriculum.
Namun tidak hanya itu saja guru memanfaatkan media teknologi untuk memberikan
materi pembelajaran ataupun tugas yang harus dikerjakan dirumah sesuai dengan
RPP yang sudah di siapkan.
SDN 4
Sukamanah sudah melaksanakan pembelajaran secara tatap muka dengan menggunakan
protokol kesehatan yang sudah di siapkan di sekolah seperti pengecekan suhu
badan kesetiap anak sebelum memasuki kelas dan menyiapkan westapel dan hand
sanitizer untuk mencuci tangan.
�� �Upaya mengurangi risiko kerumunan dilakukan SDN
4 Sukamanah dengan membuat kebijakan belajar dengan membagi giliran (shift)
murid masuk sekolah. Misalnya untuk yang jumlah murid satu kelas sebanyak 40
anak, maka hanya 20 anak yang masuk sekolah sedangkan 20 lainnya belajar di
rumah. Bahkan, menurut Kompas Juni 2021, jumlah murid masuk dibatasi hanya
maksimal 25% saja.Kebijakan ini dimaksudkan agar murid memungkinkan untuk duduk
berjarak, satu bangku satu orang murid. Hal ini tentu saja menimbulkan banyak
tanda tanya. Bagaimana kegiatan pembelajaran bisa efektif melayani seluruh siswa dengan pembatasan
jumlah tersebut.
Metode
yang dipakai pada penelitian ini yaitu kualitatif yang dilakukan pada tahun
2021 dengan objek penelitian yaitu kelas IV SDN 4 Sukamanah. Menurut Strauss
& Corbin dalam (Wijaya, 2018) pendekatan kualitatif adalah
jenis� penelitian dimana ditemukan bentuk
deskripsi yang menjelaskan secara rinci tentang permasalhan yang di ambil. Kesimpulan
berisi tentang gambaran kondisi dan faktor yang menghambat pembelajaran agar
mampu menemukan temuan baru yang dapat digunakan dicapai dengan menggunakan
prosedur statisik atau dengan pengukuran angka.
Teknik
pengumpulan data pada� penelitian ini
dilakukan dengan� menggunakan teknik
wawancara, observasi� dan dokumentasi.
Wawancara dilakukan pada guru kelas 4 dan juga Kepala Sekolah SDN 4 Sukamanah
agar dapat mengetahui bagaimana kebijakan yang dijalankan selama melakukan
pembelajaran saat daring dan luring sedangkan dalam melakukan observasi
penelitian dilakukan dengan� mengikuti
langsung pembelajaran yang dilakukan secara offline peneliti meneliti
reaksi siswa terhadap segala hal yang terlaksana saat proses pembelajaran
berlangsung. Prosedur penelitian menggunakan penelitian kualitatif deskriptif
dimana seluruh gejala yang timbul dijelaskan dengan menggunakan kata-kata
tertulis secara rinci dan digali agar mendapat data yang bisa menggambarkan
keadaan sebenarnya.
�Melalui proses wawancara dengan kepala
sekolah, bahwa SDN 4 Sukamanah sudah melaksankan pembelajaran tatap muka Sesuai
kebijakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi
(Kemendikbudristek) mulai tahun ajaran baru Juli 2021 direncanakan seluruh
sekolah kembali melaksanakan pembelajaran tatap muka. Sementara itu, data
perkembangan pandemi covid-19 belum menunjukkan penurunan yang signifikan.
�Sebagian sekolah membuat kebijakan belajar
dengan membagi giliran (shift) murid masuk sekolah untuk mengurangi
risiko kerumunan. Misalnya untuk yang jumlah murid satu kelas sebanyak 40 anak,
maka hanya 20 anak yang masuk sekolah sedangkan 20 lainnya belajar di rumah.
Bahkan, menurut Kompas Juni 2021, jumlah murid masuk dibatasi hanya maksimal
25% saja. Selama pandemi SDN 4 Sukamanah sudah menggunakan beberapa model
pembelaran seperti.
Metode
project based learning ini diprakarsai oleh hasil implikasi dari Surat
Edaran Mendikbud no.4 tahun 2020. (Project Based Learning) adalah model
pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran.
Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis dan
informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Pembelajaran
Berbasis Proyek merupakan model belajar yang menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Project Based
Learning merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata. Langkah-langkah
pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek adalah penentuan pertanyaan mendasar,
menyusun perencanaan proyek, menyusun jadwal, monitoring, menguji hasil, dan
evaluasi pengalaman
menjadi
lebih aktif, mandiri, dan kreatif dalam memecahkan sebuah permasalahan. Oleh
sebab itu melalui model pembelajaran berbasis proyek dapat membangun nilai
karakter peserta didik terutama pada kreatif dan rasa ingin tahu. Model
pembelajaran Project Based Learning dapat digunakan oleh guru untuk
mengatasi permasalahan dalam pembelajaran yaitu metode pembelajaran yang masih
monoton dengan metode ceramah. Melalui model pembelajaran berbasis proyek
mengakibatkan siswa menjadi lebih aktif, kreatif, dan memiliki rasa tahu yang
tinggi.
Metode
ini memanfaatkan jaringan online, dan bisa membuat para siswa kreatif
menggunakan fasilitas yang ada, seperti membuat konten dengan memanfaatkan
barang-barang di sekitar rumah maupun mengerjakan seluruh kegiatan belajar
melalui sistem online. Metode ini sangat cocok diterapkan bagi pelajar yang
berada pada kawasan zona merah. Dengan menggunakan metode full daring seperti
ini, sistem pembelajaran yang disampaikan akan tetap berlangsung dan seluruh
pelajar tetap berada di rumah masing-masing dalam keadaan aman.
Luring
method adalah
model pembelajaran yang dilakukan di luar jaringan. Dalam artian, pembelajaran
yang satu ini dilakukan secara tatap muka dengan memperhatikan zonasi dan protokol
kesehatan yang berlaku.
Metode
ini sangat pas buat pelajar yang ada di wilayah zona kuning atau hijau terutama
dengan protokol ketat new normal. Dalam metode yang satu ini, siswa akan diajar
secara bergiliran (shift model) agar menghindari kerumunan. Model
pembelajaran Luring ini disarankan oleh Mendikbud untuk memenuhi penyederhanaan
kurikulum selama masa darurat pendemi ini. Metode ini dirancang untuk
menyiasati penyampaian kurikulum agar tidak terlalu sulit saat disampaikan
kepada murid. Selain itu, pembelajaran yang satu ini juga dinilai cukup baik
bagi mereka yang kurang atau tidak memiliki sarana dan prasarana yang mendukung
untuk sistem daring.
Home visit merupakan salah satu opsi pada metode
pembelajaran saat pandemi ini. Metode ini mirip seperti kegiatan belajar
mengajar yang disampaikan saat home schooling. Jadi, pengajar mengadakan home
visit ke rumah murid dalam waktu tertentu. Dengan demikian, materi yang
akan diberikan kepada murid bisa tersampaikan dengan baik, karena materi
pelajaran dan tugas langsung terlaksana dengan baik dibawah bimbinganguru.
Metode Kurikulum
yang Terintegrasi.Metode Integrated Curriculum atau kurikulum yang terintegrasi
akan lebih efektif bila belajar disesuaikan dengan projek yang ingin dicapai,
yang mana setiap kelas akan diberikan projek yang relevan dengan mata pelajaran
terkait. Dalam metode ini tidak hanya melibatkan satu mata pelajaran saja,
namun juga mengaitkan materi pembelajaran dari mata pelajaran lainnya.
��Penerapan
metode ini, selain pelajar yang melakukan kerjasama dalam mengerjakan projek,
guru lain juga diberi kesempatan untuk mengadakan team teaching dengan guru
pada mata pelajaran lainnya. Integrated curriculum bisa diaplikasikan
untuk seluruh pelajar yang berada di semua wilayah (hijau, kuning atau merah),
karena metode ini akan diterapkan dengan sistem daring. Jadi pelaksanaan integrated
curriculum ini dinilai sangat aman bagi pelajar.
Menurut guru kelas
4 model pembelajaran yang sudah dipaparkan diatas sangat membantu dalam kondisi
saat ini terutama saat penyampaian pembelajaran. Seperti banyaknya yang
terpapar virus covid sehingga siswa diharuskan belajar dirumah untuk mencegah
memperluasnya virus.
SDN 4 Sukamanah
melaksanakan metode belajar daring atas perintah pemerintah untuk menccegah
penyebaran virus covid-19 sehingga siswa memanfaatkan barang-barang disekitar
rumah maupun mengerjakan seluruh kegiatan di rumah. �Seperti menggunakan alat elektonik seperti hp
android, leptop, tablet dan komputer yang dapat dipergunakan untuk mengakses
informasi kapan saja dan dimana saja yang dikemukahkan. Handphone digunakan
guru memiliki fungsi untuk berkomunikasi pada siswa berupa Grup WA kelas,
sebagai alat siswa mengirim tugas ke guru yang memberikan pembelajaran, lalu
tripod yang berfungsi sebagai alat penyangga HP dalam pengambilan video
pembelajaran maupun saat melakukan pembelajaran menggunakan zoom meeting maupun
media lainnya. Seluruh teknologi dalam jaringan menggunakan data internet.
WAG(Whatsapp
Group) ini guru melaksanakan absensi, guru memberikan materi pelajaran
hingga siswa mengirimkan tugas maupun mengirimkan tugas ulanagan. Selanjutnya
media teknologi Zoom meeting yang pada umunya digunakan pada wali kelas tinggi
yakni kelas 4-6. Dalam pelaksanaan zoom meeting siswa didampingi oleh
orang tua untuk menjaga kelancaran pelaksanaan pembelajaran yang diikuti siswa.
Pelaksanaan zoom
meeting ini biasanya digunakan untuk bertatatap muka secara daring siswa
untuk pengecekan kehadiran dan memotivasi siswa. Setelah dilakukan pembukaan
pada zoom meeting pembejaran inti dan penutup dilakukan menggunakan WAG.
Selanjutnya sebagai media elektronik dalam evaluasi pembelajaran yang dilakukan
di akhir subtema adalah google formulir. Guru akan menyusun bahan/soal evaluasi
menggunakan google formulir, lalu link google formulir tersebut akan dikirimkan
ke siswa. Lalu beberapa guru menggunakan media elektrono dan Quizzi sebagai
media siswa menjawab soal latihan dan penilaian sikap oleh oaring tua dilakukan
melalui google formulir. Media Quizzi digunakan untuk menarik minat siswa dalam
pembaljaran daring melalui soal berbentuk games kuis. Selanjutnya Youtube yang
diguanakan sebagai wadah guru menjelaskan meteri pembelajaran pada siswa yang
link akan dikunjungi siswa.
Saat penelitian
selanjutnya SDN 4 Sukamanah sudah melaksanakan Luring method adalah model
pembelajaran yang dilakukan di luar jaringan. Dalam artian, pembelajaran yang
satu ini dilakukan secara tatap muka dengan memperhatikan zonasi dan protokol
kesehatan yang berlaku.
Metode ini sangat
pas buat pelajar yang ada di wilayah zona kuning atau hijau terutama dengan
protokol ketat new normal. Dalam metode yang satu ini, siswa akan diajar secara
bergiliran (shift model) agar menghindari kerumunan. Model pembelajaran
Luring ini disarankan oleh Mendikbud untuk memenuhi penyederhanaan kurikulum
selama masa darurat pendemi ini. Sesuai dengan penelitian yang sudah dilakukan
pada kelas 4 bersama guru kelas bahwa�
kelas 4 berjumlah 40 orang, sehingga guru kelas harus membagi jumlah
siswa menjadi dua kelompok, 20 orang melaksanakan pembelajaran secara tatap
muka dan sisa yang 20 orang mengerjakan tugas dirumah yang sudah disampaikan
disekolah dan mengirim tugas melalui whatsapp group.
Kegiatan seperti
ini dilakukan secara bergantian selama seminggu siswa melaksanakan pembelajaran
tatap muka hanya tiga kali pertemuan selama seminggu. Setiap guru diharuskan
menggunakan konsep Konsep flipped classroom�
yakni aktivitas yang biasanya dikerjakan di rumah, sekarang dikerjakan
di sekolah, dan aktivitas yang biasanya dikerjakan di sekolah, sekarang
dikerjakan di rumah (Muthmainah, 2018). Kalau dalam kelas tradisional biasanya
siswa diberikan pengetahuan dasar teoritis di kelas, kemudian dilanjutkan
dengan tugas untuk praktek di rumah, maka pada flipped classroom, pengetahuan
dasar dan teoritis dipelajari sendiri oleh anak di rumah, kemudian dilanjutkan
dengan implementasi atau praktek pada kegiatan tatap muka di kelas.
�Wulandari
(2017) mengaitkan flipped classroom dengan taksonomi Bloom, di mana pada
kegiatan belajar di rumah sebelum masuk kelas, siswa akan belajar secara
mandiri terkait kompetensi tingkat rendah C1 dan C2 yang termasuk pada kategori
Low Order Thinking (LOT), yaitu mencakup kompetensi mengingat dan
memahami. Sedangkan pada pertemuan tatap muka di kelas, siswa akan meningkat
pada kompetensi C3 dan C4, yaitu menerapkan dan menganalisis yang termasuk
kategori high order thinking (HOT).
Farida
dkk (2019) mengembangkan model flipped classroom dengan
memanfaatkan media video sebagai bahan belajar di rumah sebelum siswa
(mahasiswa) masuk kelas. Dengan menyimak tayangan video tersebut siswa
(mahasiswa) dapat memahami materi yang akan didiskusikan atau dipelajari lebih
lanjut di kelas, sehingga proses pembelajaran di dalam kelas menjadi lebih
efisien.
Kegiatan belajar
sebelum masuk kelas dengan menonton video tersebut berfokus pada kompetensi
berpikir tingkat rendah (LOT), seperti memahami (understanding) dan mengingat (remembering).
Sedangkan untuk kegiatan belajar yang menuntut kemampuan berpikir tingkat
tinggi (HOT) dilakukan di kelas, seperti dengan berdiskusi menganalisis,
menyimpulkan, ataupun mempresentasikan. Kesempatan tatap muka dapat juga digunakan
untuk kegiatan yang bersifat praktik atau expose unjuk kerja.
����� Pola dasar kegiatan belajar flipped
classroom terbagi ke dalam dua bagian, yaitu; Kegiatan belajar di rumah sebelum
masuk kelas, dan 2) Kegiatan belajar di kelas. Pola dasar tersebut dapat
berkembang sesuai kebutuhan (kondisi) sekolah masing-masing. Di antaranya ada
yang mengembangkan menjadi tiga tahap dan empat tahap.
Pada situs
pembelajaran inovatif�� kemdikbud, flipped
classroom dibagi ke dalam tiga tahapan, yaitu; 1) Kegiatan siswa belajar
mandiri di rumah, 2). Kegiatan siswa belajar tatap muka di sekolah, 3).
Evaluasi dan tindak lanjut. Ketiga tahapan ini dapat dikembangkan sekaligus
menjadi sintaks atau alur pembelajaran dari model ini.Gambar berikut ini
menunjukkan alur pembelajaran tersebut secara berurut dimulai dari before
(belajar di rumah sebelum masuk kelas), during (belajar di kelas), dan after
(di rumah setelah kelas). Agar lebih jelas tiga tahap tersebut dapat dirinci ke
dalam kegiatan belajar yang lebih spesifik. Berikut adalah contoh kegiatan
belajar yang mungkin dapat dilakukan dalam pembelajaran model flipped
classroom dengan tiga langkah. kegiatan di rumah sebelum masuk kelas
Agar pembelajaran
terarah dan siswa tidak bingung, guru perlu memberikan tugas yang jelas terkait
apa yang harus dilakukan oleh siswa di rumah. Oleh karena itu, hal pertama yang
harus guru lakukan adalah memberikan tugas. Dalam model flipped classroom,
tugas hendaklah yang sederhana dan tidak terlalu rumit, sehingga mudah
dilakukan oleh siswa. Misalnya menonton tayangan video pembelajaran,
mendengarkan audio, membaca teks, atau multimedia interaktif, dll.
Tugas yang
diberikan sebaiknya tidak terlalu banyak, misal hanya satu judul video saja
dengan durasi kurang lebih 15 menit. Judul bahan belajar dan di mana bahan
belajar tersebut dapat diperoleh harus diberitahukan kepada siswa, agar siswa
fokus pada materi yang akan dipelajari. Akan lebih baik lagi kalau bahan
belajar tersebut merupakan media pembelajaran yang sudah disiapkan atau dibuat
oleh guru.
����� Kegiatan belajar di kelas Dalam pertemuan
tatap muka di kelas, banyak pilihan metode yang dapat guru lakukan, antara
lain; presentasi, diskusi kelompok, galeri, praktikum, dll. Misal guru memilih
diskusi kelompok. Tempat duduk siswa diatur dalam formasi diskusi kelompok
dengan tetap menjaga jarak. Guru dapat mempersilahkan siswa untuk menceritakan
tentang apa yang telah mereka pelajari di rumah secara bergantian. Berikanlah
keleluasaan siswa untuk bercerita dan berikan kesempatan siswa lain untuk
menanggapi, sehingga terjadi diskusi.
����� siswa
mendapatkan kesulitan, guru dapat membantu memberikan penjelasan. Selain
diskusi, bisa juga dipilih metode galeri. Dalam metode ini, siswa dipersilakan
memasang display atau galeri hasil belajarnya di rumah, baik dalam bentuk
gambar, teks, ataupun hasil karya. Tergantung kepada materi pelajaran. Hasil
karya siswa tersebut bisa dipajang di meja masing-masing atau ditempel di
dinding.
����� Galeri
dapat dikunjungi oleh siswa lainnya secara bergantian. Pengunjung diberikan
kesempatan untuk memberikan komentar atau sekedar memberikan tanda bintang atau
gambar jempol. Banyak contoh metode lainnya yang dapat dikembangkan oleh guru.
Intinya, kegiatan belajar tatap muka sebaiknya dibuat bervariasi, membuat siswa
aktif dan mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna, serta tetap jaga
protokol kesehatan. Dalam hal ini guru harus dapat menahan diri untuk tidak
memanfaatkan waktu tatap muka untuk mengajar dengan memberikan ceramah
sepanjang waktu.
�Kegiatan tindak lanjut Pada tahap ini, guru
dapat memberikan apresiasi, saran, motivasi dll bagi siswa agar tetap semangat
belajar.� Guru juga dapat mengaitkan
pembelajaran yang telah dipelajari hari ini dengan kehidupan nyata siswa baik
saat ini maupun pada masa yang akan datang. Sehingga siswa mengerti makna
penting dari pengalaman belajar yang telah dilaluinya. Kesempatan tatap muka
dapat juga digunakan untuk memberikan tugas pada putaran flipped classroom
selanjutnya.
Salah satu faktor
penghambat dalam pembelajaran saat ini yaitu sinyal karna di setiap titik rumah
siswa sulit untuk mendapatkn sinyal bahkan ada salah satu siswa yang tidak
mempunya hp android sehingga siswa tersebut kesulitan untuk mengerjakan tugas
dirumah.
Kurangnya
komunikasi antara guru dengan orangtua juga dapat mennghambat berjalannya
proses pembelajaran. Guru dan orangtua harus saling berkomunikasi dalam
melakukan pembelajaran agar siswa mendapat materi dari guru namun tetap dalam
pengawasan dari orangtuanya. Dengan begitu proses pembelajaran akan berjalan
lancar sesuai dengan yang diharapkan.
Pembelajaran secara
tatap muka menjadi awal semangat� siswa
walaupun hanya 3 kali pertemuan dalam seminggu. Namun siswa sangat antusias
melaksankan pembelajaran tatap muka begitupun dengan orang tua murid.
� Observasi dilakukan dengan mengamati gejala
yang muncul berdasarkan fakta yang ada di lapangan, dilakukan dengan observasi
partisipatif dimana peneliti terjun langsung dalam mengamati jalannya
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dan siswa. Hasil observasi memiliki
hubungan dengan hasil wawancara, dapat ditemukan persamaan maupun perbedaan.
Observasi dilakukan dengan mengamati�
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa. Peneliti
mengamati pengajaran guru dan juga respon dari siswa.
Adapun observasi
yang telah dilakukan kepada guru sebagai berikut: Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru dilakukan dengan menyiapkan RPP terlebih dahulu.
Selanjutnya, guru memberi jadwal pembelajaran. guru mengecek daftar kehadiran
siswa dan melkukan pembelajaran bergantian sesuai kelompok belajar. Guru
membuat urutan untuk melakukan pembelajaran dengan setiap kelompok belajar.
pelaksanaan���������� kegiatan pembelajaran guru melakukan
apersepsi pada siswa agar siswa memiliki gambaran pada materi yang akan
diajarkan oleh guru. Guru menghubungkan materi ajar dengan dunia nyata agar
siswa mampu berpikir secara konkret permasalahan yang ada. Guru menggunakan
metode ceramah dan tanya��� jawab. Dalam memberi penjelasan guru memberi
rangsangan pada siswa agar terjadi komunikasi dua arah antara guru dengan
siswa. Selanjutnya guru memberi penugasan pada siswa yang diambil dari buku
pedoman siswa. Guru menutup� pembelajaran
dengan salam dan� memberikan motivasi
belajar pada siswa. Dari pengamatan yang peneliti lakukan pada kegiatan
pembelajaran yang dilakukan guru didapatkan beberapa fakta antara lain, guru
yang menjadi pusat pembelajaran dan siswa berperan sebagai penerima pesan yang
disampikan oleh guru. Guru memancing keaktifan siswa dengan memberi beberapa
pertanyaan agar siswa memberikan respon. Guru memeberikan tugas pada siswa
untuk dikerjakan dirumah kemudian dikumpulkan pada pertemuan selanjutnya sesuai
jadwal yang sudah di atur oleh guru kelas.
KESIMPULAN
Kesimpulan pada
penelitian ini bahwa siswa sudah masuk sekolah secara tatap muka walupun tidak 100%
secara tatap muka tetapi siswa sangat antusias. Model yang digunakan saat
pembelajaran tatap muka menggunakan model�
flipped classroom model ini sangat memudahkan guru untuk menyampaikan
materi dalam kondisi saat ini sesuai dengan kurikulum 2013.
Faktor yang menjadi
penghambat yaitu dimana salah satu siswa tidak mempunyai hp android sehingga
guru sulit untuk mengirimkan tugas seperti melihat video ataupun mengerjakan
tugas melalui google croom. Bukan hanya itu saja sinyalpun menjadi penghambat
pengerjan tugas karna ada beberapa titik rumah siswa tidak terjangkau sinyal.
Kerjasama antara guru dan orangtua juga masih terkendala karena beberapa wali
murid tidak bisa bekerja sama dengan guru untuk mengawasi belajar siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ain, Nurul, & Kurniawati,
Maris. (2013). Implementasi kurikulum KTSP: Pembelajaran tematik di sekolah
dasar. Jurnal Inspirasi Pendidikan, 3(2).
Ally, Mohamed. (2019).
Competency profile of the digital and online teacher in future education. International
Review of Research in Open and Distributed Learning, 20(2).
Andira, Ayu. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran Hybrid Learning Berbantuan
Media Schoology Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI MIA MAN Pangkep.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Anitah, Sri. (2007). Strategi pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Budiman, Haris. (2017). Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam
pendidikan. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 31�43.
Farida, Ratna, Alba, Amru, Kurniawan, Rudi, & Zainuddin, Zamzami. (2019).
Pengembangan Model Pembelajaran Flipped Classroom Dengan Taksonomi Bloom Pada
Mata Kuliah Sistem Politik Indonesia. Kwangsan, 7(2), 295730.
Firman, Firman, & Rahayu, Sari. (2020). Pembelajaran online di tengah pandemi
covid-19. Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 2(2),
81�89.
Firmansyah, Beny H. (2015). Pengembangan blended learning berbasis schoology. Seminar
Nasional Teknologi Pendidikan UM, 3(8), 86�102.
Ghulamudin, Mirza Ghulamudin, & Habibi, Beni. (2020). Penggunaan Aplikasi Google
Classroom Sebagai Metode Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19. Cakrawala:
Jurnal Pendidikan, 14(2), 11�17.
Hasanah, Qomariah. (2020). Pemanfaatan Aplikasi Whastapp sebagai Media
E-Learning Masa Covid-19 pada Mata Kuliah Biomolekul dan Metabolisme di Tadris
IPA IAIN Bengkulu. ISEJ: Indonesian Science Education Journal, 1(3),
225�236.
Hasanah, Uswatun. (2018). Pembelajaran Tematik Integratif (Studi Relevansi
Terhadap Integrasi Keilmuan dalam Pendidikan Islam). Prosiding Konferensi
Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains, 1, 63�68.
Hikmawan, Try, & Sarino, Alit. (2018). Pemanfaatan media pembelajaran berbasis
edmodo terhadap motivasi belajar siswa sekolah menengah kejuruan. Jurnal
Pendidikan Manajemen Perkantoran (JPManper), 3(1), 79�86.
Kamayanthy, Devi Yulia. (2020). Analisis pembelajaran menggunakan edmodo pada
mata pelajaran kewirausahaan kelas XII DPIB di SMKN 1 majalengka tahun ajaran
2020-2021. FKIP UNPAS.
Karimah, Sayyidatul, Utami, Rini, & Hidayah, Nurina. (2018). Keefektifan
Media Pembelajaran Berbasis Edmodo terhadap Kreativitas Mahasiswa. Jurnal
Pendidikan Edutama, 5(2), 97�101.
Karollina, Novi, Hidayati, Ujrah, & Syaflita, Dina. (2021). Penggunaan Aplikasi
Google Classroom Dan Google Form Pada Pembelajaran Ipa Di Mts Darul Hikmah
Pekanbaru. Riau Education Journal, 1(1), 21�27.
Khusniyah, Tri Wardati, & Wana, Prima Rias. (2020). Persepsi Mahasiswa PGSD
pada Inovasi Pembelajaran Berbasis E-Learning. Wahana Sekolah Dasar, 28(1),
1�10.
Kinasih, Titah. (2021). Pemanfaatan Whatsapp sebagai Media Pembelajaran di
Masa Pandemi Kelas V SD Negeri 1 Bubakan Tahun Pelajaran 2020/2021. STKIP
PGRI PACITAN.
Lestari, Sudarsri. (2018). Peran teknologi dalam pendidikan di era globalisasi. EDURELIGIA:
Jurnal Pendidikan Agama Islam, 2(2), 94�100.
Narayan, Vickel, Herrington, Jan, & Cochrane, Thom. (2019). Design principles
for heutagogical learning: Implementing student-determined learning with mobile
and social media tools. Australasian Journal of Educational Technology, 35(3).
Pan, Yao, White, Jules,
Schmidt, Douglas, Elhabashy, Ahmad, Sturm, Logan, Camelio, Jaime, &
Williams, Christopher. (2017). Taxonomies for reasoning about cyber-physical
attacks in IoT-based manufacturing systems.
Prabowo, Hendro E. (2019). Kesesuaian Learning Management System (LMS) Schoology
Sebagai Teknologi Penunjang Kegiatan Belajar Mengajar Siswa Sekolah Menengah
Pertama Di Era Generasi Z (Studi Kasus SMP IT Insan Cendekia Semarang). Edu
Elektrika Journal, 8(1), 28�32.
Saifullah, Shoffan, & Akbar, Bagus Muhammad. (2020). Pelatihan E-Learning
Menggunakan Google Classroom Bagi Guru MA Raden Fatah Prambanan. GERVASI:
Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 4(1), 93�103.
Syah, Rahmad, Susilawati,
Susilawati, & Muttaqin, Eky Ermal. (2019). E-Learning Sebagai Media
Pembelajaran Berbasis Edmodo. Pelita Masyarakat, 1(1), 55�63.
Wijaya, Hengki. (2018). Analisis data kualitatif model Spradley (etnografi).
Wulandari, Heni. (2017). Optimalisasi E-learning dengan Menggunakan Metode
Flipped Classroom.
.