berkaitan dengan desa mereka.
Di bidang kepemimpinan non formal, diakui keberadaannya oleh masyarakat Desa
Petungsewu. kedudukan ini dipercayakan penuh kepada tokoh adat masing-masing
agama. Tokoh adat agama Islam biasa disebut Ustad. Terdapat kegiatan dalam rangka
pemberdayaan dan kesejahteraan masyarakat contohnya setiap satu tahun sekali diadakan
agenda pembahasan sesama masyarakat sekitar bersama para tokoh adat dan aparat desa,
dalam pertemuan ini dibahas masalah-masalah yang berhubungan dengan Realisasi
Rencana Pembangunan Tahunan Desa (RPTD), Realisasi Peraturan Desa, Posyandu,
Karang Taruna dan urusan lain yang bersangkutan dengan perubahan desa.
Pelaksanaan Tradisi ”Selamatan Petik Pari” yang dilaksanakan masyarakat di
Desa Petungsewu, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang
Tradisi ”Selamatan Petik Pari” sudah ada sejak zaman nenek moyang. Masyarakat
Desa Petungsewu yang kebayakan bekerja sebagai petani sudah lama melaksanakan tradisi
ini, dari informasi Bapak Ki Asmari Ekocarito sebagai tetua desa dan tokoh adat
mengungkapkan bahwa tradisi ini sudah ada sejak nenek moyang Orang Jawa yang percaya
adanya dewi penjaga padi yaitu Dewi Sri.
“Masyarakat Desa Petungsewu sudah lama menjalankan Tradisi ”Selamatan Petik
Pari” ini, karena mayoritas masyarakatnya adalah petani, dan mereka percaya yang
menjaganya yaitu seorang dewi yang bernama Dewi Sri, mereka melakukan tradisi ini
sebagai tanda penghormatan kepada nenek moyang mereka dan Dewi Sri”. (wawancara, 8
September 2020, 11.20 WIB, dirumah Bapak Ki Asmari).
Dengan adanya tradisi “Selamatan Petik Pari” yang terdapat di Desa Petungsewu
bertambahnya symbol dan penghormatan kepada para leluhur, yang disebut sebagai Dewi
Sri, yang dianggap oleh masyarakat petani Desa Petungsewu adalah penjaga lahan dan yang
memberikan kesuburan pada lahan pertanian hingga terhindar dari segala hama penyakit,
dan bisa membantu untuk mendapatkan hasil panen yang banyak. Kegiatan pemujaan ini
dilakukan karena mereka percaya dengan adanya Dewi Sri dan ucapan syukur terima kasih
mereka pada leluhur dan Dewi Sri yang telah membantu dalam bidang pertanian.
Tahap-tahap persiapan dalam pelaksanaan tradisi ”Selamatan Petik Pari” adalah:
1. Menyiapkan sesajen, pada tahap awal pelaksanaan tradisi “Selamatan Petik Pari”
disiapkan terlebih dahulu perlengkapan atau yang disebut dengan uborampe seperti pada
tradisi selamatan yang lain. Uborampe ini terdiri dari, nasi, sayuran yang diurap, ikan
asin, telur rebus, aneka ragam kue tradisional dan lain- lain.
2. Tokoh adat dan sesepuh desa bersama- sama menuju ke sawah yang siap dipanen.
Bersama para ibu-ibu dan tokoh adat membawa sesajian berupa makanan, uborampe,
dan alat-alat ritual dalam berdoa, jika yang melaksanakan hajat adalah yang beragama
islam maka doa dipimpin oleh tokoh adat agama Islam dengan membaca doa selamat.
3. Meletakan sesajian di sawah, sesudah mereka melaksanakan doa pada sesajen, tokoh
adat bersama para tetua bersama-sama membawa sesajen itu kesawah dan meletakan
sesajen di pinggir setiap petak sawah, kemudian menyiram air yang sudah didoakan ke
setiap sudut sawah, lalu membakar kemeyan sambil membaca mantra. Jerami dan dupa
yang sudah di bakar dibacakan juga lalu para tetua adat memotong seikat padi dan
setalah mereka melakukan ritual tersebut para tetua adat bersama tokoh masyarakat
kembali ke rumah dan meletakan padi yang sudah diikat di simpan didalam lumbung
padi.
Tradisi ”Selamatan Petik Pari” dilaksanakan pada masa panen tiba, ketika padi
sudah saatnya itu panen karena sudah menguning. Diharapkan pelaksanaan tradisi”
Selamatan Petik Pari” membantu para masyarakat petani pada kesuburan tanaman padi.
Karena masyarakat petani Desa Petungsewu percaya bahwa semua berkat bantuan Dewi
Sri. Kesakralan ini yang menyebabkan lumbung sebagai tempat penyimpanan padi