EFEKTIVITAS
PENAMBAHAN DAUN KELOR PADA NUGGET CUMI-CUMI�
UNTUK PENCEGAHAN STUNTING DI DESA PADANG KECAMATAN MANGGENG Syahfitri
1 Desi Susanti 2 Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Teuku Umar, Indonesia1 Fakultas Pertanian
Universitas Teuku Umar, Indonesia2 |
|
Diterima: 26 Januari 2022 Direvisi: 15 Februari 2022 Disetujui: 15 Februari 2022 |
Abstrak Stunting
merupakan masalah gizi kronis yang terjadi karena asupan zat gizi yang kurang
dalam jangka waktu yang lama. Sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan yang
ditandai dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur. Untuk itu
diperlukan makanan yang bergizi untuk pencegahan stunting. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan daun kelor
terhadap tingkat kesukaan nugget cumi-cumi. Metode penelitian yang digunakan
adalah eksperimen dengan komposisi perlakuan yang diberikan terdiri dari
empat taraf yaitu Ac (tanpa penambahan daun kelor ), A1 (cumi-cumi 100 g + daun
kelor 10 g), A2 (cumi-cumi 150 g + daun kelor 20 g) dan A3 (cumi-cumi 200 g +
daun kelor 30� g). pengujian ini
dilakukan oleh panelis yang berjumlah 20 orang terdiri dari kader posyandu
dan Tim penggerak PKK. Parameter yang di uji adalah uji organoleptik meliputi
rasa, aroma, tekstur, dan warna. Penelitian ini dianalisis menggunakan
analisis varian ANOVA. Hasil penelitian terbaik berdasarkan parameter adalah
formulasi A1 (10 gram daun kelor dan 100 gram cumi - cumi) dengan
karakteristik rasa gurih (4.70), aroma daging cumi-cumi dapat tercium (4.55),
tekstur padat, sangat kompak dan kenyal (4.25), dan� warna hijau menarik (4.30), perlakuan
tersebut berbeda nyata lebih tinggi dibanding dengan perlakuan lainnya Kata kunci : Cumi � Cumi, Daun Kelor, Nugget, Stunting. Abstract Stunting is a chronic nutrional problem that
occurs due to insufficient intake of nutrients in the long term. This cauces
growth disorders characterized by height that is not in accordance with age.
For this reason, nutritious food is needed to prevent stunting.. The purpose of this study was to determine the effect
of adding mringa leaves to the level of preference for squid nuggets. The
research method used was an axperiment wit the formulation of the treatment
given consisting of four levels, namely Ac (without with the formulation of
the treatment given consisting f four levels, namely Ac
(without the addition of Moringa leaves), A1 (100 g squid + 10 g Moringa
leaves), A2 (150 g squid + 20 g Moringa leaves). ) and A3 (squid 200 g + Moringa
leaves 30 g). This test was carried out by a panel of 20 people consisting of
posyandu cadres and the PKK driving team. The parameters tested were
organoleptic tests including taste, aroma, texture, and color. This study was
analyzed using ANOVA analysis of variance. The best research results based on
parameters were the A1 formulation (10 grams of Moringa leaves and 100 grams
of squid) with a savory taste characteristic (4.70), the aroma of squid meat
could be smelled (4.55), dense texture, very compact and chewy (4.25), and an
attractive green color (4.30) Keywords : Moringa Leaves, Nuggets, Stunting, Squid |
Masalah gizi
merupakan masalah kesehatan yang dihadapi dunia, terutama di negara-negara
miskin dan berkembang seperti Indonesia termasuk di provinsi Aceh (Putri, 2017). Masalah gizi umumnya sering terjadi pada balita
dan ibu hamil, salah satunya adalah prevalensi stunting. Stunting merupakan
masalah gizi kronis yang terjadi karena asupan zat gizi yang kurang dalam
jangka waktu yang lama. Sehingga menyebabkan gangguan pertumbuhan yang ditandai
dengan tinggi badan yang tidak sesuai dengan umur. Stunting dapat terjadi mulai
dari janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2016). Konsekuensi akibat stunting dapat
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada masa balita, rendahnya fungsi
kognitif psikologis pada masa sekolah. Stunting juga dapat merugikan kesehatan
jangka panjang dan pada saat dewasa dapat mempengaruhi produktifitas kerja,
resiko kegemukan dan memicu penyakit sindrom metabolic, hiperensi, jantung
koroner, stroke, dan diabetes militus tipe 2 (World Health
Organization, 2014). Berdasarkan hasil survei Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS 2018) kasus stunting secara nasional mencapai 30,8% dari keseluruhan
jumlah balita Di Indonesia. Provinsi Aceh�
termasuk kelompok provinsi dengan angka kejadian stunting 37,3% pada
balita. Data tahun 2021 menunjukkan bahwa terdapat disparatis yang sangat
tinggi pada beberapa kabupaten yang berada di lingkup Provinsi Aceh prevalensi
stunting melebihi angka rata-rata provinsi. Dari 21 kabupaten/kota, diantaranya
Kabupaten Aceh Barat Daya khususnya di Kecamatan Manggeng, Desa Padang terdapat
3 dari 10 anak mengalami stunting. Pemberian makanan yang kaya akan kandungan
protein pada ibu hamil dan balita merupakan salah satu cara untuk pencegahan
stunting.
Cumi-cumi merupakan
salah satu hewan laut jenis seafood yang memiliki kandungan gizi yang cukup
tinggi yaitu protein berkisar (15-20%), mineral, natrium, kalium, fosfor,
kalsium, magnesium, dan selenium. Cumi-cumi juga merupakan sumber vitamin
seperti vitamin B1 (tiamin), B2 (ribofavin), B12, niasin, asam folat, dan
vitamin larut lemak (A, D, E, K) (Ensminger dkk,
1995). Menurut hasil penelitian (Agusandi,
Supriadi, & Lestari, 2013) Cumi-cumi mengandung protein 16,1 g,� energy sebesar 75 kilokalori, karbohidrat 0,1
g, lemak 0,7 g, kalsium 32 mg, fosfor 200 mg, dan zat besi 1,8 mg. kandungan
mineral seperti fosfor dan kalsium yang baik bagi pertumbuhan tulang anak-anak.
Selain itu daging cumi-cumi memiliki keunggulan�
dibandingkan dengan hewan hasil laut lainnya yaitu tidak ada tulang
belakang, mudah dicerna, memiliki rasa dan aroma yang khas, serta mengandung
semua jenis asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh antara lain :
leusin, lisin, dan fenilalanin (Jumiati,
Ratnasari, & Sudianto, 2019). Untuk meningkatkan pemanfaatan cumi - cumi
sebagai makanan pencegah stunting, maka perlu dicampur bahan lain, salah satu
bahan yang potensial sebagai makanan pencegah stunting adalah daun kelor.
Daun kelor memiliki
kandungan gizi yang tinggi, Dalam setiap 100 gram daun kelor mengandung 82,0
kalori; 6,7 g protein; 1,7 g lemak; 14,3 g karbohidrat; 440,0 mg kalsium; 70,0
mg fosfor; 7,0 mg zat besi; 11.300,0 SI vitamin A; 0,21 mg vitamin B1; 220,0 mg
vitamin C; dan 75,0 g air, bagian yang dapat dimakan (bbd) sebesar 65%
(Rukmana, 2005). Daun kelor digunakan sebagai bahan pangan untuk mengatasi
masalah kekurangan gizi pada anak-anak dan ibu hamil dalam upaya untuk
meningkatkan sistem kekebalan tubuh(Rahayu & Nurindahsari,
2018). Salah satu yang paling menonjol dari kandungan tanaman kelor yaitu
antioksidan, kandungan antioksidan sangat diperlukan oleh tubuh untuk menjaga
sistem kekebalan dan imun tubuh agar terhindar dari penyakit. Kandungan
antioksidan kelor terdapat pada daunnya yaitu tanin, steroid, triterpenoid,
flavonoid, saponin, antarquinon, dan alkaloid (Kasolo et al, 2010, dalam
Hardiati, 2015).
Pembuatan nungget
cumi-cumi dengan penambahan daun kelor (Moringa oleifera) merupakan modifikasi
terbaru sebagai salah satu cara penganekaraman pangan makanan untuk pemenuhan
gizi pada anak balita maupun ibu hamil. Nugget merupakan makanan ringan yang
disukai oleh anak-anak memiliki kandungan kalsium dan protein tinggi. Tujuan
pembuatan nungget cumi-cumi dengan penambahan daun kelor adalah sebagai
pemenuhan gizi pada batita, balita dan ibu hamil. Dibutuhkan komposisi yang
tepat untuk menghasilkan nuget cumi - cumi yang dusukai oleh anak - anak dan
ibu hamil, namun belum ada penelitian yang menemukan komposisi yang tepat dalam
pembuatan nuget cumi - cumi yang dicampur dengan daun kelor. Untuk itu perlu
dilakukan penelitian tentang efektifitas penambahan daun kelor pada nuget cumi
- cumi sebagai makanan pencegahan stunting, sehingga kejadian stunting di desa
Padang dapat diatasi dan angka kejadian stunting di Kabupaten Aceh Barat Daya
menurun.
Lokasi Penelitian
Pembuatan nugget
cumi-cumi dengan penambahan daun kelor dilakukan di posko pencegahan stunting
di Desa Padang Kecamatan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya pada bulan November
2021.
Metode
Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen yang melibatkan kader
posyandu dan tim penggerak PKK sebagai panelis panelis sebanyak 20 orang.� Penelitian ini menggunakan rancangan acak
kelompok (RAK) 2 faktor yaitu jumlah cumi-cumi dan jumlah daun kelor. sehingga
didapatkan 4 kombinasi perlakuan setiap perlakuan dilakukan 5 kali pengulangan
sehingga diperoleh 20 satuan percobaan. Teknik Pengumpulan Data dalam
penelitian ini antara lain dengan uji hedonik menggunakan 5 skala penlaian
yaitu : (Sangat suka: 5), (Suka: 4), (Netral: 3), (kurang suka: 2), (tidak
suka:1) meliputi rasa, aroma, warna, dan tekstur. Data dianalisis menggunakan
analisis varian (ANOVA). Perhitungan data tersebut dianalisis menggunakan program
SPSS.
Alat dan Bahan
Penelitian
Alat yang digunakan
untuk membuat nugget cumi-cumi meliputi wadah plastik, pengaduk, wajan, sutel,
talenan, sendok, panci, kompor gas, pisau, loyang stainless, timbangan
analitik, blender, dan kuesioner uji organoleptik.
Bahan yang digunakan
untuk pembuatan nuggets adalah daun kelor yang segar yang diperoleh dari
pekarangan rumah di desa Padang Kecamatan Manggeng Kabupaten Aceh Barat Daya.
Cumi-cumi diperoleh dari pasar ikan di Desa Padang Kecamatan Manggeng Kabupaten
Aceh Barat Daya. bahan lainnya yaitu 200 gram tepung tapioka, 200 gram tepung
terigu, 500 gram tepung panir, 5 siung bawang putih, 3 butir telur, 1 sdm
garam, 1 sdm kaldu bubuk, 1 sdm gula pasir, 1 sdm lada bubuk dan 200 ml air.
Tabel 1. Komposisi
pembuatan nugget cumi-cumi dengan penambahan daun kelor
Bahan |
Perlakuan |
|||
Ac |
A1 |
A2 |
A3 |
|
Cumi-cumi |
150 g |
100 g |
150 g |
200g |
Daun Kelor |
0 g |
10 g |
20 g |
A3 |
Tepung Terigu |
50 g |
50 g |
50 g |
50 g |
Mizena |
20 g |
20 g |
20 g |
20 g |
Bawang Bombay |
25 g |
25 g |
25 g |
25 g |
Gula |
� sdt |
� sdt |
� sdt |
� sdt |
Garam |
� sdt |
� sdt |
� sdt |
� sdt |
Lada Bubuk |
� sdt |
� sdt |
� sdt |
� sdt |
Margarin |
1sdm |
1sdm |
1sdm |
1sdm |
Bawang Putih |
2 Siung |
2 Siung |
2 Siung |
2 Siung |
Air |
200ml |
200ml |
200ml |
200ml |
Telur Ayam |
2 Butir |
2 Butir |
2 Butir |
2 Butir |
Tepung Panir |
1 Bungkus |
1 Bungkus |
1 Bungkus |
1 Bungkus |
Daun Salam |
2 Lembar |
2 Lembar |
2 Lembar |
2 Lembar |
Serai |
1 Batang |
1 Batang |
1 Batang |
1 Batang |
Sumber: Modifikasi dari Andriani dan
Wirjatmadi (2012) dan Rustaman (2015)
Proses Pembuatan
Nungget Cumi Daun Kelor
Yang pertama, bahan
untuk pembuatan nugget yang terdiri dari cumi-cumi dan daun kelor dibersihkan
dan ditimbang sesui dengan perlakuan , Ac(150 g cumi + 0 g daun kelor ), A1(100
g cumi + 10 gram daun kelor), A2(150 g cumi + 20 gram daun kelor), A3(200 g
cumi + 30 gram daun kelor), dan A4(220 g cumi + 40 gram daun kelor).Bahan yang
telah dibersihkan dimasukkan kedalam blender beserta bumbu-bumbu sesuai
perlakuan yaitu, (bawang putih 2 siung, bawang Bombay 25g, gula � sdt, garam �
sdt, dan lada bubuk � sdt) lalu tambahkan air 200ml.
Selanjutnya daun
kelor dimasukkan kedalam alat pemotong untuk pengecilan ukuran.� Masukkan kedalam food processor cumi-cumi
yang yang telah di potong-potong fillet beserta, bawang putih, lada bubuk,
garam dan gula lalu tambahkan air sesui dengan perlakuan. Kemudian campurkan semua bahan yaitu cumi-cumi
yang telah diblender, tepung terigu, tepung maizena dan daun kelor lalu aduk
hingga merata.
Masukkan adonan
kedalam loyang stainless yang telah diolesi margarin lalu kukus selama 30 menit.
Proses pengukusan menggunakan air yang telah di tambahkan dengan daun salam dan
batang serai.Cetak nugget sesui selera, celupkan kedalam telur kocok, lalu
baluri dengan tepung panir.Goreng hingga coklat keemasan dan nugget siap
disajikan.
Penilaian
organoleptik terhadap nugget cumi-cumi dengan jumlah penambahan daun kelor yang
berbeda pada setiap perlakuannya dilakukan oleh 20 orang panelis agak terlatih
untuk pengujian� mutu produk yang
dihasilkan. Uji organoleptik atau uji indra merupakan cara pengujian dengan
menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan
terhadap suatu produk. Dalam penelitian bahan pangan, sifat yang menentuan
diterima atau tidak suatu produk adalah sifat sensorinya. Indera yang digunakan
dalam menilai sifat sensori adalah indera perasa, indera peraba, indera
penglihatan, dan indera peciuman. Sedangkan kuesioner merupakan alat bantu
berupa daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang (responden) yang akan
diukur (Ningrum, 2017). Hasil uji organoleptik merupakan hasil pengujian
yang dilakukan untuk mengetahui penerimaan masyarakat terhadap produk nugget
cumi-cumi dengan penambahan daun kelor (Muliawati, 2015). Uji organoleptic bertujuan untuk mengetahhui
tingkat kesukaan suatu produk berdasarkan parameter rasa, aroma, tekstur dan
warna.
Table 1. Hasil uji hedonik nugget cumi daun kelor
Perlakuan |
Parameter |
||||
Rasa |
Aroma |
Tekstur |
Warna |
Keseluruhan |
|
Ac (150 g CC + 0 g DK) |
3.95c |
4.05b |
3.75b |
3.75c |
3.68 |
A1(100 g CC + 10 g DK) |
4.70d |
4.55c |
4.25d |
4.30d |
3.38 |
A2 (150 g CC + 20 g DK) |
3.35b |
2.50a |
3.50b |
3.15b |
3.55 |
A3 (200 g CC + 30 g DK) |
2.75a |
2.45a |
2.70a |
2.15a |
3.33 |
Keterangan : Nilai dengan superskrip
yang berbeda pada baris (abc) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Sumber: Olahan data SPSS
Nilai Rasa
Hasil nilai
rata-rata uji organoleptik terhadap aroma nugget cui-cumi dengan penmbahan
tepung labu dapat dilihat pada tabel 2.
Table 2. hasil uji
hedonik rasa nugget cumi dengan penambahan daun kelor
Perlakuan |
Rata-rata |
Ac |
3.95c |
A1 |
4.70d |
A2 |
3.35b |
A3 |
2.75a |
Keterangan : Nilai dengan superskrip
yang berbeda pada baris (abc) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
�Sumber: Olahan data SPSS
Rataan hasil uji
hedonik nugget yang berbahan dasar cumi-cumi dan daun kelor dapat dilihat pada
Tabel 3. Pada Tabel tersebut terlihat bahwa perlakuan A1 yaitu (100 gram cumi +
10 gram daun kelor) berpengaruh nyata lebih tinggi� (P<0.05) dibandingkan dengan perlakuan
yang lainnya. Yohana (2016) (dalam Aliyah,
2019) menyatakan bahwa rasa merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan keputusan akhir konsumen untuk menerima atau menolak suatu produk
pangan. Fortifikasi nugget cumi-cumi Ac & A2 memiliki nilai yang masih bisa
diterima oleh responden karena persentasenya yang sedikit, Sehingga tidak
signifikan mempengaruhi rasa. Hasil tersebut menggambarkan bahwa semakin tinggi
jumlah penambahan daun kelor semakin menurunkan tingkat kesukaan responden
terhadap rasa nugget. Hal ini dapat dilihat pada pelakuan A3 dengan jumlah
konsentrasi penambahan daun kelor sebanyak 30 gram terjadi penurunan daya� terima terhadap nugget. Penambahan jumlah
daun kelor berpengaruh terhadap rasa nugget disebabkan kelor mengandung tannin
yang menimbulkan rasa sepat karena terjadi penggumpalan protein yang melapisi
rongga mulut dan lidah, atau karena terjadi penyamakan pada lapisan mukosa
mulut sehingga menimbulkan rasa sepat (Muchtadi, dkk., 2011) Tanin banyak
dijumpai di alam yang terdapat pada bagian tumbuhan khususnya tanaman di daerah
tropis pada daun dan kulit kayu. Tanin dapat menyebabkan rasa sepat karena saat
dikonsumsi akan terbentuk ikatan silang antara tanin dengan protein atau
glikoprotein di rongga mulut sehingga menimbulkan perasaan kering dan berkerut
(jamriati (dalam Wijayanti,
2016). Foild et al. (2007) dalam (dalam Wijayanti,
2016), menambahkan bahwa kandungan tanin dalam daun kelor sebanyak 1,4%.
Nilai Aroma
Hasil nilai
rata-rata uji organoleptik terhadap aroma nugget cui-cumi dengan penmbahan daun
kelor dapat dilihat pada tabel 4.
Table 4. hasil uji
hedonik rasa nugget cumi dengan penambahan daun kelor
Perlakuan |
Rata-rata |
Ac |
4.05b |
A1 |
4.55c |
A2 |
2.50a |
A3 |
2.45a |
Keterangan : Nilai dengan superskrip
yang berbeda pada baris (abc) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Aroma merupakan
penilaian bau yang dilakukakan oleh indra penciuman yaitu hidung. Menurut Hadi
dan Siratunnisak (2016) aroma dalam suatu produk makanan merupakan faktor yang
penting dalam menentukan tingkat penentuan konsumen pada penentuan kelezatan
bahan makanan, biasanya seseorang dapat menilai lezat atau tidaknya suatu bahan
makanan dari aroma yang ditimbulkan.
Berdasarkan hasil
analisis sidik ragam didapatkan aroma yang paling disukai oleh panelis tim
penggerak PKK dan para kader posyandu adalah pada perlakuan A1 (100gram + daun
kelor 10gram) dengan nilai rata-rata yaitu (���� 4.55)
memiliki kriteria aroma cumi-cumi yang gurih, perlakuan tersebut berbeda nyata
lebih tinggi (P<0.05) dibandingkan dengan perlakuan A2 (150 gram+daun kelor
20 gram) dan A3 (200 gram+daun kelor 30 gram) dengan nilai rata-rata terendah
yang memiliki kriteria aroma daun kelor sangat terasa. hal ini menunjukkan
bahwa jumlah daun kelor dengan proporsi yang sesuai pada 10 gram (A1) dapat
menghasilkan aroma yang baik sehinnga banyak disukai oleh panelis. Apabila
semakin banyak jumlah penambahan daun kelor yang ditambahkan akan menyebabkan
aroma daging cumi-cumi dan bahan tambahan yang digunakan semakain hilang. Hal
ini disebabkan oleh daun kelor mengandung enzim lipoksidasea yang memiliki
aroma tajam yang khas (Krisnadi, 2012). Sebagaimana menurut Fellows (1990) sayuran berwarna hijau yang mengandung minyak
atsiri dan enzim lipoksidasea yang menyebabkan aroma lungu yang tidak enak.
Nilai Tekstur
Hasil nilai
rata-rata uji organoleptik terhadap tekstur nugget cumi-cumi dengan penambahan
tepung labu dapat dilihat pada tabel 5.
Table 5. hasil uji hedonik rasa nugget cumi dengan
penambahan daun kelor
Perlakuan |
Rata-rata |
Ac |
3.75b |
A1 |
4.25d |
A2 |
3.50b |
A3 |
2.70a |
Keterangan : Nilai dengan superskrip
yang berbeda pada baris (abc) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Sumber: olahan data SPSS
Hasil analisis sidik
ragam yang tercantum pada tabel 5 menunjukan bahwa penambahan daun kelor
terhadap nugget berpengaruh nyata terhadap tekstur. Nilai rata-rata tekstur
nugget cumi-cumi dengan penambahan daun kelor tertinggi terdapat pada perlakuan
A1 (4.25) yang memiliki kriteria terkstur yang padat, kenyal, dan gurih. Hal
ini menunjukkan bahwa campuran cumi-cumi�
sebanyak 100-10 gram dengan daun kelor 10 gram merupakan perlakuan
terbaik sehingga konsumen menyukai testur nugget cumi-cumi. Sedangkan rata-rata
terendah tekstur nugget terdapat pada perlakuan A3 (2.70) dengan kriteria
kurang padat, Kurang kenyal dan kurang gurih.�
Hal ini disebabkan oleh suatu produk berkaitan dengan kadar air. Tekstur
makanan merupakan ciri suatu bahan makanan sebagai akibat perpaduan dari
beberapa sifat fisik yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah, dan unsur-unsur
pembentukan bahan yang dapat dirasakan oleh indera mulut dan penglihatan (Midayanto &
Yuwono, 2014)
Nilai Warna
Hasil nilai
rata-rata uji organoleptik terhadap aroma nugget cui-cumi dengan penmbahan daun
kelor dapat dilihat pada tabel 4.
Table 6. hasil uji hedonik nugget cumi daun kelor
Perlakuan |
Rata-rata |
Ac |
3.75c |
A1 |
4.30d |
A2 |
3.15b |
A3 |
2.15a |
Keterangan : Nilai dengan superskrip
yang berbeda pada baris (abc) menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05)
Sumber: olahan data SPSS
Berdasarkan hasil
uji hedonik menggunakan tabel ANOVA dapat diketahui bahwa nilai terbaik untuk
optimasi warna adalah sampel dengan perlakuan A1 (100 gram cumi-cumi+10 gram
daun kelor) perlakuan tersebut mempunyai nilai optimasi tertinggi dibandingkan
dengan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah penambahan daun kelor
berpengaruh terhadap warna karena kandungan klorofil zat warna pada daun kelor
lepas pada saat proses pemanasan. Daun kelor mengandung klorofil (zat warna
hijau daun) dengan konsentrasi tinggi. Kandungan klorofil dalam daun kelor
kering sebanyak 162 mg per 8 gram. Dengan demikian didalam 30 gram ekstrak daun
kelor terdapat 4.860 mg atau 4,9 gram klorofil (Krisnadi, 2015). (Nasrullah, Husain,
& Syahrir, 2020) mengatakan jika pemanasan hingga suhu hingga suhu
500C belum menyebabkan degradasi yang signifikan terhadap klorofil. Pada
pemanasan 60-900C mulai terjadi degradasi yang signifikan. Pada suhu 60-700C
terjadi degradasi klorofil karena lepasnya molekul klorofil. Dengan demikian
jumlah proporsi daun kelor 40 gram (A3) menjadi alasan panelis kurang menyukai
warna dari nugget. Warna merupakan salah satu atribut sensori yang dinilai
dengan indra penglihatan. Winarno (1992) (dalam Sidi,
Widowati, & Nursiwi, 2014) menyatakan warna merupakan karakteristik utama
dari suatu produk. Hampir 60% penerimaan terhadap suatu produk ditentukan oleh
warna warna suatu produk dapat menyebabkan seseorang menerima atau sebaliknya.
Produk tersebut memberikan kenyamanan atau ketidaknyamanan, bahkan bisa
mempengaruhi nafsu makan.
Desa Padang
Kecamatan Manggeng memiliki sumber daya alam yang melimpah baik itu nabati maupun
hewani (cumi-cumi dan daun kelor) dapat berpotensi menjadi peluang untuk
mensejahterakan masyarakat sekaligus penurunan angka kejadian stunting. potensi
ini yan menjadi dasar peneliti untuk melakukan pengabdian di desa padang dalam
bentuk pengembangan industri kuliner rumahan yang berasal dari cumi dan daun
kelor berupa nugget.. Produk olahan ini dapat dipasarkan untuk meningkatkan
status ekonomi keluarga atau dikosumsi untuk memperbaiki status gizi.
Masyarakat juga perlu memahami pentingnya protein dan kandungan gizi lainnya
yang terdapat dalam nugget sebagai salah satu cara memperbaiki gizi.
Setelah dilakukan
uji organoleptik nugget cumi-cumi dan daun kelor didapatkan bahwa nugget
cumi-cumi dengan daun kelor dapat diterima oleh panelis kader posyandu dan tim
penggerak PKK dapat di terima. dan para kader tertarik untuk mengembangkan
produk ini karena dapat berpotensi sebagai makanan bergizi dan dipasarkan untuk
meningkatkan ekonomi keluarga.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan daun kelor terhadap
nugget cumi-cumi berpengaruh nyata terhadap nilai uji organoleptik nugget. Kemudian,
formulasi terbaik dengan nilai rata-rata tertinggi nugget cumi daun kelor yaitu
pada perlakuan A1 dengan komposisi 10 gram daun kelor dan 100 gram cumi - cumi.
DAFTAR PUSTAKA
Agusandi, Agusandi,
Supriadi, Agus, & Lestari, Shanti Dwita. (2013). pengaruh penambahan tinta
cumi-cumi (Loligo sp) terhadap kualitas nutrisi dan penerimaan sensoris mi
basah. Jurnal Fishtech, 2(1), 22�37.
Aliyah, Q. (2019). Penggunaan gum arab sebagai bulking agent
pada pembuatan minuman serbuk instan labu kuning dengan menggunakan metode Foam
Mat Drying. EDUFORTECH, 4(2).
Ensminger, A. H. M. E. Ensminger, J. E. Konlande, And J. R.
K. Robson. (1995). The Concise Encyclopedia Of Foods And Nutrion. Boca
Raton: CRC Press.
Fellows, P. (1990). Food Processing Technologi: Principal
and Practice. New York: Elis Harwood.
Jumiati, J., Ratnasari, D., & Sudianto, A. (2019).
Pengaruh Penggunaan Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) Terhadap Mutu Kerupuk
Cumi (Loligo sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan, 11(1),
55�61.
Krisnadi, A. D. (2012). Kelor Super Nutrisi. Retrieved
November 10, 2013, from Kelorina website: http://kelorina.com
Krisnadi, A. D. (2015). Kelor Super Nutrisi. Kunduran
Blora: Moringa Indonesia.
Midayanto, Dedy Nur, & Yuwono, Sudarminto Setyo. (2014).
Penentuan Atribut Mutu Tekstur Tahu Untuk Direkomendasikan Sebagai Syarat
Tambahan Dalam Standar Nasional Indonesia [in Press Oktober 2014]. Jurnal
Pangan Dan Agroindustri, 2(4), 259�267.
Muliawati. (2015). Dalam jurnal Pembuatan Nugget Jamur
Merang. Riau: Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Nasrullah, Nasrullah, Husain, Halimah, & Syahrir, Muh.
(2020). Pengaruh Suhu Dan Waktu Pemanasan Terhadap Stabilitas Pigmen Antosianin
Ekstrak Asam Sitrat Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrizus) Dan Aplikasi
Pada Bahan Pangan. Chemica: Jurnal Ilmiah Kimia Dan Pendidikan Kimia, 21(2),
150�162.
Ningrum, Lestari. (2017). How The Panelists Votes Chicken
Ballotine With Analog Chicken Turkey and Duck. International Journal of
Innovative Science and Research Technology, 2(4).
Putri, Bella Anisa. (2017). KERJASAMA PEMERINTAH
INDONESIA-UNICEF (UNITED NATIONS INTERNATIONAL CHILDREN�S EMERGENCY FUND) DALAM
MENGATASI GIZI BURUK PADA ANAK-ANAK DI NTT. PERPUSTAKAAN.
Rahayu, T. B., & Nurindahsari, Y. A. W. (2018). Peningkatan
status gizi balita melalui pemberian daun kelor (Moringa oleifera).
Sidi, Nurila Ciptaning, Widowati, Esti, & Nursiwi, Asri.
(2014). Pengaruh Penambahan Karagenan pada Karakteristik Fisikokimia dan
Sensoris Fruit Leather Nanas (Ananas Comosus L. Merr.) dan Wortel (Daucus
Carota). Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 3(4).
Wijayanti, Sandya Sari. (2016). Pengaruh Jumlah Susu Skim dan
Daun Kelor (Moringa oleifera) Terhadap Sifat Organoleptik dan Kecepatan Meleleh
Es Krim. Jurnal Tata Boga, 5(3).
World Health Organization (WHO). (2014). WHA global
nutrition targets 2025 : Stunting policy brief. Geneva: WHO.