Jurnal Sosial dan Teknologi
(SOSTECH) Volume
2, Number 2, Februari 2021
ANALISIS PENYEBARAN MERKURI PADA LAHAN BEKAS
PENGOLAHAN EMAS TAMBANG RAKYAT DI KABUPATEN MINAHASA UTARA Stefan Daniel Maramis1, Rika Ernawati2,
Waterman Sulistyana Bargawa3, Tedy Agung Cahyadi4, dan Edy Nursanto5 UPN Veteran Yogyakarta, Magister Teknik Pertambangan, Indonesia1,2,3,4,
5 1[email protected], 2[email protected], 3[email protected], 4[email protected], 5[email protected] |
|
||
|
Diterima: 26
Januari 2022 Direvisi: 14 Februari 2022 Disetujui: 15 Februari 2022 |
Abstrak Proses
pengolahan emas secara tradisional yang diterapkan di daerah Tatelu Minahasa
utara menggunakan teknologi sederhana dengan merkuri sebagai bahan penangkap
emas melalui proses amalgamasi. Merkuri hasil pengolahan emas akan menyebar
pada lingkungan di sekitarnya, jika merkuri terpapar pada tanah dalam jangka
waktu lama maka racun ini akan menumpuk dan suatu saat akan menimbulkan
gangguan kesehatan pada manusia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat pencemaran dan penyebaran konsentrasi logam berat merkuri (Hg) yang
di indikasikan terdapat pada lahan di sekitar lokasi penelitian. Fokus penelitian
ini yaitu untuk menganalisis penyebaran kontaminan Merkuri dalam tanah dengan
menggunakan Metode Uji Mercury Analyzer
untuk mengukur nilai kandungan Merkuri, Metode Geostatistik untuk
menggambarkan distribusi pemodelan sebaran merkuri (Hg) di Desa Tatelu
dilakukan menggunakan metode Ordinary Kriging. Berdasarkan analisis
semivariogram dihasilkan parameter estimasi menggunakan model Exponential.
Parameter tersebut digunakan dalam estimasi menggunakan kriging. Sebaran
merkuri (Hg) pada lokasi yang tidak memiliki data pada daerah utara terlihat
lebih rendah yaitu sekitar 0,16�1,07 mg/kg. Hal ini dipengaruhi kadar sampel
pada lokasi tersebut relatif rendah. Sedangkan pada bagian selatan dapat
dilihat penyebaran merkuri (Hg) lebih tinggi dengan rentang kadar yaitu
sekitar 7,3-49,8 mg/kg. Kata kunci: Pengolahan Emas, Logam Merkuri, Geostatistik Abstract The traditional gold processing process applied
in the northern Minahasa Tatelu area uses simple technology with mercury as a
gold catcher through an amalgamation process. Mercury from gold processing
will spread to the surrounding environment, if mercury is exposed to the soil
for a long time then this poison will accumulate and one day will cause
health problems in humans. This study aims to determine the level of
pollution and the distribution of the concentration of heavy metal mercury
(Hg) which is indicated to be found in the land around the research location.
The focus of this research is to analyze the distribution of Mercury
contaminants in the soil using the Mercury Analyzer Test Method to measure
the value of the Mercury content, Geostatistical Methods to describe the
distribution of mercury (Hg) distribution in Tatelu Village using the
Ordinary Kriging method. Based on semivariogram analysis, parameter
estimation using the Exponential model is generated. These parameters are
used in the estimation using kriging. The distribution of mercury (Hg) in
locations that do not have data in the northern region looks lower, around
0.16�1.07 mg/kg. This is influenced by the relatively low sample rate at that
location. While in the southern part, it can be seen that the distribution of
mercury (Hg) is higher with levels ranging from 7.3 to 49.8 mg/kg. Keywords: Gold Processing, Mercury Metal, Geostatistics |
|
How to cite: E-ISSN: 2774-5155 Published
by: Green
Publisher Maramis, S. D., Ernawati, R., Bargawa W. S., Cahyadi, T. A.,
& Nursanto, E. (2022). Analisis Penyebaran Merkuri pada Lahan
Bekas Pengolahan Emas Tambang Rakyat di Kabupaten Minahasa Utara.
Jurnal Sosial dan Teknologi
(SOSTECH), 2(2): 125-131
Analisis
Penyebaran Merkuri pada Lahan Bekas Pengolahan Emas Tambang Rakyat di
Kabupaten Minahasa Utara
Kontaminan logam berat dalam tanah
telah menjadi masalah serius secara global (Wan,
Lei, & Chen, 2016). Sejumlah logam berat berbahaya dapat masuk ke
dalam tubuh manusia dari tanah yang terkontaminasi melalui jalur paparan
seperti konsumsi langsung atau tidak langsung, penghirupan dan kontak kulit
yang berpotensi berdampak pada kesehatan manusia (Engwa dkk, 2019) yang menyebabkan berbagai efek kesehatan, dan
risiko kesehatan rumit oleh keadaan oksidasi dan perbedaan terkait dalam
bioavailabilitas (Sonone dkk, 2020). Banyak sumber kontaminasi logam berat yang
tersebar luas (Hanebuth et al, 2018). Memahami konsentrasi logam berat dalam
skala regional sangat relevan bagi para pembuat kebijakan (Hou dkk,
2017). Studi tanah regional membantu memandu tindakan dalam memerangi mata
rantai polutan. Penting untuk memahami semua ketidakpastian mengenai
konsentrasi kontaminan, bentuk, distribusi spasial dan perubahan temporal.
Proses pengolahan emas secara
tradisional yang diterapkan di daerah Tatelu menggunakan teknologi sederhana
dengan merkuri sebagai bahan penangkap emas melalui proses amalgamasi (Banunaek, 2016). Dalam aktivitas pengolahan emas ini digunakan
metode amalgamasi (Kahhat dkk, 2019). Amalgamasi adalah proses ekstraksi emas dengan
mencampurkan bijih emas dengan merkuri (Hg) (Balzino dkk, 2015). Dalam proses ini akan terbentuk ikatan senyawa
antara Emas, Perak, dan Merkuri itu sendiri yang biasa dikenal sebagai amalgam
(Au-Hg) (Gnesin, 2015). �Di satu
sisi metode ekstraksi emas ini menguntungkan karena mudah dilakukan, efektif
mengikat bijih emas dan mudah dibawa karena merkuri bersifat cair, akan tetapi
penggunaan merkuri dengan metode amalgamasi ini akan memberi dampak
membahayakan bagi lingkungan (Rodr�guez & L�pez-Delgado, 2012). Merkuri adalah salah satu logam berat yang
sangat beracun yang mudah terserap oleh media lingkungan di sekitarnya (Raj
& Maiti, 2019). Racun Merkuri ini adalah racun yang kumulatif,
dalam arti bila lingkungan di sekitarnya terpapar dalam jangka waktu lama maka
racun ini akan menumpuk dan suatu saat akan menimbulkan gangguan kesehatan pada
manusia (Balali-Mood dkk, 2021).
Penelitian terdahulu yang menjadi
pertimbangan peneliti untuk melakukan penelitian ini yaitu penelitian yang
dilakukan oleh Wawo dkk, (2017) yang mana dalam penelitian tersebut menggunakan
metode AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) dan ditemukan
hasil penelitian bahwa tanah yang berada disekitar pertambangan rakyat telah
mencemari lingkungan, sedangkan tanah yang berada dekat sungai masuk dalam
konsentrasi normal. Penelitian yang dilakukan oleh Mirdat dkk, (2013), dengan menggunakan metode metode survey dan
analisis laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan merkuri
pada semua sampel tanah dan tailing sangat tinggi dari ambang batas yang di
tentukan. Penelitian yang dilakukan oleh Kitong dkk, (2012), yaitu menggunakan metode Cold Vapor-Atomic Absorption Spectrometry (CV-AAS) dan Atomic Absorption Spectrometry (AAS).
Dari hasil� penelitian ini menunjukkan
konsentrasi total merkuri dan arsen tertinggi adalah di Desa Karimbow I yang
merupakan daerah pertambangan emas rakyat. Berdasarkan penelitian tersebut
peneliti melakukan penelitian�
menggunakan metode uji Mercury
Analyzer dan
metode geostatistik yaitu metode kriging untuk menganalisis penyebaran
logam merkuri pada area penelitian.
Dapat diperhatikan dari bahaya yang
ditimbulkan oleh logam berat merkuri (Hg) jika terakumulasi dalam tanah dan
sedimen, maka dalam hal ini perlu dilakukan analisis tingkat pencemaran logam
berat pada tanah dan kualitas sedimen yaitu analisis kualitas tanah dan
sedimen. berdasarkan data kandungan logam berat dengan menggunakan beberapa
indikator. yang dapat dikelompokkan menjadi satu indeks. Metode yang digunakan
untuk menganalisis penyebaran cemaran merkuri adalah metode Kriging. Bobot kriging diperoleh dari estimasi varians minimum dengan memperluas
penggunaan semivariogram. Penduga
kriging adalah penduga tak bias dan jumlah semua bobot adalah satu. Bobot ini
digunakan untuk memperkirakan nilai ketebalan, tinggi, grade atau variabel
lainnya (Bargawa, 2020). Dalam perkembangannya, banyak metode kriging
yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai kasus dalam data geostatistik,
misalnya terdapat sampel kandungan mineral yang tidak memiliki kecenderungan
tertentu. Metode kriging yang cocok untuk menyelesaikan kasus ini adalah
kriging biasa karena metode ini dapat digunakan ketika mean populasi tidak (Bargawa, 2020). Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui tingkat pencemaran dan sebaran konsentrasi logam berat merkuri (Hg)
yang terindikasi terdapat pada lahan sekitar lokasi penelitian. Sehingga hasil
penelitian dapat bermanfaat sebagai referensi atau acuan peta
penyebaran kontaminan merkuri dalam tanah akibat kegiatan pengolahan emas
tradisional di Desa Tatelu dalam skala kecil maupun dalam skala yang lebih
luas. penelitian ini juga dapat bermanfaat apabila diperlukan suatu strategi
pengelolaan dan pemulihan lingkungan.
Metode dalam penelitian ini meliputi tahap persiapan, tinjauan pustaka,
dan aspek-aspek yang terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Kemudian
melakukan pengenalan dan observasi langsung di lapangan objek penelitian. Survei
lapangan, metode ini merupakan suatu metode pengamatan, pencatatan, dan
pengukuran untuk memperoleh data dan karakteristik lahan yang diamati secara
langsung, pada tahap ini dilakukan random sampling. Sampel yang diambil adalah
sampel tanah/sedimen sebanyak 20 sampel tanah. Titik pengambilan sampel
ditentukan berdasarkan lokasi tambang dengan radius area 100 m2 di sekitar
penambangan dan pengolahan emas rakyat yang diperkirakan berpotensi terjadinya
pencemaran, metode pengambilan sampel tanah adalah dengan menggunakan metode
zigzag pada lapisan tanah pucuk yaitu pada kedalaman 30 cm dari permukaan
tanah.
Setelah pengambilan sampel dilakukan Metode uji laboratorium bertujuan
untuk menguji kandungan logam berat yang terdapat pada sampel tailing dan
sedimen yang berada di lokasi penelitian menggunakan Metode uji Mercury
Analyzer Hasil Uji lab konsentrasi logam berat yang di dapat dari
laboratorium analisis Mercury Analyzer kemudian
dilakukan analisis yaitu, Analisis Statistik Deskriptif, Analisis Statistik
Spasial, dan Analisis Penyebaran Logam Berat Menggunakan Metoda Geostatistik
(Ordinary Kriging).
Pengambilan sampel dilakukan di Desa
Tatelu, Kecamatan Dimembe, Kabupaten Minahasa Utara, Provinsi Sulawesi Utara.
Lahan pada lokasi pengambilan sampel merupakan lahan bekas pengolahan emas yang
sudah tidak beroperasi selama 10 tahun. Meskipun sudah 10 tahun tetapi lahan
tersebut masih terdapat kandungan merkuri (Hg). Penelitian ini menggonakan
metode kriging sebagai estimator yang akurat setelah dilakukan eksperimental
terhadap dua metode yaitu IDW dan Ordinary
Kriging. Hasil cross validation
menunjukan bahwa IDW memiliki nilai ME dan RMSE yang sangat besar.
Pad metode Geostatistik terdapat dua
faktor yang menentukan bentuk sebaran, yaitu nilai (bobot) dan jarak. Nilai
ditentukan dengan metode pengambilan sampel dan analisis, sedangkan jarak
ditentukan oleh penentuan lokasi pengambilan sampel. Nilai dan jarak ini
membentuk dasar untuk korelasi spasial antara titik sampel. Karakter
anisotropik (perbedaan nilai untuk arah yang berbeda) dapat dihitung
berdasarkan variogram yang dihasilkan. Dengan variogram maka kuantifikasi nilai
di antara dua conto data yang berbeda nilai dan terpisah pada jarak tertentu
dapat ditentukan. Fitting variogram dilakukan untuk mencocokan variogram
eksperimental dengan variogram teoritis. Ada 3 model variogram yang digunakan
yaitu spherical, eksponential dan gaussian.
Basis data assay adalah data hasil analisis
laboratorium yang digunakan sebagai dasar dalam pemodelan penyebaran kontaminan
Merkuri dalam tanah. Hasil analisis laboratorium untuk konsentrasi Merkuri pada
conto tanah dapat dilihat berdasarkan tabel 1 berikut.
Tabel 1. Konsentrasi Merkuri dalam conto tanah
Sampel |
X |
Y |
Hg |
A-01 |
721891.164 |
10170122.345 |
0.17 |
A-02 |
721905.074 |
10170124.509 |
0.45 |
A-03 |
721919.603 |
10170127.287 |
0.19 |
B-01 |
721814.810 |
10170108.449 |
1.13 |
C-01 |
721878.832 |
10170084.546 |
0.53 |
C-02 |
721893.371 |
10170076.265 |
0.23 |
C-03 |
721910.381 |
10170070.751 |
1.75 |
D-01 |
721867.743 |
10170039.989 |
49.8 |
E-01 |
721970.9438 |
10170108.29 |
1.1 |
E-02 |
721953.3168 |
10170112.57 |
5.13 |
E-03 |
721935.3824 |
10170115.01 |
1.61 |
F-01 |
722206.7227 |
10169908.2 |
46.3 |
F-02 |
722193.4324 |
10169903.58 |
1.04 |
G-01 |
722171.485 |
10169899.26 |
0.78 |
H-01 |
722167.5217 |
10169839.35 |
2.31 |
H-02 |
722176.1883 |
10169828.91 |
0.81 |
H-03 |
722187.0195 |
10169818.17 |
2.61 |
I-01 |
722374.4708 |
10170051.83 |
0.09 |
I-02 |
722361.1572 |
10170072.09 |
0.79 |
I-03 |
722349.0804 |
10170092.36 |
0.11 |
Sumber
: Lab. SGS WLN Manado
Berdasarkan tabel di atas yang dibaca sebagai
konsentrasi Merkuri adalah kolom Hg (mg/kg). Umumnya satuan ini juga sering
disebut dengan satuan ppm yang artinya adalah part per million atau satu per
1,000,0000. Mg/kg adalah sama dengan 1/1,000,000 karena satu kilogram sama
dengan 1,000,000 mg. Sebagai contoh nilai konsentrasi Merkuri pada C-03 adalah
1,75 mg/kg maka angka tersebut menjelaskan bahwa dalam 1 Kg conto tanah WS-20
terdapat 1,75 mg unsur Merkuri.
Analisis statistik dilakukan terhadap data assay
dan komposit. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui bentuk distribusi data
yang digunakan. Tabulasi statistik data dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini
Tabel 2. Analisis Statistik Kadar
Merkuri
Parameter |
Value |
Minimum Value |
0,09 |
Maximum Value |
49,80 |
2nd Highest |
46,30 |
3rd Highest |
5,13 |
4th Highest |
2,61 |
N |
20 |
Mean |
5,85 |
Variance |
210,02 |
Standard Deviation |
14,49 |
Coeff. of Variation |
2,48 |
Median |
0,93 |
Skewness |
2,86 |
Kurtosis |
6,98 |
Sumber: Aplikasi ArcGis 10.8
Analisis
Statistik Spasial
Analisis variogram dilakukan untuk mengetahui
karakteristik korelasi spasial atau tingkat kemiripan (variabilitas) dari data kadar Merkuri di daerah penelitian.
Parameter arah yang digunakan berdasarkan proses eksperimental yang dilakukan
pada berbagai arah. Fitting variogram
dilakukan untuk membandingkan antara model variogram teoritis dengan variogram
eksperimental. Hasil fitting variogram dapat dilihat pada gambar 1 sampai
gambar 3 di bawah ini
Gambar 1 Fitting variogram model spherical
(Sumber: ArcGis 10.8)
Gambar 2 Fitting variogram model exponential
(Sumber: ArcGis 10.8)
Gambar 3 Fitting variogram model Gaussian (Sumber: ArcGis 10.8)
Berdasarkan analisis semivariogram yang telah
ditentukan diperoleh parameter nugget,
sill, range (major range dan minor range), dan arah sumbu distribusi data.
Hasil data analisis semivariogram terlihat Pada berikut.
Variogram Model |
Main Direction |
Range (m) |
Nugget (C0) |
sill |
ME |
RMSE |
|
Major |
Minor |
||||||
Spherical |
1230 |
222,6 |
74,8 |
30,99 |
214 |
0,037 |
0,97 |
Exponential |
1150 |
234,87 |
78,93 |
0,01 |
251 |
0,035 |
0,95 |
Gaussian |
1500 |
222,6 |
75 |
82 |
170,5 |
0,008 |
1,23 |
Berdasarkan tabel perbandingan model variogram
langkah selanjutnya adalah menentukan model yang terbaik berdasarkan parameter
ME (Median Error) dan RMSE (Root Mean Square Error). ME atau Mean
Error sering digunakan untuk menaksir ketepatan pada mean data.
Dalam perhitungan ME berdistribusi normal dengan mean dan varians.
Jadi penaksir mean bertambah dengan meningkatnya ukuran conto. Sedangkan
RMSE atau Root Mean Square Error adalah nilai penaksiran terhadap
standar deviasi dari suatu conto. Hasil estimasi dianggap akurat apabila nilai
ME mendekati 0 (nol) dan nilai RMSE semakin kecil.
Berdasarkan tabel 3 diatas model eksponential memiliki
hasil yang lebih akurat dibanding model yang lain. Model eksponential memiliki
nilai ME 0,035 dan RMSE 0,95. Sedangkan model spherical menghasilkan ME
0,037 dan RMSE 0,97 dan model gaussian menghasilkan ME 0,008 dan RMSE
1,23. Model spherical memiliki nilai ME dan RMSE yang tidak jauh berbeda
dengan exponential, tapi nilai nugget pada model spherical tinggi
yaitu 30,99. Nilai nugget yang tinggi menunjukkan tingkat variasi makin tinggi
pula, dan nugget yang paling tinggi adalah model gaussian yaitu
82. Nilai nugget yang paling rendah adalah model exponential yaitu
0,01 sehingga model exponential adalah model yang akurat digunakan.
Peta
Penyebaran Kontaminan Merkuri
Berdasarkan hasil analisis semivariogram yang
telah melalui tahapan-tahapan di atas dan interpolasi variabel data maka
penyebaran konsentrasi Merkuri dipresentasikan sebagaimana pada Gambar 4 Peta
penyebaran pencemaran kontaminan Merkuri di Desa Tatelu, Kec. Minahasa Utara
Gambar 4 Penyebaran
Kontaminan Merkuri di Desa Tatelu (Sumber: Aplikasi ArcGis 10.8)
Terlihat pada gambar di atas terjadi interpolasi
kontinyu dari titik-titik conto yang menyebabkan beberapa lokasi tanpa data di
lapangan menunjukkan nilai pada range data. Penyebaran pencemaran Merkuri
dilakukan dengan interpolasi terhadap nilai statistik rata-rata sehingga lokasi
tanpa data menjadi memiliki nilai. Peta penyebaran pencemaran Merkuri
menunjukkan warna kuning pada sebagian besar lokasi sekitar data, dan warna
biru di lokasi tanpa data. Sedangkan terdapat warna merah pada titik tertentu,
warna merah-orange ini menunjukan kadar mekuri yang tinggi yaitu pada range
7,3-49,8 mg/kg. Sedangkan warna biru adalah data dengan range 0,09 � 0,3 mg/kg
dan warna kuning dengan range 1-3,6 mg/kg. Hal ini muncul dikarenakan metode
ini terbatas pada pendistribusian data pada range konsentrasi Merkuri terendah
hingga tertinggi yaitu 0,09-49,8 mg/kg
KESIMPULAN
Pemodelan
sebaran merkuri (Hg) di Desa Tatelu dilakukan menggunakan metode Ordinary
Kriging. Berdasarkan analisis semivariogram dihasilkan parameter estimasi
menggunakan model Exponential. Parameter tersebut digunakan dalam
estimasi menggunakan kriging. Sebaran merkuri (Hg) pada lokasi yang tidak
memiliki data pada daerah utara terlihat lebih rendah yaitu sekitar 0,16 �
1,07� mg/kg. Hal ini dipengaruhi kadar
sampel pada lokasi tersebut relatif rendah. Sedangkan pada� bagian selatan dapat dilihat penyebaran
merkuri (Hg)� lebih tinggi dengan rentang
kadar yaitu sekitar 7,3 - 49,8 mg/kg. Lahan
bekas pengolahan emas tergolong lahan yang tercemar sehingga perlu dilakukan
penelitian lanjutan tentang pengolahan lahan tercemar
Balali-Mood,
Mahdi, Naseri, Kobra, Tahergorabi, Zoya, Khazdair, Mohammad Reza, &
Sadeghi, Mahmood. (2021). Toxic mechanisms of five heavy metals: mercury, lead,
chromium, cadmium, and arsenic. Frontiers in Pharmacology, 12.
Balzino, Michela,
Seccatore, Jacopo, Marin, Tatiane, De Tomi, Giorgio, & Veiga, Marcello M.
(2015). Gold losses and mercury recovery in artisanal gold mining on the
Madeira River, Brazil. Journal of Cleaner Production, 102,
370�377.
Banunaek, Zofar Agluis.
(2016). Pencemaran Merkuri di Lahan Pertambangan Emas Rakyat Dan Strategi
Pengendaliannya. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Bargawa, Waterman
Sulistyana. (2020). Simulasi Perubahan Model Variogram Untuk Estimasi Memakai
Teknik Block Kriging. Jurnal Teknologi Pertambangan, 6(1).
Engwa, G. Azeh,
Ferdinand, P. Udoka, Nwalo, F. Nweke, & Unachukwu, Marian N. (2019).
Mechanism and health effects of heavy metal toxicity in humans. Poisoning in
the Modern World-New Tricks for an Old Dog, 10.
Gnesin, G. G. (2015).
Metals and Alloys of Bronze Age: from Middle to Modern Times. II. Gold, Silver,
Tin, Lead, Mercury, and Their Alloys. Powder Metallurgy and Metal Ceramics,
53(11), 722�732.
Hou, Deyi, O�Connor,
David, Nathanail, Paul, Tian, Li, & Ma, Yan. (2017). Integrated GIS and
multivariate statistical analysis for regional scale assessment of heavy metal
soil contamination: A critical review. Environmental Pollution, 231,
1188�1200.
Kahhat, Ramzy, Parodi,
Eduardo, Larrea-Gallegos, Gustavo, Mesta, Carlos, & V�zquez-Rowe, Ian.
(2019). Environmental impacts of the life cycle of alluvial gold mining in the
Peruvian Amazon rainforest. Science of The Total Environment, 662,
940�951.
Kitong, Melin T.,
Abidjulu, Jemmy, & Koleangan, Harry S. (2012). Analisis merkuri (Hg) dan
arsen (As) di sedimen sungai Ranoyapo kecamatan Amurang Sulawesi Utara. Jurnal
MIPA, 1(1), 16�19.
Mirdat, S., Pata�dungan,
Yosep S., & Isrun, B. (2013). Status logam berat merkuri (Hg) dalam
tanah pada kawasan pengolahan tambang emas di kelurahan Poboya, Kota Palu.
Tadulako University.
Raj, Deep, &
Maiti, Subodh Kumar. (2019). Sources, toxicity, and remediation of mercury: an
essence review. Environmental Monitoring and Assessment, 191(9),
1�22.
Rodr�guez, Olga, Padilla,
Isabel, Tayibi, Hanan, & L�pez-Delgado, Aurora. (2012). Concerns on liquid
mercury and mercury-containing wastes: A review of the treatment technologies
for the safe storage. Journal of Environmental Management, 101,
197�205.
Sonone, Swaroop S.,
Jadhav, Swapnali, Sankhla, Mahipal Singh, & Kumar, Rajeev. (2020). Water
contamination by heavy metals and their toxic effect on aquaculture and human
health through food Chain. Letters in Applied NanoBioScience, 10(2),
2148�2166.
Wan, Xiaoming, Lei,
Mei, & Chen, Tongbin. (2016). Cost�benefit calculation of phytoremediation
technology for heavy-metal-contaminated soil. Science of the Total
Environment, 563, 796�802.
Wawo, Rahmah
Hidayanti Andi, Widodo, Sri, Jafar, Nurliah, & Yusuf, Firman Nullah.
(2017). Analisis Pengaruh Penambangan Emas Terhadap Kondisi Tanah pada
Pertambangan Rakyat Poboya Palu, Provinsi Sulawesi Tengah. Jurnal Geomine,
5(3).