Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH) Volume 2, Number 4, April 2022
IMPLEMENTASI
HADIS DALAM MEMBENTUK KARAKTER SISWA DI SDIT MADANI PARUNG PANJANG PADA
PEMBELAJARAN PAI Fauziah
1, Elisa2, Dewi Indrawati3 Sekolah Tinggi Agama Islam Fatahillah, Indonesia1,2,3 |
|
Diterima: 26 Maret 2022 Direvisi: 12
April 2022 Disetujui: 14
April 2022 |
Abstrak Pendidikan karakter adalah
proses transfer keilmuan yang dimaksudkan untuk membangun peserta didik
menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab dan percaya diri dalam
kehidupannya sehari-hari. Pendidikan dan pembinaan karakter peserta didik
seyogyanya menjadi yang utama, karena pribadi peserta didik akan menjadi
wajah dari Lembaga pendidikan tersebut, terlepas dari baik atau buruknya
kepribadian peserta didiknya. �di
antara berbagai cara yang relevan untuk meningkatkan karakter peserta didik
adalah dengan mempelajari hadis tentang kemandirian, yang mana pelajaran hadis
tersebut sudah teruji dapat meningkatkan kemandirian, tanggung jawab dan
percaya diri peserta didik yang diperagakan oleh para guru sebagai contoh dan
suri teladan mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
keefektifan pembelajaran hadis dalam membangun karakter peserta didik di SDIT
Madani Parung Panjang, Bogor. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara, pengumpulan data dan angket.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1. Pembelajaran hadis dikelas III sangat
relevan bagi keseharian peserta didik, 2. Peserta didik cenderung lebih
disiplin, 3. Peserta didik mampu membedakan antara sesuatu yang baik dan
buruk. Kata kunci: Pendidikan
karakter, Budaya Sekolah, Disiplin dan Tanggung Jawab Abstract Character
education is a scientific transfer process that is intended to build students
into independent, responsible and confident individuals in their daily lives.
Education and character building of students should be the main thing,
because the students' personalities will be the face of the educational
institution, regardless of the good or bad personality of the students. Among
the various relevant ways to improve the character of students is to study
the hadith about independence, in which the hadith lessons have been proven
to increase the independence, responsibility and confidence of students who
are demonstrated by the teachers as their examples and role models. The
purpose of this study was to determine the effectiveness of hadith learning
in building the character of students at SDIT Madani Parung Panjang, Bogor.
This study uses a qualitative approach obtained from the results of
interviews, data collection and questionnaires. The results of the study show
that: 1. Learning hadith in class III is very relevant to the daily life of
students, 2. Students tend to be more disciplined, 3. Students are able to
distinguish between good and bad things. Keywords: character education, school,
discipline end responsibility |
Kemandirian dalam belajar
diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya lebih didorong oleh
kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajaran,
mengemukakan bahwa kemandirian belajar yaitu proses ketika individu mengambil
inisiatif sendiri, dengan atau tanpa bantuan orang lain, untuk mendiagnosis
kebutuhan belajar (Aini & Taman, 2012).
Memformulasikan tujuan
belajar, mengidentifikasi sumber belajar, memilih dan menentukan pendekatan
strategi belajar, dan melakukan evaluasi hasil belajar yang dicapai. Sejalan
dengan beberapa pendapat tersebut, menyebut kemandirian belajar dengan istilah
belajar mandiri (Nurdyansyah & Fahyuni, 2016). Belajar mandiri adalah
kegiatan belajar aktif, yang didorong oleh niat atau motif untuk menguasai
suatu kompetensi guna mengatasi suatu masalah, dan dibangun dengan bekal
pengetahuan atau kompetensi yang telah dimiliki (Firmadani, 2020).
Hal tersebut dilakukan dengan
tujuan untuk memotivasi dan mengajak siswa agar menjadi manusia beradab yang
hafal Al Qur�an dan bermanfaat bagi orang lain (Safitri, 2019). Adab dalam pendidikan ini menekankan pada
perilaku dan kemandirian siswa sehingga dengan perilaku dan kemandirian ini
siswa diharapkan mampu menyelesaikan kewajiban yang menjadi tanggung jawabnya
dan tidak lagi bergantung kepada orang lain (Winarsih, 2020).
Sikap mandiri tidak akan
dimiliki siswa dengan cepat, tetapi harus membutuhkan kesadaran diri, kebiasaan
dan latihan kedisiplinan yang bertahap (Maulana F, 2019). Siswa yang mandiri dalam belajar juga tidak
akan tercipta apabila masih ada kebiasaan tergantung pada orang lain. Siswa
akan mandiri dalam belajar apabila siswa sadar akan pentingnya belajar dalam kehidupannya
(Nasution, 2018).
Siswa yang sudah terbiasa
mandiri dalam sikap maupun perbuatan akan mudah dalam pembelajaran karena siswa
cenderung aktif dalam belajar, hal ini dikarenakan siswa akan berani
mengungkapkan pendapatnya dan mampu mengatasi masalahnya sendiri (Lisdiana, 2017). Sedangkan bagi siswa yang kurang memiliki
kemandirian, mereka akan malu dan takut mengungkapkan pendapatnya dan dalam
menyelesaikan masalahnya mereka cenderung bergantung kepada orang lain.
Rendahnya kemandirian belajar
siswa ini disebabkan karena siswa menganggap matematika pelajaran yang sulit
untuk dipelajari (Fatimah, 2016). Selain itu saat mengerjakan soal yang
diberikan guru, banyak siswa yang tidak percaya pada kemampuan dirinya sendiri (Hendriana, 2014). Siswa sering menyontek dan bertanya kepada
temannya pada saat mengerjakan soal, padahal jawaban yang diberikan oleh
temannya belum tentu benar. Hal ini berarti dalam diri siswa tersebut
kemandirian belajarnya masih kurang karena siswa yang mandiri dalam belajar
akan mampu mengatasi masalah belajarnya sendiri dan mampu mengatur dirinya
sendiri (Bunandar et al., 2016).
Pendidikan karakter adalah
suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi
komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan
nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama lingkungan,
maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. memang dalam upaya
peningkatan iman dan takwa bukan hanya menjadi tanggung jawab guru pendidikan
agama Islam saja, tetapi menjadi tanggung jawab bersama seluruh komponen
pendidikan disekolah termasuk stakeholder
pendidikan (Citra, 2012).
Di antara masalah pendidikan
nilai dan karakter di SD adalah rasa tanggung jawab dan rasa memiliki fasilitas
sekolah pada siswa relatif rendah, bahkan ada perilaku yang cenderung merusak
fasilitas sekolah. Masalah lainnya adalah kesantunan dalam bertindak.
��� Kemandirian belajar merupakan substansi
yang esensial di era global untuk dimiliki dan dikembangkan oleh peserta didik (Purwanti, 2017). Dampak kemandirian belajar akan mendorong
peserta didik (siswa) akan mengelola perilaku mereka, mengajarkan keterampilan
hidup dengan disiplin diri yang tinggi dari peserta didik (Suciati, 2016).
Berdasarkan pemahaman
tersebut, pendidikan agama Islam harus memiliki peran sebagai kompetensi
kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan kompetensi dalam cara
mengajar. Serta dalam satu sekolah dapat menciptakan suasana
kondusif bagi proses pendidikan dengan manajemen sekolah yang dikembangkan
dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang baik (Budiman, 2013). Disiplin sekolah diorganisasikan di sekolah oleh kepala sekolah bekerja sama dengan
para guru dan mendapat dukungan dari orang tua. Hal ini berdampak besar bagi
perkembangan perilaku dan prestasi siswa (Fajri, 2012).
Pendidikan merupakan suatu
sistem yang saling berkaitan baik itu pendidik, peserta didik dan masyarakat
maupun pemerintah. Untuk merealisasikan tujuan tersebut maka peran guru sangat
penting, sebab guru adalah salah satu komponen dalam proses pembelajaran yang
ikut berperan serta dalam pengembangan sumber daya manusia.
Salah satu usaha untuk meningkatkan
sumber daya manusia adalah melalui proses pembelajaran di sekolah. Pendidikan
guru merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan dikembangkan secara terus menerus. Komponen yang
penting dalam pendidikan adalah guru. Guru merupakan pelaku utama dan berperan
terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Minat, bakat,
kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang
secara optimal tanpa bantuan guru.
��� Pendidikan guru strategis karena guru yang
memiliki dan memilih bahan pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik.
Salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan tugas guru ialah kinerja dalam
merancang, melaksanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran. Penanaman
karakter sejak usia anak-anak sangat penting guna mengatasi masalah-masalah
seperti mengedepankan nafsunya sendiri untuk memuaskan hasrat pribadinya. Tanpa
karakter baik yang tertanam dalam diri masing-masing. Seseorang akan cenderung mengedepankan akalnya sendiri.
Hal ini dipertegas oleh
pendapat bahwa dalam kemandirian belajar terdapat aspek-aspek yang dapat
mendukung keberhasilan siswa dalam meraih prestasi yaitu: bebas, progresif dan
ulet, inisiatif, pengendalian diri dan kemantapan diri. Apabila aspek-aspek
tersebut dimiliki secara optimal oleh subjek penelitian, maka secara tidak
langsung sikap, pola pikir dan perilakunya akan mengarah pada hal-hal yang
mendukung kemandirian belajar. Siswa akan memahami pentingnya arti kemandirian
serta dapat mengetahui bagaimana cara meningkatkan kemandirian belajarnya
dengan keyakinan, kepercayaan pada diri sendiri.
Kemandirian sebagai suatu
kualitas aspek personal merupakan hal yang cukup mendapat perhatian di dunia
pendidikan. Hal ini terbukti dengan dicantumkannya kemandirian sebagai salah
satu sasaran yang hendak dicapai dari sistem pendidikan nasional. Menghadapi
kondisi global yang penuh persaingan, memang kemandirian merupakan salah satu
modal yang ada pada diri individu ,baik itu kemandirian bekerja maupun
kemandirian belajar.
Untuk mencapai kemandirian
tentu saja tidak secara mendadak, tetapi perlu ditumbuhkan sejak dini di segala
sisi. Jika para remaja nantinya akan terjun dimasyarakat dan sekarang sedang
berada dalam proses belajar, maka kemandirian belajar mutlak perlu ditumbuhkan.
Dari uraian di atas, peneliti
tertarik untuk meneliti dan mengkaji implementasi pendidikan kemandirian
sebelum ilmu untuk membentuk perilaku dan kemandirian siswa secara mendalam di
SDIT Madani Parung Panjang. Bagi peneliti, pernyataan ini menarik untuk dikaji
dan diteliti sebagai bahan rujukan dasar seseorang dalam belajar dan
mengajarkan ilmu untuk itu peneliti mencoba mengkajinya.
Peneliti menemukan beberapa
penelitian terkait pembentukan karakter meskipun terdapat perbedaan dari
penelitian yang telah peneliti lakukan. Penelitian-penelitian tersebut adalah
yang dilakukan oleh (Budiman, 2013; Hendriana,
2014; Nasution, 2018). Mereka meneliti pembentukan
karakter siswa dengan aspek yang berbeda. Peneliti berharap penelitian ini akan
bermanfaat bagi para pembaca yang mungkin adalah guru, murid atau peneliti
lain, sehingga dapat mengembangkan penelitian ini menjadi lebih baik lagi.
Dalam
penelitian peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi berperan serta (participant observation).
Waktu penelitian dimulai dari tahap observasi sampai tahap pengumpulan data
yang bertepatan pada tanggal 05 � 25 Februari 2022. Tempat penelitian
dilaksanakan di SDIT Madani di jalan anggur raya no. 1 Perumnas II Kec. Parung
Panjang Kab. Bogor.
1. Hadis dan kandungan dalam
kemandirian siswa
1.1.
Hadis dalam kemandirian
siswa
Kemandirian merupakan salah satu sifat para
nabi. Hal ini diceritakan oleh Rasulullah SAW��
dalam sabdanya berikut ini.
عَنِ المِقْدَامِ
رَضِيَ
اللَّهُ
عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ
اللَّهِ
صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
قَالَ: �مَا
أَكَلَ
أَحَدٌ
طَعَامًا
قَطُّ،
خَيْرًا مِنْ
أَنْ
يَأْكُلَ
مِنْ عَمَلِ
يَدِهِ،
وَإِنَّ
نَبِيَّ
اللَّهِ دَاوُدَ
عَلَيْهِ
السَّلاَمُ،
كَانَ يَأْكُلُ
مِنْ عَمَلِ
يَدِهِ�
Artinya, dari Miqdam, dari Rasulullah SAW.
Beliau bersabda, �Tiada sesuap pun makanan yang lebih baik dari makanan hasil
jerih payahnya sendiri. Sungguh, Nabi Daud AS itu makan dari hasil keringatnya
sendiri,� HR Bukhari.
1.2.
Kandungan hadis tentang
perilaku mandiri
Hadis di atas menerangkan
beberapa hal berikut:
1)
Anjuran untuk mencari rezeki
dengan cara berusaha dan bekerja.
2)
Allah tidak melihat itu
besar atau kecilnya pekerjaan yang Allah lihat adalah
halal atau haramnya pekerjaan.
3)
Lebih baik makan sedikit
dari hasil kerja sendiri yang halal daripada makanan banyak tetapi dari hasil
meminta minta kepada orang lain�
(Mengemis)
4)
Perbuatan meminta minta
(mengemis) adalah perbuatan yang menghina diri sendiri.
5)
Tidak ada kebaikan
meminta-minta dibandingkan dengan kebaikan dalam berusaha sendiri untuk
mendapatkan rezeki yang halal (Muslih, 2014)
2. Hadis dan kandungan dalam kepercayaan
diri
2.1. ��Hadis dalam percaya diri
عَنْ
أَبِي
هُرَيْرَةَرَضِيَ
اللهُ عَنُهُ
قَلَ : قَلَ
رَسُوْلُ
الله صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ :
مِنْ
حُسْنِ
أِسْلاَمِ المَرْءِتَرْكُهُ
مَالاَ
يَعْنِهِ
(رواه الترميز)
Artinya :Abu Hurairah
berkata, Rasulullah SAW bersabda, �Di antara tanda-tanda kebaikan Islam
seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya.�(H.R
Tirmidzi)
�
2.2.
Kandungan hadis tentang
percaya diri
Hadis di atas menerangkan beberapa hal berikut:
1)
Jika manusia mau berusaha
ketika menginginkan sesuatu, maka Allah akan memberikan manusia hasil yang terbaik.
2)
Jika manusia berbuat baik
kepada Allah (ikhlas) maka Allah memberi balasan berlipat ganda.
3)
Jika manusia berbuat
buruk, maka Allah memberi balasan yang setimpal.
4)
Jika manusia berdosa
kemudian bertobat, maka Allah akan mengampuninya.
������������
Berikut ini Hadis tentang bertanggung jawab.
عَنْ
عَبْدِاللهِ
بْنِ
عُمَرَرَضِيَ
اللهٌ
عَنْهُمَا
اَنَّهُ
سَمِعَ
رَسُوْلُ
اللهِ صَلّى
اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
يَقُوْلُ
كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَمَسْئُوْلٌ
عَنْ
رَعِيَّتِهِ.(رواه
البخاري)
Artinya : Abdullah Bin Umar R.A mendengar Rasulullah SAW bersabda,
�Setiap kalian adalah pemimpin� dan akan
diminta pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya�. (H.R Bukhari)
Kunci percaya diri adalah
keyakinan terhadap kemampuan diri kita sendiri, kita harus yakin bahwa kita
kuat dan mampu. Jika kita tidak percaya diri, kita harus merasa kurang dan
tidak mampu. Percaya diri membawa seseorang kepada sikap optimis dalam
menjalani hidup. Percaya diri dan optimis adalah kunci keberhasilan dalam
menghadapi setiap masalah.
3. Program implementasi hadis
pada karakter siswa
Dalam penerapan
pembentukan karakter di SDIT Madani dibutuhkan program yang mendukung untuk menyukseskannya,
�di antara program-program tersebut yaitu:
a.
Memberikan suri teladan
yang baik dan patut untuk dicontoh peserta didik
b.
Melakukan
pembiasaan-pembiasaan kecil seperti merapikan buku, berpakaian rapi, menjalin
kerukunan dengan teman dan lain sebagainya
c.
Menekankan peserta didik
untuk menaati peraturan yang ada di sekolah
d.
Memberikan pekerjaan rumah
yang berupa pembiasaan-pembiasaan baik
e.
Mengadakan event yang melatih tanggung jawab peserta didik sepeti Market
Day, Camp bound dan lain-lain
4. Analisis Faktor Pendukung,
Penghambat Implementasi Pendidikan Karakter Disiplin dan Tanggung Jawab Siswa
SDIT Madani
�� Ditanamkannya karakter disiplin pada diri siswa secara tidak
langsung akan memunculkan karakter lain dalam diri siswa, tak terkecuali akan
muncul rasa tanggung jawab yang akan menjadi sebuah karakter.�
�� Hal yang sangat penting harus diperhatikan bahwa disiplin
merupakan titik masuk bagi pendidikan karakter untuk semua jenjang sekolah,
karena jika tidak ada rasa hormat terhadap aturan, otoritas, dan hak orang
lain, maka tidak akan ada lingkungan yang baik dan nyaman untuk proses belajar
maupun mengajar.
�� Dalam membentuk pendidikan karakter siswa tentunya tidak terlepas
dari upaya yang dilakukan oleh guru itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan di SDIT Madani menyebutkan bahwa faktor pendukung disiplin
dan tanggung jawab siswa meliputi adanya kerja sama antara pihak sekolah dan
orang tua siswa.
�� Hal tersebut sesuai dengan pendapat Purwanto dengan adanya kerja
sama antara sekolah dan keluarga, serta orang tua akan dapat memperoleh
pengetahuan dan pengalaman dari guru dalam hal mendidik anak-anaknya khususnya terkait kedisiplinan dan tanggung
jawab. Sebaliknya, para guru dapat pula memperoleh keterangan-keterangan dari
orang tua tentang kehidupan dan sifat-sifat anaknya. Keterangan-keterangan
orang tua itu sungguh besar gunanya bagi guru dalam memberikan pelajaran dan
pendidikan terhadap murid-muridnya.
�� Sedangkan faktor penghambat implementasi pendidikan karakter
disiplin dan tanggung Jawab siswa di SDIT MADANI meliputi dari siswa itu sendiri,
serta lingkungan keluarga dan masyarakat yang beragam. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Moh.
4.1. Hasil Siswa yang
bertanggung Jawab di dalam sekolah
Maka dapat diketahui bahwa Kepala dan dewan guru sangat
memahami pentingnya pembentukan karakter pada anak. selanjutnya yaitu tentang
dua karakter yang telah dilakukan penelitian atasnya, karakter disiplin dan
tanggung jawab. Dua karakter tersebut diupayakan agar dimiliki murid-murid
dengan penerapan nilai-nilai pendidikan Islam dalam budaya sekolah di SDIT
Madani Parung Panjang Bogor.
4.2. Ciri-ciri siswa
bertanggung jawab di SDIT Madani Parung Panjang Bogor
a. Murid melaksanakan tugas
piketnya ketika pulang sekolah secara teratur. Dalam jamaah Shalat zuhur pun
juga demikian, ada jadwal azan, menjadi imam dan memimpin wiridan yang
dilaksanakan dengan penuh kesadaran tanpa disuruh dua kali.
b. Murid antusias mengikuti
segala rangkaian kegiatan yang ada di sekolah. Seperti upacara, apel pagi, apel
siang, serta Shalat zuhur berjamaah.
c. Murid mau melapor pada
guru ketika tidak mampu mengingatkan temannya yang berbuat salah agar ditangani
oleh guru.
d. Pelaksanaan tugas piket
secara teratur.
e. Peran serta aktif dalam
kegiatan sekolah.
f.
Mengajukan usul pemecahan masalah.
Dengan demikian hampir seluruh murid SD Islam Terpadu
Madani Parung Panjang Bogor, memiliki karakter tanggung jawab dengan upaya-upaya
yang telah dilakukan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil
penelitian, analisis dan penafsiran peneliti data tentang membentuk kemandirian
siswa di SDIT Madani, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan
pembentukan kemandirian siswa diterapkan di SDIT Madani Parung Panjang Bogor
yaitu menjadikan siswa mandiri dalam ruang lingkup proses belajar seperti
mengerjakan tugas, belajar kelompok dan mengerjakan soal di depan.
Untuk tercapainya tujuan
yang diinginkan yaitu siswa dapat hidup mandiri dalam kegiatan sehari-hari maupun
dalam proses belajar yang dilakukan dengan berbagai metode yang digunakan untuk
membentuk kemandirian, percaya diri dan tanggung jawab siswa di SDIT Madani
Parung Panjang Bogor.
Sebagai pembimbing yang
membimbing siswa dalam pembelajaran hingga tercapainya tujuan pembelajaran.
Sebagai fasilitator bekerja sama dengan wali kelas, guru-guru dan orang tua
siswa dalam hal pemberian informasi mengenai pembentukan karakter siswa.
Sebagai evaluator yang mengevaluasi
program-program yang telah dilaksanakan dan bertujuan untuk mengetahui tingkat
keaktifan dan kesadaran siswa dalam belajar dan mengikuti program-program di
SDIT Madani Parung Panjang Bogor.
Aini, P. N., & Taman, A. (2012).
Pengaruh kemandirian belajar dan lingkungan belajar siswa terhadap prestasi
belajar akuntansi siswa kelas xi ips sma negeri 1 sewon bantul tahun ajaran
2010/2011. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, 10(1).
Budiman, A. (2013). Efisiensi
Metode dan Media Pembelajaran dalam Membangun Karakter Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. At-Ta�dib, 8(1).
Citra, Y. (2012). Pelaksanaan
pendidikan karakter dalam pembelajaran. Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus,
1(1), 237�249.
Eny Suryani Bunandar, A. D. E., Eka Setiadi, A., & Didik
Kurniawan, A. (2016). Analisis Kemandirian Belajar Siswa
pada Mata Pelajaran Biologi di kelas X MAS Al-Mustaqim Kubu Raya. Universitas
Muhammadiyah Pontianak.
Fajri, F. M. (2012). Pengaruh Disiplin Lingkungan
Pendidikan terhadap
Hasil Belajar Siswa di Madrasah Aliyah (MA) Nurul Falaah Jalaksana Kabupaten
Kuningan. IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Fatimah, A. E. (2016). Peningkatan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa SMK Negeri
1 Percut Sei Tuan Melalui Pendekatan Differentiated Instruction. MES:
Journal of Mathematics Education and Science, 2(1).
Firmadani, F. (2020). Media
pembelajaran berbasis teknologi sebagai inovasi pembelajaran era revolusi
industri 4.0. KoPeN: Konferensi Pendidikan Nasional, 2(1), 93�97.
Hendriana, H. (2014).
Membangun kepercayaan diri siswa melalui pembelajaran matematika humanis. Jurnal
Pengajaran MIPA, 19(1), 52�60.
Lisdiana, D.
(2017). Meningkatkan Sikap Percaya Diri dan Hasil Belajar Siswa
Subtema Pelestarian Kekayaan Sumber Daya Alam di Indonesia dengan Model
Discovery Learning (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV Semester II
Tahun Ajaran 2016/2017 SDN Kertamulya I Kabupaten Indramayu). FKIP Unpas.
Maulana F, T.
(2019). Pengaruh penggunaan bahan ajar komik berbasis masalah
terhadap kemampuan pemecahan masalah dan kemandirian belajar matematis siswa:
Penelitian RnD dan eksperimen pada siswa kelas VIII MTsN 4 Sukabumi. UIN
Sunan Gunung Djati Bandung.
Muslih, M. (2014). Pendidikan
agama Islam dan budi pekerti: berdasarkan kurikulum 2013 (J. Jauhari
(ed.)). Quadra Inti Solusi.
Nasution, T. (2018). Membangun
kemandirian siswa melalui pendidikan karakter. Ijtimaiyah: Jurnal Pendidikan
Dan Ilmu Sosial, 2(1).
Nurdyansyah, N.,
& Fahyuni, E. F. (2016). Inovasi model pembelajaran sesuai
kurikulum 2013. Nizamia Learning Center.
Purwanti, D. (2017). Pengembangan
Perangkat Pembelajaran Berorientasi Pembelajaran
Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Kemandirian
Belajar Siswa SMA Negeri 1 Kualuh Selatan. Unimed.
Safitri, D. W. I. R. (2019). Pembentukan
Karakter Religius pada Siswa melalui Program Hafalan Al-Qur�an Juz 30 di Madrasah
Ibtidaiyah As-Siddiq Prambon Nganjuk.
Suciati, W. (2016). Kiat Sukses
Melalui Kecerdasan Emosional dan Kemandirian Belajar. Rasibook.
Winarsih, S.
(2020). Implementasi Pendidikan Adab Sebelum Ilmu untuk Membentuk
Perilaku Kemandirian Siswa di MI Muhammadiyah 6 Nglegok Ponorogo.
Universitas Muhammadiyah Ponorogo.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License