Agam Setiawan, Nanda Triandita, Hilka Yuliani
418
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 2, Number 5, Mei 2022
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
PROFIL UJI ORGANOLEPTIK DAN KADAR AIR IKAN LELE ASAP
KABUPATEN ACEH BARAT GAMPONG PASIE PINANG
Agam Setiawan
1
, Nanda Triandita
2
dan Hilka Yuliani
3
Universitas Teuku Umar, Indonesia
1,2,3
1
agams383@gmail.com,
2
nandatriandita@gmail.com dan
3
hilkayuliani@gmail.com
Diterima:
2 April 2022
Direvisi:
10 Mei 2022
Disetujui:
15 Mei 2022
Abstrak
Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan komoditas budi daya ikan air tawar yang
memiliki rasa enak, harga relatif murah, kandungan gizi tinggi pertumbuhan cepat,
mudah berkembang biak, toleransi terhadap mutu air yang kurang baik. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar air ikan lele asap dan uji sensoris ikan
lele asap. Metode dalam penelitian ini berupa eksperimen. Pada awal produksi ikan
lele dibersihkan dan dicuci. Setelah itu ikan lele diasapi selama kurang lebih 7,8, dan
11 jam. 3 sampel akan diambil dalam waktu yang berbeda. Parameter yang diamati
pada sampel adalah kadar air dan analisis sensoris. Sebanyak 35 panelis telah
mengevaluasi 3 sampel untuk warna, rasa, aroma, dan tekstur. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari ketiga sampel produksi lele asap yang diuji. Diketahui.
Berdasarkan uji organoleptik, indikator warna, rasa, aroma dan tekstur ikan lele asap
yang paling disukai terdapat pada sampel ikan asap 11 jam. Dan berdasarkan uji
kadar air kadar air terendah terdapat pada sampel pengasapan 11 jam. Berdasarkan
hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan hasil uji secara
keseluruhan (overall) baik dari indikator warna, rasa, aroma dan tekstur ikan lele
asap yang paling disukai panelis terdapat pada sampel pengasapan 11 jam.
Kata kunci: Ikan Lele, Kadar Air, Analisis Sensorik
Abstract
Catfish (Clarias gariepinus) is a freshwater fish culture commodity that has good
taste, relatively cheap price, high nutritional content, fast growth, easy to breed,
tolerates poor water quality. The purpose of this study was to determine the water
content of smoked catfish and sensory test of smoke catfish. The method of this
research was experimental method. At the beginning of the production the catfish
cleaned and washed. After that the catfish is smoked for about 7,8, and 11 hours. 3
samples will be taken in different time. Parameters observed in the sample are water
content and sensory analysis. A total of 35 panelists have evaluated the 3 sample for
color, taste, scent, and texture. The results showed that of the three samples of
smoked catfish production tested. Known. based on organoleptic tests, the most
preferred indicators of color, taste, aroma and texture of smoked catfish were found
in the 11 hours smoked sample. And based on the water content test the lowest level
of water content were found in the 11 hours smoked sample. Based on the results of
the research that has been carried out, the authors conclude that the overall test
results (overall) both from the indicators of color, taste, aroma and texture of
smoked catfish that are most preferred by panelists are found in the 11-hour smoking
sample.
Keywords: Catfish, Water Content, Sensory Analysis
PROFIL UJI ORGANOLEPTIK DAN KADAR AIR IKAN LELE ASAP KABUPATEN e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Agam Setiawan, Nanda Triandita, Hilka Yuliani
419
PENDAHULUAN
Dikutip dari penelitian Rizal et al. (2018) Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan komoditas
budi daya ikan air tawar yang memiliki rasa enak, harga relatif murah, kandungan gizi tinggi
pertumbuhan cepat, mudah berkembang biak, toleransi terhadap mutu air yang kurang baik, relatif
tahan terhadap penyakit dan dapat dipelihara hampir di semua wadah budi daya sehingga ikan lele
termasuk ke dalam salah satu komoditas ikan yang sangat menjanjikan untuk di budi daya karena
perawatan yang mudah dan hasilnya yang melimpah.
Hasil budi daya ikan lele yang melimpah menjadi salah satu alasan mengapa perlunya
dilakukan pengolahan pada ikan lele guna meningkatkan nilai eknomisnya. Ikan lele umumnya
diolah menjadi abon, kerupuk atau diolah secara tradisional menjadi lele asap (Sulandjari, 2018;
Triana et al., 2021). Salah satu jenis pengolahan yang banyak dijumpai di kalangan masyarakat
adalah pengolahan ikan lele ke dalam bentuk ikan lele asap.
Pemilihan pengolahan ikan lele dengan teknik pengasapan bukan tidak lain karena teknik
pengasapan ini mampu meningkatkan daya awet pada produk ikan lele. Hal ini disebabkan karena
adanya kandungan zat fenol yang terdapat pada asap selama proses pengasapan yang dapat
meningkatkan daya awet ikan (Isamu et al., 2012; Theobald et al., 2012). Di samping itu zat fenol
juga berperan dalam memberikan cita rasa, warna,tekstur dan aroma yang khas pada ikan lele asap
(Babić et al., 2018; T Leksono & Ikhsan, 2020; Tjipto Leksono & Ikhsan, 2016; Leviyani et al.,
2019; Swastawati et al., 2013) Asap terdiri dari berbagai komponen zat kimia seperti fenol, alkohol,
asam organik, keton, formaldehid dan komponen lainnya yang akan mempengaruhi tekstur, rasa,
warna, dan bau pada produk pengasapan (Sari et al., 2017; Winarni & Komarayati, 2021; Zachara
et al., 2017). Lamanya waktu pengasapan juga akan berpengaruh pada kadar asam-asam amino,
vitamin, mineral ikan lele asap (Adeyeye, 2019; Okereke et al., 2013) dan tekstur pada ikan lele asap
(Isamu et al., 2012). Di samping itu pemilihan bahan bakar yang akan digunakan selama proses
pengasapan ikan juga akan berpengaruh terhadap sifat sensoris ikan lele asap (Isamu et al., 2012).
Asap juga dapat menghambat aktifitas enzim pada ikan sehingga akan mempengaruhi umur simpan
dan kualitas ikan lele asap.
Dikalangan masyarakat saat ini dapat dengan mudah ditemui sentral pengasapan yang
mengolah ikan lele menjadi produk ikan lele asap. Salah satu nya adalah Gampong pasie pinang
yang berada di Kecamatan Mereubo, Kabupaten Aceh Barat, sentral pengasapan ini merupakan salah
satu desa unggulan binaan PT Mifa Bersaudara pada program One Village One Product (OVOP)
dengan komoditi produknya yaitu ikan lele asap. Jenis lele yang diolah warga Gampong Pasie Pinang
adalah ikan lele jenis Sangkuriang. Proses pengasapan yang dilakukan masih tergolong tradisional,
yang dilakukan di ruangan terbuka sehingga memungkinkan terjadinya kerusakan mutu pada produk
ikan lele selama produksi. Oleh karena itu, pada setiap produksi ikan lele asap, akan diambil 3
sampel dengan lama pengasapan 7, 9 dan 11 jam. Sampel tersebut nantinya akan diuji, baik uji kadar
air maupun uji organoleptik. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sampel ikan lele asap yang
dapat di terima oleh konsumen. di harapkan dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui waktu
produksi yang tepat bagi produsen untuk menjaga konsistensi produk selama produksi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di laboratorium organoleptik Program Studi Teknologi hasil
Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar Meulaboh. Penelitian ini dilaksanakan pada
Bulan Februari 2022. Bahan yang digunakan adalah ikan lele asap (Clarias batrachus) yang diproleh
dari sentral ikan lele asap di desa Pasie Pinang. Alat yang digunakan dalam penelitian analisa kadar
air adalah oven, desikator, timbangan analitik,gunting,dan cawan untuk uji organoleptik alat yang di
gunakan yaitu polpen,lembar penilaian piring. Uji mutu hedonik yang dilakukan meliputi warna,
aroma, rasa, dan tekstur. Dengan mengumpulkan data dari panelis. Panelis diminta untuk menilai
warna, aroma, rasa dan tekstur pada ikan lele asap. Panelis yang digunakan yaitu panelis semi terlatih
sebanyak 35 orang, dengan kisaran usia 19-22 tahun. Panelis disediakan 3 buah sampel lele asap
PROFIL UJI ORGANOLEPTIK DAN KADAR AIR IKAN LELE ASAP KABUPATEN e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Agam Setiawan, Nanda Triandita, Hilka Yuliani
420
yang diperoleh dari 3 kali produksi dengan kisaran waktu yang berbeda dan telah diberi kode
tertentu. Panelis harus menuliskan tanggapan yang tanggapannya pada formulir yang telah
disiapkan. Kisaran skor yang digunakan dalam pengujian ini yaitu “1” menyatakan sangat tidak suka
“2” tidak suka, “3” biasa saja, “4” suka dan “5” sangat suka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Uji Organoleptik
Uji regresi berganda dilakukan uji asumsi klasik yang mendasari penggunaan analisis regresi
berganda. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, uji heteroskedastisitas,dan uji
multikolinearitas.
1. Warna
Teknik pengasapan dapat memberikan warna yang menarik pada ikan. Warna tersebut
tergantung pada metode dan juga bahan bakar yang di gunakan selama proses pengasapan. Hal ini
sesuai dengan kajian Babić et al. (2018) yang menyatakan bahwa warna ikan asap dipengaruhi
oleh lama pengasapan dan jenis bahan bakar yang digunakan, biasanya warna yang di hasilkan
dari proses pengasapan cenderung berwarna kuning kecoklatan. Hasil uji organoleptik indikator
rasa ikan lele asap pada tabel 1 di bawah menunjukkan bahwa warna yang paling disukai panelis
adalah warna pada sampel pengasapan 9 jam. dan dari hasil tersebut menyatakan bahwa tidak ada
nya perbedaan yang nyata antara rasa suka panelis pada warna ikan lele asap sampel pengasapan
9 jam dan sampel pengasapan 11 jam, dan diketahui adanya perbedaan yang nyata antara rasa suka
panelis pada warna ikan lele asap antara sampel pengasapan 7 jam dengan sampel pengasapan 9
jam dan sampel pengasapan 11 jam.
Tabel 1. Tingkat rasa suka panelis pada warna ikan lele asap dengan waktu pengasapan
yang berbeda pada tiap produksi.
Lele asap
Nilai rata-rata Warna
Pengasapan 7 jam
2,54a ± 1,12
Pengasapan 9 jam
3,54b ± 1,19
Pengasapan 11 jam
3,14b ± 1,03
Sumber: Sampel dengan notasi yang sama bermakna tidak ada perbedaan
yang signifikan pada tingkat alpha 0,05, berdasarkan hasil uji Duncan.
2. Rasa
Parameter rasa merupakan salah satu pengujian yang sangat penting untuk menilai
kualitas ikan asap. Berdasarkan hasil uji organoleptik indikator rasa ikan lele asap, sampel
pengasapan 7 jam merupakan sampel yang paling digemari panelis. Dan dari tabel 2 di bawah
diketahui tidak terdapat perbedaan rasa suka panelis pada rasa ikan lele asap sampel pengasapan
7 jam dan sampel pengasapan 11 jam, dan diketahui terdapat perbedaan yang nyata antara tingkat
rasa suka panelis pada rasa ikan lele asap antara sampel pengasapan 7 jam dan sampel pengasapan
11 jam dengan tingkat rasa suka panelis pada sampel pengasapan 9 jam. Perbedaan rasa ini
biasanya di sebabkan oleh berbagai faktor, Menurut Essumang et al. (2013) metode pengasapan
dan jenis kayu yang digunakan akan berpengaruh terhadap rasa pada ikan asap. Hal inilah yang
menjadi salah satu penyebab adanya perbedaan rasa pada ikan asap.
PROFIL UJI ORGANOLEPTIK DAN KADAR AIR IKAN LELE ASAP KABUPATEN e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Agam Setiawan, Nanda Triandita, Hilka Yuliani
421
Tabel 2. Tingkat rasa suka panelis pada rasa ikan lele asap dengan waktu pengasapan yang
berbeda pada tiap produksi.
Lele asap
Nilai rata-rata Rasa
Pengasapan 7 jam
3,43
a
± 0,94
Pengasapan 9 jam
2,60
b
± 0,97
Pengasapan 11 jam
3,31
b
± 1,07
Sumber: Sampel dengan notasi yang sama bermakna tidak ada perbedaan yang signifikan pada
tingkat alpha 0,05, berdasarkan hasil uji Duncan.
3. Aroma
Parameter aroma merupakan salah satu parameter uji organoleptik yang penting dilakukan,
gunanya adalah untuk mengetahui kualitas aroma pada ikan lele asap. Dan berdasarkan uji
organoleptik indikator aroma ikan lele asap, aroma ikan lele asap yang paling disukai panelis
adalah aroma ikan lele asap sampel pengasapan 9 jam dan sampel pengasapan 11 jam. Menurut
(Alçiçek et al., 2010) adanya aroma atau bau pada ikan asap disebabkan oleh adanya kandungan
fenol pada asap, ikan yang melalui proses pengasapan akan cenderung memiliki rasa yang unik,
hal ini sesuai dengan kajian (Cardinal et al .2006) yang menyatakan bahwa Pengasapan
memberikan konstribusi dalam bau yang khas dengan karakteristik aroma seperti margarin,
karamel, dan kayu yang terbakar. Berdasarkan hasil uji organoleptik aroma pada tabel 3 di bawah
menunjukkan bahwa tidak terdapat adanya perbedaan yang signifikan pada rasa suka panelis
antara aroma sampel pengasapan 9 jam dan sampel pengasapan 11 jam. Adanya perbedaan rasa
suka panelis pada aroma ikan lele asap antara sampel pengasapan 7 jam dengan sampel
pengasapan 9 jam dan sampel pengasapan 11 jam.
Tabel 3. Tingkat rasa suka panelis pada aroma ikan lele asap dengan waktu pengasapan
yang berbeda pada tiap produksi.
Lele asap
Nilai rata-rata Aroma
Pengasapan 7 jam
3,06
a
± 0,93
Pengasapan 9 jam
3,51
b
± 0,91
Pengasapan 11 jam
3,51
b
± 1,07
Sumber: Sampel dengan notasi yang sama bermakna tidak ada perbedaan yang signifikan pada
tingkat alpha 0,05, berdasarkan hasil uji Duncan.
4. Tekstur
Hasil uji organoleptik tekstur ikan lele asap pada tabel 4 di bawah menunjukkan bahwa
tidak ada perbedaan yang nyata antara rasa suka panelis pada tekstur ikan lele asap antara sampel
pengasapan 9 jam dan sampel pengasapan 11 jam. Perbedaan yang nyata pada rasa suka panelis
terhadap tekstur ikan lele asap terjadi antara sampel pengasapan 7 jam dengan sampel pengasapan
9 jam dan sampel pengasapan 11 jam, menurut (Isamu et al., 2012) adanya perbedaan tekstur pada
ikan lele asap tersebut di duga disebabkan adanya perbedaan kadar air pada setiap konsentrasi nya
menyebabkan semakin tinggi kadar air yang terdapat pada ikan asap, maka semakin rendah nilai
teksturnya begitupun sebaliknya kadar air yang rendah, maka semakin tinggi nilai tekstur ikan lele
asap.
Tabel 4. Tingkat rasa suka panelis pada tekstur ikan lele asap dengan waktu pengasapan
yang berbeda pada tiap produksi
Lele asap
Nilai rata-rata Tekstur
Agam Setiawan, Nanda Triandita, Hilka Yuliani
422
0verall
warna
4
3
2
1
0
rasa
pdk1
pdk2
pdk3
tekstur
aroma
PROFIL UJI ORGANOLEPTIK DAN KADAR AIR IKAN LELE ASAP KABUPATEN
ACEH BARAT GAMPONG PASIE PINANG
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Pengasapan 7 jam
3,03
a
± 1,29
Pengasapan 9 jam
2,97
a
± 0,97
Pengasapan 11 jam
3,69
b
± 1,08
Sumber: Sampel dengan notasi yang sama bermakna tidak ada perbedaan yang signifikan pada
tingkat alpha 0,05, berdasarkan hasil uji Duncan.
Berdasarkan hasil uji secara keseluruhan (overall) baik dari indikator warna, rasa, aroma
dan tekstur, sampel ikan lele asap yang paling disukai oleh panelis adalah ikan lele pada produksi
3 hal itu dapat di lihat pada Grafik 1.
Gambar 1. Perbandingan Rasa Suka Panelis Pada Ikan Lele Asap Berdasarkan
Indikator Warna, Rasa, Aroma, Dan Tekstur.
5. Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya kandungan air yang turun dari bahan per satuan waktu,
semakin cepat penguapan kadar air bahan maka akan semakin tinggi tingkat penurunan kadar air.
Penurunan kadar air ini biasanya di sebabkan oleh berbagai faktor. Menurut (Megawati &
Swastawati, 2014; Nashiruddin et al., 2016) adanya penurunan kadar air di pengaruhi oleh adanya
perlakuan sebelum pengasapan seperti penggaraman, penirisan dan perendaman. Tujuan utama
dari proses pengeringan adalah untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan
mikroorganisme dan kegiatan enzimatis yang dapat menyebabkan pembusukan dapat terhambat
atau terhenti. Kadar air pada suatu produk sangat berpengaruh terhadapat mutu produk tersebut
karena air salah satu sarana untuk pertumbuhan dan aktivitas bakteri pembusuk. Semakin rendah
kadar air maka semakin tinggi daya awetnya (Ramadayanti et al., 2019). Untuk hasil uji
kandungan kadar air ikan lele asap dapat di lihat pada Tabel 5. Di bawah:
Tabel 5. Kandungan kadar air ikan leleh asap
lama
pengasapan
Pengulangan
Kadar Air %
Rata-rata
L1.1
50,04%
7
L2.1
54,37%
54,50% ± 0,05
L3.1
59,10%
L1.2
44,77%
9
L2.2
44,37%
44,92% ± 0,01
L3.2
45,62%
L1.3
26,59%
11
L2.2
27,10%
26,77% ± 0,03
L3.3
26,63%
Sumber: Hasil olah data
PROFIL UJI ORGANOLEPTIK DAN KADAR AIR IKAN LELE ASAP KABUPATEN e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Agam Setiawan, Nanda Triandita, Hilka Yuliani
423
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyimpulkan hasil uji
secara keseluruhan (overall) baik dari indikator warna, rasa, aroma dan tekstur ikan lele asap yang
paling disukai panelis terdapat pada sampel pengasapan 11 jam. Berdasarkan hasil pengamatan uji
kadar air diketahui tingkat kandungan kadar air terendah terdapat pada sampel pengasapan 11 jam
yakni sebesar 26,77 persen.
DAFTAR PUSTAKA
Adeyeye, S. A. O. (2019). Smoking of fish: a critical review. Journal of Culinary Science &
Technology, 17(6), 559575.
Babić, J. M., Kartalović, B. D., Škaljac, S., Vidaković, S., Ljubojević, D., Petrović, J. M., Ćirković,
M. A., & Teodorović, V. (2018). Reduction of polycyclic aromatic hydrocarbons in common
carp meat smoked in traditional conditions. Food Additives & Contaminants: Part B, 11(3),
208213.
Essumang, D. K., Dodoo, D. K., & Adjei, J. K. (2013). Effect of smoke generation sources and
smoke curing duration on the levels of polycyclic aromatic hydrocarbon (PAH) in different
suites of fish. Food and chemical toxicology, 58, 8694.
Isamu, K. T., Purnomo, H., & Yuwono, S. S. (2012). Physical, chemical and organoleptic
characteristics of smoked skipjack tuna (Katsuwonus pelamis) produced in Kendari-South East
Sulawesi. African Journal of Biotechnology, 11(91), 1581915822.
Leksono, T, & Ikhsan, M. N. (2020). The effect of different variety of fire-woods on smoking of
selais catfish (Cryptopterus bicirchis). IOP Conference Series: Earth and Environmental
Science, 430(1), 12002.
Leksono, Tjipto, & Ikhsan, M. N. (2016). Study on The Smoking of Catfish (Cryptopterus bicirchis)
Using The Different Kinds of Wood as The Smoke Source.
Leviyani, R. A., Kurniasih, R. A., & Swastawati, F. (2019). Application of liquid smoke for chikuwa
tilapia. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 246(1), 12084.
Megawati, M. T., & Swastawati, F. (2014). Pengaruh pengasapan dengan variasi konsentrasi liquid
smoke tempurung kelapa yang berbeda terhadap kualitas ikan bandeng (Chanos chanos forsk)
asap. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 3(4), 127132.
Nashiruddin, M. K., Swastawati, F., & Susanto, E. (2016). Analisis kadar kolesterol dan kualitas
ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) asap menggunakan asap cair berbeda. Jurnal Pengolahan
dan Bioteknologi Hasil Perikanan, 5(1), 2835.
Okereke, A. N., Opara, J. Y., & Opara, C. (2013). Comparative nutritional composition of smoked
catfish (Clarias gariepinus) produced from NIOMR smoking kiln and local cut-drum oven.
Ramadayanti, R. A., Swastawati, F., & Suharto, S. (2019). Profil Asam Amino Dendeng Giling Ikan
Lele Dumbo (Clarias gariepinus) dengan Penambahan Konsentrasi Asap Cair yang Berbeda
(Amino Acid Profiles of Dumbo Catfish (Clarias gariepinus) Jerked Meat Processed with
Different Concentration of Liquid Smoke). Saintek Perikanan: Indonesian Journal of Fisheries
Science and Technology, 14(2), 136140.
Rizal, A., Yustiati, A., Suryana, A. A. H., & Putro, R. D. (2018). Analisis komparasi keragaan usaha
budidaya Ikan Lele Mutiara (Clarias Gariepinus) dengan dan tanpa sistem bioflok. Jurnal
Perikanan, 8(1), 6570.
Sari, S. R., Agustini, S., Wijaya, A., & Pambayun, R. (2017). Profil mutu ikan lele (Clarias
gariepinus) asap yang diberi perlakuan gambir (Uncaria gambir roxb). Jurnal Dinamika
Penelitian Industri Vol, 28(2).
Sulandjari, R. (2018). Optimalisasi Lahan Sempit untuk Pengelolaan Perikanan Darat dengan Sistem
Budidaya Kolam Terpal dan Aplikasi Hasil yang Berorientasi pada Menu B2SA. Majalah
PROFIL UJI ORGANOLEPTIK DAN KADAR AIR IKAN LELE ASAP KABUPATEN e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Agam Setiawan, Nanda Triandita, Hilka Yuliani
424
Ilmiah Inspiratif, 3(5).
Swastawati, F., Surti, T., Agustini, T. W., & Riyadi, P. H. (2013). Karakteristik kualitas ikan asap
yang diproses menggunakan metode dan jenis ikan berbeda. Jurnal aplikasi teknologi pangan,
2(3).
Theobald, A., Arcella, D., Carere, A., Croera, C., Engel, K.-H., Gott, D., Gürtler, R., Meier, D., Pratt,
I., & Rietjens, I. (2012). Safety assessment of smoke flavouring primary products by the
European Food Safety Authority. Trends in food science & technology, 27(2), 97108.
Triana, N. W., Utami, I., & Suprianti, L. (2021). Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Produksi Abon
Lele di Pondok Pesantren Baitus Surur Mojokerto. Jurnal Abdimas Teknik Kimia, 2(01), 65
69.
Winarni, I., & Komarayati, S. (2021). A review: The utilization and its benefits of liquid smoke from
lignocellulosic waste. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science, 914(1),
12068.
Zachara, A., Gałkowska, D., & Juszczak, L. (2017). Contamination of smoked meat and fish
products from Polish market with polycyclic aromatic hydrocarbons. Food Control, 80, 45
51.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License