Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
MASJID BARU MIFTAHUL JANNAH DALAM MASYARAKAT
INDUSTRI DI PABRIK GULA TULANGAN, SIDOARJO
Imam Ardiansyah dan Rizky Haryanto
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Diterima:
17 Februari 2021
Direvisi:
5 Maret 2021
Disetujui:
14 Maret 2021
Abstrak
Masjid merupakan sarana ibadah umat muslim kepada
Tuhannya. Kegiatan di masjid yang berada dalam lingkungan
pabrik dengan masjid wilayah perkampungan berbeda.
Sebagaimana masjid Miftahul Jannah yang berada di lingkungan
Pabrik Gula Tulangan yang memilki beberapa perbedaan
kegiatan dengan masjid-masjid kampung. Dalam penelitian ini
juga berupaya mengungkap keadaan masyarakat industri di
Pabrik Gula Tulangan Sidoarjo, wujud kegiatan dalam masjid
baru (Miftahul Jannah) dan masjid baru (At-Taqwa) di desa
Tulangan, Sidoarjo, keberadaan masjid baru dalam kerangka
sejarah peradaban Islam. Metode yang digunakan yaitu etnografi
dan etnohistori. Teori yang digunakan yaitu evolusi budaya
merupakan suatu proses evolusi atau prosos perubahan budaya
yang terjadi hingga saat ini. Dengan menggunakan metode
tersebut, peneliti dapat mengungkapkan keadaan masyarakat
industri Pabrik Gula Tulangan terjadi perubahan, dimana
keadaan masyarakat pada awalnya adalah pertanian kemudian
berubah menjadi kawasan industri. Dalam masjid-masjid tersebut
terdapat beberapa perbedaan dalam pelaksanaan salat Jumat,
pada masjid lama (At-Taqwa) terdapat syarat 40 laki-laki,
merdeka, baligh, muqim dan mustautin. Sedangkan pada masjid
baru tidak mensyaratkan muqim dan mustauthin. Dilihat aspek
sejarah peradaban Islam bahwa terjadi perubahan aturan
beragama Islam dalam salat Jumat. Masjid lama masyarakatnya
masih mensyaratkan aturan salat Jumat yaitu muqim dan
mustautin, dan untuk masyarakat baru mengabaikan syarat
muqim dan mustautin.
Kata Kunci: Masjid; Masyarakat; Muqim; Mustautin
Abstract
Mosque is a means of worship of Muslims to their God. Activities
in mosques that are in a factory environment with mosques
different village areas. Like Miftahul Jannah mosque located in
the Gula Tulangan Factory which has some differences in
activities with the village mosques. In this study also tried to
uncover the state of the industrial community in the Sugar
Factory Tulangan Sidoarjo, the existence of activities in the new
Mosque (Miftahul Jannah) and the new Mosque (At-Taqwa) in
the village of Tulangan, Sidoarjo, the existence of a new mosque
in terms of the history of Islamic civilization. The methods used
are Ethnography and Ethnhistori. The theory used is that
cultural evolution is a process of evolution or prosos of cultural
change that occurs until now. By using this method, researchers
can reveal the state of the industrial society Of Sugar Tulangan
156 http://sostech.greenvest.co.id
Masjid baru Miftahul Jannah dalam masyarakat industri SOSTECH, 2021
di Pabrik Gula Tulangan, Sidoarjo
156
159
156
Imam Ardiansyah dan Rizky Haryanto
157
Factory changes, where the state of society at first is agriculture
then turned into an industrial area. In these mosques there are
some differences in the implementation of Friday prayers, in the
old mosque (At-Taqwa) there is a requirement of 40 men, free,
baligh, muqim and mustautin. While in the new Mosque does not
require muqim and mustauthin. It is seen in the historical aspect
of Islamic civilization that there is a change in the rules of Islam
in Friday prayers. The old mosque still requires friday prayer
rules, namely muqim and mustautin, and for the new community
ignores the requirements of muqim and mustautin.
Keywords: Mosque; Community; Muqim; Mustautin
PENDAHULUAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pabrik atau industri di artikan sebagai
bangunan dengan perlengkapan mesin sebagai tempat untuk membuat atau memproduksi
barang tertentu dalam jumlah besar dan kemudian diperdagangkan. Melalui sektor
indutri, Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memperoleh dana
APBD terbesar. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya industri- industri besar yang
berpusat di Jawa Timur, di sini kami akan membahas salah satu perusahaan di Jawa
Timur yakni Pabrik Gula Tulangan yang berada di Kecamatan Tulangan desa Tulangan.
Anggota kelompok kami yang bertempat tinggal di Sidoarjo jadi akan lebih dekat jika
meneliti Pabrik disana, begitupun tentang perkembangan masjid dan ritualitas ibadah di
Pabrik Gula Tulangan. Sejalur dengan perkembangan industri dan juga usaha manusia
untuk menuju taraf hidup yang lebih baik dengan melakukan migrasi ke kawasan indutri.
Kesadaran manusia akan kebutuhan rohani juga tidak terkesampingakan. Maka dari itu,
banyak pabrik-pabrik yang menyediakan fasilitas berupa tempat ibadah seperti masjid
untuk pekerjanya. Dalam kaitannya dengan keberadaan rumah ibadah, Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 menyatakan bahwa, rumah ibadah didirikan untuk
memberikan pelayanan yang baik dan tertib bagi masyarakat pengguna rumah ibadah,
baik untuk keperluan taklim sosial, penataran jemaah maupun peringatan hari besar
keagamaan (Hakim & Isre, 2004). Masjid merupakan tempat ibadah umat Islam yang
berarti tempat sujud. Masjid serupa dengan musala atau pun Surau, namun masjid
memiliki nilai fungsi lebih yaitu digunakan dalam pelaksanaan ritual sholat Jumat.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu mendiskripsikan kondisi dan
keadaan masyarakat industri di Pabrik Gula Tulangan Sidoarjo, mengetahui fungsi sosial
keagamaan masjid bagi masyarakat industri yang ada di Pabrik Gula Tulangan Sidoarjo,
dan mengetahui masjid baru dalam perspektif sejarah peradaban Islam
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode etnografi
(Darmawan, 2008). Jenis penelitian ini tergolong bersifat deskriptif kualitatif lapangan
(qualitative). Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian dengan menggunakan
informasi yang diperoleh dari sasaran penelitian (Kurniawati & Arifin, 2015), yang
selanjutnya disebut informan atau responden melalui instrumen pengumpulan data seperti
angket, wawancara,observasi dan sebagainya (Effendy & Sunarsi, 2020). Adapun metode
penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif
mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi, suatu
program, atau suatu situasi sosial. Sasaran dari penelitian ini adalah masyarakat industri
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
158
http://sostech.greenvest.co.id
di Pabrik Gula Tulangan Sidoarjo. Lokasi penelitian ini adalah pabrik pabrik yang
memiliki masjid yang berada di wilayah Pabrik Gula Tulangan Sidoarjo. Tahap-tahap
penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu
menentukan masalah penelitian. Pada tahap ini peneliti mengadakan studi pendahuluan,
membuat rumusan permasalahan yang akan dijadikan obyek penelitian, memilih lapangan
penelitian, menjajaki tempat rencana penelitian, mengurus surat izin di prodi, menyiapkan
pedoman wawancara, recorder, dan menyiapkan diri sepenuhnya untuk melakukan
penelitian (Masbahah, 2011). Pada tahap ini peneliti akan mengadakan pengumpulan data
secara umum. Kemudian, melakukan observasi dan wawancara mendalam kepada sasaran
penelitian untuk memperoleh informasi luas mengenai hal-hal yang umum. Serta
mengumpulkan data lewat dokumentasi-dokumentasi untuk penyempurnaan data. Untuk
memperoleh ketepatan data dan keakuratan informasi yang akan mendukung penelitian
ini, penulis akan melakukan pengumpulan data melalui teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja,
gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Observasi
dilakukan dengan pengamatan langsung terkait kondisi masyarakat industri di Pabrik
Gula Tulangan Sidoarjo keberadaan masjid terhadap masyarakat industri di Pabrik Gula
Tulangan Sidoarjo, serta keberadaan masjid baru dalam perspektif sejarah peradaban
Islam. Interview sering juga disebut dengan wawancara atau kuesioner lisan adalah
sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari
terwawancara. Wawancara dilakukan secara langsung pada masyarakat industri di
Sidoarjo (pimpinan, staff pegawai, atau buruh di pabrikpabrik) dan juga melalui
responden atau informan yang mendukung penelitian ini, seperti pengurus masjid yang
ada di masjid pabrik tersebut, kepada organisasi serikat buruh, masyarakat sekitar pabrik.
Buku-buku yang relevan, foto-foto yang terkait dengan kegiatan di masjid, serta ritual
keagamaan yang dilakukan di masjid pabrik terkait. Data yang dihasilkan dari wawancara
dan observasi terkadang tidak cukup. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan studi
dokumentasi untuk melengkapi data penelitian. Studi dokumentasi ini bertujuan untuk
menggali dan mengelolah data non-insani, misalnya buku-buku yang relevan, foto-foto
yang terkait dengan kegiatan di masjid, serta ritual keagamaan yang dilakukan di masjid
pabrik terkait. Model analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan
Miles and Huberman. Miles dan Huberman mengungkapkan bahwa aktifitas dalam
analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
pada setiap tahap penelitian sehingga sampai tuntas. Komponen dalam analisis data
proses dari analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang diperoleh dari
berbagai sumber, yaitu dari wawancara yang dilakukan dengan informan, observasi yang
telah dituliskan dalam lembar observasi lapangan, data yang diperoleh lewat
dokumentasi, dan sebagainya. Data-data tersebut tidak lain adalah kesimpulan kata-kata
mentah yang masih perlu dibaca, dipelajari, dan ditelaah lebih lanjut. Untuk mengubah
kata-kata mentah tersebut menjadi bermakna, maka peneliti kemudian mereduksi data.
Reduksi data adalah suatu kegiatan yang berupa penajaman analisis, penggolongan data,
pengarahan data, pembuangan data yang tidak perlu, dan pengorganisasian sedemikian
rupa untuk bahan penarikan kesimpulan. Setelah proses reduksi selesai, yaitu setelah
ditemukannya hasil olahan data mentah hadir dalam bentuk kalimat yang mudah dicerna.
Selanjutnya peneliti menganalisa masing-masing kasus tersebut. Peneliti kembali
melakukan analisa dengan mengombinasikan berbagai kasus, yang selanjutnya data
tersebut dijadikan panduan untuk menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada
perumusan masalah dengan cara menganalisisnya dalam bentuk narasi yang bersifat
deskriptif sehingga tujuan dari penelitian ini dapat terjawab. Sedangkan pada tahap akhir,
data yang tersaji pada analisa antar kasus khususnya yang berisi jawaban atas tujuan
Masjid baru Miftahul Jannah dalam masyarakat industri SOSTECH, 2021
di Pabrik Gula Tulangan, Sidoarjo
156
Imam Ardiansyah dan Rizky Haryanto
159
penelitian kualitatif diuraikan secara singkat, sehingga mendapat kesimpulan mengenai
peranan masjid baru dalam masyarakat industri di Pabrik Gula Tulangan Sidoarjo
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Awal Mula Munculnya Sektor Industri
Revolusi industri ini sudah memasuki masyarakat Eropa abad ke-19 dan abad
ke-20 dari sinilah mengakibatkan faktor kemunculan dari teori sosiologi. Revolusi
industri bukan kejadian tunggal tetapi merupakan suatu perkembangan yang saling
berkaitan dengan transformasi dunia Barat dari corak system pertanian menjadi
sistem industri. Adanya perubahan dari sistem pertanian menjadi sistem industri
masyarakat Eropa banyak meninggalkan usaha pertanian dan kebanyakan beralih
profesi dalam sistem industri yang telah ditawarkan oleh pabrik-pabrik yang sedang
berkembang (George Ritzer, 2004). Revolusi industri ialah merupakan terjadinya
perubahan secara bessarbesaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan,
transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi
sosial, ekonomi, dan budaya di dunia (Suwardana, 2018). Revolusi ini dimulai pada
zaman Britania Raya dan kemudian menyebar ke seluruh Eropa barat, Amerika
Utara, Jepang, dan akhirnya ke seluruh dunia.
Dari adanya sistem kapitalis pada masyarakat Eropa dapat merubah pabrik-
pabrik menjadi berkembang diakibatkan adanya kemajuan teknologi inilah yang
dapat merubah birokrasi ekonomi Eropa yang berskala besar. Inilah harapan dari
sistem ekonomi kapitalis untuk membangun bangsa membuka pasar bebas untuk
meperjual belikan hasil produksi dari pabrik-pabrik tersebut, di dalam sistem
kapitalis ini segelintir orang akan dapat menghasilkan keuntungan yang sangat
besardari produksi industri sementara sebagian orang berkerja keras hanya
menghasilkan upah yang rendah.
Pada abad ke-19, sebelum perkembangan industri. Pertanian merupakan
sumber pokok dari kehidupan mereka, sebagaian besar usaha manusia ada di bidang
pertanian (Purba et al., 2020). Pada masa sebelum dan sesudah merkantilisme yang
menyertai ekspansi barat, sebelum dan sesudah revolusi Prancis, masa
industrialisasi, urbanisasi, dan pembentukan negara modern nasional. Hubungan
petani dan golongan bukan petani mengalami perubahan pada setiap fase
modernisasi terutama mengenal masalah transaksinya, material, politik, dan kultural
pada satu pihak, serta hubungan-hubungan sosial pada pihak lain (Saring & Husin,
2017). Proses modernisasi seperti itu mulai dialami pula oleh petani di negeri-negeri
dunia ketiga dimulai sejak periode kolonial dan meningkat temponya sejak diperoleh
kemerdekaan. Hubungan dalam masyarakat tradisional di pola dengan hubungan
tradisi besar dan tradisi kecil selama zaman kolonial menunjukkan sifat dualistis
dalam aspek ekonominya yang menonjolkan jarak antara pedesaan dan perkotaan.
Pada awal abad ke-20 kota mulai muncul karena dijadikan sebuah wilayah kesatuan
yang berdiri sendiri dan mempunyai kajian tersendiri. Kota-kota di dalam Indonesia
mengambil-alih banyak kegiatan dari pedesaan dari sinilah adanya pergeseran
pedesaan menjadi perkotaan akibat perubahan sosial dalam masyarakat. Pusat
pergerakan sosial di wilayah desa berpindah-alih semua ke wilayah kota. Akibatnya,
kota mengalami pertumbuhan yang sangat pesat di akibatkan oleh wilayah perdesaan
masyarakatnya mengalami urbanisasi. Karena, kota pusat perkumpulan orang
terpelajar dan pekerja. Dalam proses urbanisasi masyarakat perdesaaan berpindah
tempat tinggal menuju kota untuk berkerja. Adanya urbanisasi terjadi perubahan
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
160
http://sostech.greenvest.co.id
kondisi sosial masyarakat di dalam kota disebut transformasi sosial (Kuntowijoyo,
2003).
Transformasi sosial adalah adanya perubahan sosial dalam masyarakat kota
yang di akibatkan oleh industrialisasi dan urbanisasi. Penegasan munculnya kota
ditandai pula dengan munculnya kelas-kelas baru yang sama sekali lepas dari
pertanian, inilah orang kota yang sebenarnya. Pada awal abad ke-20 munculnya
kelas baru dari sektor industri dengan ciri-ciri yang berbeda dengan kelas-kelas
sosial yang lain karena adanya ketergantungan yang terelakkan dengan modal para
investor, terutama investor dari asing. Dampak dari kedatangan sektor industri
mengakibatkan perubahan dalam bidang pertanian dari sinilah ada perubahan
kerangka masyarakat tradisional, ikatan dana, dan budaya pedesaan. Dari kedatangan
di dalam sektor industri mengakibatkan adanya pertemuan antara golongan kelas
menengah lama pribumi dengan golongan terpelajar dan golongan pekerja di pusat
kota timbulah gerakan nasional.
B.
Pabrik Gula Tulangan Merupakan Bagian dari PTPN X
Didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No.15 Tanggal 14 Februari
Tahun 1996 tentang pengalihan bentuk Badan Usaha Milik Negara dari PT.
Perkebunan (Eks.PTP 19, Eks.PTP 21-22 dan Eks.PTP 27) yang dilebur menjadi PT.
Perkebunan Nusantara X (Persero) dan tertuang dalam akte Notaris Harun Kamil,
SH No.43 tanggal 11 Maret 1996 yang mengalami Perubahan kembali sesuai Akte
Notaris Sri Eliana Tjahjoharto, SH. No. 1 tanggal 2 Desember 2011. Pada tanggal 2
Oktober 2014, Menteri BUMN Dahlan Iskan meresmikan Holding BUMN
Perkebunan yang beranggotakan PTPN I, II, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, XI, XII,
XIII, XIV dengan PTPN III sebagai induk Holding BUMN Perkebunan. Dasar
hukum perubahan PTPN X (Persero) menjadi PTPN X adalah Keputusan Para
Pemegang Saham Perusahaan Perseroan PT Perkebunan Nusantara X Nomor: PTPN
X/RUPS/01/X/2014 dan Nomor: SK-57/D1.MBU/10/2014 tentang Perubahan
Anggaran Dasar.
Bisnis Utama PT. Perkebunan Nusantara X adalah :
1. Industri gula yang dipasarkan didalam negeri melalui persaingan bebas dan
terkoordinir (lelang dan negosiasi), sedangkan pembeli produk tetes adalah
pabrikan (end user) dan tender.
2. Tembakau, dilakukan penjualan langsung kepada pembeli industri (pabrikan) dan
pembeli pedagang (trader), juga dipasarkan ke luar negeri (ekspor) melalui lelang
dengan mengirim produk contoh.
Unit Usaha lain yang merupakan kerjasama dan anak perusahaan bergerak di
bidang:
1. PT. Nusantara Medika Utama, anak perusahaan yang bergerak di bidang
pelayanan kesehatan, membawahkan tiga rumah sakit, yaitu RS. Gatoel di
Mojokerto, RS. Toeloengredjo di Pare Kediri, dan RS. Perkebunan di Jember.
2. PT. Dasaplast Nusantara, bekerja sama dengan PT. Surya Satria Sembada,
Jakarta. Produk Plastik, Innerbag dan Waring utamanya untuk memenuhi
kebutuhan pabrik gula dan kebun tembakau sendiri, juga dilakukan ekspor ke
Jepang dan pasar dalam Negeri.
3. PT. Energi Agro Nusantara (EAN), berlokasi di Mojokerto. PT. EAN
memproduksi bioetanol berbahan baku tetes.
4. Jasa Cutting Bobbin, bekerja sama dengan Burger Soehne AG Burg (BSB) Swiss.
5. Budidaya Kedelai Edamame dan Okura, bekerja sama dengan PT. Bahana Artha
Ventura dengan nama PT. Mitratani Dua Tujuh. Produk Kedelai Edamame ini
Masjid baru Miftahul Jannah dalam masyarakat industri SOSTECH, 2021
di Pabrik Gula Tulangan, Sidoarjo
156
159
Imam Ardiansyah dan Rizky Haryanto
161
utamanya untuk ekspor ke Jepang, namun juga dilakukan upaya pemasaran dalam
negeri.
PTPN X memiliki 11 Unit Pabrik Gula (PG) yang tersebar di wilayah Jawa Timur,
yaitu PG. Kremboong, PG. Watoetoelis, PG. Toelangan, PG. Gempolkrep, PG.
Djombang Baru, PG. Tjoekir, PG. Lestari, PG. Meritjan, PG. Pesantren Baru, PG.
Ngadirejo dan PG. Modjopanggoong.
C.
Dinamika Peralihan Masyarakat Pertanian Menjadi Masyarakat Industri di
Wilayah Tulangan
Desa Tulangan pada awalnya merupakan lahan pertanian yang tidak ditempati
penduduk yang kemudian pada zaman penjajahan Belanda di bangun Pabrik Gula
seperti kata Pak Muzayyad:
Kami: Sebelum menjadi Pabrik Gula seperti sekarang ini dulu lahan ini termasuk
lahan apa?
P.Muzayyad:1850 Pabrik baru berdiri. Ini dulu berupa lahan pertanian kemudian
Belanda mendirikan Pabrik di tempat ini saat rumahrumah penduduk tidak ada (Pak
Muzayyad, Wawancara, 28 april-02 juni 2017).
D.
Wujud kegiatan salat Jumat di Masjid baru Miftahul Jannah dan Masjid lama At-
Taqwa
Kesadaran masyarakat industri, akan pentingnya salat Jumat tidak serta merta
menjadikan syariat yang berlaku diabaikan. Berdasarkan kitab Fathul Mu’in yang
diterjemahkan oleh (As’ad, 1980), menjelaskan bahwa syarat utama untuk
melaksanakan salat Jumat adalah mereka adalah mutawathin (bertempat) di tempat
salat Jumat itu diselenggarakan, tidak pergi dari tempat itu baik dimusim kemarau
ataupun penghujan selain ada keperluan yang semacam berdagang atau pergi
berziarah dan salat Jumat wajib pula dikerjakan oleh orang muqim (tinggal) di
tempat diselenggarakan salat Jumat yang tidak mutawathin, misalnya orang muqim
di tempat diselenggarakan salat Jumat selama 4 hari atau lebih sedangkan ia
bermaksud pulang ke tempat sendiri, sekalipun nanti berhari-hari lagi (As’ad, 1980)
Berdasarkan keterangan diatas orang yang mutawatin atau muqim lebih
cenderung diperoleh dalam kegiatan salat Jumat di masjid desa, namun masjid
Miftahul Jannah pun juga sebagian ada jemaah yang berasal dari desa sekitar seperti
yang dikatakan Pak Muzayyad: Khatib salat Jumat di datangkan dari penduduk desa
sekitar, sedangkan jemaah salat Jumat berasal dari penduduk sekitar dan karyawan
(muqim dan mustautin). Rukun-rukun khotbah menggunakan tata cara Nahdatul
Ulama (Pak Muzayyad, Wawancara, 28 April-02 Juni 2017).
Sedangkan jemaah masjid Miftahul Jannah kami sudah kesana beberapa kali
cenderung stabil yang berjumlah 5 baris, yang kalau di hitung rata-rata satu baris
berisi 15 orang jadi kurang lebih ada 75 orang setiap hari Jumat. Kegiatan salat
Jumat dimulai ketika kurang lebih pukul 11:45 WIB. Sejalan dengan waktu istirahat
karyawan, seperti yang diterangkan sebelumnya tata cara shalat menggunakan tata
cara Nahdatul Ulama. Azan dalam pelaksanaan shalat Jumat di Masjid Miftahul
Jannah juga berlangsung 2 kali. Kebanyakan Khatib ketika kami kesana berkhotbah
dengan berapi-api dan Alhamdulillah Rizky Hariyanto termasuk sudah tinggal lama
di Tulangan jadi dia kenal dengan beberapa Khatib disana. Katanya ada diantara
Khatib yang termasuk gurunya. Ada kalanya jemaah salat Jumat jumlahnya lebih
dari 5 baris. Masjid Miftahul Jannah berada di bawah naungan General Manager di
Pabrik Gula Tulangan yang bernama Ir. Sugeng MM. Saat kami salat Jumat disana
jemaahnya penuh 7 baris lebih (padahal biasanya hanya 5 baris), kata Pak
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
http://sostech.greenvest.co.id
162
Muzayyad: memang sedang ada kegiatan di Pabrik Gula Tulangan makanya
banyak karyawan yang datang saat ini”.
Masjid tempat kami salat Jumat tersebut memang berada ditempat yang
strategis dan sejuk karena di sekitarnya banyak pohon sedangkan posisi masjidnya
ada di seberang jalan di depan Pabrik Gula berada di pinggir jalan utama desa.
Ketika kami tanyakan ke pak Muzayyad begini jawabannya:
Kami: Mengapa Masjid didirikan di pinggir jalan?
P.Muzayyad: Masjid terletak di seberang jalan untuk memudahkan akses bagi
penduduk sekitar maupun orang-orang yang lewat (Pak Muzayyad,
Wawancara, 28 April-02 Juni 2017).
Dengan adanya Masjid Miftahul Jannah di Pabrik Gula Tulangan ini makin
menambah wawasan keagamaan karyawan Pabrik Tulangan sendiri seperti
dituturkan oleh Pak Muzayyad:
Kami: Apakah dengan adanya Masjid Miftahul Jannah ini menambah wawasan
karyawan Pabrik Gula Tulangan?
Pak Muzayyad: Pasti, karena kita memiliki khatib-khatib muda. Ada juga pengajian
rutin 2 bulan sekali di Masjid Miftahul Jannah untuk karyawan laki-
laki, dan 1 bulan sekali khataman ibu-ibu setiap Jumat legi
Kami: Apakah fungsi sosial masjid Miftahul Jannah ?
Pak Muzayyad: Masjid menunjang kegiatan santunan untuk anak yatim. Dan selasa
besok Insya Allah mengadakan buka bersama anak yatim yang
biasanya diadakan 1 tahun 2 kali.
Untuk saat ini Pabrik Gula Tulangan telah ditutup, Pabrik Gula Tulangan
Sidoarjo, satu dari delapan pabrik di JawaTimur milik PTPN X yang menurut
rencana akan ditutup oleh pemerintah pusat karena tidak memenuhi target dan terus
merugi, akhirnya benar-benar tutup operasi. Seluruh aktifitas produksi gula
dihentikan sejak akhir Agustus 2016 lalu. Lebih dari 400 orang karyawan kontrak
dari berbagai bagian yang baru menandatangani surat kontrak kerja awal Agustus,
terpaksa harus dihentikan dan dikeluarkan dari pabrik. Sementara 100 karyawan
tetap terpaksa menganggur dan hanya melakukan absensi di kantor manajemen
pabrik yang berada di depan pabrik .Berhenti operasinya pabrik gula yang didirikan
sejak zaman Belanda tahun 1854 ini terkesan diam, karena banyak masyarakat yang
tidak mengetahuinya. Sejumlah mesin pabrik yang biasa menghasilkan sekitar 1200
ton gula per hari ini, kini mangkrak. Sebagaimana yang dikatakan oleh Pak
Muzayyad: Pabrik Gula akan ditutup dan rencananya akan dirubah menjadi museum
karena banyak mengalami kerugian, sudah dibicarakan dengan konsultan sampai
menghabiskan dana lebih dari 1 miliar (Pak Muzayyad, Wawancara, 28 april-02 juni
2017).
Sekarang tinggal menunggu waktu saja kapan Pabrik Gula Tulangan ini akan
dialih fungsikan. serta ada juga yang menggugah rasa ingin tahu kami seperti yang
tertulis dalam wawancara ini:
Kami: Apakah peran Masjid berubah setelah Pabrik Gula
ditutup?
Pak Muzayyad: Tidak, karena sebagian pegawai masih berada disini kalaupun
karyawannya pindah semua, kepengurusan Masjid ini akan
diserahkan ke PT. DASAPLUS anak perusahaan PTPN 10.
E. Masjid Baru dalam Perspektif Sejarah Peradaban Islam
Pelaksanaan salat Jumat di masjid At-Taqwa (Masjid Lama) dilaksanakan apabila
jemaah sudah memenuhi syarat mencapai 40 orang (muqim), dan jemaah terdiri
Masjid baru Miftahul Jannah dalam masyarakat industri SOSTECH, 2021
di Pabrik Gula Tulangan, Sidoarjo
156
159
Imam Ardiansyah dan Rizky Haryanto
163
dari masyarakat sekitar dan sebagian dari masyarakat luar. Waktu pelaksanaan
salat Jumat dilaksanakan tepat waktu Zuhur dan diberi waktu jeda 10 menit
antara azan pertama dan kedua. Khotbah salat Jumat dilaksanakan selama 30
menit. Jadi, pelaksanaan waktu salat Jumat sekitar 60 menit. Pelaksanaan salat
Jumat di masjid Miftahul Jannah (Masjid Baru) dilaksanakan tepat pada waktu
istirahat dan apabila jemaah kurang dari 40 orang salat Jumat tetap dilaksanakan.
Jemaah terdiri dari karyawan Pabrik Gula dan penduduk sekitar (muqim dan
mustautin). Khotbah salat Jumat dilaksanakan selama 30 menit. Jadi, waktu salat
Jumat sekitar 45 menit. Perubahan pelaksanaan salat Jumat antara Masjid At-
Taqwa (Masjid Lama) dan masjid Miftahul Jannah (Masjid Baru) yaitu pada
aturan cara pelaksanaan salat Jumat. Tata cara salat Jumat di masjid At-Taqwa
dijelaskan lewat wawancara kami dengan pak Kholil selaku anggota Takmir dan
panitia pembangunan masjid At-Taqwa sebagai berikut: Pada hari Jumat
tanggal 02 Juni 2017 kami pergi ke masjid desa Tulangan untuk membandingkan
peradaban dan peribadatan antara masjid di desa dengan masjid industri,
narasumber kami adalah pak Muhammad Kholil selaku takmir Masjid desa
Tulangan sebagai seksi ibadah, dimana pak Kholil menjelaskan bahwa Masjid
desa tersebut di fungsikan tahun 2013 yang awalnya mendapatkan tanah wakaf
dari pak Gufran sejak tahun 2008, namun baru bisa dipakai untuk salat Jumat
pada tahun 2013 beliau merupakan ketua pembangunan masjid desa bersama
dengan penduduk serta juga merupakan Takmir Masjid Raudatul Jannah yakni
Masjid di desa Tulangan yang juga sudah ada sebelum masjid At-Taqwa, di
dekat Parik Gula Tulangan memang telah ada 2 buah masjid yakni masjid
Raudatul Jannah di sebelah selatan Pabrik Gula dan Masjid Baiturrahman di
sebelah utara pabrik Gula. Menurut penjelasan pak Kholil bahwa awalnya
Masjid Miftahul Jannah adalah Mushola sejak awal berdirinya dan memang
tidak dinisbatkan sebagai Masjid sejak awal berdirinya. Pengelola masjid
Miftahul Jannah adalah GM (General Manager) Pabrik Gula. ketika GMnya
masih berpaham Nahdatul Ulama atau Ahlus Sunnah maka Masjid Miftahul
Jannah tidak digunakan salat Jumat karena tidak memenuhi syarat karena
menurut mazhab Imam Syafi`i minimal jama`ah sholat jum`at adalah 40 orang
muqim, sedangkan masjid Miftahul Jannah jama`ahnya hanya 10% yang muqim
sedangkan jemaah masjid Miftahul Jannah mungkin hanya sekitar 25 orang jadi
10% dari 25 orang kurang lebih ada 2 orang saja, sedangkan ketika GM Pabrik
Gula adalah orang Nasara kemudian orang Muhammadiyah, maka masjid
Miftahul Jannah digunakan untuk salat Jumat. Untuk masjid At-Taqwa sendiri di
bangun pada tahun 2008 yang awalnya pak Gufra yang memberikan waqaf
tersebut menginginkan agar tanahnya dibangunkan pondok pesantren atau
Madrasah, namun setelah saya piker selama seminggu dan itu saya rasa tidak
mungkin karena melihat di desa Tulangan dan sekitarnya sudah banyak sekolah,
madrasah dan juga sekolah Muhammadiyah. Serta untuk mendirikan pondok
juga memerlukan seorang Kiai, nah darimana kami mencai Kiai tersebut. Saya
pikir lebih masuk akal untuk mendirikan sebuah masjid karena kebanyakan
penduduk desa di RW ini banyak yang sholat di Masjid Baiturrahman karena
jaraknya dekat sedangkan di Masjid Baiturrahman yang berpaham
Muhammadiyah cenderung membidahkan orang. Oleh karena itu, di desa ini
ketika ada orang yang meninggal maka orang-orang tidak berani mengadakan
acara syukuran karena takut bidah, bahkan sudah hampir 10 kali orang
meninggal dan tidak ada acara slametan sama sekali. Ada keluarga yang sangat
ingin untuk mendoakan keluarganya sampai menitipkannya ke desa lain yang
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
http://sostech.greenvest.co.id
164
mengadakan acara syukuran, saya khawatir lama-kelamaan tradisi masyarakat
Nahdatul Ulama akan berangsur-angsur hilang. Pada tahun 2013 ketika Masjid
At-Taqwa akan dipakai salat Jumat saya ragu apakah Masjid tersebut akan ada
40 jemaah, kemudian saya dating kepada almarhum Kiai Nasuha dan meminta
pendapat beliau, beliau mengatakan “sampean iku yo`opo to Lil minimal ada 40
jemaah itu kan mazhab Imam Syafi`i, sedangkan untuk Imam Hambali kan hanya
9 orang”. Nah dari sana akhirnya saya mantap untuk melaksanakan salat Jumat
di masjid At-Taqwa dan ternyata ketika dimulai salat Jumat jemaahnya melebihi
hingga sembilan baris. Darisana saya menyimpulkan bahwa tidak semua yang
salat Jumat di masjid Baiturrahman sepemahaman dengan paham
Muhammadiyah disana, dari situlah kegiatan pengajian mulai diaktifkan satu
minggu sekali dan penduduk mulai dipahamkan kembali tentang tradisi-tradisi
Nahdatul Ulama. Masjid At-Taqwa sudah di atas namakan pimpinan Nahdatul
Ulama Cabang. Untuk khatib dan Bilal salat Jumat sendiri kita pindah dengan
masjid Raudatul Jannah karena kebetulan saya juga menjadi Takmir di masjid
Raudatul Jannah, maka setelah saya pikirkan bahwa bisa dibentuk jadwal khatib
dan bilal untuk di pindah dari masjid Raudatul Jannah ke masjid At-Taqwa
karena saya melihat Masjid Raudatul Jannah masih memiliki cadangan Khatib
dan Bilal yang sewaktu-waktu bisa dipanggil, kalau tidak seperti itu saya mana
mungkin berani mengganti jadwal Khatib dan Bilal tersebut”.
KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian ini yaitu peralihan masyarakat agraris/pertanian menuju
masyarakat industri di desa Tulangan. Kesimpulan bab 3 adalah menggambarkan ciri
peradaban wujud masjid lama mensyaratkan 40 orang jemaah, muqim, dan mustautin.
Sedangkan masjid baru tidak mensyaratkan muqim, mustautin dan perubahan kebudayaan
& peradaban Islam, masjid At-Taqwa mensyaratkan muqim dan mustautin, sedangkan
masjid baru Miftahul Jannah tidak mensyaratkan hal tersebut.
BIBLIOGRAPHY
As’ad, Aliy. (1980). Terjemahan Fathul Mu’in Jilid 1. Kudus: Menara.
Darmawan, Kiki Zakiah. (2008). Penelitian etnografi komunikasi: tipe dan metode.
Mediator: Jurnal Komunikasi, 9(1), 181188.
Effendy, Aidil Amin, & Sunarsi, Denok. (2020). Persepsi Mahasiswa Terhadap
Kemampuan Dalam Mendirikan UMKM Dan Efektivitas Promosi Melalui Online
Di Kota Tangerang Selatan. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi), 4(3), 702714.
George Ritzer, Douglas J. Goodman. (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Hakim, Bashori A., & Isre, Moh Saleh. (2004). Fungsi sosial rumah ibadah dari
berbagai agama dalam perspektif kerukunan umat beragama. Proyek Peningkatan
Pengkajian Kerukunan Hidup Umat Beragama, Puslitbang
Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah edisi Kedua. Yogyakarta: PT Tiara Wacana
Yogya.
Kurniawati, Dewi, & Arifin, Nugraha. (2015). Strategi pemasaran melalui media sosial
dan minat beli mahasiswa. JURNAL SIMBOLIKA: Research and Learning in
Communication Study, 1(2).
Masbahah, Nur. (2011). HAND PHONE SEBAGAI GAYA HIDUP: STUDI KASUS
DIKALANGAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS
Masjid baru Miftahul Jannah dalam masyarakat industri SOSTECH, 2021
di Pabrik Gula Tulangan, Sidoarjo
156
159
Imam Ardiansyah dan Rizky Haryanto
165
AIRLANGGA SURABAYA. UIN Sunan Ampel Surabaya.
Purba, Deddy Wahyudin, Thohiron, Mochamad, Surjaningsih, Dwie Retna, Sagala,
Danner, Ramdhini, Rizki Nisfi, Gandasari, Dyah, Wati, Cheppy, Purba, Tioner,
Herawati, Jajuk, & Sa’ida, Ita Aristia. (2020). Pengantar Ilmu Pertanian. Yayasan
Kita Menulis.
Pak Muzayyad, Wawancara, 28 april-02 juni 2017.
Pak Kholil, Wawancara, 02 juni 2017
Saring, Januar Barkah, & Husin, Huddy. (2017). Diantara Bayang-Bayang Ekploitasi
Perkebunan dan Involusi Pertanian: Kehidupan Petani di Bogor 1905-1960an.
Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI.
Suwardana, Hendra. (2018). Revolusi Industri 4. 0 Berbasis Revolusi Mental. JATI
UNIK: Jurnal Ilmiah Teknik Dan Manajemen Industri, 1(2), 109118.
http://pojokpitu.com/baca.php?idurut=34937
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License