544
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
Emi Maimunah
1
, Nurbetty Herlina Sitorus
2
, Asih Murwiati
3
, Yunia Erika Putri
4
Universitas Lampung
1
emi_syam@yahoo.com,
2
nurbetty.herlina@yahoo.co.id,
3
asihmurwiat[email protected],
4
yuniaerikaputri1024@gmail.com
Diterima:
25 Mei 2022
Direvisi:
8 Juni 2022
Disetujui:
14 Juni 2022
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui struktur pasar industri emping
melinjo, kualitas implementasi kebijaksanaan harga dan pemasaran dan efisiensi
tataniaga emping melinjo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data primer serta pengumpulan data menggunakan metode observasi,
kuisioner, dan wawancara. Data yang telah diolah kemudian dianalisis dengan
menggunakan analisis struktur pasar indeks herfindhal, market share, intercept
deviasi dan indeks konsentrasi serta analisis efisiensi tataniaga margin
pemasaran, indeks kemerataan margin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
struktur pasar industri emping melinjo tergolong kedalam pasar monopolistik,
capaian kualitas implementasi kebijaksanaan harga dan pemasaran telah
berjalan dengan baik, dan tataniaga emping melinjo di sentra produksi
Kecamatan Gedong Tataan belum efisien karena kemerataan margin antara
produsen dan pedagang pengecer belum merata..
Kata kunci: Efisiensi Tataniaga, Kebijaksanaan Harga, Kebijaksanaan
Pemasaran, Struktur Pasar
Abstract
The purpose of this study is to determine the market structure of the melinjo
emping industry, the quality of the implementation of price and marketing
policies and the efficiency of the emping melinjo business system. The methods
used in this study are descriptive qualitative and quantitative. The types of data
used in this study are primary data and data collection using observation
methods, questionnaires, and interviews. The data that has been processed is
then analyzed using the market structure analysis of the herfindhal index,
market share, intercept deviation and concentration index as well as analysis of
the efficiency of marketing margin business arrangements, margin evenness
index. The results showed that the market structure of the emping industry is
classified as a monopolistic market, The quality achievements of the
implementation of price and marketing policies have gone well, and the business
arrangements of emping melinjo in the production center of Gedong Tataan
District have not been efficient because the even margins between producers
and retailers have not been evenly distributed..
Keywords: Business Efficiency, Pricing Wisdom, Marketing Wisdom, Market
Structure
PENDAHULUAN
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam
pembangunan nasional. Keunggulan-keunggulan sektor industri tersebut diantaranya
memberikan kontribusi bagi penyerapan tenaga kerja dan mampu menciptakan nilai
tambah (value added) yang lebih tinggi pada berbagai komoditas yang dihasilkan.
(Marselina, 2016) Kontribusi yang semakin tinggi di sektor industri menyebabkan
perubahan struktur perekonomian negara yang bersangkutan secara perlahan ataupun
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
545
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
cepat dari sektor pertanian ke sektor industri (Saragih, Siburian, Harmain, & Purba,
2021).Provinsi Lampung hampir setiap kabupaten/kota memiliki industri kecil dan
menengah, khususnya pada bidang agroindustri. Berikut jumlah industri kecil dan
menengah agroindustri yang tersebar di Provinsi Lampung.
Tabel 1.
Jumlah Industri Kecil dan Menengah Agroindustri Provinsi Lampung
Kota/Kabupaten
Jumlah IKM Agroindustri (unit)
Lampung Barat
1.044
Tanggamus
356
Lampung Selatan
238
Lampung Timur
354
Lampung Tengah
496
Lampung Utara
247
Way Kanan
365
Tulang Bawang
587
Pesawaran
988
Pringsewu
496
Mesuji
427
Tulang Bawang Barat
316
Pesisir Barat
204
Bandar Lampung
504
Metro
616
Provinsi Lampung
7137
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Lampung, 2019
Tabel 1 menunjukkan bahwa Kabupaten Pesawaran mempunyai industri kecil
menengah sebanyak 988 unit, hal ini dikarenakan Kabupaten Pesawaran dekat jaraknya
dengan ibukota propinsi yaitu Kota Bandar Lampung dan kaya akan sumber daya alam
baik pertanian, perkebunan maupun kehutanan. Masyarakat Kabupaten Pesawaran juga
memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk diolah menjadi hasil yang bernilai jual
lebih tinggi dibandingkan jika menjualnya dalam bentuk dasar, salah satunya yaitu
usaha emping melinjo (FIERA, 2021).
(Detri, 2021) Emping melinjo merupakan makanan ringan yang terbuat dari
tanaman melinjo. Provinsi Lampung berpotensi cukup besar dalam memproduksi
emping melinjo, jika dilihat dari jumlah pasokan bahan baku tanaman melinjo yang
mencukupi serta adanya agroindustri emping melinjo yang tersebar di Provinsi
Lampung.Luas panen, produksi dan produktivitas tanaman melinjo pada tahun 2018
dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2.
Luas panen, Produksi dan Produktivitas Tanaman Melinjo Provinsi
Lampung Tahun 2018
No.
Kota/Kabupaten
Luas Panen
Produksi
Produktivitas
(Ha)
(ton)
(ton/Ha)
1.
Lampung Barat
1.241
444
0,357
2.
Tanggamus
22.023
28.654
1,301
3.
Lampung Selatan
58.144
41.719
0,717
4.
Lampung Timur
18.158
5.482
0,301
5.
Lampung Tengah
10.300
5.559
0,539
6.
Lampung Utara
4.246
3.132
0,780
7.
Way Kanan
5.057
1.150
0,227
8.
Tulang Bawang
2.585
1.351
0,522
9.
Pesawaran
37.462
23.988
0,640
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
546
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
10.
Pringsewu
3.080
864
0,280
11.
Mesuji
1.878
616
0,168
12.
Tulang Bawang Barat
2.008
1.264
0,629
13.
Pesisir Barat
9.486
4.217
0,444
14.
Bandar Lampung
7.013
2.611
0,372
15
Provinsi Lampung
165.212
121.696
5,06
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, 2018
Berdasarkan data pada Tabel 2, jika dilihat dari Luas Panen Kabupaten
Pesawaran memiliki luas lahan tanaman melinjo sebesar 37.462 Ha. Hal tersebut
mendukung masyarakat di Kabupaten Pesawaran untuk menjalankan usaha emping
melinjo dan mendapatkan bahan baku melinjo dari dalam provinsi. Berdasarkan data
pada Tabel 3 yang menyajikan data daftar industri kecil menengah agroindustri di
Kabupaten Pesawaran, dapat dilihat bahwa Kecamatan Gedong Tataan merupakan
industri terbanyak pada bidang agroindustri yang ada di Kabupaten Pesawaran yaitu
sebanyak 310 Industri Kecil Menengah.
Tabel 3.
Daftar Industri Kecil Menengah Agroindustri di Kabupaten Pesawaran
Tahun 2019
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pesawaran, 2019
Kecamatan Gedong Tataan merupakan salah satu sentra industri emping
melinjo terbanyak dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten
Pesawaran. Berikut data jumlahusaha Emping Melinjo di Kabupaten Pesawaran dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.
Jumlah Usaha Emping Melinjo di Kabupaten Pesawaran
No.
Kecamatan
Desa
Jumlah Usaha Emping
Melinjo (Unit)
1
Way Khilau
-
0
2
Kedondong
Sinar Harapan
1
Harapan Jaya
1
3
Way Lima
Kota Dalam
3
4
Gedong Tataan
Bernung
43
Kurungan Nyawa
24
No.
Kecamatan
Jumlah IKM Agroindustri (Unit)
1.
Way Khilau
83
2.
Kedondong
109
3.
Way Lima
107
4.
Gedong Tataan
310
5.
Negeri Katon
218
6.
Tegineneng
29
7.
Teluk Pandan
26
8.
Padang Cermin
51
9.
Marga Punduh
17
10.
Punduh Pidada
15
11.
Way Ratai
23
Jumlah
988
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
547
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
5
Negeri Katon
-
0
6
Tegineneng
-
0
7
Teluk Pandan
Hurun
3
8
Padang Cermin
Trimulyo
4
9
Marga Punduh
-
0
10
Punduh Pidada
-
0
11
Way Ratai
-
0
Jumlah
79
Sumber : Data Diolah, 2019
Berdasarkan data pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa Desa Bernung dan
Kurungan Nyawa merupakan desa dengan jumlah industri emping melinjo terbanyak
yang terdapat di Kecamatan Gedong Tataan. Desa Bernung yang terdapat di kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran merupakan salah satu desa yang memanfaatkan
tanaman melinjo menjadi keluaran yang lebih berdaya guna yaitu menjadi makanan
emping melinjo.
Industri emping melinjo di Desa Bernung juga mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat setempat, karena sebagian besar warga desa Bernung
memanfaatkan emping melinjo sebagai mata pencahariannya. Bahanbaku yaitu buah
melinjo diperoleh dari berbagai petani dan pengumpul (Vidia, 2022) Terdapat beberapa
petani yang sudah menjadi langganan yang langsung datang mengantarkan bahan baku
tersebut ke lokasi, selain itu para pelaku agroindustri membeli kekurangan bahan baku
ke pengumpul yang berada di Pasar Teluk, Pringsewu, dan lain-lain (Anantapuri,
Nugraha, & Sayekti, 2021).
Pengrajin emping melinjo biasanya menjual emping dengan harga rata-rata Rp.
40.000/kg, antara pengrajin satu dengan yang lainnya mempunyai harga yang berbeda
dalam penjualannya. Biasanya pengrajin emping melinjo ada yang menjual ke pedagang
pengecer yang terletak di pasar- pasar tradisional Bandar Lampung, Pringsewu maupun
Pesawaran atau langsung menjual kepada konsumen. Bahkan, selama ini terdapat
beberapa konsumen yang menjadi pelanggan tetap agroindustri tersebut seperti
pelanggan dari Jambi dan Palembang (Nova, 2018).
Produsen biasanya menjual produknya melalui lembaga pemasaran yang
terlibat untuk sampai ke tangan konsumen, namun terdapat beberapa produsen yang
menjual langsung kepada konsumen. (Purba, Ginting, & Sihombing, 2021) menyatakan
bahwa, sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi syarat, yaitu mampu
menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya
semurah-murahnya, serta mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan
harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang telah ikut serta dalam
kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut.
METODE PENELITIAN
A.
Populasi dan sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi adalah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki
karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti (bahan penelitian).
Objek atau nilai disebut unit analisis atau elemen populasi. Unit analisis dapat
berupa orang, perusahaan, hasil produksi, rumah tangga dan pertanian (Hasan,
2002). Populasi dalam penelitian ini adalah pengrajin emping melinjo yang
terdapat di Desa Bernung, Kecamatan Gedong Tataan yaitu sebanyak 43
pengrajin.
2. Sampel Produsen
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
548
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa
mewaikili populasi (Hasan, 2002).
a. Populasi Produsen Emping Melinjo
Sampel dipilih menggunakan metode purposive (sengaja) yaitu mengambil seluruh
populasi pengrajin emping melinjo yang terdapat di Desa Bernung dengan
pertimbangan bahwa Desa Bernung merupakan salah satu sentra produksi industri
emping melinjo yang ada di kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
dengan populasi sebesar 43 pengrajin emping melinjo. Populasi produsen emping
melinjo ini digunakan untuk mengetahui harga beli bahan baku dan harga jual
emping melinjo/kg nya. Serta untuk mengetahui kepada siapa saja produsen emping
melinjo ini memasarkan emping melinjo.
b. Sampel Pedagang
Dalam penelitian ini juga diambil sampel lembaga pemasaran yang terlibat dalam
pemasaran emping melinjo, ditentukan dengan menggunakan metode sampel bola
salju (snowball sampling), yang mana penentuan sampel lembaga pemasaran yang
berdasarkan informasi dari produsen emping, yaitu kepada siapa mereka menjual
hasil produknya dan terus pada tingkat selanjutnya dimana produk tersebut
dipasarkan sampai kejenuhan sampel atau sampel sulit dicapai. Dengan teknik
snowball sampling akan diperoleh informasi dari produsen emping melinjo
kemudian menelusuri pedagang-pedagang yang terkait dengan pemasaran tersebut
hingga sampai pada konsumen akhir. Jumlah lembaga pemasaran yang terlibat
yaitu pedagang pengecer sebanyak 43 pedagang pengecer yang tersebar di berbagai
macam pasar tradisonal pringsewu, bandar lampung seperti pasar gading, pasar
wayhalim, pasar untung, dll. Sampel lembaga pemasaran ini digunakan untuk
mengetahui harga beli lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer dari produsen
dan untuk mengetahui harga jual emping melinjo hingga kepada konsumen akhir.
B.
Operasionalisasi Variabel
Tabel 7.
Operasionalisasi Variabel Strategi Harga dan Strategi Pemasaran
No.
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Skala
.
Kualitas
implementasi
kebijaksanaan
harga
Kebijaksanaan
pengubahan harga
Ketetapan dan
kelengkapan cara
menetappkan harga
Kesesuaian
pengubahan harga
(diskriminasi
harga)dengan
Struktur pasar yang
dihadapi
Kelengkapan cara
(jumlah cara yang
digunakan) dalam
menetapkan harga
(berdasarkan
ongkos/modal,
hargaperusahaan
dominan, rata-rata
hargapesaing,
harga batas.
Ordinal
Ordinal
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
549
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
2.
Kualitas
implementasi
kebijaksanaan
pemasaran
Pemasaran secara
langsung ke konsumen
akhir
Biaya pemasaran
Capaian target
pemasaran secara
langsung ke konsumen,
melalui pemasaran
dan penawaran lisan.
Capaian target
biaya pemasaran.
Ordinal
Ordinal
Tabel 8. Operasionalisasi Variabel Efisiensi Tataniaga Perusahaan dalam
Industri
No.
Variabel
Sub Variabel
Indikator
Skala
1.
Efisiensi
Tataniaga
Efisiensi Tataniaga dari
Kemerataan Margin
Tataniaga
Rasio:
0 < Sd < k
2.
produk
perusahaan
industri
Segi margin
tataniaga
antar perusahaan
dalam industri
(Indeks Standar
Deviasi Margin
Tataniaga
Perusahaan Dalam
Industri)
Kemerataan Margin
Tataniaga
antar perusahaan
dalam industri
(Indeks Standar
Deviasi Margin
Tataniaga Antar
Jenjang Tataniaga)
Metode Analisis Data
1. Analisis Struktur Pasar
a. Indeks Herfindhal
Indeks Herfindhal adalah ukuran konsentrasi dalam industri yang
dihitung sebagaijumlah kuadrat dari pangsa pasar masing-masing perusahaan.
Alat analisis ini bertujuan untuk mengetahui derajat konsentrasi pembeli dari
suatu wilayah pasar, sehingga bisa mengetahui gambaran imbang posisi tawar
menawar pembeli (Muhiddin, Maimunah, & Deris Desmawan, 2021).
Perumusan indeks herfindhal Orris C. Herfindhal sebagai berikut :
𝑛
𝑘
𝐼𝐻
=
(
𝑥
)
2
1−1
Sumber : Hasibuan (1994)Keterangan :
n = Jumlah perusahaan yang terdapat dalam suatu industrix = Nilai
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
550
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
penjualan rata-rata (Rp)
T = Total nilai penjualan rata-rata perbulan dalam industri (Rp)IH =
Indeks Herfindhal (%)
Kriteria :
a. 0 = Pasar persaingan murni/sempurna
b. 0,1-0,24 = Pasar persaingan monopolistik
c. 0,25-0,49 = Pasar oligopoli ketat
d. 0,5-0,74 = Pasar olgopoli longgar
e. 0,75 -1,00 = Pasar monopoli
b.
Pangsa Pasar (Market Share)
Setiap perusahaan memiliki pangsa pasarnya sendiri, berkisar antara 0 hingga
100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Menurut literatur neo-klasik,
landasan posisi pasar perusahaan adalah pangsa pasar yang diraihnya
Dimana :
Msi =
𝑆𝑡𝑜𝑡
x 100
Msi = Pangsa pasar perusahaan i (persen) Si = Penjualan perusahaan I
(juta rupiah)
Stot = Penjualan total seluruh perusahaan (juta rupiah)Kriteria Pangsa Pasar
:
1. Monopoli murni, bila suatu perusahaan memiliki 100% dari pangsa pasar.
2. Perusahaan dominan, bila memiliki 80% - 100% dari pangsa pasar dan
tanpapesaing ketat.
3. Oligopoli ketat, jika 4 perusahaan terkemuka memiliki 60% - 100% dari
pangsa pasar.
4. Oligopoli longgar, jika 4 perusahaan terkemuka memiliki 40% < 60%
pangsapasar.
c.
Intercept Deviasi Relatif (Relative Mean Deviation Intercept)
Indeks ini digunakan untuk mengukur sejauh mana assets (ukuran)
perusahaandan assets industri berbeda. Jika persentase standart deviasi
tinggi menunjukkan ada perusahaan dalam industri yang mendominasi
pasar, sebaliknya jika merataantar perusahaan bersaing ketat.
Intercept =
𝐷
𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑟𝑎𝑡𝑎
x 100%
𝑋
𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑟𝑎𝑡𝑎
Keterangan :
D = Deviasi relatif rata-rata
X = Rata-rata ukuran perusahaan dalam industri
Kriteria :
0 19% = Pasar Persaingan Sempurna20 39% = Pasar Persaingan
Murni
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
551
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
40 59%
Oligopoli
= Pasar Persaingan Monopolistik60 79%
= Pasar
80 100%
= Pasar Monopoli Murni
d.
Indeks Konsentrasi
Indeks konsentrasi diukur dengan menggunakan formula :
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝐹
𝑛
𝐹
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎
𝑎𝑎𝑛
CRn =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑑𝑢𝑠𝑡𝑟𝑖
Dimana : CRn = Tingkat Konsentrasi ‘n’ Perusahaan tersebut (persentase).
Stigler dalam Hasibuan (1993), menyatakan bahwa :
1. Apabila 4 perusahaan terbesar menguasai sekurang-kurangnya 60% nilai
penjualan di pasar disebut pasar oligopoli.
2. Apabila 4 perusahaan terbesar menguasai pasar kurang dari 60% industri
tidakterkonsentrasi (pasar persaingan monopolistik).
3.
2. Capaian Kualitas Implementasi Kebijaksanaan Harga dan Pemasaran
Agar dapat mempermudah peneliti dalam penelitian maka ditentukan bobot
skor penelitian untuk total skor riil, total skor harapan, dan persentase kondisi
pencapaian maka dibuat matriks evaluasi perilaku perusahaan.
Tabel 9.
Matrik Evaluasi Perilaku Perusahaan
No.
Aspek
Penilaian
Perusahaan
Item
Pertanyaan
Total
Skor Riil
Total Skor
Harapan
Kondisi
Pencapaian (%)
1.
StrategiHarga
2
...
430
...
2.
Strategi
Pemasaran
2
...
430
...
Jumlah
4
...
860
...
Pengukuran perilaku dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat nilai
persentase capaian skor riil dan membandingkannya dengan skor harapan.
Skorriil didapatkan dari mengalikan jumlah pertanyaan dengan skor yang
diperolehdari setiap jawaban responden. Sedangkan skor harapan merupakan
skor yang diharapkan dari setiap item pertanyaan atau variabel. Skor harapan
diperoleh dengan cara mengalikan jumlah item pertanyaan dengan skor tertinggi
5 yang kemudian dikalikan lagi dengan jumlah responden sampel (Rukajat,
2018).
Berikut merupakan kriteria penilaian pada capaian kualitas implementasi
kebijaksanaan usaha :
a. >80%
= Sangat tercapai dengan skor
5
b. 61% - 79%
= Tercapai dengan skor
4
c. 41% 60%
= Cukup tercapai dengan skor
3
d. 21% - 40%
= Kurang tercapai dengan skor
2
e. 1% - 20%
= Tidak tercapai dengan skor
1
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
552
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
3. Analisis Efisiensi Tataniaga
a. Saluran Pemasaran
Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis pada setiap lembaga
pemasaran yang terlibat dalam saluran distribusi pemasaran pada agroindustri
emping melinjo (Rofyandi & Amri, 2019)
b. Marjin Pemasaran
(Januwiata, Dunia, & Indrayani, 2014) Marjin pemasaran digunakan untuk
menganalisis pemasaran produk mulai dari produsen sampai ke tangan konsumen
akhir. Untuk mengukur efisiensi pemasaran digunakan persentase marjin
pemasaran dan farmer’s share. Persentase marjin pemasaran dari masing-masing
saluran pemasaran digunakan rumus :
MP =(
Pr
𝑃𝑓
) x 100%
𝑃𝑟
Keterangan :
MP = Marjin Pemasaran
Pf = Harga di tingkat produsen Pr = Harga di tingkat konsumen
Tataniaga dikatakan efisien apabila kemerataan margin antara produsen dan
pedagang pengecer sudah merata, karena semakin tinggi standar deviasi maka
kemerataan marginnya semakin kecil, begitupun sebaliknya semakin rendah
standar deviasi maka kemerataan marginnya semakin besar, adapun persentase
standar deviasi rata-rata yaitu :
Berikut merupakan kaidah keputusan Standar Deviasi (%) kemerataan margin :
0,00 0,19 = Sangat Merata
0,20 0,39 = Merata
0,40 0,59 = Cukup Merata
0,60 0,79 = Kurang Merata
0,80 = Tidak Merata
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Penentuan Struktur Pasar
1. Market Share dan Indeks Herfindhal
Hasil perhitungan Struktur pasar dengan rumus market share dan indeks
herfindhal dapat dilihat pada Tabel 15 berikut.
Tabel 15.
Total Hasil Perhitungan Struktur Pasar dengan rumus marketshare
dan indeks herfindhal
Nilai Penjualan (Rp)
Market Share (%)
IHH
796.196.837
100
0,018013281
Sumber : Lampiran 7
Berdasarkan Tabel 15, menunjuakkan hasil perhitungan market share
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
553
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
tidak satupun perusahaan memiliki pangsa pasar yang berarti. Pangsa pasar
(Market Share) adalah persentase dari total penjualan pada suatu target pasar
yang diperoleh dari suatu perusahaan (potensi pasar dibagi dengan jumlah
penjualan). Berdasarkan hasil pengujian kriteria pangsa pasar maka bentuk pasar
mengarah pada pasar persaingan monopolistik.
Perhitungan jumlah indeks herfindhal bernilai antara lebih dari 0 hingga
1. Jika IHH mendekati 0 berarti struktur industri yang bersangkutan cenderung
ke pasar persaingan monopolistik, sementara jika indeks herfindhal bernilai
mendekati 1 maka struktur industri cenderung bersifat monopoli (Hasibuan,
Harlen, & Harahap, 2017). Hasil indeks herfindhal adalah 0,018013281 dimana
IHH mendekati 0 yang menunjukkan bahwa struktur industri cenderung ke pasar
persaingan monopolistik, dimana kaidah pengambilankeputusan IHH sebagai
berikut :
a. 0 = Pasar persaingan murni/sempurna
b. 0,1 - 0,24 = Pasar persaingan monopolistik
c. 0,25 - 0,49 = Pasar oligopoli ketat
d. 0,5 - 0,74 = Pasar olgopoli longgar
e. 0,75 - 1,00 = Pasar monopoli
2. Intercept Deviasi Relatif
Indeks ini digunakan untuk mengukur sejauh mana assets (ukuran) perusahaan
dan assets industri berbeda. Jika persentase standar deviasi tinggi menunjukkan
ada perusahaan dalam industri yang mendominasi pasar, sebaliknya jika merata
antar perusahaan bersaing ketat. Berikut merupakan Tabel 16 hasil perhitungan
metode Intercept Deviasi.
Tabel 16.
Hasil Perhitungan Intercept Deviasi Rata-rata
Keterangan
Nilai Penjualan (Rp)
Deviasi (Nilai Mutlak)
Total
796.196.837,2
322896,662
Rata-rata
11.883.534,88
4819353,164
Sumber : Lampiran 8
Rumus Intercept Deviasi :
Intercept =
𝐷
𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑟𝑎𝑡𝑎
x 100%
𝑋
𝑟𝑎𝑡𝑎
𝑟𝑎𝑡𝑎
Hasil Intercept Deviasi :
Intercept =
4819353,164
x 100%
11883534,88
Intercept = 0,40554878768 x 100%
Intercept = 40,55%
Berdasarkan perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil
Intercept Deviasi Relatif pada industri produksi emping melinjo di Desa Bernung
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran sebesar 40,55%. Dengan
kaidahkeputusan 40-59% dapat dinyatakan bahwa industri produksi emping
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
554
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
melinjo di Desa Bernung Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
masuk kedalam Pasar Persaingan Monopolistik, dimana kaidah pengambilan
keputusan intercept deviasi relatif sebagai berikut :
0 19% = Pasar Persaingan Sempurna20 39% = Pasar Persaingan
Murni
40 59% = Pasar Persaingan Monopolistik60 79% = Pasar
Oligopoli
80 100% = Pasar Monopoli Murni
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
strukturpasar industri produksi emping melinjo di Desa Bernung Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran yang dihitung menggunakan metode
Market Share, Indeks Herfindhal, dan Intercept Deviasi termasuk kedalam
Pasar Persaingan
Monopolistik.
B.
Capaian Kualitas Implementasi Kebijaksanaan Usaha
1. Capaian Kualitas Implementasi Kebijaksanaan Strategi Harga
Pada capaian kualitas implementasi kebijaksanaan strategi harga untuk
mengetahui frekuensi tanggapan responden tentang implementasi strategi harga
pada industri produksi emping melinjo di Desa Bernung Kecamatan Gedong
Tataan Kabupaten Pesawaran, dapat dilihat melalui Tabel tabel 19 berikut
Tabel 19.
Persentase Capaian Implementasi Kebijaksanaan Strategi Harga
NO
Aspek penilaian
Total
Skor
Riil
Total Skor
Harapan
Kondisi
Pencapaian
(%)
1
Kesesuaian pengubahan
harga(diskriminasi harga)dengan
struktur pasar yang dihadapi
146
215
67,9
2
Kelengkapan cara (jumlah cara
yang digunakan)dalam menetapkan
harga (berdasarkan ongkos/modal,
harga perusahaan dominan,rata-
rata harga pesaing, harga batas.
159
215
73,9
jumlah
305
430
141,8
Rata-rata
152,5
215
70,9
Sumber: Data Hasil Kuesioner, 2020.
Tabel di atas menyajikan hasil pencapaian implementasi kebijaksanaan
pada strategi harga yang diukur dengan dua aspek, yaitu kesesuaian pengubahan
harga dan kelengkapan cara penetapan harga. Capaian implementasi
kebijaksanaan strategi harga dengan rata-rata kondisi pencapaian 70,9 persen
merupakan kondisi dengan kriteria sudah tercapai. Hal ini dapat dilihat dari dua
aspek penilaian yaitu aspek kesesuaian pengubahan harga dan aspek kelengkapan
cara dalam menetapkan harga. Pada aspek kesesuaian pengubahan harga dengan
kondisi pencapaian 67,9 persen merupakan kondisi dengan kriteria sudah
tercapai dalam strategi harga, perubahan harga dalam berdagang merupakan hal
yang wajar dilakukan oleh pedagang namun jika terlalu sering dan terlalu tinggi
dalam mengubah harga tidak dengan alasan yang tepat merupakan cara yang
kurang tepat dilakukan oleh pedagang.
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
555
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
2. Capaian Kualitas Implementasi Kebijaksanaan Pemasaran
Pada capaian kualitas implementasi kebijaksanaan strategi pemasaran
untuk mengetahui frekuensi tanggapan responden tentang implementasi strategi
pemasaran pada industri produksi emping melinjo di Desa Bernung Kecamatan
Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dapat dilihat melalui tabel 21 berikut
merupakan total skor riil yang didapat dari hasil kuesioner dan
perbandingannya dengan total skor harapan atas capaian kebijaksanaan strategi
pemasaran pada produsen emping melinjo di Desa Bernung Kecamatan Gedong
Kabupaten Pesawaran
Tabel 21.
Persentase Capaian Implementasi Kebijaksanaan Strategi Pemasaran
No.
Aspek Penilaian
Total Skor
Riil
Total Skor
Harapan
Kondisi
Pencapaian(%)
1
2
Capaian target pemasaran
secara langsung ke konsumen,
melalui pemasaran dan
penawaranlisan
Capaian target biayapemasaran
164
136
215
215
76,2
63,2
Jumlah
300
430
139,4
Rata-rata
150
215
69,7
Sumber : Data Hasil Kuesioner, 2020
Tabel 21 menyajikan capaian implementasi kebijaksanaan strategi
pemasaran dengan rata-rata kondisi pencapaian 69,7 persen merupakan kondisi
dengan kriteria sudah tercapai. Hal ini dapat dilihat dari dua aspek penilaian yaitu
aspek capaian target pemasaran lisan secara langsung ke konsumen dan aspek
biaya pemasaran. Pada aspek capaian target pemasaran lisan secara langsung
ke konsumen dengan kondisi pencapaian 76,2 persen merupakan kondisi dengan
kriteria baik, biasanya konsumen mengetahui informasi pasar melalui mulut ke-
mulut sehingga konsumen dapat dengan mudah langsung membeli emping
melinjo tersebut (Yusar, Irda, & Yulihar, 2021).
3. Capaian Kualitas Implementasi Kebijaksanaan (Conduct)
Pada tabel 22 berikut merupakan total skor riil yang didapat dari hasil
kuesioner dan perbandingannya dengan total skor harapan atas capaian
implementasi kebijaksanaan (conduct) pada produsen emping melinjo di
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
Tabel 22.
Persentase Capaian Implementasi Kebijaksanaan (Conduct)
No.
Aspek Penilaian
Total Skor
Riil
Total Skor
Harapan
Kondisi
Pencapaian(%)
1.
Strategi Harga
305
430
70,9
2.
Strategi Pemasaran
300
430
69,7
Jumlah
605
860
140,6
Rata-rata
302,5
430
70,3
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
556
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
Sumber : Data Hasil Kuesioner, 2020.
Tabel 22 menyajikan hasil pencapaian implementasi kebijaksanaan
(conduct) pada produsen emping melinjo di Kecamatan Gedong Tataan
Kabupaten Pesawaran yang meliputi strategi harga dan strategi pemasaran.
Capaian implementasi kebijaksanaan (conduct) dengan rata-rata kondisi
pencapaian 70,3 persen merupakan kondisi dengan kriteria sudah tercapai. Hal
ini dapat dilihat daridua aspek penilaian yaitu aspek strategi harga dan strategi
pemasaran. Strategi harga merupakan strategi dengan kondisi pencapaian baik
atau tercapai yaitu 70,9 persen. Sedangkan strategi pemasaran merupakan
strategi dengan kondisipencapaian baik atau tercapai yaitu 69,7 persen.
C.
Analisis Pemasaran pada Industri Produksi Emping Melinjo
1. Saluran Pemasaran
Memasarkan produk pada industri produksi emping melinjon di Desa
Bernung Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran merupakan kegiatan
menyampaikan produk emping melinjo untuk sampai ke tangan konsumen,
sehingga dapat menghasilkan pendapatan bagi para produsen emping melinjo.
Kelancaran pada kegiatan pemasaran dipengaruhi oleh saluran distribusi yang
ada dan berdampak terhadap marjin pemasaran pada setiap lembaga pemasaran
yang terlibat dalam kegiatan pemasaran. Umumnya semakin panjang rantai
pemasaran pada suatu produk maka marjin yang diperoleh produsen akan
semakin kecil, selain itu semakin panjang rantai pemasaran maka harga yang
diterima konsumen akan semakin tinggi (Affandi, Astuti, & Nugraha, 2018).
Berdasarkan penelitian emping melinjo yang telah dilaksanakan di Desa
Bernung,Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran terdapat dua pola
saluran pemasaran yang ditelusuri peneliti di lokasi penelitian, yaitu :
a. Pola saluran pemasaran I Produsen Konsumen
b. Pola saluran pemasaran II
Produsen Pedagang Pengecer Konsumen
Pada pola saluran pemasaran I produsen emping melinjo yang berada di
Desa Bernung, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran menjual
langsung ke konsumen akhir yaitu konsumen mendatangi lokasi produsen
langsung.
Pada pola saluran pemasaran II, terdapat pedagang pengecer yang menjadi
perantara dari para produsen emping melinjo. Pedagang pengecer yang menjadi
tujuan pemasaran dari lokasi tersebut yaitu berada di pasar-pasar tradisional yang
tersebar baik di Kota Bandar Lampung, Kabupaten Pesawaran, maupun
Kabupaten Pringsewu seperti ke Pasar Wayhalim, Pasar Kandis, Pasar Untung,
Pasar Tamin, Pasar Koga, Pasar Gading, Pasar Tataan, dll. Pada pola saluran
pemasaran II biasanya produsen mengantarkan emping melinjo ke pasar-pasar
tersebut yang sudah menjadi langganan produsen emping melinjo, produsen yang
menggunakan saluran II yaitu sebanyak 29 produsen, biasanya produsen
mengantarkan emping melinjo semingu sekali ke pedagang pengecer sehingga
biaya transportasi ditanggung oleh produsen. Namun, terdapat beberapa
pedagang pengecer yang menjadi langganan produsen emping melinjo yang
letaknya di luar Provinsi Lampung, seperti di Palembang, Muara Enim, Jambi
dan Martapura.
2. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran emping melinjo merupakan semua penjumlahan dari
semua biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh para produsen dan keuntungan
yang diambil oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran.
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
557
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
Komponen biaya pemasaran emping melinjo antara lain adalah biaya
pengolahan, biaya transportasi, biaya susut, biaya kayu bakar, biaya tenaga
kerja, kemasan, serta harga jual. Semakin banyak lembaga pemasaran yang
terlibat dalam kegiatan (Riastuti, 2008). pemasaran, maka semakin besar marjin
pemasaran antar lembaga pemasaran yang terlibat. Begitupun sebaliknya,
semakin sedikit lembaga pemasaran yang terlibat dalam kegiatan pemasaran,
maka semakin kecil marjin pemasaran antar lembaga yang terlibat. Jika margin
pemasaran relatif rendah maka pemasaran dianggap efisien. Berikut marjin
tataniaga ditingkat produsen pada saluran I dapat dilihat pada Tabel 23.
Tabel 23.
Margin Tataniaga ditingkat Produsen pada Saluran I
Uraian
Rp/kg
1. Harga Jual Produsen
51.535
2. Biaya Produksi per Unit
25.939
3. Margin Pemasaran per Unit
25.596
4. Biaya Pemasaran per Unit
340
5. Keuntungan per Unit ditingkat Produsen
25.256
Sumber : Hasil Olah Data, 2020
Tabel 23 menunjukkan pada saluran pemasaran I produsen menjual hasil
produksinya langsung ke konsumen akhir dengan rata-rata harga jual sebesar Rp.
51.535/kg. Biaya produksi per unit sebesar Rp. 25.939/kg, marjin pemasaran
emping melinjo per unit sebesar Rp. 25.596/kg, dan produsen emping melinjo
mengeluarkan biaya pemasaran berupa biaya pengemasan. Rata-rata biaya
pengemasan sebesar Rp. 340/kg, hal ini dapat dikatakan bahwa marjin pemasaran
pada saluran I rendah karena pada saluran pemasaran ini tidak ada perantara
antara produsen emping melinjo dengan konsumen akhir.
Berdasarkan perhitungan kemerataan margin antar produsen, antar
jenjang, antar pedagang pengecer baik secara vertikal maupun secara horizontal
dapat disimpulkan bahwa rata-rata margin yang diperoleh produsen dan
pedagang pengecer sepenuhnya belum merata, hal ini karena adanya perbedaan
dalam menentukan harga jual pada masing-masing produsen dan masing-masing
pedagang pengecer, sehingga pada industri produksi emping melinjo di
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran belum merata dan belum
efisien, karena dalam tataniaga dikatakan efisien apabila kemerataan margin
antara produsen dan pedagang pengecer sudah merata
KESIMPULAN
Dari hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan
sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil penelitian, struktur pasar industri produksi emping
melinjodi sentra produksi Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran
yangdiukur menggunakan market share, indeks herfindhal, intercept deviasi
dan indeks konsentrasi adalah tergolong ke dalam Pasar Persaingan
Monopolistik.
2. Berdasarkan hasil penelitian, kualitas implementasi kebijaksanaan harga dan
pemasaran emping melinjo telah berjalan dengan baik dengan kondisi
pencapaian sebesar 70,3 persen.
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
558
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
Berdasarkan hasil penelitian, tataniaga emping melinjo di sentra produksi
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran belum efisien.
REFERENSI
Affandi, Muhammad Irfan, Astuti, Sussi, & Nugraha, Adia. (2018). Pelatihan
Diversifikasi Produk, Peningkatan Kapasitas, dan Bauran Pemasaran pada Usaha
Mikro Emping Melinjo di Desa Bernung Kecamatan Gedongtataan Kabupaten
Pesawaran. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Pengabdian Kepada
Masyarakat 2018, 178183. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada
Masyarakat.
Anantapuri, Shelma, Nugraha, Adia, & Sayekti, Wuryaningsih Dwi. (2021). Kinerja
Produksi Dan Keberlanjutan Agroindustri Emping Melinjo Di Kecamatan
Taktakan Kota Serang. Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis, 9(3), 402409.
Detri, Detri. (2021). TA: Analisis Nilai Tambah Industri Emping Melinjo Skala Rumah
Tangga Di Desa Bernung Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.
Politeknik Negeri Lampung.
FIERA, SAKINA H. I. (2021). Analisis Peran Home Industry Emping Melinjo Dalam
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Menurut Perspektif Ekonomi Islam.
Uin Raden Intan Lampung.
Hasibuan, Yustika Laura, Harlen, Harlen, & Harahap, Azwar. (2017). Analisis Industri
Gorden Di Pasar Wisata Pasar Bawah Kota Pekanbaru Melalui Pendekatan
Structure, Conduct, Performance. Riau University.
Januwiata, I. Kadek, Dunia, I. Ketut, & Indrayani, Luh. (2014). Analisis Saluran
Pemasaran Usahatani Jeruk di Desa Kerta Kecamatan Payangan Kabupaten
Gianyar Tahun 2013. Jurnal Pendidikan Ekonomi Undiksha, 4(1).
Marselina, Tiara Ramadhani. (2016). Pengaruh investasi, unit usaha dan tenaga kerja
terhadap nilai produksi sektor industri di Provinsi Jambi. E-Jurnal Perspektif
Ekonomi Dan Pembangunan Daerah, 5(1), 112.
Muhiddin, Sirat, Maimunah, Emi, & Deris Desmawan, Deris Desmawan. (2021).
Analisis Permintaan dan Pendugaan Struktur Pasar Usaha Perdagangan Daging
Sapi di Kota Bandar Lampung. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 9(2), 152169.
Nova, Yunensi Rika Rosa. (2018). Pengaruh Upah Dan Modal Terhadap Penyerapan
Tenaga Kerja Pada Sentra Industri Kripik Bandar Lampung Dalam Perspektif
Ekonomi Islam. UIN Raden Intan Lampung.
Purba, Nova Indrianthi, Ginting, Rahmanta, & Sihombing, Luhut. (2021). ANALISIS
PEMASARAN DAN NILAI TAMBAH KOPI (Coffea Arabica L)(Kasus:
Perkebunan Rakyat di Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi).
Riastuti, Iryani. (2008). Analisis pemasaran emping melinjo di kabupaten Sragen.
Rofyandi, M. Yogi, & Amri, Amri. (2019). Analisa Usaha Dan Pemasaran Emping
Melinjo Di Kecamatan Mutiara Kabupaten Pidie. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Ekonomi Pembangunan, 4(1), 4858.
e-ISSN 2774-5155
PENDUGAAN STRUKTUR PASAR DAN EFISIENSI TATANIAGA PADA INDUSTRI
EMPING MELINJO DI KABUPATEN PESAWARAN
p-ISSN 2774-5147
559
Emi Maimunah, Nurbetty Herlina Sitorus, Asih Murwiati, Yunia Erika Putri
Rukajat, Ajat. (2018). Pendekatan penelitian kuantitatif: quantitative research
approach. Deepublish.
Saragih, Jef Rudiantho, Siburian, Alvera, Harmain, Ummu, & Purba, Tioner. (2021).
Komoditas Unggulan dan Potensial Sektor Pertanian Kabupaten Simalungun,
Provinsi Sumatera Utara. Agro Bali: Agricultural Journal, 4(1), 5162.
Vidia, Veronica. (2022). Upaya Kelompok Usaha Rumah Tangga Dalam
Pemberdayaan Ekonomi Melalui Industri Emping Melinjo Di Desa Bernung
Kabupaten Pesawaran. Uin Raden Intan Lampung.
Yusar, Alfahri, Irda, Irda, & Yulihar, Mukhtar. (2021). Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Keputusan Konsumen Dalam Pembelian Kopi Merek Cap Kuda
Terbang Di Kota Padang. Universitas Bung Hatta.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License