Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
200
http://sostech.greenvest.co.id
ANALISIS LAJU EROSI MENGGUNAKAN METODE USLE PADA
STUDI KASUS PENAMBANGAN SIRTU, SELO, BOYOLALI, JAWA
TENGAH
Dwi Mayanti Mega Lesmana, Tedy Agung Cahyadi, Waterman Sulistyana
Bargawa, Edy Nursanto, dan Eddy Winarno
UPN Veteran Yogyakarta
[email protected], edynursanto@upnyk.ac.id, dan
Diterima:
25 Februari 2021
Direvisi:
13 Maret 2021
Disetujui:
14 Maret 2021
Abstrak
Kegiatan pertambangan memberikan dampak positif dan negatif,
dampak positifnya adalah bahan galian yang diambil dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
membangun infrastruktur dan sarana prasarana. Dampak negatif
dari kegiatan pertambangan adalah terjadinya perubahan bentuk
lahan yang ada pada kawasan pertambangan dimana dari
perubahan bentuk lahan tersebut pada umumnya mengakibatkan
erosi dan gerakan massa tanah. Masalah yang terjadi di lokasi
penelitian ialah tingkat erosi tanah yang tinggi akibat tidak
adanya vegetasi dan penyebaran laju erosi diakibatkan oleh
degradasi lahan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
tingkat erosi yang terjadi dan laju erosi tanah serta arahan untuk
melakukan konservasi di sekitar area penambangan dengan
melihat parameter erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K),
panjang dan kemiringan lereng (LS), praktik pengelolaan lahan
(P), serta praktik pengelolaan tanaman (C), sehingga dapat
mengetahui tingkat erosi dan arah penyebaran erosi yang terjadi
di daerah penelitian dengan menggunakan pendekatan metode
USLE serta memberikan arahan untuk melakukan konservasi
lahan. hasil penelitian menunjukkan bahwa metode USLE
menghasilkan 19 kelas tingkat bahaya erosi yang sangat berat, 2
kelas erosi sedang 4 kelas ringan, dan 1 kelas erosi sangat ringan.
Kata Kunci: Laju erosi; Curah hujan; USLE
Abstract
Mining activities have positive and negative impacts, the positive
impact is that the extracted materials can be used to meet human
needs in building infrastructure and infrastructure. The negative
impact of mining activities is the occurrence of changes in the
shape of the existing land in the mining area where the changes
in land form generally result in erosion and movement of soil
masses. The problem that occurs in the research location is the
high level of soil erosion due to the absence of vegetation and
the spread of erosion rates caused by land degradation. This
research was conducted to determine the level of erosion that
occurred and the rate of soil erosion as well as directions for
conservation around the mining area by looking at the
parameters of rain erosivity (R), soil erodibility (K), slope length
and slope (LS), land management practices (P ) As well as plant
Analisis laju erosi menggunakan metode USLE pada studi SOSTECH, 2021
kasus penambangan Sirtu, Selo, Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah
Dwi Mayanti Mega Lesmana, Tedy Agung Cahyadi, Waterman Sulistyana
201
management practices (C), so that we can find out the level of
erosion and the direction of the spread of erosion that occurs in
the study area using the USLE method approach and provide
directions for conducting land conservation. The results showed
that the USLE method produced 19 classes of very heavy erosion
hazard levels, 2 moderate erosion classes, 4 light classes, and 1
very light erosion class.
Keywords: Erosion rate; Rainfal; USLE
PENDAHULUAN
Kegiatan pertambangan memberikan dampak positif dan negatif, dampak
positifnya adalah bahan galian yang diambil dapat dimanfaatkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia dalam membangun infrastruktur dan sarana prasarana. Dampak
negatif dari kegiatan pertambangan adalah terjadinya perubahan bentuk lahan yang ada
pada kawasan pertambangan dimana dari perubahan bentuk lahan tersebut pada
umumnya mengakibatkan erosi dan gerakan massa tanah karena pertambangan yang
dilakukan secara tradisional umumnya tidak berwawasan lingkungan karena tidak
memiliki perencanaan penambangan. Dalam perubahan penggunaan lahan sering tidak
memperhatikan tindakan konservasi tanah terutama pada lahan miring. Menurut (Arsyad,
2010) menyatakan bahwa terjadinya pengaruh langsung pada perubahan penggunaan
lahan karena perlindungan tanah terhadap tumbukan air hujan yang berkurang serta
pembentukan bahan organik dalam tanah juga dapat berkurang sehingga untuk
menanggulangi penurunan kesuburan tanah tersebut menggunakan evaluasi konservasi
tanah. Erosi merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan
air dan angin baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai akibat perbuatan
manusia (Sutedjo & Kartasapoetra, 2010).
Menurut (Lesmana et al., 2020) berpendapat bahwa erosi merupakan tiga proses
yang berurutan, yaitu pelepasan, pengangkutan, dan pengendapan bahan-bahan tanah oleh
erosi, sedangkan (Arsyad, 2010) memberikan batasan erosi sebagai peristiwa
berpindahnya atau terangkutnya tanah dari suatu tempat ke tempat lain oleh suatu media
alami air atau angin. Erosi oleh air adalah akibat dari daya dispersi (pemecahan) dan daya
transportasi (pengangkutan) oleh aliran air di atas permukaan tanah dalam bentuk aliran
permukaan.
Faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap erosi yaitu intensitas curah hujan.
Kecuraman dan panjang lereng merupakan faktor topografi yang berpengaruh terhadap
terjadinya erosi tanah. Luas kemiringan lereng, luas lahan kritis, luas tanah berkedalaman
rendah sangat berpengaruh terhadap terjadinya erosi dan sedimentasi. Untuk
mengantisipasi terjadinya erosi lahan yaitu dengan melakukan konservasi lahan yang
bertujuan untuk meningkatkan produktivitas lahan guna mendukung pertumbuhan
tanaman dan menurunkan atau menghilangkan dampak negatif pengelolaan lahan seperti
erosi, sedimentasi dan banjir. Upaya yang dilakuan yaitu mempertahankan keberadaan
vegetasi penutup tanah adalah cara yang lebih efektif, ekonomis untuk mencegah erosi
dan meluasnya erosi permukaan. Menanam kembali dan merehabilitas kembali lahan
lahan yang kritis (Alie, 2015). Lokasi pertambangan rakyat di desa Klakah dan desa
tlogolele memiliki potensi material pasir dan batu yang sangat besar untuk dilakukan
kegiatan penambangan karena dapat meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi bagi
masyarakat setempat, namun pada penambangan tersebut juga dapat menimbulkan
dampak besar yaitu permukaan lahan pertambangan yang rusak serta miliki kemiringan
dinding galian yang sangat curam, sehingga lebih mudah terjadinya erosi.
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
202
http://sostech.greenvest.co.id
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah dimana semua airnya mengalir ke dalam
suatu sungai. Daerah ini umumnya dibatasi oleh batas topografi, yaitu merupakan tempat
tertinggi (punggung bukit) sehingga air hujan yang jatuh di dalamnya akan selalu menuju
tempat hilirnya (bagian yang lebih rendah). Batas ini tidak ditetapkan berdasarkan air
bawah tanah karena permukaan air tanah selalu berubah sesuai dengan musim. Faktor
yang memengaruhi laju erosi suatu daerah aliran sungai diantaranya curah hujan,
kemiringan lereng dan kekuatan tanah dalam menahan laju erosi (Maulana, 2019).
Bahaya erosi yang dikategorikan berat, maka masyarakat setempat juga dapat berperan
dalam menanggulangi atau mengurangi erosi dan sedimentasi yang akan terjadi dengan
cara melakukan tindakan konservasi lahan, tidak merusak ekosistem hutan dan
melakukan penanaman kembali terhadap pohon-pohon yang telah ditebang (Krisnayanti,
Udiana, & Muskanan, 2018).
Model erosi tanah dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu model empiris, model
fisik, dan model konseptual. Model empiris didasarkan pada variabel variabel penting
yang di peroleh dari penelitian dan pengamatan selama proses erosi terjadi. Umumnya
model model erosi dibangun dari model empiris, dan contoh yang terkenal adalah
Universal Soil Loss Equation (USLE) serta Modified Universal Soil Loss Equation
(MUSLE) merupakan pengembangan dari persamaan USLE dengan mengganti faktor
erosivitas hujan (R) dengan faktor aliran atau limpasan permukaan (run-off), dan Revised
Universal Soil Lost Equation (RUSLE) merupakan suatu model erosi yang didesain untuk
memprediksi besarnya erosi tahunan (A) oleh aliran permukaan dari suatu bentang
berlereng dengan tanaman dan sistem pengelolaan tertentu (Krisnayanti et al., 2018).
Lokasi pertambangan rakyat di desa Klakah dan desa Tlogolele memiliki potensi
material pasir dan batu yang sangat besar untuk dilakukan kegiatan penambangan karena
dapat meningkatkan kondisi sosial dan ekonomi bagi masyarakat setempat, namun pada
penambangan tersebut juga dapat menimbulkan dampak besar yaitu permukaan lahan
pertambangan yang rusak serta miliki kemiringan dinding galian yang sangat curam,
sehingga lebih mudah terjadinya erosi.
Masalah yang terjadi di lokasi penelitian ialah tingkat erosi tanah yang tinggi
akibat tidak adanya vegetasi dan penyebaran laju erosi diakibatkan oleh degradasi lahan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat erosi yang terjadi dan laju erosi tanah
(Pasaribu, Rauf, & Slamet, 2018) serta arahan untuk melakukan konservasi di sekitar
area penambangan dengan melihat parameter erosivitas hujan (R), erodibilitas tanah (K),
panjang dan kemiringan lereng (LS) (Sinaga, 2014), praktik pengelolaan lahan (P) serta
praktek pengelolaan tanaman (C), sehingga dapat mengetahui tingkat erosi dan arah
penyebaran erosi yang terjadi di daerah penelitian dengan menggunakan pendekatan
metode USLE serta memberikan arahan untuk melakukan konservasi lahan (Lesmana et
al., 2020).
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini digunakan metode pengumpulan data dengan survei (Sukamti,
2007), pemantauan daerah desa Klakah dan desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten
Boyolali Provinsi Jawa Tengah, pengambilan titik koordinat dari sampel ke sampel dan
pengambilan data curah hujan dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Boyolali. Data
curah hujan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dari tahun 2010 hingga 2019.
Setelah melakukan pengumpulan data, kemudian sampel tanah dibawah ke laboratorium
untuk mengetahui parameter permeabilitas, tekstrur tanah dan c-organik. analisis data
pada penelitian ini dilakukan secara terstruktur serta menggunakan rumus dalam
perhitungan.
Analisis laju erosi menggunakan metode USLE pada studi SOSTECH, 2021
kasus penambangan Sirtu, Selo, Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah
201
Dwi Mayanti Mega Lesmana, Tedy Agung Cahyadi, Waterman Sulistyana
Bargawa, Edy Nursanto, dan Eddy Winarno
203
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Lokasi Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan di lokasi tambang batuan sirtu di dalam IUP
dan di luar IUP. Koordinat sampel dapat dilihat pada tabel 1 dan untuk peta lokasi
pengambilan sampel, dapat dilihat pada gambar 1.
Tabel 1. Lokasi Pengambilan Sampel berdasarkan GPS
No
Kode Sampel
X
Y
Z
1
SPT 1
435949
9169685
1288
2
SPT 1A
435972
9169729
1247
3
SPT 1 ATAS
435942
9169653
1307
4
SPT 2
435938
9169697
1310
5
SPT 2 A
435955
9169736
1280
6
SPT 2 ATAS
435904
9169685
1333
7
SPT 3
435908
9169727
1301
8
SPT 3 A
435932
9169750
1302
9
SPT 3 ATAS
435882
9169708
1317
10
SPT 3 B
435947
9169769
1285
11
SPT 4
435887
9169742
1324
12
SPT 4 ATAS
435983
9169624
1346
13
SPT 5
435861
9169759
1295
14
SPT 5 A
435882
9169787
1289
15
SPT 5 B
435896
9169807
1273
16
SPT 6
435837
9169790
1278
17
SPT 6 A
435853
9169810
1268
18
SPT 6 B
435868
9169832
1268
19
SPT 7
435806
9169822
1268
20
SPT 7 A
435817
9169848
1244
21
SPT 8
435781
9169851
1249
22
SPT 8 A
435799
9169867
1230
23
SPT 9
435767
9169892
1225
24
SPT 9 A
435792
9169899
1209
25
SPT 9 B
435809
9169909
1252
26
SPT 10 A
435754
9169953
1206
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
202
http://sostech.greenvest.co.id
204
Gambar 1. Peta Titik Pengambilan Sampel Tanah di Kabupaten Boyolali
B.
Metode Universal Soil Loss Equation (USLE)
Universal Soil Loss equation (USLE) adalah model erosi yang dirancang
untuk memprediksi rata-rata erosi tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu areal
usaha tani dengan sistem pertanaman dan pengelolaan tertentu. (Arsyad, 2010)
berpendapat bahwa bentuk erosi yang dapat diprediksi adalah erosi lembar atau alur,
tetapi tidak dapat memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil
sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai. Menurut (Lesmana et al.,
2020) bahwa model prediksi erosi USLE menggunakan persamaan empiris.
Ea = R x K x LS x C x P (1)
Keterangan :
Ea = Banyaknya tanah yang tererosi dalam (ton/ha/tahun).
R = Faktor curah hujan pertahun yang di rata-ratakan.
K = Faktor erodibilitas tanah (K) menunjukkan resistensi partikel tanah
terhadap pengelupasan dan transportasi partikel-partikel tanah tersebut
oleh adanya energi kinetik air hujan.
L = Faktor panjang lereng 9%, yaitu nisbah erosi dari tanah dengan panjang
lereng di bawah keadaan yang identik.
S = Faktor kemiringan lereng, yaitu nisbah antara besarnya erosi dari suatu
tanah dengan kecuraman lereng tertentu, terhadap besarnya erosi dari
tanah dengan lereng 9% di bawah keadaan yang identik.
C = Faktor vegetasi penutup tanah dan pengelolaan tanaman, yaitu nisbah
antara besarnya erosi dari suatu areal dengan vegetasi penutup dan
pengelolaan tanaman tertentu terhadap besarnya erosi dari tanah yang
identik tanpa tanaman.
Analisis laju erosi menggunakan metode USLE pada studi SOSTECH, 2021
kasus penambangan Sirtu, Selo, Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah
201
Dwi Mayanti Mega Lesmana, Tedy Agung Cahyadi, Waterman Sulistyana
Bargawa, Edy Nursanto, dan Eddy Winarno
205
P = Pengaruh aktivitas pengelolaan dan konservasi tanah (P) terhadap
besarnya erosi dianggap berbeda dari pengaruh yang ditimbulkan oleh
aktivitas pengelolaan tanaman (C).
C.
Faktor yang memengaruhi terjadinya erosi
a. Erosivitas Hujan (R)
Data curah hujan yang di pakai dalam menghitung faktor erosivitas (R)
didapatkan diinternet dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Boyolali,
Kecamatan Selo, Provinsi Jawa Tengah sebanyak 10 tahun dari 2010-2019. Dari
pengolahan data curah hujan maka didapatkan jumlah curah hujan (P) dari tahun
2010-2019, sehingga dapat dilakukan perhitungan erosivitas sesuai persamaan
1.1, maka didapatkan nilai untuk jumlah erosivitas hujan dalam 10 tahun sebesar
248.78, dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 2. Curah Hujan (mm) dari tahun 2010-2019
Tahun
Curah Hujan (mm)
2010
327,2
2011
190,8
2012
187,7
2013
253,3
2014
253,3
2015
316,2
2016
263,7
2017
237,6
2018
180,4
2019
277,5
Rata -rata
248,78
Indeks Erosivitas Hujan (R)
R = 2,21P1.36 (2)
= 2,21 (248,78)1.36
= 4005,91
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
202
http://sostech.greenvest.co.id
206
b. Erobilitas Tanah (K)
Berdasarkan analisa laboratorium mengenai tekstur, permeabilitas,
kandungan bahan organik serta pengamatan di lapangan, setalah dilakukan
perhitungan nilai erodibilitas tanah (K) daerah penelitian diperoleh nilai 0,02 - 0,5
ton/Kj. Hasil analisis uji laboratorium dapat disajikan pada tabel 2, tabel 3, tabel
4 dan perhitungan indeks erodibilitas tanah, dapat dilihat pada
Tabel 3. Hasil Pengujian Laboratorium untuk Tekstur Tanah
Tekstur
No
Kode Sampel
Pasir (%)
Debu (%)
Liat (%)
1
SPT 1
80
12
8
2
SPT 1A
82
10
8
3
SPT 1 ATAS
40
48
12
4
SPT 2
61
26
13
5
SPT 2A
77
15
8
6
SPT 2 ATAS
38
40
22
7
SPT 3
80
10
10
8
SPT 3A
86
6
8
9
SPT 3 ATAS
36
50
14
10
SPT 4A
76
15
9
11
SPT 4 ATAS
41
50
9
12
SPT 3B
82
11
7
13
SPT 5
74
17
9
14
SPT 5A
59
32
9
15
SPT 5B
80
13
7
16
SPT 6
86
7
7
17
SPT 6A
60
29
11
18
SPT 6B
79
14
7
19
SPT 7
57
31
12
20
SPT 7A
62
29
9
21
SPT 8
86
8
6
22
SPT 8A
37
54
9
23
SPT 9
82
11
7
24
SPT 9A
60
33
7
25
SPT 9B
76
15
9
26
SPT 10A
74
20
6
Di tunjukan bahwa untuk hasil pengujian laboratorium tekstur tanah untuk persen
pasir nilai paling tinggi terdapat pada SPT 6 dan SPT 8 yaitu sebesar 86% dan nilai paling
rendah terdapat pada SPT 3 ATAS yaitu 36%. Pada persen debu nilai paling tinggi
terdapat pada SPT 8A sebesar 54 % dan nilai paling rendah terdapat pada SPT 3A yaitu
6%. Persen liat nilai paling tinggi terdapat pada SPT 2 ATAS sebesar 22 % dan nilai
paling rendah terdapat pada SPT 8 dan SPT 10A yaitu sebesar 6 %.
Tabel 4. Hasil Pengujian Laboratorium
C-Organik
Tabel 5. Hasil Pengujian Laboratorium
Permeabilitas
No
Kode Sampel
C-Organik (%)
No
Kode Sampel
Permeabilitas
(%)
1
SPT 1
0,52
1
SPT 1
23,9
2
SPT 1A
0,46
2
SPT 1A
17,7
3
SPT 1 ATAS
3,07
3
SPT 1 ATAS
12,8
Analisis laju erosi menggunakan metode USLE pada studi SOSTECH, 2021
kasus penambangan Sirtu, Selo, Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah
201
Dwi Mayanti Mega Lesmana, Tedy Agung Cahyadi, Waterman Sulistyana
Bargawa, Edy Nursanto, dan Eddy Winarno
207
4
SPT 2
1,80
4
SPT 2
11,7
5
SPT 2A
0,48
5
SPT 2A
7,1
6
SPT 2 ATAS
4,84
6
SPT 2 ATAS
37,8
7
SPT 3
0,57
7
SPT 3
7,1
8
SPT 3A
1,13
8
SPT 3A
8
9
SPT 3 ATAS
2,78
9
SPT 3 ATAS
2,7
10
SPT 4A
0,63
10
SPT 4A
2,2
11
SPT 4 ATAS
2,27
11
SPT 4 ATAS
2,4
12
SPT 3B
0,39
12
SPT 3B
5,6
13
SPT 5
0,99
13
SPT 5
1,2
14
SPT 5A
0,45
14
SPT 5A
1,3
15
SPT 5B
0,55
15
SPT 5B
2,1
16
SPT 6
0,52
16
SPT 6
5,4
17
SPT 6A
0,46
17
SPT 6A
0,2
18
SPT 6B
3,01
18
SPT 6B
3
19
SPT 7
1,83
19
SPT 7
2
20
SPT 7A
0,48
20
SPT 7A
2,1
21
SPT 8
0,59
21
SPT 8
3
22
SPT 8A
0,76
22
SPT 8A
1
23
SPT 9
0,57
23
SPT 9
6,1
24
SPT 9A
0,59
24
SPT 9A
1,6
25
SPT 9B
0,68
25
SPT 9B
1,4
26
SPT 10A
0,66
26
SPT 10A
3
Pada tabel 3 dapat ditunjukan bahwa hasil pengujian laboratorium untuk
kandungan karbon organik nilai paling tinggi terdapat pada SPT 2 ATAS yaitu sebesar
4,84 % dan nilai paling rendah terdapat pada SPT 5A sebesar 0,45. Pada Tabel 4 dapat
ditunjukan bahwa untuk hasil pengujian laboratorium untuk permeabilitas tanah nilai
paling tinggi terdapat pada SPT 2 ATAS sebesar 37,8 cm/jam dan nilai paling rendah
terdapat pada SPT 6A sebesar 0,2 cm/jam.
Tabel 6. Indeks Erodibilitas Tanah
No.
Unit Lahan
Nilai Erodibilitas Tanah
(Ton/Kj)
1
SPT 1
1,48
2
SPT 1A
1,33
3
SPT 1 ATAS
0,9
4
SPT 2
0,98
5
SPT 2A
1,07
6
SPT 2 ATAS
1,27
7
SPT 3
1,01
8
SPT 3A
1,04
9
SPT 3 ATAS
1,04
10
SPT 4A
0,91
11
SPT 4 ATAS
0,75
12
SPT 3B
1,06
13
SPT 5
0,86
14
SPT 5A
0,9
15
SPT 5B
0,96
16
SPT 6
1,04
17
SPT 6A
0,83
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
202
208
http://sostech.greenvest.co.id
18
SPT 6B
0,78
19
SPT 7
0,75
20
SPT 7A
0,92
21
SPT 8
0,98
22
SPT 8A
0,87
23
SPT 9
1,06
24
SPT 9A
0,94
25
SPT 9B
0,89
26
SPT 10A
1
Tabel 7. Faktor Vegetasi Pada Daerah Penelitian (C)
No
Unit Lahan
Jenis penutup
tanah
Nilai C
1
SPT 1
semak belukar
1
2
SPT 1A
semak belukar
0,2
3
SPT 1 ATAS
perkebunan / kebun
campur
0,001
4
SPT 2
tanah terbuka tanpa
tanaman
0,001
5
SPT 2A
tanah terbuka tanpa
tanaman
0,2
6
SPT 2 ATAS
perkebunan / kebun
campur
0,001
7
SPT 3
tanah terbuka tanpa
tanaman
1
8
SPT 3A
tanah terbuka tanpa
tanaman
0,2
9
SPT 3 ATAS
perkebunan / kebun
campur
0,2
10
SPT 4A
tanah terbuka tanpa
tanaman
1
11
SPT 4 ATAS
tanah terbuka tanpa
tanaman
0,2
12
SPT 3B
perkebunan / kebun
campur
0,2
13
SPT 5
tanah terbuka tanpa
tanaman
0,001
14
SPT 5A
tanah terbuka tanpa
tanaman
0,2
15
SPT 5B
semak belukar
0,001
16
SPT 6
semak belukar
1
17
SPT 6A
semak belukar
0,2
18
SPT 6B
semak belukar
0,001
19
SPT 7
tanah terbuka tanpa
tanaman
1
20
SPT 7A
tanah terbuka tanpa
tanaman
0,2
21
SPT 8
tanah terbuka tanpa
tanaman
1
22
SPT 8A
tanah terbuka tanpa
tanaman
0,2
23
SPT 9
tanah terbuka tanpa
tanaman
0,001
24
SPT 9A
tanah terbuka tanpa
1
Analisis laju erosi menggunakan metode USLE pada studi SOSTECH, 2021
kasus penambangan Sirtu, Selo, Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah
201
Dwi Mayanti Mega Lesmana, Tedy Agung Cahyadi, Waterman Sulistyana
Bargawa, Edy Nursanto, dan Eddy Winarno
209
tanaman
25
SPT 9B
tanah terbuka tanpa
tanaman
1
26
SPT 10A
tanah terbuka tanpa
tanaman
1
c. Faktor Vegetasi
Faktor pengelolaan tanaman pada dasarnya menunjukan besarnya
perlindungan tanaman terhadap erosivitas hujan (Findiana, Suharto, &
Wirosoedarmo, 2013). Faktor penutup lahan pada daerah penelitian ditentukan
dengan melakukan pengamatan langsung dilapangan maka faktor penutup lahan
(C) daerah penelitian terdapat empat macam nilai (C) pada penggunaan lahan
yaitu sawah irigasi nilai (C) 0,001, hutan alami nilai (C) 0,001 dan tanaman
terbuka tanpa tanaman nilai (C) 1 (Pratomo, 2008), dapat dilihat pada tabel 6.
d. Faktor Tindakan Konservasi (P)
Faktor praktik konservasi tanah diperoleh melalui pengamatan langsung di
lapangan kemudian membandingkanya kedalam tabel indek konservasi lahan
(Saputro, 2009). Perbedaan relief dan jenis penggunaan lahan menjadi faktor
penyebab terjadinya perbedaan perlakuan konservasi tanah. Semakin intensif pola
pertanian pada sebidang lahan dan semakin rendah kemiringan lereng, maka
praktek konservasi tanah juga akan baik. Praktik konservasi tanah yang terdapat
di wilayah penelitian bervariasi seperti teras tradisional, teras bangku baik, dan
teras bangku tradisional. Cara untuk mendapatkan nilai P yaitu dengan
menjumlahkan semua nilai indeks konservasi lahan dengan membagikan jumlah
sampel.
Pada tabel 7 dapat ditunjukan bahwa untuk tindakan konservasi lahan didaerah
penelitian sebagian besar jenis konservasi lahannya dengan teras bangku tradisional dan
sebagian kecil tanpa dilakukan tindakan konservasi sehingga rata- rata nilai P yang
didapat sebesar 0,61.
e. Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng (LS)
Faktor Panjang dan kemiringan lereng (LS) yang didapat dari pengukuran
panjang dan kemiringan lereng dengan menggunakan peta topografi, serta
menggunakan software ArcGIS untuk mengukur panjang aktual dilapangan. dari
hasil pengukuran nilai panjang lereng aktual di lapangan sebesar 35 sedangkan
dengan menghitung kemiringan lereng dengan peta topografi sebesar 2,8%, jadi
nilai hasil perhitungan nilai LS pada daerah penelitian didapatkan indeks nilai
panjang dan kemiringan lereng tinggi yaitu berkisar antara 0,4 sampai 3,7
disajikan pada tabel 8 Bentuk lahan daerah penelitian berupa dataran sampai
dengan pengunungan dengan kemiringan lereng terjal
Pada tabel 8 dapat ditunjukan bahwa pada perhitungan nilai panjang dan
kemiringan lereng (LS) nilai yang paling tinggi terdapat pada SPT 2 A sebesar 118,7 dan
nilai paling rendah terdapat pada SPT 8 A sebesar 5,4.
Tabel 8. Indeks Konservasi Tanah (P) pada Daerah Penelitian
No.
Sampel
Unit Lahan
Jenis Tindakan
Konservasi
Nilai P
1
SPT 1
teras bangku tradisional
1
2
SPT 1A
teras bangku tradisional
0,4
3
SPT 1 ATAS
teras bangku tradisional
0,4
4
SPT 2
tanpa tindakan Konservasi
0,4
5
SPT 2 A
tanpa tindakan Konservasi
0,4
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147; e-ISSN 2774-5155
202
210
http://sostech.greenvest.co.id
6
SPT 2 ATAS
teras bangku tradisional
0,4
7
SPT 3
tanpa tindakan Konservasi
1
8
SPT 3 A
tanpa tindakan Konservasi
0,4
9
SPT 3 ATAS
teras bangku tradisional
0,4
10
SPT 3 B
tanpa tindakan Konservasi
1
11
SPT 4
tanpa tindakan Konservasi
0,4
12
SPT 4 ATAS
teras bangku tradisional
0,4
13
SPT 5
tanpa tindakan Konservasi
0,4
14
SPT 5 A
tanpa tindakan Konservasi
0,4
15
SPT 5 B
teras bangku tradisional
0,4
16
SPT 6
teras bangku tradisional
1
17
SPT 6 A
teras bangku tradisional
0,4
18
SPT 6 B
teras bangku tradisional
0,4
19
SPT 7
tanpa tindakan Konservasi
1
20
SPT 7 A
tanpa tindakan Konservasi
0,4
21
SPT 8
tanpa tindakan Konservasi
1
22
SPT 8 A
tanpa tindakan Konservasi
0,4
23
SPT 9
tanpa tindakan Konservasi
0,4
24
SPT 9 A
tanpa tindakan Konservasi
1
25
SPT 9 B
tanpa tindakan Konservasi
1
26
SPT 10 A
tanpa tindakan Konservasi
1
Rata-
rata
0,61
Analisis laju erosi menggunakan metode USLE pada studi SOSTECH, 2021
kasus penambangan Sirtu, Selo, Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah
Tabel 9. Nilai LS pada Daerah Penelitian
Nomor Sampel
Satuan Lahan
Nilai LS
1
SPT 1
52,3
2
SPT 1A
32,2
3
SPT 1 ATAS
31,5
4
SPT 2
52,3
5
SPT 2 A
79,2
6
SPT 2 ATAS
9,8
7
SPT 3
25,2
8
SPT 3 A
54,3
9
SPT 3 ATAS
5,4
10
SPT 3 B
54,3
11
SPT 4
94,5
12
SPT 4 ATAS
118,7
13
SPT 5
7,1
14
SPT 5 A
62,1
15
SPT 5 B
54,3
16
SPT 6
10,6
17
SPT 6 A
94,5
18
SPT 6 B
54,3
19
SPT 7
9,8
20
SPT 7 A
54,3
21
SPT 8
25,2
22
SPT 8 A
5,4
23
SPT 9
25,2
24
SPT 9 A
54,3
25
SPT 9 B
72,3
26
SPT 10 A
14,8
Rata-rata
42,8
Laju erosi tanah dapat dihitung melalui pendugaan menggunakan metode
Universal Soil Loss Equation (USLE) . Berdasarkan pengamatan di lapangan
jenis erosi yang terjadi di lokasi penelitian desa Klakah dan desa Tlogolele
Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah merupakan
klasifikasi erosi tingkat sangat berat. Pada penelitian, tingkat erosi sangat berat
yang terjadi merupakan jenis erosi alur. Cara Perhitungan Metode USLE dengan
Faktor-faktor tersebut adalah erodibilitas tanah (K), erosivitas hujan (R), panjang
dan kemiringan lereng (LS), pengelolaan tanah (P), dan pengelolaan tanaman (C)
maka dapat dihitung rata-rata laju erosi sebagai berikut :
1. SPT 1
Ea = R x K x LS x C x P (3)
= 4005,91 x 1,48 x 52,3 x 1 x 1
= 310073,4
2. SPT 1A
Ea = R x K x LS x C x P (4)
= 4005,91 x 1,33 x 32,2 x 0,2 x 0,4
= 13724,6 dan seterusnya,
Dwi Mayanti Mega Lesmana, Tedy Agung Cahyadi, Waterman Sulistyana
Bargawa, Edy Nursanto, dan Eddy Winarno 211
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
214
212
http://sostech.greenvest.co.id
D.
Analisis overlay Peta Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Analisis tumpang susun (overlay) peta tingkat bahaya erosi dengan metode
USLE yaitu terdiri dari peta curah hujan, peta tanah, peta kemiringan lereng, dan
peta penggunaan lahan dapat ditunjukkan bahwa pada peta tingkat bahaya erosi
dengan menggunakan metode USLE menghasilkan lereng yang sangat terjal sebesar
>45% dan curah hujan yang sangat tinggi sebesar 4005,91 MJ.cm/ha.jm/th. Untuk
hasil overlay peta-peta tersebut dapat kita sajikan pada gambar 2.
Pada tabel 10 ditunjukan bahwa pada perhitungan laju erosi tanah dengan
menggunakan metode USLE nilai yang paling tinggi terdapat pada SPT 1 sebesar
310073,4 dan nilai paling rendah terdapat pada SPT 5 sebesar 9,8.
Adapun penetuan kategori hasil perhitungan tingkat bahaya erosi pada satuan
unit analisis dapat ditentukan dengan memasukkan pada klasifikasi, dapat dilihat
pada tabel 9.
Tabel 10. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (Kartika et al., 2016)
No
Tingkat bahaya erosi (ton / ha / tahun)
Kategori
Kelas
1
< 15
Sangat ringan
I
2
15-60
Ringan
II
3
60-180
Sedang
III
4
180-480
Berat
IV
5
480
Sangat berat
V
Tabel 11. Tingkat Bahaya Erosi Dengan Menggunakan Metode USLE
No
Satuan Lahan
R
K
LS
C
P
A
(m
3
/Ha/Th)
Kelas Bahaya
Erosi
(KBE)
Tingkat
Bahaya
Erosi
(TBE)
1
SPT 1
4005,91
1,48
52,3
1
1
310073,4
V
Sangat
berat
2
SPT 1A
4005,91
1,33
32,2
0,2
0,4
13724,6
V
Sangat
berat
3
SPT 1 ATAS
4005,91
0,9
31,5
0,001
0,4
45,4
II
Ringan
4
SPT 2
4005,91
0,98
52,3
0,001
0,4
82,1
III
Sedang
5
SPT 2 A
4005,91
1,07
79,2
0,2
0,4
27158,1
V
Sangat
berat
6
SPT 2 ATAS
4005,91
1,27
9,8
0,001
0,4
19,9
II
Ringan
7
SPT 3
4005,91
1,01
25,2
1
1
101958,4
V
Sangat
berat
8
SPT 3 A
4005,91
1,04
54,3
0,2
0,4
18097,7
V
Sangat
berat
9
SPT 3 ATAS
4005,91
1,04
5,4
0,2
0,4
1799,8
V
Sangat
berat
10
SPT 3 B
4005,91
0,91
54,3
1
1
197944
V
Sangat
berat
11
SPT 4
4005,91
0,75
94,5
0,2
0,4
22713,5
V
Sangat
berat
12
SPT 4 ATAS
4005,91
1,06
77,1
0,2
0,4
26190,9
V
Sangat
berat
13
SPT 5
4005,91
0,86
7,1
0,001
0,4
9,8
I
Sangat
ringan
Analisis laju erosi menggunakan metode USLE pada studi
kasus penambangan Sirtu, Selo, Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah
SOSTECH, 2021
berat
Gambar 2. Peta Tingkat Bahaya Erosi dengan Metode USLE
Dwi Mayanti Mega Lesmana, Tedy Agung Cahyadi, Waterman Sulistyana
Bargawa, Edy Nursanto, dan Eddy Winarno 213
14
SPT 5 A
4005,91
0,9
62,1
0,2
0,4
17911,2
V
Sangat
berat
15
SPT 5 B
4005,91
0,96
54,3
0,001
0,4
83,5
II Ringan
16
SPT 6
4005,91
1,04
10,6
1
1
44161,1
V
Sangat
berat
17
SPT 6 A
4005,91
0,83
94,5
0,2
0,4
25136,2
V
Sangat
berat
18
SPT 6 B
4005,91
0,78
54,3
0,001
0,4
67,9
III Sedang
19
SPT 7
4005,91
0,75
9,8
1
1
29443,4
V
Sangat
berat
20
SPT 7 A
4005,91
0,92
54,3
0,2
0,4
16009,5
V
Sangat
berat
21
SPT 8
4005,91
0,98
25,2
1
1
98929,9
V
Sangat
berat
22
SPT 8 A
4005,91
0,87
5,4
0,2
0,4
1505,6
V
Sangat
berat
23
SPT 9
4005,91
1,06
25,2
0,001
0,4
42,8
II Ringan
24
SPT 9 A
4005,91
0,94
54,3
1
1
204469,6
V
Sangat
berat
25
SPT 9 B
4005,91
0,89
72,3
1
1
257768,2
V
Sangat
berat
26
SPT 10 A
4005,91
1
14,8
1
1
59287,5
V
Sangat
Volume 1, Nomor 3, Maret 2021
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu metode USLE menghasilkan 19 kelas tingkat
bahaya erosi yang sangat berat, 2 kelas erosi sedang 4 kelas ringan, dan 1 kelas erosi
sangat ringan. Arahan prioritas konservasi lahan pada tingkat bahaya erosi yang sangat
berat sebagai berikut : di sarankan untuk tanaman pohon aren karena pohon ini cukup
toleran dengan tumbuhan sekitarnya, dan dapat tumbuh dengan baik di lereng gunung
pada kemiringan hingga 70
o
, pohon aren termasuk toleran terhadap tanaman
sekitarnya.tidak seperti pohon pinus tidak toleran, yakni membunuh segala tumbuhan di
sekitarnya karena begitu rakus terhadap air. Seluruh komponen yang ada dari pohon aren
bisa dimanfaatkan.
BIBLIOGRAPHY
Alie, Msy Efrodina Ribka. (2015). Kajian Erosi Lahan Pada DAS Dawas Kabupaten
Musi Banyuasin-Sumatera Selatan. Sriwijaya University.
Arsyad, S. (2010). Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press.
Findiana, Melisa Dwi Desi, Suharto, Bambang, & Wirosoedarmo, Ruslan. (2013).
Analisa Tingkat Bahaya Erosi pada DAS Bondoyudo Lumajang dengan
Menggunakan Metode Musle (In Press, JKPTB Vol 1 No 2). Jurnal Keteknikan
Pertanian Tropis Dan Biosistem, 1(2).
Kartika, Ika, Indarto, Indarto, Pudjojono, Muharyo, & Ahmad, Hamid. (2016). Pemetaan
tingkat bahaya erosi pada level Sub-DAS: Studi pada dua DAS Identik. Jurnal
Agroteknologi, 10(01), 117128.
Krisnayanti, Denik S., Udiana, I. Made, & Muskanan, Melati J. (2018). Pendugaan Erosi
dan Sedimentasi Menggunakan Metode Usle dan Musle pada DAS Noel-Puames.
Jurnal Teknik Sipil, 7(2), 143154.
Lesmana, Dwi Mayanti Mega, Cahyadi, Tedy Agung, SB, Waterman S. B. Waterman,
Nursanto, Edy, & Winarno, Eddy. (2020). Perbandingan Hasil Prediksi Laju Erosi
dengan Metode USLE, MUSLE, RUSLE Berdasar Literatur Review. Prosiding
Seminar Teknologi Kebumian Dan Kelautan, 2(1), 307312.
Maulana, Edwin Trisna. (2019). Analisis Erosi Lahan Menggunakan Metode Usle Pada
Sub Das Enim Kabupaten Muara Enim. Universitas Muhammadiyah Palembang.
Pasaribu, Parlin Hotmartua Putra, Rauf, Abdul, & Slamet, Bejo. (2018). Kajian Tingkat
Bahaya Erosi Pada Berbagai Tipe Penggunaan Lahan di Kecamatan Merdeka
Kabupaten Karo. Jurnal Serambi Engineering, 3(1).
Pratomo, Agus Joko. (2008). Analisis Kerentanan Banjir di Daerah Aliran Sungai
Sengkarang Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah dengan Bantuan Sistem
Informasi Geografis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Saputro, Ery Suryo. (2009). Analisis Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Pada Lahan Kering
Tegalan di Kecamatan Tretep Kabupaten Temanggung. Universitas Negeri
Semarang.
Sinaga, Janixon. (2014). Analisis Potensi Erosi pada Penggunaan Lahan Daerah Aliran
Sungai Sedau di Kecamatan Singkawang Selatan. Jurnal Teknologi Lingkungan
Lahan Basah, 2(1).
Sukamti, Endang Rini. (2007). Kontribusi mata kuliah pendukung bukan prasyarat
terhadap nilai perkembangan motoric pada mahasiswa angkatan tahun 2007.
Yogyakarta, UNY.
214 http://sostech.greenvest.co.id
Analisis laju erosi menggunakan metode USLE pada studi
kasus penambangan Sirtu, Selo, Boyolali, Provinsi Jawa
Tengah
SOSTECH, 2021
213
Sutedjo, Mul Mulyani, & Kartasapoetra, A. G. (2010). Pengantar Ilmu Tanah:
Terbentuknya tanah dan tanah pertanian. Rineka Cipta.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License
Dwi Mayanti Mega Lesmana, Tedy Agung Cahyadi, Waterman Sulistyana
Bargawa, Edy Nursanto, dan Eddy Winarno
215