498
Tugiah, Jamilus
PENGEMBANGAN PENDIDIK SEBAGAI SUMBER DAYA MANUSIA
UNTUK MEMPERSIAKAN GENERASI MILENIAL MENGHADAPI
ERA DIGITAL
Tugiah, Jamilus
Manajemen Pendidikan Islam IAIN Batusangkar
tugiahtugiah4@gmail.com, harunjamilus08@gmail.com
Diterima:
25 Mei 2022
Direvisi:
8 Juni 2022
Disetujui:
14 Juni 2022
Abstrak
Dalam era pembangunan saat ini, terutama jika dihadapkan pada situasi kehidupan yang
semakin mengglobal dan kompetitif, amat membutuhkan sumber daya manusia
Indonesia yang berkualitas tinggi. Tanpa memiliki kemampuan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang tinggi dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia, hanya
akan membawa pada posisi yang kurang menguntungkan, terutama guna mencapai
perbaikan hidup. Generasi millenial sangat erat kaitannya dengan Revolusi Industri 4.0
atau Revolusi Industri Generasi ke empat. Dimana revolusi ini menitikberatkan pola
digitalisasi dan otomasi disemua aspek kehidupan manusia. Banyak pihak yang belum
menyadari akan adanya perubahan tersebut terutama di kalangan pendidik, padahal
semua itu adalah tantangan generasi muda atau generasi millenial saat ini. Apalagi di
masa-masa sekarang generasi milenial mempunyai tantangan sendiri menghadapi era
revolusi Digital (Society 5.0 Dan Revolusi Industri 4.0) Sebagian besar tumbuh dan
berkembangan melalui pendidikan, sehingga pendidikan menjadi wahana bagi
pengembangan generasi milenial. Untuk itu, maka di perlukannya SDM yang kompeten
sebagai aset bagi proses pengembangan generasi milenial yang siap akan problematika
dan tantangan, Dengan demikian, SDM menjadi bagian penting dalam proses
pengembangan pendidikan bagi generasi milenial..
Kata kunci: Sumberdaya Manusia, Global, Generasi, Milenial
Abstract
In the current era of development, especially when faced with an increasingly globalized
and competitive life situation, urgently needs high-quality Indonesian human resources.
Without having high Human Resources (HR) capabilities and being able to compete
with other nations in the world, it will only lead to a less favorable position, especially
in order to achieve life improvement. The millennial generation is very closely related
to the Industrial Revolution 4.0 or the fourth Generation Industrial Revolution. Where
this revolution focuses on the pattern of digitization and automation in all aspects of
human life. Many parties are not aware of these changes, especially among educators,
even though these are challenges for the young generation or millennial generation
today. Moreover, nowadays the millennial generation has its own challenges facing the
era of the Digital revolution (Society 5.0 and the Industrial Revolution 4.0). Most of
them grow and develop through education, so that education becomes a vehicle for the
development of the millennial generation. For this reason, competent human resources
are needed as assets for the millennial generation development process who are ready
for problems and challenges. Thus, human resources are an important part of the
educational development process for the millennial generation.
Keywords: Human Resources, Global, Generation, Millennial
PENDAHULUAN
Manusia merupakan agen perubahan yang berperan penting dalam lembaga
pendidikan dan juga sebagai sumber daya utama yang harus diolah dan dikembangkan.
berpendapat bahwa SDM adalah perpaduan kemampuan daya pikir dan daya fisik yang
dimiliki seseorang (Suhadi & Arifianto, 2020). Oleh karena itu perlu perancangan dan
pengemasan dengan baik dalam pengembangan SDM, (Amalia et al., 2017) juga
e-ISSN 2774-5155
PENGEMBANGAN PENDIDIK SEBAGAI SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK
MEMPERSIAKAN GENERASI MILENIAL MENGHADAPI ERA DIGITAL
p-ISSN 2774-5147
499
Tugiah, Jamilus
berpendapatbahwa pengembangan SDM merupakan upaya peningkatan kualitas melal
ui program kegiatan seperti pelatihan, pendidikan, dan pengembangan. Tanpa adanya
kompetensi yang mampu berdaya saing maka cita-cita untuk memperbaiki kehidupan
yang lebih baik akan sulit dicapai Oleh sebab itu, peran
Lembaga Pendidikan memiliki pengaruh yang besar dalam mempersiapkan pendidik
yang handal dan berdaya saing (Idris, 2013).
Melalui proses pendidikan upaya menciptakan SDM yang berdaya saing dapat
dilakukan. Sebagaimana termasuk dalam undang-undang sistem pendidikan nasional,
nomor 20, tahun 2003 dimana pendidikan merupakan upaya yang diarahkan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar dapat diwujudkan dalam bentuk
kemampuan, keterampilan, sikap dan kepribadian yang sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional (UUD, 2003). Pendidik selaku SDM berperan dan berpengaruh dalam sebuah
proses yang dapat menghasilkan pendidikan yang baik (Widiansyah, 2018). Dalam
membahas SDM, tidak terlepas dari kegiatan manajemen seperti strategi perencanaan,
pengembangan manajemen dan pengembanagn lembaga (Sakban et al., 2019)
Pentingnya sumber daya manusia, menuntut setiap lembaga pendidikan untuk
mendapatkan SDM yang berkualitas dan produktif (Winarti, 2018). Maka dari itu perlu
manajemen pengembangan SDM dalam lembaga pendidikan di kelola dengan
sebaiknya. Pengembangan SDM merupakan upaya yang berkesinambungan dalam
meningkatkan SDM dalam arti yang luas yang dilakukan melalui proses pendidikan,
latihan dan pembinaan (Fitrah, 2017). Cara ini dianggap efektif agar pendidik tidak
semakin tertinggal.
Secara umum, terdapat dua orientasi pendidikan dalam pembangunan bangsa,
yaitu orientasi individual dan orientasi masyarakat (Rezky et al., 2019). Orientasi
individual, pendidikan berperan dalam pembentukan insan terdidik (educated person)
yaitu melalui proses pengembangan potensi diri (Ningrum, 2016; Zaman et al., 2022).
Kemampun yang dimiliki olehinsan terdidik merupakan sarana bagi pemahaman diri
dan lingkungan, upaya adaptasi dan partisipasi dalam perubahan, pelaku utama bagi
perubahan (inovator), dan memiliki orientasi prediktif dan antisipatif. Dengan demikian,
manusia terdidik dapat menjadi anutan bagi yang lainya (reference behavior) dan
memiliki andil dalam membangun masyarakat (society building). Untuk itu, manusia
terdidik harus memiliki keunggulan partisipatif bagi terwujudnya transformasi sosial
yang menyeluruh. Sedangkan orientasi masyarakat, pendidikan memiliki tiga peran
utama yakni sebagai agen konservatif (agent of conservation), agen inovatif (agent of
innovation), dan agen perubahan (agent of change). Sebagai agen konservatif,
pendidikan secara operasional praktis melalui kegiatan pembelajaran yang berorientasi
pada penanaman dan pelestarian nilai-nilai sosialbudaya asli (indigeneous) yang
memiliki ketangguhan dan ketahanan (homeostatic). Dengan demikian, masyarakat
akan memiliki jati diri dalam menyikapi arus globalisasi.
Sebagai agen inovatif, pendidikan memiliki peran dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, mendesiminasikan, mensosialisasikan, dan mengaplikasikannya. Melalui
perannya tersebut, pendidikan akan menghasilkan masyarakat pembelajar (learning
society) yang diekspresikan dengan gemar mencari informasi, menggunakan, dan
mengkomunikasikannya. Sedangkan sebagai agen perubahan, pendidikan memiliki
konsekuensi terhadap aplikasi dari produk inovasi pendidikan, sehingga pendidikan
menjadi katalisator bagi terjadinya transformasi sosial. Pendidikan tidak hanya
berorientasi pada masa sekarang, melainkan bersifat dinamis dan antisipatif bagi
terjadinya perubahan. Dengan beberapa peran yang dimilikinya tersebut, pendidikan
dituntut memiliki sumber daya pendidikan unstuck mempersiapkan pelaku-pelaku
perubahan yang tangguh, unggul, partisipatif, dan kompetitif.
Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana,
sarana, dan prasarana (UURI No. 20 Tahun 2003). Selanjutnya dinyatakan bahwa tenaga
e-ISSN 2774-5155
PENGEMBANGAN PENDIDIK SEBAGAI SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK
MEMPERSIAKAN GENERASI MILENIAL MENGHADAPI ERA DIGITAL
p-ISSN 2774-5147
500
Tugiah, Jamilus
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk
menunjang penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya, dalam pembahasan ini, tenaga
kependidikan dipakai istilah sumber daya manusia pada bidang pendidikan. Mengingat
peran penting dan strategis bidang pendidikan, maka pengembangan sumber daya
manusia pada bidang ini menjadi tuntutan, baik tuntutan yuridis formal dan teknis
operasionalnya maupun tuntutan penguasaan teoretis dan praktik empiris.
Pertanyaannya adalah bagamana pengembangan sumber daya manusia yang
berorientasi pada peningkatan kualitas dan ketercapaian tujuan pendidikan nasional.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara library
research/studi pustaka. Studi pustaka merupakan suatu metode yang menggunakanan
sumber bacaan relevan yang telah ada, yang sesuai dengan topik yang akan dibahas dan
diperluas pemahamannya. Buku atau artikel jurnal yang sesuai dan terikat dengan topik
yang disajikan digunakan sebagai bahan bacaan, untuk memahami dengan cermat isi
dari hasil pikiran tokoh yang hasilnya menjadi materi bahasan dalam tulisan ini ataupun
bermacam macam tanggapan dan kajian yang krusial dan penting atas hasil pemikiran
tersebut. Tulisan ini dikembangkan dari bermacammacam sumber bacaan yang
disajikan, termasuk mengaukan argumen atau komentar kritis, khususnya pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengembangan pendidik sebagai Sumber Daya Manusia
Pengembangan sumber daya manusia merupakan pilihan yang memiliki arti
strategis bagi bangsa Indonesia karena proses pembangunan nasional harus
berkesinambungan dan dinamis meniscayakan adanya sumber daya manusia yang
berkualitas, disamping itu sumber daya manusia yang berkualitas akan memungkinkan
bangsa Indonesia merebut keunggulan kompetitif atas bangsa-bangsa lain didunia.
Pengembangan sumber daya manusia di masa depan dihadapkan pada era global yang
sarat dengan tantangan yang semakin kompleks. Dalam era ini batas-batas politik,
ekonomi, dan sosial budaya antar bangsa menjadi begitu transparan sehingga
menimbulkan persaingan antar bangsa yang sangat tajam terutama dalam bidang
ekonomi serta dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan tekhnologi akan dapat
mengambil manfaat dari proses ini dapat dicapai terutama dengan peningkatan kualitas
SDM yang peka serta mampu memanfaatkan berbagai peluang. Dalam era persaingan
global, SDM yang berkualitas adalah mereka yang mampu menguasai suatu bidang
keahlian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, mampu melaksanakan pekerjaan
secara profesional, serta mampu menghasilkan karya-karya unggul yang dapat bersaing
didunia.
Penguasaan terhadap berbagai cabang keterampilan dan keahlian yang sesuai
dengan perkembangan iptek mutlak diperlukan dalam rangka menggerakkan berbagai
sektor industri dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan produktivitas nasional
secara berkelanjutan. Pembangunan dengan menekankan pada peningkatan SDM inilah
yang akan mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
(sustainable economic growth).
Tantangan lain bangsa dimasa depan bersumber dari perubahan yang terjadi
dalam berbagai kehidupan, pada dasarnya perubahan merupakan suatu proses yang
berkelanjutan baik yang terjadi secara alamiah maupun dampak dari pembangunan yang
sistematis. Perubahan yang terjadi secara menyeluruh dan multidimensional sering
berakibat terhadap terjadinya transformasi struktural (structural tranformation).
Tranformasi struktural inilah yang memberikan dampak sangat mendasar terhadap
terjadinya pergeseran nilai, sikap dan perilaku manusia Indonesia yang sekaligus
merupakan tantangan bagi usaha pendidikan. Dalam rangka pengembangan kualitas
e-ISSN 2774-5155
PENGEMBANGAN PENDIDIK SEBAGAI SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK
MEMPERSIAKAN GENERASI MILENIAL MENGHADAPI ERA DIGITAL
p-ISSN 2774-5147
501
Tugiah, Jamilus
SDM ini Indonesia diperkirakan akan dihadapkan pada era transformasi masyarakat
Indonesia dari agraris menuju masyarakat industri yang ditandai oleh berbagai
perubahan fisik, pranata sosial dan adanya pergeseran nilai sistem. Dan sebagai salah
satu indikator dari terjadinya proses tinggal landas. Tranformasi tersebut diakibatkan
oleh berkembangnya kegiatan ekonomi industrial dengan teknologi yang tepat
guna.Perkembangan industri mengakibatkan munculnya jenis-jenis pekerjaan dan
kualifikasi jabatan yang beraneka ragam dan memerlukan jenis-jenis keterampilan dan
keahlian baru sesuai dengan perkembangan iptek. Jabatan dan keahlian yang semakin
beraneka ragam ini juga akan mengakibatkan timbul berbagai bentuk perubahan fisik,
pranata sosial, dan pergeseran sistemnilai.
Dengan demikian tidaklah mengherankan jika dalam masyarakat kita akan
terjadi semacambenturan antara nilai-nilai tradisional yang melekat pada budaya agraris
dengan nilai-nilai budaya industri yang baru berkembang pada sebagian masyarakatnya.
Dengan demikian tantangan penting lainnya bagi kita ialah mengembangkan dan
menanamkan nilai-nilai budayaindustrial yang mampu memacu produktivitas nasional
yang tetap berlandaskan nilai-nilai kepribadian bangsa. Dan sasaran utama
pengembangan jangka panjang adalah terciptanyakualitas manusia dan kualitas
masyarakat Indonesia maju dalam suasana tentram dan sejahtera lahir batin, dalam tata
kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang berdasarkan Pancasila,selaras dengan
hubungan antara sesama manusia, manusia dengan masyarakat, manusia dengan alam
lingkungannya, manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Sumber daya manusia adalah kekuatan fisik manusia, pengetahuan, keahlian
atau keterampilan, semangat dan kreativitas, kepribadian yang dimiliki oleh individu.
Sumber daya manusia yang besar jumlahnya dengan kualitas yang relatif rendah
merupakan beban yang cukup berat bagi pembangunan Indonesia, karena penduduk
yang besar dengan kondisinya yang masih berat kearah sebagai obyek. Permasalahan
utamanya adalah bagaimana menjadikan manusia Indonesia dari posisi obyek dan beban
pembangunan menjadi subyek dan asset pembangunan. Dengan demikian untuk
penyiapan SDM, maka perlu diperhatikan beberapa hal :
1. Disamping adanya keimanan, sumber daya manusia harus mempunyai visi dan misi
untuk kemaslahatan (kesejahteraan dan keselamatan dunia dan akhirat) untuk
kemaslahatan.
2. SDM yang mampu menciptakan peluang kerja. Ini erat sekali kaitannya dengan
penciptaan lapangan pekerjaan dan kualitas produksinya. Ini semua tidak akan
terwujud, jika kualitas dan prestasi SDM nya rendah.
3. SDM mampu mewujudkan keadaan masyarakat dan negara yang damai. Ini
mencakup SDM teknis dan SDM non-teknis, sebagaimana uraian diatas. Jadi politisi
masuk disini.
4. SDM yang bertanggung jawab untuk kemaslahatan umat dan membawa pada
meningkatnya iman dan taqwa.
Dalam rangka mempercepat peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut: 1) Pendidikan, yang
dapat memberikan kemampuan-kemampuan intelektualitas yang terlibat dalam proses
kreatif, 2) Teknologi, yang memberikan kemudahan-kemudahan teknis dan standard
kerja yang produktif, 3) kemajuan ekonomi, yang memberikan dampak psikologis untuk
menampilkan diri lebih baik dan kebutuhan untuk memperbaiki kesejahteraan
masyarakat, 4) Terbukanya mobilitas vertical didalam masyarakat, yang dapat
merangsang orang untuk mencapai posisi yang lebih tinggi melalui prestasi-prestasinya.
Dengan adanya keempat hal diatas akan terwujudlah cita-cita bangsa yang mempunyai
kualitas sumber daya yang berkualitas. Yang mampu berkompetisi dengan negara-
negara lain dan dapat mengembangkan potensi-potensi yang diimbangi dengan kualitas
dan produktivitas yang tinggi.
Dan yang bertanggung jawab menggarap masalah ini, dipikulkan pada: Pertama:
Lembaga keluarga, yang dapat memberikan teladan, etika, disiplin, tata cara
e-ISSN 2774-5155
PENGEMBANGAN PENDIDIK SEBAGAI SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK
MEMPERSIAKAN GENERASI MILENIAL MENGHADAPI ERA DIGITAL
p-ISSN 2774-5147
502
Tugiah, Jamilus
berkomunikasi, nilai-nilai agama, kesopanan dan lain-lain. Kedua: Lembaga Pendidikan
dan Latihan, yang memberikan pengetahuan, metodologi, motivasi formal, teori-teori
dan lain-lain. Ketiga: Lembaga sosial (baik organisasi kemasyarakatan, perusahaan
maupun lembaga keagamaan), yang dapat menambah hal-hal yang diberikan oleh kedua
lembaga terdahulu, disamping memberikan dorongan atau motivasi dan kesempatan
untuk berprestasi. Keempat: Lembaga Pemerintah, untukmemberikan legalitas dan
peraturan perundangan yang mendukung terselenggaranya segala upaya pengembangan
dan peningkatan sumber daya manusia tersebut, disamping dukungan-dukungan lain.
Dengan menggunakan lembaga-lembaga tersebut diatas akan lebih mudah kita dalam
meningkatkan SDM yang berkualitas tinggi dan melahirkan potensi manusia yang
kreatif, produktif dan berkepribadian.
Generasi Milenial
Milenial (juga dikenal sebagai Generasi Y atau Generasi Langgas) adalah
kelompok demografi setelah Generasi X (Gen-X). Istilah milenial pertama kali hadir
diketahui dari seorang penulis bernama William Strauss dan Neil Howe. keduanya
dianggap sebagai pencipta dari istilah milenial pada tahun 1987. Ketika istilah tersebut
pertama kali muncul, anak-anak yang lahir pada tahun 1987 mulai masuk pra-sekolah
dan media-media mulai menyebut kelompok anak tersebut terhubung ke dalam istilah
milenium. Dua penulis tersebut, menulis mengenai kelompok milenium pada bukunya
yang berjudul “The History of America’s Future Generations, 1584 to 2069 (1991)”
serta buku berjudul “Millennials Rising: The Next Great Generation (2000)”.
Kemudian pada tahun 1993, tepatnya pada bulan Agustus sebuah majalah
bernama Advertising Age mulai mencetuskan istilah generasi Y. Gen Y tersebut
digunakan untuk menggambarkan anak yang masih berusia 11 tahun atau lebih muda
dan remaja. Kelompok tersebut, kemudian didefinisikan sebagai kelompok yang
berbeda dari gen X. Seorang psikolog bernama Jean Twenge mengungkapkan, bahwa
istilah milenial dijelaskan sebagai generation me di tahun 2006 pada bukunya yang
berjudul “Generation Me: Why Today Young American Ar More Confident, Assertive,
Entitled and More Miserable Than Ever Before”. Dalam bukunya tersebut, Twenge
menjelaskan bahwa istilah milenial merupakan sebutan yang kurang tepat. Sebab
Twenge berpendapat bahwa milenial merupakan generasi yang sama dengan gen X yang
berusia lebih muda dan menjadi bagian dalam generation me.
Jean twenge memberikan atribut pada generasi milenial dengan karakter-
karakter khasnya seperti percaya diri, toleran, narsis dan sadar pada haknya, sesuai
dengan hasil survei dari kepribadian milenial. Kemudian di tahun 2003, majalah Time
membuat sebuah artikel yang berjudul Millenial: Me Me Me Generation dan definisi
milenial sebagai generation me dari Jean Twenge pun terus digunakan oleh media lain.
Selain psikolog Jean Twenge, seorang ahli demografi bernama William Strauss dan Neil
Howe yaitu pencetus dari istilah milenial, mendefinisikan milenial sebagai anak-anak
yang lahir di tahun antara 1982 hingga 2004. Howe menjelaskan lebih lanjut, bahwa ada
garis pemisah antara generasi milenia dengan gen z yang memiliki sementara. Sebab,
Howe berpendapat bahwa ia tidak bisa memisahkan milenial dan gen z hingga anak-
anak dalam era tersebut dewasa. Baik Strauss dan Howe percaya bahwa setiap era
generasi memiliki karakteristik yang umum dan karakteristik tersebut akan menjadi
karakter generasi dengan empat pola yang terus berulang.
Menurut hipotesis dari Strauss dan Howe, generasi milenial memiliki karakter
yaitu berwawasan sipil dengan empati yang kuat pada komunitas lokal maupun global
(Prasetyanti, 2017). Keduanya pun menjelaskan, bahwa ada tujuh karakter yang dimiliki
oleh milenial di antaranya ialah, spesial, terlindungi, percaya diri, memiliki wawasan
kelompok, konvensional, tahan terhadap tekanan, serta selalu mengejar pencapaian.
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Strauss dan Howe tentang milennial pun
memberikan banyak pengaruh serta kritik. Kritik tersebut datang pula dari Twenge yang
menganggap bahwa Strauss serta Howe dianggap terburu-buru dalam mengambil
e-ISSN 2774-5155
PENGEMBANGAN PENDIDIK SEBAGAI SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK
MEMPERSIAKAN GENERASI MILENIAL MENGHADAPI ERA DIGITAL
p-ISSN 2774-5147
503
Tugiah, Jamilus
kesimpulan mengenai milenial. Generasi milenial kini, mungkin telah mulai
mendapatkan pekerjaan serta telah menginjak usia dewasa. Saat ini, bahkan generasi
milenial kerap kali disebut-sebut sebagai salah satu generasi yang cukup berpengaruh
dalam dunia kerja serta bidang lainnya. Dengan memiliki karakteristik yang khas, orang
tua harus mampu membimbing generasi milenial, agar anak-anak milenial mampu
menjadi sosok dengan kepribadian yang lebih baik. Oleh karena itu, hadir buku berjudul
“Mempersiapan Generasi Milenial Ala Psikolog” yang ditulis oleh Tim dosen dari
fakultas psikologi, Unika Atma Jaya Jakarta.
Tidak ada batas waktu yang pasti untuk awal dan akhir dari kelompok ini. Para
ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok
ini hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran. Milenial pada umumnya adalah anak-
anak dari generasi Baby Boomers. Milenial kadang-kadang disebut sebagai "Echo
Boomers" karena adanya 'booming' (peningkatan besar), tingkat kelahiran pada tahun
1980-an dan 1990-an. Untungnya di abad ke 20 tren menuju keluarga yang lebih kecil
di negara-negara maju terus berkembang, sehingga dampak relatif dari "baby boom
echo" umumnya tidak sebesar dari masa ledakan populasi pasca Perang Dunia II.
Generasi millenial atau generasi Y mereka adalah generasi yang cenderung
lebih fleksibel dan menyukai kebebasan serta hal yang sifatnya personal. Sikap kerja
mereka pun berbeda dengan generasi-generasi sebelumnya, salah satunya adalah
generasi millenial memiliki preferensi yang kuat terkait dengan struktur organisasi dan
sistem yang mendukungnya. Generasi ini identik dengan teknologi, khususnya internet
dan media sosial. Menurut penelitian (Hanim & Yuriadi, 2019; Haq, 2020; Poluakan et
al., 2019), generasi milenial tidak bisa dilepaskan dari penggunaan teknologi, terutama
internet, karena hal itu sudah menjadi kebutuhan pokok mereka dan kebanyakan dari
mereka memiliki media sosial.
Menurut (Ali & Purwandi, 2017),Generasi Y atau sering disebut generasi
millenial yaitu generasi yang memiliki karakteristik yang setiap individunya berbeda
karena tergantung di tempat mana ia dibesarkan, ekonomi keluarganya, kehidupan
sosialnya, dan memiliki pola komunikas yang terbuka, pengguna sosial media yang
fanatik dan kehidupan generasi Y sangat dipengaruhi oleh teknologi dengan kata lain
generasi Y adalah generasi yang lahir dan tumbuh disaat kemajuan teknologi informasi
yang cepat. Generasi Y yang kemudian disebut generasi millenial sangat menyukai
keterbukaan yang artinya perilaku komunikasi generasi millenial identik dengan verbal,
frontal, dan konfrontatif.
KESIMPULAN
Generasi milenial dan pendidikan merupakan dua konsep yang berbeda, tetapi
memiliki keterkaitan yang saling mempengaruhi satu sama lain. Dalam konstelasi
tulisan ini, generasi milenial sebagian besar tumbuh dan berkembangan melalui
pendidikan, sehingga pendidikan menjadi wahana bagi pengembangan generasi
milenial. Untuk itu, maka pendidikan memerlukan SDM yang kompeten sebagai aset
bagi proses pengembangan generasi milenialyang siap akan problematika dan
tantangan, SDM yang kompeten tersebut dicapai melalui proses pengembangan.
Dengan demikian, SDM menjadi bagian penting dalam proses pengembangan
pendidikan bagi generasi milenial Untuk meningkatkan sumber daya manusia agar
menjadi lebih efektif dan efisien maka diperlukan maka diperlukan langkah-langkah
yang sesuai agar tujuan yang ingin dicapai dapat terpenuhi.
Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen
saling yang saling terkait secara fungsional bagi tercapainya pendidikan yang
berkualitas. Setidaknya terdapat empat komponen utama dalam pendidikan, yaitu:
SDM, dana, sarana, perasarana, dan kebijakan. Komponen SDM dapat dikatakan
menjadi komponen strategis, karena dengan SDM berkualitas dapat mendayagunakan
komponen lainnya, sehingga tercapai efektivitas dan efisiensi pendidikan. Di mana
SDM berkualitas dapat dicapai dengan pengembangan SDM. Sebagai seorang
e-ISSN 2774-5155
PENGEMBANGAN PENDIDIK SEBAGAI SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK
MEMPERSIAKAN GENERASI MILENIAL MENGHADAPI ERA DIGITAL
p-ISSN 2774-5147
504
Tugiah, Jamilus
pendidik kita harus memiliki tanggung jawab untuk membawa mereka bertahan dengan
kehidupan yang akan datang dan mempersiapkan peserta didik kita dengan skill masa
depan (future skill), dimana Revolusi Digital muncul dengan menekankan pembaharuan
serba teknologi di antaranya lewat pola digital economy (digitalisasi ekonomi), artificial
intelligence (kecerdasan buatan), big data (data dalam skala besar), robotic (pemakaian
robot sebagai tenaga kerja). Generasi millenial sangat erat kaitannya dengan Revolusi
Industri 4.0 atau Revolusi Industri Generasi ke empat. Dimana revolusi ini
menitikberatkan pola digitalisasi dan otomasi disemua aspek kehidupan manusia.
Banyak pihak yang belum menyadari akan adanya perubahan tersebut terutama di
kalangan pendidik, padahal semua itu adalah tantangan generasi muda atau generasi
millenial saat ini. Apalagi di masa-masa sekarang generasi milenial mempunyai
tantangan sendiri menghadapi era revolusi industry Digital (Society 5.0 Dan Revolusi
Industri 4.0).
Pengembangan SDM adalah upaya peningkatan kualitas tenaga kependidikan,
melalui pendidikan dan pelatihan. Terdapat dua jenis pengembangan SDM, yaitu
pengembangan secara formal dan secara informal. Kedua jenis pengembangan SDM
tersebut dalam kenyataannya tidak bersifat dikotomis, melainkan saling melengkapi
sebagai suatu upaya peningkatan kualitas SDM. Terdapat lima domain penting dalam
pengembangan SDM bidang pendidikan, yaitu: profesionalitas, daya kompetitif,
kompetensi fungsional, keunggulan partisipatif, dan kerja sama. Pengembangan pada
kelima domain tersebut diperlukan upaya pengendalian mutu terpadu atau total quality
control (TQC). Selain itu, pendidikan dan latihan sebagai wahana pengembangan SDM
diperlukan suatu program diklat terpadu agar tercapai efektivitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, H., & Purwandi, L. (2017). Milenial nusantara. Gramedia Pustaka Utama.
Amalia, N. F., Dayati, U., & Nasution, Z. (2017). Peran agen perubahan dalam
pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat pesisir pantai bajulmati
kabupaten Malang. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, Dan Pengembangan,
2(11), 15721576.
Fitrah, M. (2017). Peran kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan. Jurnal
Penjaminan Mutu, 3(1), 3142.
Hanim, L. M., & Yuriadi, Y. (2019). POLA DIDIK ORANG TUA TERHADAP ANAK
DI ERA MILENIAL. Personifikasi: Jurnal Ilmu Psikologi, 10(2), 158171.
Haq, T. Z. (2020). Pola Asuh Orang Tua Dalam Perilaku Sosial Generasi Millenial
Ditinjau Dari Neurosains. Al-Mada: Jurnal Agama, Sosial, Dan Budaya, 3(1), 88
108.
Idris, R. (2013). Pendidikan Sebagai Agen Perubahan Menuju Masyarakat Indonesia
Seutuhnya. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, 16(1), 62
72.
Ningrum, E. (2016). Pengembangan sumber daya manusia bidang pendidikan. Jurnal
Geografi Gea, 9(1).
Poluakan, M. V., Dikayuana, D., Wibowo, H., & Raharjo, S. T. (2019). Potret Generasi
Milenial pada Era Revolusi Industri 4.0. Focus: Jurnal Pekerjaan Sosial, 2(2),
187197.
Prasetyanti, R. (2017). Generasi Millennial dan inovasi jejaring demokrasi teman ahok.
Jurnal Polinter: Kajian Politik Dan Hubungan Internasional, 3(1).
Rezky, M. P., Sutarto, J., Prihatin, T., Yulianto, A., & Haidar, I. (2019). Generasi
Milenial yang Siap Menghadapi Era Revolusi Digital (Society 5.0 dan Revolusi
Industri 4.0) di Bidang Pendidikan Melalui Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana (PROSNAMPAS), 2(1),
11171125.
e-ISSN 2774-5155
PENGEMBANGAN PENDIDIK SEBAGAI SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK
MEMPERSIAKAN GENERASI MILENIAL MENGHADAPI ERA DIGITAL
p-ISSN 2774-5147
505
Tugiah, Jamilus
Sakban, S., Nurmal, I., & Ridwan, R. bin. (2019). Manajemen sumber daya manusia.
Journal Of Administration and Educational Management (ALIGNMENT), 2(1),
93104.
Suhadi, S., & Arifianto, Y. A. (2020). Pemimpin Kristen Sebagai Agen Perubahan di
Era Milenial. EDULEAD: Journal of Christian Education and Leadership, 1(2),
129147.
Widiansyah, A. (2018). Peranan sumber daya pendidikan sebagai faktor penentu dalam
manajemen sistem pendidikan. Cakrawala-Jurnal Humaniora, 18(2), 229234.
Winarti, E. (2018). Perencanaan manajemen sumber daya manusia lembaga pendidikan.
Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Ilmiah, 3(1), 126.
Zaman, M. B., Nawir, M. S., Islamy, A., & Aninnas, A. (2022). Harmonisasi Pendidikan
Islam dan Negara: Pengarustamaan Nilai-nilai Pancasila dalam Orientasi
Pendidikan Pesantren di Indonesia. TARBAWI, 10(2), 139164.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License