525
Tugiah, Asmendri
BELAJAR AGAMA SANGAT MENYENANGKAN DENGAN METODE
JOYFULL LEARNING
Tugiah, Asmendri
Manajemen Pendidikan Islam IAIN Batusangkar
tugiahtugiah4@gmail.com, asmendri@iainbatusangkar.ac.id
Diterima:
25 Mei 2022
Direvisi:
8 Juni 2022
Disetujui:
14 Juni 2022
Abstrak
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam atau sering disingkat dengan PAI kurang
diminati oleh peserta didik. Hal ini terbukti dengan kurangnya respon semangat ketika
pembelajaran PAI dimulai, pasif, kurangnya rasa responsif pada pembelajaran. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya tenaga pengajar yang kompeten, mengajar dengan
pemaksaan serta kurangnya waktu pada Pembelajaran. Keberhasilan penyelenggaraan
pendidkan tidak hanya sekedar transfer of knowledge saja, tetapi lebih pada
pembentukan kepribadian seseorang sehingga dapat mengenal potensi diri dan
selanjutnya dapat mengembangkan potensi tersebut sebagai suatu usaha untuk mencapai
tujuan hidupnya. Mata pelajaran pendidikan agama Islam adalah mata pelajaran yang
bertujuan untuk memberikan pemahaman ajaran-ajaran Islam kepada peserta didik dan
membentuk keluhuran budi dalam rangka menempuh hidup bahagia dunia dan akhirat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, ada beberapa hal yang harus terpenuhi, salah satunya
yaitu penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dan sesuai dengan materi ajar.
Tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah masih banyak guru agama Islam yang
saat ini masih menekankan metode ceramah pada proses pembelajaran. Padahal dengan
luasnya materi pembelajaran PAI yang harus disampaikan, seorang guru PAI tidak dapat
menyampaikan materi pembelajaran hanya dengan penggunaan metode ceramah.
Kata kunci: Pembelajaran Pendidikan Agama Slam, Motivasi Belajar, Mata
Pelajaran PAI
Abstract
Islamic Religious Education or often abbreviated as PAI is less desirable by students.
This is evidenced by the lack of enthusiasm response when PAI learning begins, passive,
lack of responsiveness to learning. This is due to the lack of competent teaching staff,
coercive teaching and lack of time in learning. The success of organizing education is
not just a transfer of knowledge, but rather on the formation of one's personality so that
one can recognize one's potential and can further develop that potential as an effort to
achieve his life goals. Islamic religious education subjects are subjects that aim to
provide an understanding of Islamic religious teachings to students and form nobility of
mind in order to lead a happy life in this world and the hereafter. However, the problem
that occurs in the field is that there are still many Islamic religious teachers who
currently still emphasize the lecture method in the learning process.
Keywords: Islamic Religious Education Learning, Learning Motivation, PAI Subjects
PENDAHULUAN
Pembelajaran di sekolah harusnya mampu menjadikan peserta didik untuk
memahami, menikmati proses belajar dan mengimplementasikan hasil belajarnya dalam
kehidupan sehari-hari (Suardi, 2018). Namun sangat disayangkan, harapan tak sesuai
dengan ekspetasi yang direncanakan dalam pendidikan. Undang-Undang No 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Undang-undang tersebut menjelaskan keinginan adanya suatu pendidikan yang
paling utama ialah agar peserta didik secara aktif memiliki kekuatan spiritual
keagamaan. Selain itu dalam Undang-undang tentang Sisdiknas tertulis, pada pasal 40
526
Tugiah, Asmendri
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
ayat (2) berbunyi “pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban menciptakan
suasana yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis”. Keadaan
tersebut harus dibangun oleh pendidik tanpa membedakan genre ilmu, baik secara
umum maupun ilmu agama. Masalah terbesar dalam pembelajaran ini, yakni munculnya
anggapan-anggapan yang kurang menyenangkan tentang Pendidikan Agama Islam yang
mana materi yang sering disuguhkan selalu melalui hafalan, pembelajarannya yang
monoton, kaku sehingga kurang diminati oleh peserta didik (Y. M. Rahayu, 2017).
Hal ini terbukti statment yang disampaikan oleh Muhadjir Effendy sebagai
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun lalu bahwa minimnya
pendidikan agama di sekolah umum disebabkan oleh kurangnya tenaga pengajar yang
kompeten, melaksanakan proses pembelajaran dengan pemaksaan. Dalam acara seminar
yang digelar oleh alumni Pendidikan Guru Agama (PGA).” Terkait dengan pernyataan
tersebut, substansi dari pendidikan Islam penuh dengan esensi yang wajib dipraktikkan.
Namun pada realitanya, tidak sedikit proses pembelajaran yang dilaksanakan cenderung
membosankan di kelas. Padahal, ketika memasuki sebuah sekolah, sebenarnya peserta
didik dan pendidik sedang memasuki sebuah lingkungan belajar. Namun kenyataannya,
lebih sempit lagi, mereka memasuki sebuah gedung yang masih terbagi lagi menjadi
beberapa ruangan yang sering disebut dengan kelas (Uno & Mohamad, 2022).
Sementara untuk membantu melancarkan pembelajaran, dibutuhkan adanya
panca indera, misalnya jika lingkungan belajar tidak memuaskan indra mata seperti
gambar dan tulisan tidak menarik, tidak ada alunan ritme nada yang terdengar oleh
telinga (Suwastarini et al., 2015). Ditambah udara pengap dan tidak sejuk maka yang
terjadi adalah terganggunya proses pembelajaran, sehingga peserta didik kurang
berminat untuk belajar (Alamsyah & Ahwa, 2020; Indriasih, 2015; Nurfitriyanti, 2016)
Akan tetapi, berbeda bila menerapkan pembelajaran yang menyenangkan atau
joyfull learning. Joyfull learning merupakan suatu sistem proses pembelajaran secara
menyenangkan.4 Joyfull learning menyajikan cara belajar yang asyik, dimana peserta
didik diajak belajar sambil bermain, artinya proses pembelajaran dikemas dalam situasi
menyenangkan, baik dilaksanakan di dalam kelas maupun di alam sekitar. Melalui
pembelajaran yang menyenangkan diharapkan mampu menciptakan daya minat,
kreativitas dari siswa secara sempurna, sehingga menumbuhkan proses pembelajaran
yang baik. Untuk itu, patutnya instansi pendidikan mampu menciptakan sistem pembelaj
aran yang menyenangkan membuat dimana peserta didik tidak tertekan, bahagia, dan
mampu menikmati pembelajaran yang sedang berlangsung. Salah satu instansi
pendidikan yang menerapkan sistem pembelajaran menyenangkan.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara library
research/studi pustaka. Studi pustaka merupakan suatu metode yang menggunakanan
sumber bacaan relevan yang telah ada, yang sesuai dengan topik yang akan dibahas dan
diperluas pemahamannya. Buku atau artikel jurnal yang sesuai dan terikat dengan topik
yang disajikan digunakan sebagai bahan bacaan, untuk memahami dengan cermat isi
dari hasil pikiran tokoh yang hasilnya menjadi materi bahasan dalam tulisan ini ataupun
bermacam macam tanggapan dan kajian yang krusial dan penting atas hasil pemikiran
tersebut. Tulisan ini dikembangkan dari bermacammacam sumber bacaan yang
disajikan, termasuk mengaukan argumen atau komentar kritis, khususnya pada
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode Joyfull Learning
Di zaman modern saat ini banyak pembelajaran yang menyenangkan denganm
berbagai metode dan tekniknya. Namun tidak banyak dari pendidik memahami dan
mengaplikasikannya ke dalam proses pembelajaran, akibatnya banyak dari peserta didik
527
Tugiah, Asmendri
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
yang jenuh belajar di kelas. Dampak dari kejenuhan ini peserta didik tidak semangat
belajar atau kurang berminat belajar, sehingga menghambat tujuan pembelajaran.
Misalnya timbul rasa malas untuk belajar, ilmu yang disampaikan oleh pendidik tidak
diserap baik oleh peserta didik, proses pembelajaran tidak kondusif dan lain sebagainya.
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut ialah menggunakan pembelajaran yang
menyenangkan (joyfull learning) (Fajri et al., 2016). Joyfull learning berasal bahasa
Inggris, joyfull yang artinya menyenangkan sedangkan learning yang artinya
pembelajaran (Triastuti, 2014). Joyfull learning merupakan pebelajaran yang dalam
prosesnya tidak menerapkan tekanan baik dari segi psikologis maupun fisik, dalam
pelaksanannya diciptakan suasana yang menyenangkan, kreatif, penuh dengan
kegembiraan (Permatasari et al., 2014). Pembelajaran menyenangkan bukan berarti
mengajak peserta didik untuk tertawa terbahak-bahak, bersenang-senang, bermain-main
terus.
Akan tetapi, pembelajaran yang menyenangkan terdapat daya tarik yang kuat
antara pendidik dan peserta didik dalam keadaan yang tidak ada paksaaan di dalamnya.
Radno Harsanto menyebutkan bahwa “menyenangkan adalah menjadikan senang,
membuat bersuka hati, membangkitkan rasa senang hati, memuaskan, menarik hati,
merasa puas dan sebagainya. Proses pembelajaran akan terasa menyenangkan jika
peserta didik yang aktif di dalamnya.”
Metode Pembelajaran
Menurut Djamaluddin dan Abdullah di dalam bukunya Darmadi bahwa
“metode berasal dari kata meta yang berarti melalui dan hodos jalan. Metode adalah
suatu jalan yang perlu dilalui untuk menggapai tujuan.”6 Metode merupakan cara yang
sudah direncanakan dan disiapkan secara matang dalam mencapai keinginan yang
diharapkan. Menurut Slameto dalam bukunya Nining
Mariyaningsih dan Mistina Hidayati bahwa “metode mengajar merupakan cara
yang dilalui dalam mengajar, artinya metode pembelajaran ialah cara yang
diimplementasikan yang sebelumnya sudah direncakan dan disusun dengan maksimal.”
1. Tujuan Metode Pembelajaran
Adapun tujuan dari metode pembelajaran menurut Halid Hanafi sebagai
berikut:
1. Untuk membantu peserta didik mengembangkan pengetahuan, keterampilan,
sikap kepribadian yang baik.
2. Untuk membiasakan berlajar memahami, berpikir sehat, rajin dan mengajukan
ide atau pendapat.
3. Memudahkan proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
4. Menghemat waktu, tenaga yang digunakan dalam menyampaikan materi
5. Menciptakan suasana belajar yang menumbuhkan semangat dan keaktifan di
kelas.
Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi pendidik unstuck menyampaikan materi
dan peserta didik dalam memahami pembelajaran demi mencapai tujuan yang
diinginkan.
2. Macam-macam Metode Pembelajaran
a. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah salah satu metode pembelajaran dengan
mempraktikkan suatu kejadian peristiwa untuk membantu peserta didik memahami
materi pembelajaran atau memperoleh jawaban melalui pengamatan.
b. Metode Ceramah
Metode ceramah adalah suatu metode yang melibatkan pendidik untuk berperan
aktif di dalam kelas. Sedangkan peserta didik hanya mendengarkan dan mencermati apa
yang disampaikan oleh pendidik.
528
Tugiah, Asmendri
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Namun pada umumnya bila pendidik berlebihan dalam menyampaikan materi,
maka peserta didik akan jenuh dan tidak memperhatikan materi pembelajaran. Untuk itu
sebaiknya pendidik dapat mengatur porsi bicara dalam menyampaikan materi.
c. Metode Tanya Jawab
Dalam proses belajar dan mengajar dibutuhkan adanya pendidik dan peserta
didik. Pembelajaran dikatakan berhasil ketika mampu menciptakan keadaan aktif di
kelas. Menurut Bukhari Umar bahwa “metode tanya jawab dapat diartikan sebagai cara
penyampaian yang dilakukan saat pelajaran
dengan cara pendidikan mengajukan pertanyaan dan peserta didiknya yang
menjawab.”
d. Metode Diskusi
Diskusi merupakan kegiatan atau aktivitas beberapa kelompok peserta didik,
dimana mereka saling tukar informasi ataupun pendapat tentang sebuah permasalahan
atau topik. Dalam menerapkan metode
diskusi, maka guru harus menyajikan suatu topik permasalahan unstuck dibahas
dan dipecahkan bersama antar kelompok.
e. Metode Kerja Kelompok
Menurut Darmadi mengungkapkan bahwa metode kerja kelompok meiliki
esensi dalam membentuk kedewasaan dan menambah potensi peserta didik dalam
menguasai materi yang sedang dibahas secarabersama.”
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan (PAIKEM)
Pendidikan bukan hanya tanggung jawab dari pihak sekolah, akan tetapi juga
semua pihak. Semua pihak yang dimaksud ialah lingkungan, sekolah dan keluarga,
konsep ini diciptakan oleh Ki Hajar Dewantara yang dirujuk di dalam bukunya Kusni
Ingsih dkk bahwa “yang disebut dengan tripusat pendidikan. Tripusat Pendidikan
diantaranya yaitu pendidikan di lembaga sekolah, pendidikan
di masyarakat dan pendidikan di keluarga.” Untuk itu dibutuhkan kerja sama
antar ketiganya. Keluarga juga dapat membantu mendidik dan memotivasi anak untuk
semangat dalam belajar. Sehingga memudahkan sekolah dalam melaksanakan
pembelajaran, yang paling penting adalah sebenarnya peserta didik dapat menikmati
proses pembelajarannya, merasa tidak terbebani, dapat aktif dan menyenangkan baik
bagi siswanya maupun guru. Data dan informasi yang dimaksud adalah hubungan
dengan aktivitas organisasi baik unstuck kepentingan internal ataupun eksternal.
Disamping itu dalam membantu kendala kesulitan mengajar, pendidik dapat
menerapkan PAIKEM. Penerapan PAIKEM ini dilatar belakangi oleh kondisi peserta
didik yang malas dan bosan ketikan pembelajaran, yang mana pada umumnya siswa
hanya duduk diam mendengarkan guru menyampaikan materi (S. Rahayu, 2021).
Konsep dari PAIKEM bahwa pembelajaran harus berpusat pada siswa (student center
learning) dan pembelajaran harus menciptakan kondisi yang menyenangkan.
Tujuan PAIKEM adalah supaya terdapat adanya perubahan berpikir di bidang
pendidikan, seperti yang dirancang oleh Depdiknas (Departemen pendidikan nasional)
yaitu pendidikan di Indonesia harus berevolusi dari schooling menjadi learning,
instructive menjadi facilitative, goverment role menjadi community role dan centralistic
menjadi desentralistic (Leksono, n.d.). Artinya Pendidikan Indonesia harus berevolusi
dari sekolah menjadi pembelajaran, intruksi menjadi fasilitator, peran pemerintah
menjadi peran komunitas dan sentralistik menjadi desentralistik (Fajri et al., 2016;
NOVITANINGRUM, 2016).
PAIKEM kependekan dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan
menyenangkan. Berikut adalah penjelasannya (Burhanuddin, 2017; Jamaluddin et al.,
2021):
Pembelajaran aktif
Pembelajaran aktif menekankan sisa dalam keteribatan aktivitas
pembelajaran, bukan guru yang dominan menyampaikan materi pelajaran.
529
Tugiah, Asmendri
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Pembelajaran yang aktif di kelas lebih menekankan siswa dalam aktivitas belajar, mulai
dari mencari informasi dan pengetahuan untuk dibahas dalam proses pembelajaran.14
Pembelajaran inovatif
Pembelajaran inovatif lebih bersifat student centered.15 Yaitu pemelajaran
pembelajaran yang lebih memberikan kesempatan bagi peserta didik secara mandiri
untuk belajar dan dimediasi oleh teman sekelasnya. Pembelajaran inovatif berlandaskan
pada pemikiran yang membangun, membentuk kembalia tau mentransformasi informasi
yang baru. Diharapkan dengan adanya pembelajaran secara inoatif dalam memajukan
proses pembelajaran atau bertransformasi terhadap sesuatu yang baru. pembelajaran
kreatif untuk mewujudkan pembelajaran yang dapat memotivasi anak dan menarik
perhatian siswa untuk belajar yakni dengan menerapkan pembelajaran yang kreatif.
Caranya dengan menerapkan variasi metode dan strategi yang tepat dengan materi dan
kondisi peserta didik. Misalnya kerja kelompok, bermain peran dan pemecahan
masalah. Dengan menerapkan pembelajaran yang kreatif dapat memicu kreatifitas
peserta didik dalam mengembangkan potensi berpikir.
Pembelajaran efektif
Memanfaatkan minat kemampuan dan kesiapan menerima pembelajaran akan
mampu mencapai pembelajaran yang efektif. Pembelajaran yang efektif artinya
pendidik dapat menghidangkan kompetensi-kompetensi efektif dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang efektif tercipta atas dasar perencanaan, strategi dan metode yang
baik serta pemilihan media yang tepat dalam pembelajaran.
Pembelajaran menyenagkan
Pembelajaran yang menyenangkan adalah proses penyampaian bahan ajar
melalui metode pembelajaran yang menghadirkan suasana yang membuat hati peserta
didik senang. Belajar tanpa ada tekanan dari siapapun, mereka dapat menikmati proses
pembelajaran dengan hati yang gembira tidak kaku dan tidak tertekanan.
Dengan menggunakan PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif
dan menyenangkan) peserta didik muncul keinginan dalam belajar. Keinginan belajar
muncul dari peserta didik ketika mereka tertarik dalam mengikuti proses pembelajaran.
Ketertarikan pada suatu pembelajaran dipicu oleh ketepatan peserta didik dalam
mengajar mulai dari metode nya, media, siatuasi kondisi belajar dan lain sebagainya.
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Sistem Pembelajaran PAI
Proses adanya pembelajaran PAI ini sebagai wujud dakwah demi mewujudkan
pemahaman dan kesadaran peserta didik dalam mencari ridha Allah SWT. Pembelajaran
PAI harus dilaksanakan secara utuh dan kuat demi memperoleh tujuan secara optimal.
Menurut Lorens Bagus yang dirujuk di dalam bukunya Rifki Amin bahwa “kata sistem
berasal dari bahasa Inggris yaitu system dan bahasa Yunani systema yang tersusun dari
dua kata yaitu syn yang artinya dengan dan istanai berarti menempatkan.”
Kata sistem juga dapat digunakan dalam ranah pendidikan, misalnya ialah
sistem pendidikan nasional yaitu keseluruhan komponen yang berpadu dalam meraih
tujuan yang diinginkan. Berdasarkan dari asal kata diatas dapat disimpulkan bahwa
sistem adalah kumpulan dari beberapa hal yang digabungkan pada satu kesatuan yang
saling berhubungan atau keterkaitan. Dengan adanya sistem pendidikan akan
membentuk pencapaian keberhasilan belajar, namun juga harus ada kinerja yang saling
mendukung sesama komponen dari pembelajaran.
Faktor yang Mempengaruhi Sistem Pembelajaran PAI
Murid atau Peserta Didik
Masing-masing peserta didik memiliki kemampuan yang berbedabeda.
Misalnya kemampuan berpikir dan berperilaku, latar belakang dan karakter yang
berbeda-beda.
Guru atau Pendidik
Secara umum peran guru adalah sebagai pendidik bagi peserta didik, fungsinya
adalah untuk menyebarkan informasi dan pengetahuan. Demi mewujudkan tujuan
530
Tugiah, Asmendri
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
pendidikan, seorang seorang guru berperan penting di dalamnya, seperti sebagai
penggajar, pendidik, dan sebagainya.
Tujuan Pembelajaran yang Hendak Dicapai
Menurut Darmadi menyampaikan bahwa pada setiap pelaksanaan
pembelajaran tentu ada tujuan dari pembelajaran yang dicapai.”21 Adanya proses
pembelajaran bertujuan supaya peserta didik dapat mendapatkan pengalaman belajar
dan dapat memperbaiki perilaku peserta didik.
Faktor Materi Pembelajaran
Menurut Andi Prastowo mengungkapkan bahwa materi pelajaran adalah
materi yang digunakan untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.”22 Pada setiap materi
pembelajaran memiliki tingkat kedalaman dan kerumitan yang berbeda. Artinya, materi
pembelajaran tatarannya ada yang dangkal, sedang maupun sulit. Untuk itu, pemilihan
metode pembelajaran secara efektif mampu mengatasi kesulitan suatu materi
pembelajaran dari masing-masing mata pelajaran yang mencakup PAI juga harus
memperhatikan metode pembelajaran sesuai dengan kriteria mata pelajaran tersebut.
Supaya pada setiap mata pelajaran tersebut dapat tercapai pemahaman dan tujuan yang
sudah ditentukan.
Implementasi Metode Joyfull Learning
Makna secara terminologi, metode joyfull learning pada hakikatnya merupakan
cara yang digunakan oleh pendidik untuk peserta didik supaya menerima dengan baik
materi yang disampaikan sehingga menciptakan proses pembelajaran yang tanpa ada
tekanan, ketegangan dan kebosanan serta tidak terbatas oleh ruang kelas saja.23 Di
dalam pembelajaran yang menyenangkan terdapat daya tarik yang kuat antara pendidik
dan peserta didik dalam keadaan atau suasana yang tidak ada paksaaan di dalamnya
termasuk tempat mereka belajar.
Lingkungan belajar yang baik ialah lingkungan yang menimbulkan tantangan,
dorongan bagi peserta didik untuk belajar tanpa paksaan. Proses pembelajaran yang
menyenangkan akan menciptakan suasana senang, mengesankan dan minat peserta
didik untuk aktif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.
Disamping itu pendidik harus ada usaha keras untuk mencapai kemaksimalan
pembelajaran.
Dengan mendesain materi pembelajaran yang mengedepankan peserta didik
untuk berlibat aktif, misalnya membuat game, team quiz, role playing dan sebagainya.
Namun proses pembelajaran tersebut tidak hanya berbatas pada ruang kelas saja, akan
tetapi juga di luar kelas. Sehingga peserta didik mampu unstuck berfikir, bereksplorasi,
kreatif, dan memiliki yang mandiri. Jadi dapat disimpulkan bahwa joyfull learning
adalah metode pembelajaran dengan penuh kegembiraan, menarik, tanpa memberikan
paksaan untuk belajar pada peserta didik dan mendorong untuk aktif, kreatif dan berpikir
kritis.
Dari penjabaran metode joyfull learning di atas relevan dengan pelaksanaan
pembelajaran yang menyenangkan dalam mengembangkan minat belajar peserta didik.
Pelaksanaan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah tersebut dikemas dengan
kegiatan belajar yang gembira seperti tanpa memberikan paksaan, menerapkan
permainan edukatif, diterapkan moving class atau perpindahan tempat belajar ketika
berganti mata pelajaran, ada outbound, outdoor class, pelaksanaan program TOT
(Training of Trainer) bagi semua siswa, proses pembelajarannya diiringi suara sholawat
atau murrotal melalui loud speaker, menerapkan hafalan semua materi pelajaran dengan
metode super memory rumus.
Kegiatan pembelajaran tersebut dapat memicu keadaan yang menyenangkan
sehingga dapat menumbuhkan kembangkan minat belajar khususnya pada pembelajaran
PAI bagi peserta didik. Menyenangkan yang dimaksud ialah membuat perasaan senang,
tanpa tekanan.
Pemaparan tersebut diperkuat dengan pendapat di dalam bukunya Ratno
Harsanto. Menyenangkan adalah menjadikan senang, membuat bersuka hati,
531
Tugiah, Asmendri
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
membangkitkan rasa senang hati, memuaskan, menarik hati, merasa puas dan
sebagainya.
Proses pembelajaran akan terasa menyenangkan jika peserta didik dapat aktif di
dalamnya. Hal ini selaras dengan teori konsep belajar PAKEM kependekan dari
pembelajaran yang partisipastif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Sehingga
diharapkan proses pembelajaran tersebut dapat mengembangkan minat peserta didik
untuk belajar mata pelajaran pendidikan Agama Islam. Menurut Slameto yang dikutip
oleh Donni menyatakan bahwa “minat adalah adanya perasaan lebih suka dan
keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.” Sedangkan
menurut Djamarah yang dikutip oleh Donni dalam bukunya mengemukakan bahwa
“minat merupakan kecenderungan yang menetap untuk memerhatikan dan mengenang
beberapa aktivitas. Jadi dapat disimpulkan bahwa minat belajar merupakan suatu
kecenderungan dan dorongan kuat untuk memperhatikan maupun mengikuti suatu
aktivitas yang timbul darikeinginan dirinya sendiri.”
Pemaparan diatas relevan dengan wujud penerapan metode joyfull learning
pada pembelajaran PAI yang sangat menyenangkan, dimana pembelajarannya persuasif
yaitu dapat mengajak peserta didiknya unstuck belajar tanpa harus dipaksa, aktif dalam
bertanya dan menjawab pertanyaan, proses belajarnya berlangsung dengan kreatif baik
dari pendidiknya maupun peserta didik. Disamping itu pendidik mampu efektif dalam
menentukan pembelajaran secara baik sampai menentukan tempat belajar dan yang pasti
sangat menyenangkan.
Faktor Pendukung Dan Penghambat Implementasi Metode Joyfull Learning
Faktor pendukung dan penghambat dapat berasal dari luar atau dari dalam diri
sendiri. Faktor pendukung dalam pelaksanaan metode menyenangkan di SMP Alam BIS
yaitu motivasi yang didapat dari semangat dari para peserta didik untuk belajar.
Motivasi tersebut merupakan motivasi yang berasal dari luar atau ekstrinsik.
Penyataan di atas sesuai relevan dengan teori dari buku Sardiman bahwa
motivasi ekstrinsik disebut dorongan yang aktivitasnya bermula berdasarkan dari luar
artinya tidak berkaitan dengan diri individu. Dorongan ini muncul akibat pengaruh dari
luar, berupa ajakan, perintah ataupun adanya paksaan dari orang lain. Motivasi berasal
dari kata dasar motif, yang diartikan sebagai usaha yang mendongkrak seseorang untuk
berbuat sesuatu. Kata motif pada umumnya dikatakan sebagai penggerak untuk
melakukan aktivitas tertentu demi menggapai tujuan yang diinginkan. Maka dari itu,
motivasi diartikan sebagai kekuatan penggerak seseorang untuk menjadi aktif. Pada
umumnya motif akan menjadi aktif bila terdesak oleh kebutuhan yang dirasakan.
Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan metode joyfull learning pada
pembelajaran PAI adalah pada pendidik atau guru. Kesulitan di awal yang dirasakan
miss putri selaku guru mata pelajaran PAI ketika menerapkan metode joyfull learning
adalah kurang dalam menciptakan kreativitas, namun lambat laun pendidik dapat
beradaptasi dan terlatih dalam penggunaan metode tersebut. sebagai fasilitator seorang
pendidik harus bisa mengarahkan peserta didiknya untuk berfikir dan bertindak dalam
proses pembelajaran, mampu menyampaikan infoormasi dengan baik.
Berdasarkan hasil dari data yang diperoleh, pernyataan di atas selaras dengan
teori yang menyatakan bahwa peran guru adalah sebagai pendidik bagi peserta didik,
fungsinya adalah untuk menyebarkan informasi dan pengetahuan. Setiap pendidik atau
guru memiliki kompetensi yang tidak sama satu sama lain harus mampu menciptakan
dan mengajarkan pembelajaran yang kreatif. Kompetensi pada pendidik diakui dari latar
pendidikan yang ditempuh. Kurangnya penguasaan terhadap berbagai metode menjadi
hambatan dalam menentukan metode pembelajaran. Ditambah, bila belum memiliki
pengalaman mengajar, namun ada juga yang tepat memilih akan tetapi labilnya
kepribadian pendidik dapat menjadi kendala saat mengajar. Dengan demikian, pendidik
harus menyesuaikan metode yang hendak diterapkan dengan kemampuan penguasaan
pendidik.
532
Tugiah, Asmendri
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
KESIMPULAN
Penerapan metode joyfull learning pada pembelajaran PAI pelaksanannya
sangat menyenangkan, tidak membuat peserta didik tegang dan kaku ketika
pembelajaran. Metode joyfull learning ini bukan hanya sekedar cara mengajarnya saja
yang asyik, namun juga semua yang terlibat dalam proses pembelajaran, termasuk
tempat belajarnya mendukung kelancaran dalam penggunaan metode tersebut.
Faktor pendukung dan penghambat implementasi metode joyfull learning pada
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada peserta didik. Faktor pendukungnya
bersumber pada semangat dari peserta didik untuk belajar PAI. Sedangkan untuk faktor
penghambatnya hanyalah pada sisi kurangnya kreativitas dari pendidik dalam
menerapkan game dan hal tersebut bukanlah penghambat yang berarti dalam
melaksanakan pembelajaran PAI dengan metode joyfull learning.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, E., & Ahwa, D. F. (2020). Implementasi Metode Joyfull Learning pada
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Alam
Banyuwangi Islamic School. AL-ADABIYAH: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 1(1),
5976.
Burhanuddin, A. (2017). Tata Kelola Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif Dan
Menyenangkan (PAIKEM) di SMA Pondok Pesantren Immim Makassar. Idaarah:
Jurnal Manajemen Pendidikan, 1(1).
Fajri, N., Yoesoef, A., & Nur, M. (2016). Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe
talking stick dengan strategi joyful learning terhadap prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPS kelas VII MTsN Meuraxa Banda Aceh. JIM: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Sejarah, 1(1).
Indriasih, A. (2015). Pemanfaatan alat permainan edukatif ular tangga dalam penerapan
pembelajaran tematik di kelas III SD. Jurnal Pendidikan, 16(2), 127137.
Jamaluddin, M., Jamaluddin, Y. L., & Murni, Y. L. (2021). PENERAPAN PAIKEM
DALAM MATA PELAJARAN FIQIH PADA MTSN 5 LHOONG ACEH BESAR.
JURNAL AL-IRSYAD, 1(1).
Leksono, H. I. P. (n.d.). IMPLIKASI PENERAPAN PAIKEM DALAM PROSES
PEMBELAJARAN.
NOVITANINGRUM, F. W. (2016). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
TREFFINGER UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK
KELAS III SD NEGERI 2 SOBONTORO BOYOLANGU TULUNGAGUNG.
Nurfitriyanti, M. (2016). Model pembelajaran project based learning terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(2).
Permatasari, A. I., Mulyani, B., & Nurhayati, N. D. (2014). Efektivitas penggunaan model
pembelajaran joyful learning dengan metode pemberian tugas terhadap prestasi belajar
siswa pada materi pokok koloid siswa kelas XI IPA SMA negeri 1 simo tahun
pelajaran 2012/2013. Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), 3(1), 117122.
Rahayu, S. (2021). PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR KIMIA
KOMPETENSI SIFAT KOLIGATIF LARUTAN DENGAN MENGGUNAKAN
PAPAN PERMAINAN MONOPOLI SEBAGAI INOVASI PEMBELAJARAN
PAIKEM PADA KELAS XII E SMA NEGERI 1 BATANG SEMESTER GANJIL
TAHUN PELAJARAN 2019/2020. RISTEK: Jurnal Riset, Inovasi Dan Teknologi
Kabupaten Batang, 5(2), 5872.
Rahayu, Y. M. (2017). Pengaruh perubahan kurikulum 2013 terhadap perkembangan
peserta didik. LOGIKA Jurnal Ilmiah Lemlit Unswagati Cirebon, 18(3), 2242.
Suardi, M. (2018). Belajar & pembelajaran. Deepublish.
Suwastarini, N. N., DANTES, D. R. N., CANDIASA, D. R. I. M., & Komp, M. I. (2015).
Pengaruh Implementasi Pembelajaran Berbasis Media Teknologi Informasi dan
Komunikasi terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Sdlb B (Tuna
533
Tugiah, Asmendri
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Rungu) pada Slb B Negeri Ptn Jimbaran. Jurnal Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan
Indonesia, 5(1).
Triastuti, R. (2014). Keefektifan model CIRC berbasis Joyfull Learning terhadap
kemampuan penalaran matematis siswa SMP. Unnes Journal of Mathematics
Education, 3(2).
Uno, H. B., & Mohamad, N. (2022). Belajar dengan pendekatan PAILKEM: pembelajaran
aktif, inovatif, lingkungan, kreatif, efektif, menarik. Bumi Aksara.
under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International Licensed