M Anas Mahfudhi, Heni Khamdiyah
POLITICAL BRANDING ADITYA HALINDRA FARIDZKI PADA PILKADA 2020 DI
KABUPATEN TUBAN
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN 2774-5147
Kuto‟ sebagaimana yang telah dilakukan oleh ibunya terdadulu. Jargon Bangun Deso Noto Kuto
memiliki visi dalam membangun serta mewujudkan Tuban Sejahtera, Berkeadilan, berbudaya,
berdaya saing dan berbasis lingkungan. Dengan sejumlah misi: pertama, membangun dan
mewujudkan insfrastruktur desa utilitas kota yang terpadu, partisipatif, efektif berwawasan
lingkungan serta selaras dengan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan sosial ekonomi budaya serta
bertumpu pada nilai-nilai agama, budaya dan kearifan lokal. Kedua, meningkatkan pengelolaan dan
nilai tambah sektor pertanian secara meluas (Pertanian, Perikanan, Peternakan dan Perkenabunan)
pariwisata, perindustrian, perdagangan yang berbasis pemberdayaan dan ekonomi kerakyatan. Ketiga,
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan terlatih, menciptakan seluas-luasnya
kesempatan berusaha, membangun dan memantapkan sinergitas daya saing usaha ekonomi lokal dan
pengembangan ekonomi kreatif. Keempat, memantapkan tata kelola pemerintah daerah yang baik,
profesional, transparan, akuntabel dan sistem pengawasan yang efektif.
Adapun program Aditya Halindra Faridzky adalah sebagai berikut: pertama, membangun
infrastruktur yang partisipatif: pemulihan jalan, pemulihan penerbangan jalan, revitalisasi irigasi
pertanian, revitalisasi sarana prasarana kesehatan atau revitalisasi sarana prasarana pendidikan.
Kedua, membangun serta memantapkan sumber daya manusia berkualitas berbasis nilai-nilai agama,
budaya dan kearifan lokal, penguatan kesenian tradisional, tradisi, adat, budaya lokal, penguatan
pendidikan karakter. Ketiga, membangun serta memantapkan peran serta masyarakat , pemerintah
desa, BUM Desa dan dunia usaha: menumbuhkembangkan satu desa satu unggulan, kerjsama desa,
dukungan penguatan Tuban Koridor maritim logistik, penguatan ketahanan pangan. Keempat,
membangun ekonomi kerakyatan serta memantapkan nilai tambah melalui penguatan: UMKM,
Koperasi, BUM Desa, peran serta dunia usaha dalam kemitraan dan kewirausahaan masyarakat,
produktivitas olah dan kemas penganekaragaman usaha pertanian, pertanian, perikanan darat dan laut,
perternakan, produktivitas olah dan kemas penganekaragaman usaha wisata, seni dan budaya
tradisional, kerajinan kuliner, pengembangan wisata berbasis lingkungan. Kelima,membangun
pendidikan yang partisipatif degan memperluas jangkauan: bantuan siswa kurang mampu, bantuan
biaya sekolah dan kinerja guru tidak tetap dan guru ngaji. Penguatan bantuan operasional madrasah
diniyah, penguatan insentif pengembangan pondok pesantren dalam menumbuhkembangkan
partisipasi sekolah dan muatan lokal: pelatihan oleh dan berbasis dunia usaha, dukungan pengelolaan
SMU dan SMK jurusan prioritas (kelautan, teknologi pertanian dan pariwisata)v(Mensah, 2016).
Keenam,membangun memulihkan serta memantapkan lingkungan yang parsitipatif: perencanaan
pembangunan yang berwawasan serta selaras dengan lingkungan alam serta sosial, konsevasi serta
dukungan rehabilitasi lahan, lingkungan, kawasan pantai, hutan dan pertambangan. konservasii
sumber air, ruang terbuka hijau, dan menumbuhkembangkan biopori, dukungan dan pengelolaan dan
pemanfataan sampah. Ketujuh, membangun kesehatan melalui penguatan kualitas kesehatan ibu dan
anak, kesehatan lansia, kesehatan masyarakat, gizi masyarkat, akses fasilitas pelayanan kesehatan
yang meluas, perbaikan sanitasi lingkungan dan air bersih (Downer, 2016). Kedelapan, membangun
serta menumbuhkembangkan pemuda wirausaha saran keolahragaan, kesenian, kebudayaan, kerajinan
dab kewirasusahaan. dan terakhir, kesembilan, membangun pemerintahan, memantapkan budaya
birokrasi yang melayani, pelayanan berbasis IT, sistem pengendalian internal, sistem pengawasan
ayng efektif dan transparan, integrasi perencanaan pembangunan desa-kota.
Kebijakan, prgram kerja, visi dan misi atau policy terhadap isu tertentu yang diangkat oleh
cabup Aditya Halindra Faridzky merupakan salah satu substansi produk politik. Policy (program
kerja) yang ditawarkan ini diharapkan dapat membawa masyarakat kepada kehidupan yang lebih baik.
Itu berarti, apa yang disampaikan Aditya Halindra dalam timeline Facebook dan Instagram anggap
merupakan solusi penting dari berbagai persoalan mendasar yang sementara dihadapi oleh masyarakat
Tuban. Policy yang sesuai dengan aspirasi masyarakat pemilih tidak otomatis membentuk makna
politis yang menjadi referensi pemilih dalam menentukan pilihannya. Siapa yang berada dibalik
policy tersebut sangat menentukan pembentukan makna politis. Bahkan person atau figur seringkali
menentukan keputusan pilihan dibandingkan dengan program kerja (policy). Dan Aditya Halindra
Faridzky yakin sepenuhnya bahwa policy tersebut di atas akan mampu membawa perubahan yang
berarti bagi pembangunan di Kabupaten Tuban di masa yang akan datang. Sebuah penelitian yang
dilakukan oleh (Capelos, 2010) berjudul “Feeling the Issue: How Citizens‟ Affective Reactions and