636
Putri Nanda Sari, Rindu Rika Gamayuni, Usep Syaipudin, Yunia Amelia
PENGARUH GLASS CEILING, BONUS, DAN TINGKAT PENDIDIKAN
DEWAN DIREKSI TERHADAP MANAJEMEN LABA
Putri Nanda Sari
1
, Rindu Rika Gamayuni
2
, Usep Syaipudin
3
, Yunia Amelia
4
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung, Bandar Lampung
1234
Email putrinandasr88@gmail.com
1
, rindu.rika@feb.unila.ac.id
2
, usep.syaipudin@yahoo.co.id
3
yunia.amelia@feb.unila.ac.id
4
Diterima:
29 Juni 2022
Direvisi:
4 Juli 2022
Disetujui:
14 Juli 2022
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dari glass ceiling, bonus, dan
tingkat pendidikan dewan direksi. Penelitian ini dilakukan Penelitian ini dilakukan
terhadap perusahaan perbankan konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2019, sampel penelitian sebanyak 33 perusahaan dengan jumlah
observasi selama 5 tahun sebesar 165 data. Metode analisis data pada penelitian ini
menggunakan statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji normalitas, uji
multikolinieritas, uji heteroskedastitas, uji autokorelasi, analisis regresi berganda,
dan uji hipotesis (signifikansi parameter individual, signifikansi simultan, dan
koefisien determinasi) dengan software IBM SPSS 25. Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa dua dari tiga hipotesis diterima atau
dengan kata lain hipotesis pertama tidak terdukung yaitu glass ceiling berpengaruh
positif terhadap manajemen laba, hipotesis kedua terdukung atau dengan kata lain
bonus berpengaruh positif terhadap manajemen laba, dan hipotesis ketiga terdukung
atau dengan kata lain tingkat pendidikan dewan direksi berpengaruh positif terhadap
manajemen laba.
Kata kunci: Glass Ceiling, Bonus, Tingkat Pendidikan Dewan Direksi, Manajemen
Laba.
Abstract
This study aims to examine the effect of the glass ceiling, bonus, and education level
of the board of directors. This research was conducted. This research was
conducted on conventional banking companies listed on the Indonesia Stock
Exchange for the 2015-2019 period, the research sample was 33 companies with a
total of 165 observations for 5 years. The data analysis method in this study used
descriptive statistics, classical assumption test, normality test, multicollinearity test,
heteroscedasticity test, autocorrelation test, multiple regression analysis, and
hypothesis testing (significance of individual parameters, simultaneous significance,
and coefficient of determination) with IBM SPSS 25 software. Based on the results
of the research that has been done, it can be seen that two of the three hypotheses
are accepted or in other words the first hypothesis is not supported, namely the
glass ceiling has a positive effect on earnings management, the second hypothesis is
supported or in other words bonuses have a positive effect on earnings management,
and the third hypothesis supported or in other words the education level of the
board of directors has a positive effect on earnings management.
Keywords: Glass Ceiling, Bonuses, Board of Directors Education Level, Earnings
Management
PENDAHULUAN
Salah satu sumber keberhasilan bank konvensional berasal dari kepercayaan para investor atas
laporan keuangan yang dikeluarkan oleh bank konvensional secara periodik sebagai bentuk
pertanggung jawaban terhadap kepada berbagai pihak yang bersangkutan seperti pemerintah, investor,
serta kreditur (Sunarwan, 2015). Bagi investor, laporan keuangan digunakan untuk dasar dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, laporan keuangan yang dikeluarkan harus relevan dan sesuai
dengan transaksi sebenarnya.
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 2, Number 7, Juli 2022
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
637
Putri Nanda Sari, Rindu Rika Gamayuni, Usep Syaipudin, Yunia Amelia
PENGARUH GLASS CEILING, BONUS, DAN TINGKAT PENDIDIKAN DEWAN DIREKSI
TERHADAP MANAJEMEN LABA
Salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengetahui kinerja perusahaan adalah
besarnya angka laba yang diperoleh (Rantika & Budiarti, 2016) . Hal ini menjadi pemicu bagi manajer
untuk memanipulasi laba dalam laporan keuangan untuk mengelabui pihak eksternal, pihak
manajemen dapat melakukannya untuk tujuan tertentu dan mendapatkan kepercayaan dari pihak
eksternal. Kejadian ini disebut dengan manajemen laba.
Tabel 1.1 Perusahaan yang Pernah Melakukan Manajemen Laba.
No.
PERUSAHAAN YANG PERNAH MELAKUKAN MANAJEMEN LABA
1.
PT. Bank Panin Tbk.
2.
PT. Bank Lippo Tbk.
3.
PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk.
4.
PT. Bisnis Internasioal
5.
PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk.
Sumber: (Cnbc, 2022)
Untuk mewujudkan perusahaan yang berjalan dengan baik, maka diperlukan pemimpin
perusahaan yang memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik pula. Penentuan pemimpin
perusahaan salah satunya dipengaruhi oleh komposisi gender pada perusahaan. Saat ini terdapat
banyak sekali isu kesetaraan gender pada pembagian kerja jabatan yang menempati posisi puncak
pada perusahaan (Riniwati, 2016). Ketimpangan ini disebabkan adanya konsep Glass Ceiling atau
yang dapat diartikan sebagai perempuan yang terhambat untuk meningkatkan karirnya untuk
menempati jabatan yang lebih tinggi pada suatu instansi. Konsep ini juga dapat dilihat sebagai
fenomena wanita karir yang melihat keatas dan melihat posisi yang ada diatasnya yang harus dicapai
melalui halangan yang tidak tampak (Pasolong, 2014). Pada organisasi publik di Amerika Serikat
menunjukkan sejauh mana dan menggunakan mekanisme apa perempuan dapat mengambil keputusan
yang bermanfaat bagi perempuan lainnya serta apa dampak yang didapatkan dari representasi gender
dalam praktik budaya birokrasi (Farida, 2019).
Pada Positive accounting theory, manajemen laba dapat terjadi karena tiga faktor, bonus
plan hypothesis, debt to equality hypothesis, dan political hypothesis (Ardina & Januarti, 2012).
Dari ketiga hipotesis tersebut, penelitian ini akan berfokus pada bonus plan hypothesis. Pada
bonus plan hypothesis dikatakan bahwa perusahaan yang mempunyai aturan mengenai bonus akan
menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan income sehingga memungkinkan untuk
terjadinya manajemen laba pada perusahaan (Elfira, 2014). Pada penelitian lainnya mendapatkan hasil
bahwa pendapatan CEO berpengaruh terhadap manajemen laba(Wandeca & Liza Alvia, 2012) .
Pemimpin perusahaan biasanya dipilih berdasarkan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan menghasilkan bahwa tingkat pendidikan CEO
memberikan pengaruh positif terhadap performa keuangan (Muryani et al., 2022). Penelitian ini hanya
berfokus pada kinerja keuangan tanpa memperhatikan apakah tingkat pendidikan CEO juga
berpengaruh terhadap kemungkinan terjadinya manipulasi pada laporan keuangan. Penelitian
terdahulu yang menunjukkan hasil bahwa jika membandingkan antara bank konvensional dan bank
syariah, manajemen laba lebih banyak terjadi pada bank konvensional (Muhammad & Pribadi, 2020).
Maka dari itu, penelitian pada bank konvensional perlu dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi
manajemen laba atau tidak dengan dipengaruhi oleh variabel lainnya yaitu bonus, tingkat pendidikan
dewan direksi, serta glass ceiling yang dilakukan pada perusahaan-perusahaan yang terpilih dan
masuk kategori yang sudah ditentukan. Untuk mengetahui apakah terjadi atau tidaknya manajemen
laba pada bank konvensional, maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang ini.
638
Putri Nanda Sari, Rindu Rika Gamayuni, Usep Syaipudin, Yunia Amelia
PENGARUH GLASS CEILING, BONUS, DAN TINGKAT PENDIDIKAN DEWAN DIREKSI
TERHADAP MANAJEMEN LABA
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah 106 bank
konvensional yang terdaftar di BEI sejak 1 Januari 2015 yang mempublikasikan laporan tahunannya
selama 5 tahun dari tahun 2015. Sampel dari penelitian ini adalah laporan tahunan yang
dipublikasikan selama 5 tahun dari tahun 2015 oleh bank konvensional yang terdaftar di BEI sejak 1
Januari 2015. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling yakni
mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan, yaitu:
1. Merupakan perusahaan yang tergabung dalam sektor keuangan bank konvensioanl di
Indonesia yang terdaftar di BEI sejak 1 Januari 2015.
2. Merupakan laporan tahunan bank konvensional di Indonesia yang terdaftar di BEI sejak 1
Januari 2015 dan dipublikasikan selama 5 tahun dari tahun 2015.
3. Menampilkan data dan informasi yang lengkap terkait dengan kebutuhan di dalam penelitian.
4. Merupakan dewan direksi yang bekerja pada bank konvensional di Indonesia yang terdaftar di
BEI sejak 1 Januari 2015.
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan dua cara, diantaranya adalah studi
dokumentasi dan studi literature (As’ ari et al., 2019). Data studi dokumentasi didapatkan dengan cara
mencari data sekunder melalui laporan keuangan yang diterbitkan oleh masing-masing bank
konvensional di Indonesia pada website. Sedangkan studi literature adalah data sekunder yang
didapatkan dari berbagai jurnal, buku, dan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
`Hasil Analisis Statistik Deskriptif
Berikut ini adalah hasil dari analisis statistik deskriptif :
Tabel 1.1 Analisis Statistik Deskriptif
N
Minimum
Maximum
Mean
Std.
Deviation
Glass Cailing
165
0,00
1,00
0,7758
0,23055
Bonus
165
0,00
1,00
0,9818
0,13402
Tingkat Pendidikan
Dewan Direksi
165
0,00
1,33
0,5963
0,27453
Manajemen Laba
165
-0,71
0,34
-0,1383
0,29048
Sumber: Hasil olah data SPSS (2022)
Berdasarkan pada Tabel 1.1, dapat diketahui besarnya nilai minimum, maksimum, rata-rata
dan standar deviasi pada setiap sampel penelitian dari seluruh variabel yang diteliti dalam periode
penelitian selama 5 tahun.
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Tabel 1.2 One Sample Kolmogorov-Smirnov
Model
Penelitian
N
Sig. (2-
tailed)
Kesimpulan
Model
Regresi
165
0,200
Data
terdistribusi
normal
639
Putri Nanda Sari, Rindu Rika Gamayuni, Usep Syaipudin, Yunia Amelia
PENGARUH GLASS CEILING, BONUS, DAN TINGKAT PENDIDIKAN DEWAN DIREKSI
TERHADAP MANAJEMEN LABA
Sumber: Hasil olah data SPSS (2022)
Berdasarkan hasil uji normalitas diatas, dapat dilihat bahwa N berjumlah 165 sampel. Pada
tabel terdapat nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,200 yang mana lebih besar dari 0,05 yang artinya data
telah terdistribusi normal.
Analisis Regresi Linier Sederhana
Terdapat syarat yang harus dipenuhi pada uji multikolinieritas, diantaranya:
1. Nilai tolerance pada tabel harus lebih dari 0,10
2. Nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada harus kurang dari 10.
Tabel 1.3 Uji Multikolinieritas
Variabel
Tolerance
VIF
Kesimpulan
Glass Ceiling
0,248
4,028
Tidak ada multikolinieritas
Bonus
0,874
1,144
Tidak ada multikolinieritas
Tingkat Pendidikan
Dewan Direksi
0,266
3,754
Tidak ada multikolinieritas
Sumber: Hasil olah data SPSS (2022)
Berdasarkan pada tabel tabel uji multikolinieritas diatas, dapat dilihat bahwa masing-masing
variabel independen memiliki nilai tolerance lebih besar dari 0,10 (tolerance > 0,10) dan nilai VIF
kurang dari 10 (VIF < 10) yang dapat diartikan bahwa tidak terdapat multikolinieritas.
Uji Heteroskedastisitas
Berikut merupakan hasil dari uji heteroskedastisitas menggunakan Glejser :
Tabel 1.4 Uji Heteroskedastisitas
Variabel
Sig.
Constant
0,431
Glass Ceiling
0,208
Bonus
0,877
Tingkat Pendidikan Dewan Direksi
0,202
Sumber: Hasil olah data SPSS (2022)
Berdasarkan pada tabel uji heteroskedastisitas diatas, nilai signifikan (Sig.) lebih besar dari
0,05 yang mana menunjukkan bahwa heteroskedastisitas terpenuhi. Dengan nilai signifikansi variabel
glass ceiling sebesar 0,431, variabel bonus 0,208, dan tingkat pendidikan dewan direksi 0,202.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai Durbin Watson yang harus dalam lingkup
nilai -2 dan 2. Berikut tabel dari uji autokorelasi :
Tabel 1.5 Uji Autokorelasi
Durbin-Watson
Kesimpulan
0,142
Tidak ada autokorelasi
Sumber: Hasil olah data SPSS (2022)
640
Putri Nanda Sari, Rindu Rika Gamayuni, Usep Syaipudin, Yunia Amelia
PENGARUH GLASS CEILING, BONUS, DAN TINGKAT PENDIDIKAN DEWAN DIREKSI
TERHADAP MANAJEMEN LABA
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai dari Durbin-Watson sebesar 0,142 tidak
lebih kecil daripada -2 dan juga tidak lebih besar dari 2. yang hal ini dapat diartikan bahwa tidak
terjadi autokorelasi.
Uji T
Uji signifikansi parameter individual bertujuan untuk mengetahui pengaruh setiap variabel
independen secara terpisah atau individual terhadap variabel dependen.
Tabel 1.6 Uji Statistik T
Variabel
Hipotesis
Koefisien
Regresi
T
Sig.
Kesimpulan
Konstanta
-0,647
-21,567
0,000
Glass Ceiling
(X1)
Berpengaruh
positif terhadap
manajemen laba
-0,070
-3,900
0,000
H1 ditolak
Bonus (X2)
Berpengaruh
positif terhadap
manajemen laba
0,050
1,955
0,052
H2 diterima
Tingkat
Pendidikan
Dewan Direksi
(X3)
Berpengaruh
positif terhadap
manajemen laba
1,030
86,637
0,000
H3 diterima
Sumber: Hasil olah data SPSS (2022)
Uji F
Pada uji statistik F atau signifikansi simultan, dilakukan dengan melihat uji ANOVA (analysis
of variance). Berikut hasil uji statistik F :
Tabel 1.7 Uji Statistik F
Model Regresi
F
Sig.
Keterangan
1
91,632
0,000
b
Signifikan
Sumber: Hasil olah data SPSS (2022)
Pada uji signifikansi simultan, terdapat kriteria yaitu nilai signikan harus lebih kecil dari 0,05
(Sig. < 0,05). Maka berdasarkan pada tabel, nilai signifikan sebesar 0,000 yang mana lebih kecil dari
0,05. Serta didapatkan nilai F tabel sebesar 2,66. Maka, berdasarkan pada tabel didapatkan F hitung >
F tabel atau 91,632 > 2,66. Yang mana dapat dapat diartikan bahwa setiap variabel independen secara
bersamaan memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Uji R²
Pada uji statistik R² atau uji koefisien determinasi, apabila variabel independen lebih dari dua
maka dapat dilihat dari nilai adjusted R². Apabila nilainya mendekati satu (1) dapat diartikan bahwa
variabel independen yang terdapat pada model regresi memberikan informasi dalam memprediksikan
variabel dependen. Berikut hasil uji statistik R² atau koefisien determinasi:
Tabel 1.8 Uji Statistik R²
Model
Regresi
R
Square
Adjusted R
Square
Keterangan
1
0,841
0,832
Menjelaskan variabilitas
641
Putri Nanda Sari, Rindu Rika Gamayuni, Usep Syaipudin, Yunia Amelia
PENGARUH GLASS CEILING, BONUS, DAN TINGKAT PENDIDIKAN DEWAN DIREKSI
TERHADAP MANAJEMEN LABA
variabel dependen sebesar
83,2%
Sumber: Hasil olah data SPSS (2022)
Dapat dilihat pada tabel uji statistik bahwa nilai adjusted sebesar 0,832 atau sama
dengan 83,2% yang artinya variabel dependen manajemen laba dapat dijelaskan atau diprediksi
dengan kombinasi variabel independen yang diantaranya adalah glass ceiling, bonus dan tingkat
pendidikan dewan direksi. Sehingga, sisa sebesar 16,8% atau diukur dengan 100% - 83,2% dijelaskan
oleh variabel lainnya yang tidak diteliti.
Pengaruh Glass Ceiling Terhadap Manajemen Laba
Menurut hasil dari uji hipotesis, ditunjukkan bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 (Sig. <
0,05) hal ini menunjukkan bahwa variabel glass ceiling berpengaruh signifikan terhadap variabel
manajemen laba. Namun berdasakan nilai variabel glass ceiling memiliki nilai β (koefisien regresi)
sebesar -0,070 yang mana dapat diartikan bahwa jika terjadi kenaikan variabel X1 dalam satu satuan,
maka akan menurunkan kemungkinan terjadinya manajemen laba sebesar -0,070 satuan. Hal ini
menerangkan bahwa variabel glass ceiling membawa pengaruh ke arah negatif, yang mana berbeda
dengan dari hipotesis (Halim et al., 2019). Maka H1 yang berisi bahwa glass ceiling berpengaruh
positif terhadap manajemen laba tidak terdukung.
Pengaruh Bonus Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan dari hasil pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa bonus memiliki nilai
koefisien regresi (β) sebesar 0,050 yang artinya apabila terjadi kenaikan satu satuan terhadap bonus
maka akan meningkatkan manajemen laba naik pula sebesar 0,050 satuan. Nilai T sebesar 1,955
menunjukkan bahwa variabel bonus memiliki pengaruh positif terhadap variabel manajemen laba.
Berdasarkan pada hasil regresi, dapat dijelaskan agar bonus yang diterima oleh karyawan meningkat,
maka pihak perusahaan akan meningkatkan laba pada laporan tahunan.
Hal ini menyebabkan pihak perusahaan akan berusaha mendapatkan lebih banyak bonus
dengan cara manajemen laba. Hasil penelitian ini didukung dengan oleh penelitian terdahulu yang
menyatakan perusahaan yang sedang bertumbuh cenderung akan kurang transparan dan
memungkinkan untung mempunyai peluang lebih besar dalam melakukan manajemen laba (Insiroh,
2014). Adapun penelitian lainnya yang menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki rencana
bonus akan membuat manajer cenderung untuk melakukan tindakan menaikkan laba guna
mendapatkan bonus untuk kepentingan (Sosiawan, 2012). Serta sejalan dengan penelitian terdahulu
yang menemukan bahwa kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba .
Adanya pemberian bonus berdasarkan capaian target laba dapat membuat sifat opportunistic
manajemen muncul untuk memaksimalkan pencapaian bonus dengan melakukan manajemen laba
dalam (Panjaitan & Muslih, 2019). Hal ini dapat menyatakan bahwa hipotesis bonus berpengaruh
positif terhadap manajemen laba terdukung.
Pengaruh Tingkat Pendidikan Dewan Direksi Terhadap Manajemen Laba
Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa nilai β dari variabel tingkat pendidikan
dewan direksi adalah 1,030 yang mana apabila terjadi kenaikan satu satuan pada tingkat pendidikan
dewan direksi maka juga akan meningkatkan manajemen laba sebesar 1,030 satuan. Nilai signifikansi
yang didapat dari hasil uji hipotesis adalah 0,000 yang mana lebih kecil dari 0,05 (Sig. < 0,05), hal ini
menunjukkan bahwa variabel tingkat pendidikan dewan direksi memiliki pengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
Direksi memiliki andil yang besar bagi perusahaan, tingkat pendidikan dewan direksi dapat
menggambarkan kinerja perusahaan sesuai dengan latar belakang pendidikan yang ditempuh
(Ahmadi, 2022).
Dengan dukungan teori ini, dapat disimpulkan bahwa dengan tingkat intelektual tinggi yang didapat
dari pendidikan formal maupun non formal, dewan direksi akan sangat mengathui secara jelas dan
642
Putri Nanda Sari, Rindu Rika Gamayuni, Usep Syaipudin, Yunia Amelia
PENGARUH GLASS CEILING, BONUS, DAN TINGKAT PENDIDIKAN DEWAN DIREKSI
TERHADAP MANAJEMEN LABA
rinci pekerjaan yang dilakukannya. Sehingga saat melakukan manajemen laba, dewan direksi dengan
tingkat pendidikan yang tinggi mengetahui bagaimana cara agar manajemen laba seolah tidak terjadi.
Maka dari itu, dapat dinyatakan bahwa hipotesis variabel tingkat pendidikan dewan direksi
berpengaruh positif terhadap variabel manajemen laba terdukung.
KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh glass ceiling,
bonus, dan tingkat pendidikan dewan direksi terhadap manajemen laba. Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Hasil pengujian hipotesis pertama menyatakan bahwa variabel glass ceiling berpengaruh
positif terhadap manajemen laba. Maka, hipotesis pertama tidak terdukung.
2. Hasil pengujian hipotesis kedua menyatakan bahwa variabel bonus berpengaruh positif
terhadap manajemen laba. Maka, hipotesis kedua terdukung.
3. Hasil pengujian hipotesis kedua menyatakan bahwa variabel tingkat pendidikan dewan
direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Maka, hipotesis ketiga terdukung.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan dalam proses penelitiannya, diantaranya :
1. Sampel yang digunakan pada penelitian ini terbatas dikarenakan hanya berfokus pada
bank konvensional yang terdaftar di BEI sejak 1 Januari 2015 dan melaporkan laporan
tahunan selama 5 tahun dari tahun 2015 hingga 2019.
2. Pada beberapa laporan tahunan, informasi mengenai dewan direksi hanya tertulis
namanya saja. Sedangkan, latar belakang pendidikan dan jenis kelamin dewan direksi
terkadang tidak terlampir pada laporan tahunan, sehingga peneliti harus mencari
informasi mengenai dewan direksi dengan nama yang sama pada laporan tahunan
sebelumnya atau berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, F. A. (2022). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Leverage, Profitabilitas, Umur
Perusahaan, dan Tingkat Pendidikan Direksi Utama Terhadap Manajemen Laba. STIE
YKPN.
Ardina, A. M. Y., & Januarti, I. (2012). Penggunaan Perspektif Positive Accounting Theory
Terhadap Konservatisme Akuntansi Di Indonesia (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia). Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
As’ ari, R., Mulyanie, E., & Rohmat, D. (2019). Zonasi Pemanfaatan Lahan Pasca
Penambangan Pasir di pesisir Cipatujah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Jurnal
Geografi, 11(2), 171181.
Elfira, A. (2014). Pengaruh kompensasi bonus dan leverage terhadap manajemen laba (Studi
empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2009-
2012). Jurnal Akuntansi, 2(2).
Farida, D. N. (2019). Pengaruh diversitas gender terhadap pengungkapan sustainability
development goals. Jurnal Akuntansi Indonesia, 8(2), 89107.
Halim, J. R., Anjani, F., & Widjaja, D. C. (2019). 270 Hambatan-Hambatan Terhadap
Perkembangan Karir Wanita Di Hotel Bintang 5 Di Surabaya. Jurnal Hospitality Dan
Manajemen Jasa, 7(2).
Insiroh, L. (2014). Pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan aset, dan
struktur aset terhadap struktur modal. Jurnal Ilmu Manajemen, 2(3), 979990.
Muhammad, R., & Pribadi, P. (2020). Pengaruh Kompensasi Bonus, Pendidikan dan
Komposisi Gender Dewan Direksi Terhadap Manajamen Laba pada Bank Syariah di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 6(1), 5369.
643
Putri Nanda Sari, Rindu Rika Gamayuni, Usep Syaipudin, Yunia Amelia
PENGARUH GLASS CEILING, BONUS, DAN TINGKAT PENDIDIKAN DEWAN DIREKSI
TERHADAP MANAJEMEN LABA
Muryani, E., Sulistiarini, E. B., Prihatiningsih, T. S., Ramadhana, M. R., Heriteluna, M.,
Maghfur, I., Hastuti, P., Ahdiyat, M., Desembrianita, E., & Purnomo, A. (2022).
Manajemen Sumber Daya Manusia. UNISMA PRESS.
Pasolong, H. (2014). Teori administrasi publik. Alfabeta Bandung.
Rantika, D. R., & Budiarti, A. (2016). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuahn
Laba Pada Perusahaan Pertambangan Logam Di BEI. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen
(JIRM), 5(6).
Riniwati, H. (2016). Manajemen Sumberdaya Manusia: Aktivitas Utama dan Pengembangan
SDM. Universitas Brawijaya Press.
Sosiawan, S. Y. (2012). Pengaruh kompensasi, leverage, ukuran perusahaan, earnings power
terhadap manajemen laba. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan, 8(1), 7989.
Sunarwan, E. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) Terhadap Kinerja
Keuangan Perbankan Syariah (Studi Kasus pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah di Indonesia Periode 2010-2013).
Wandeca, J. S., & Liza Alvia, S. E. (2012). Analisis Pengaruh Pergantian Chief Executive
Officer (CEO) Terhadap Praktek Manajemen Laba (Studi Pada Perusahaan BUMN dan
Non BUMN di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi, 4(1), 1050.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License