705
Imam Ozali, Muhammad Fadli
ANALISIS PERUBAHAN SISTEM REFUND TIKET PESAWAT
TERHADAP MINAT BELI PELANGGAN MASKAPAI GARUDA INDONESIA
Imam Ozali
1
, Muhammad Fadli
2
, Euis Saribanon
3
1
Institut Transportasi dan Logistik, Jakarta, Indonesia,
2
Politeknik Bintan Cakrawala, Bintan, Indonesia
Email imamozaly@gmail.com
1
, ahmadfadli8733@gmail.com
2
, nengnonon04@gmail.com
3
Abstrak
Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan milik negara Republik Indonesia, yang mempunyai
kantor pusat di Bandara Soekarno Hatta, Cengkareng. Garuda Indonesia merupakan flight Carier
Indonesia, dengan memberikan pelayanan full service terbaik yang memiliki 90 destinasi di seluruh
dunia dan di beberapa tempat eksotis di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui seberapa jauh dampak perubahan refund tiket dari yang sebelumnya dibayarkan dalam
bentuk cash dirubah menjadi dalam bentuk voucher, terhadap minat beli penumpang Garuda
Indonesia. Permasalahan yang di hadapi adalah dengan ketentuan baru yang dibuat Garuda
Indonesia tentang refund tiket menjadi travel voucher tentunya memicu respon yang beragam dari
pelanggan yang sudah lama menggunakan Garuda Indonesia ataupun pelanggan yang masih baru.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dimana peneliti
menggunakan data kualitatif yang dijabarkan kedalam bentuk deskriptif. Hasil luaran dari penelitian
ini, diharapkan dapat diketahui sejauh mana dampak perubahan bentuk refund tiket Garuda
Indonesia, yang sebelumnya pelanggan yang melakukan refund akan mendapatkan uang cash,
selanjutnya berubah menjadi dalam bentuk voucher.
Kata Kunci: Penerbangan, Reservasi, Tiket, Refund, Tiket, Penumpang
Abstract
Garuda Indonesia is the state-owned airline of the Republic of Indonesia, which has its head office
at Soekarno Hatta Airport, Cengkareng. Garuda Indonesia is an Indonesian flight carrier, by
providing the best full service services that have 90 destinations around the world and in several
exotic places in Indonesia. The purpose of this study was to find out how far the impact of changing
ticket refunds from previously paid in cash to being in the form of vouchers, on the buying interest
of Garuda Indonesia passengers. The problem faced is that the new provisions made by Garuda
Indonesia regarding ticket refunds into travel vouchers certainly trigger various responses from
customers who have used Garuda Indonesia for a long time or new customers. The research method
used in this research is descriptive qualitative where the researcher uses qualitative data which is
translated into descriptive form. The output of this study is expected to be able to know the extent of
the impact of changing the form of Garuda Indonesia ticket refunds, which previously customers
who made refunds would get cash, then changed to vouchers.
Keywords: Flight, Reservation, Ticket, Refund, Ticket, Passenger
PENDAHULUAN
Munculnya virus covid-19 diakhir tahun 2019 membawa dampak yang sangat besar kepada
setiap negara dibelahan dunia. Sifat virus yang mudah menyebar dan sulitnya menentukan orang yang
sudah terinfenksi membuat negara-negara melakukan berbagai macam cara untuk memperlambat
angka laju penyebaran covid-19 (Rahmadani, 2021) Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan
menghimbau kepada masyarakat untuk mengurangi aktivitas diluar rumah dan pelarangan bagi warga
negara luar yang berasal dari daerah yang terkena dampak covid-19 untuk masuk ke dalam negeri.
Upaya tersebut membawa dampak tersendiri untuk setiap sektor industri tak terkecuali industri
penerbangan. Penerbangan merupakan salah satu moda transportasi udara berjadwal di Indonesia.
menurut (Hanief et al., 2018) transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 2, Number 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
706
Imam Ozali, Muhammad Fadli
Analisis Perubahan Sistem Refund Tiket Pesawat Terhadap Minat Beli
Pelanggan Maskapai Garuda Indonesia
penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting yaitu
pemindahan/pergerakan dan secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi) dan penumpang ke
tempat lain. Sedangkan menurut transportasi dapat diartikan usaha memindahkan, menggerakan,
mengangkut, atau mengalihkan suatu objek dari satu tempat ke tempat lain, dimana di tempat lain ini
objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu. Transportasi
memainkan peran penting dalam perkembangan sejarah karena dengan transportasi sebuah Negara
dapat berkembang secara ekonomis selain itu transportasi dibagi menjadi 3 macam yaitu transportasi
darat, transportasi laut dan transportasi udara yang fungsinya saling berhubung.
Adanya larangan masuk bagi warga Negara tertentu memaksa maskapai untuk meniadakan
rute penerbangan ke wilayah tersebut dan dengan himbauan untuk mengurangi aktivitas diluar rumah
membuat maskapai kehilangan pemasukan yang berujung dengan kerugian uang dalam jumlah yang
besar dan mengharuskan maskapai untuk mengurangi sumber daya manusia. Dampak dari
pengendalian mobilitas kegiatan diluar rumah terhadap maskapai yaitu seperti : 1) berkurangnya
penumpang yang menggunakan jasa penerbangan pesawat 2) pembatalan oleh penumpang yang sudah
melakukan pemesanan tiket yang berujung pada refund dalam bentuk uang tunai. Dimana aktivitas
tersebut akan berdampak didalam reservasi dan tiket yang telah dilakukan di Garuda Indoesia, yang
menurut Menurut (Hertanu W & Hidayat, 2016), reservasi atau reservation berasal dari kata kerja to
reserve yang berarti memesan dan menyediakan tempat. Dalam hal ini pengertian reservasi adalah
suatu transaksi yang menyangkut tentang penyediaan tempat, pelayanan khusus fasilitas-fasilitas
lainnya untuk penumpang yang akan melakukan perjalanan dengan menggunakan jasa pesawat
terbang. Sedangkan menurut (Miro, 2005) reservation secara umum dapat diartikan sebagai
penyediaan tempat duduk, yang meliputi keseluruhan proses kegiatan yang berkaitan dengan
pendistribusian produk, pencatatan keseluruhan transaksi pemesanan tempat untuk pencapaian
pendapatan yang optimal. Sedangkan definisi tiket menurut (Nurfebiaraning, 2017) adalah dokumen
perjalanan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang berisi rute, tanggal, data penumpang yang
digunakan untuk melakukan suatu perjalanan. Menurut UU RI No. 1 tahun 2009, tiket adalah
dokumen berbentuk cetak atau bentuk lainnya, yang merupakan salah satu alat bukti adanya perjanjian
angkutan udara antara penumpang dan pengangkut. Penumpang yang sudah memiliki tiket memiliki
hak yang harus dipenuhi dan kewajiban bagi pihak maskapai untuk memenuhi hak tersebut
sebagaimana yang sudah diatur oleh UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
(Rahmadani, 2021). Keadaan seperti ini memaksa maskapai melakukan berbagai macam cara untuk
bertahan salah satunya adalah mengubah kebijakan refund tiket yang sebelumnya berupa uang tunai
ke dalam bentuk travel voucher yang dapat digunakan kembali oleh penumpang untuk terbang
menggunakan maskapai yang mengeluarkan travel voucher tersebut. Menurut Pasal 4 huruf (H)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK), refund adalah hak
untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang
diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya. Pembatalan tiket dapat
dilakukan juga apabila terdapat kesalahan yang dilakukan oleh perusahaan hingga mengakibatkan
kerugian kepada pembeli. Refund dapat berupa pengembalian uang atau penukaran barang/jasa yang
bernilai sama (Riswan, 2019).
Garuda Indonesia yang merupakan maskapai terbaik di Indonesia juga harus merubah
ketentuan refund tiket ke bentuk voucher untuk mencegah adanya pengeluaran yang bisa merugikan
maskapai. Travel voucher adalah dokumen penerbangan yang diterbitkan oleh maskapai kepada
penumpang agar dapat digunakan untuk melakukan perjalanan dengan maskapai yang sama di
kemudian hari. Maskapai dapat menggunakan travel voucher sebagai kompensasi jika terjadi
pembatalan tiket oleh penumpang atau kendala lain (Romadhon, 2006). Penukaran tiket dengan travel
voucher harus bernilai sama dengan uang yang dikeluarkan oleh penumpang dan penggunaan travel
voucher dapat diwakilkan oleh orang lain dengan surat kuasa yang sudah ditandatangani oleh pemilik
dari voucher tersebut. Travel voucher sebagai pengganti uang refund sesuai dengan Undang undang
yang mengatur hal demikian dimana jika perusahaan tidak bisa mengembalikan uang konsumen maka
perusahaan dapat menukarkannya dengan benda yang bernilai sama seperti uang yang dikeluarkan
konsumen. Perubahan tersebut memicu tanggapan yang disampaikan oleh pelanggan maskapai
Garuda Indonesia, mereka mengeluhkan adanya perubahan kebijakan refund tiket tersebut dan
707
Imam Ozali, Muhammad Fadli
Analisis Perubahan Sistem Refund Tiket Pesawat Terhadap Minat Beli
Pelanggan Maskapai Garuda Indonesia
membuat citra Garuda Indonesia yang selama ini mengedepankan kenyamanan pelanggan, membuat
pelanggan kehilangan kepercayaan kredibilitas terhadap maskapai tersebut. Menurut (Rusydi, 2017)
pelanggan adalah semua orang yang menuntut perusahaan untuk memenuhi suatu standar kualitas
tertentu, dan karena itu akan memberikan pengaruh pada informasi perusahaan. Sedangkan menurut
(Sarinah et al., 2019) pelanggan adalah seorang individu yang secara continue dan berulang kali
datang ke tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu jasa dan
memuaskan produk atau jasa tersebut. Dari kedua pendapat tersebut bahwa kebutuhan dan keinginan
seorang pelanggan berada di prioritas perusahaan (Sulistiyani et al., 2020).
Pelanggan dibagi menjadi 5 macam pelanggan baru, pelanggan potensial, pelanggan impulsif,
pelanggan hemat, dan pelanggan loyal. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Aditya Lazuardi
Hadani dengan judul Analisis Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Minat Beli Ulang dalam
penelitiannya dapat ditarik kesimpulan bahwa Semakin tinggi kualitas layanan sebelum penerbangan
(Pre flight Service) maka semakin tinggi kualitas layanan, Semakin tinggi kualitas selama perjalanan
(Inflight Service) maka semakin tinggi kualitas pelayanan. Semakin tinggi kualitas layanan setelah
penerbangan (Post Flight Service) maka semakin tinggi kualitas pelayanan. Semakin tinggi kualitas
layanan maka semakin tinggi minat beli ulang. Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu variabel dan
indikator yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu hanya empat variabel laten dengan tiga belas
indikator variabel merupakan salah satu keterbatasan. Sedangkan dalam penelitian lain yang
dilakukan oleh Peniarsih Peniarsih dan Andriandi Andriandi dengan judul Analisis Determinan
Sistem Informasi E-Ticketing ( Pendekatan Extended Theory Of Planned Behaviour) Kesimpulan
yang dapat ditarik adalah berpengaruh dalam mengembangkan transaksi pemesanan tiket melalui
penggunaan sistem informasi e- ticketing sikap dan kontrol perilaku persepsian dan norma subjektif
dan kepercayaan. Keterbatasan dalam penelitian penelitian ini tidak fokus pada layanan sistem e-
ticketing pada suatu maskapai penerbangan tertentu. Setiap maskapai penerbangan tentu memiliki
karakteristik tersendiri dalam pemberian layanan. Sehingga, berdasarkan penelitian terdahulu peneliti
akan menggunakan variabel yang belum diteliti oleh peneliti sebelumnya.
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut dengan judul Analisis Perubahan Sistem Refund Tiket Pesawat dari Bentuk Cash ke Voucher
terhadap Minat Beli Pelanggan Maskapai Garuda Indonesia.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian kualitatif. Sedangkan dalam
penjelasannya penelitian ini bersifat deskriptif, yaitu untuk mengetahui nilai varibel mandiri, baik satu
variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel
yang lain. Dalam penelitian ini yang dijadikan obyek penelitian adalah penumpang Garuda Indonesia,
yang tentu akan bisa memberikan tanggapan yang penting dan benar, tentang perubahan mekanisme
proses refund tiket yang bayarkan kepada penumpang dalam bentuk uang cash, dirubah ketentuannya
menjadi dalam bentuk voucher. Jadi, dalam penelitian ini karena populasinya sampel merupakan
sumber data orang penumpang penerbangan yaitu purposive sampling. Purposive sampling adalah
teknik penentuan sampel dengan melakukan pertimbangan tertentu, sampel ini cocok dimanfaatkan
untuk kegiatan penelitian kualitatif atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi. Selanjutnya,
dalam penelitian ini mengambil jumlah populasi untuk dijadikan sampel yaitu 109 sampel yang
dijadikan responden.
Pada tahap pengumpulan data, selain peneliti menyebar kuesioner kepada penumpang Garuda
Indonesia, juga mengumpulkan data dengan melakukan wawancara dengan staf Garuda Indonesia.
Peneliti juga melakukan penelitian langsung ke lapangan untuk mendapatkan data primer maupun
serta Studi kepustakaan untuk mendapatkan data sekunder yang akan dijadikan landasan teroritis
untuk melakukan analisa masalah serta sebagai pedoman dalam melaksanakan penelitian. Selain itu
peneliti juga memanfaatkan metode dokumentasi yang dapat digunakan sebagai laporan tertulis dari
suatu kegiatan yang isinya terdiri dari penjelasan dan pemikiran terhadap peristiwa itu dan ditulis
dengan sengaja untuk disimpan atau meneruskan keterangan tentang peristiwa itu. Dengan demikian
kita dapat memasukkan notulen rapat, keputusan hakim, laporan panitia kerja, artikel majalah surat-
surat, iklan dan sebagainya ke dalam pengertian dokumen. Sehubungan dengan definisi dokumentasi
708
Imam Ozali, Muhammad Fadli
Analisis Perubahan Sistem Refund Tiket Pesawat Terhadap Minat Beli
Pelanggan Maskapai Garuda Indonesia
sebagaimana tersebut di atas, data sekunder berupa data-data terkait obyek yang diteliti, penulis
dapatkan dari perusahaan dan browsing di internet.
Proses analisis data dimulai dengan melihat seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber,
yaitu dari wawancara dan pengamatan yang telah dituliskan dalam catatan kunjungan ke lapangan dan
dokumen resmi yang ada. Setelah mempelajari dan melakukan Analisa terhadap data tersebut, langkah
berikutnya adalah melakukan reduksi terhadap data yang dilaksanakan dengan jalan membuat
abstraksi. Abstraksi merupakan kegiatan membuat rangkuman dari penelitian tersebut yang inti dari
proses dan pernyataan-pernyataannya. Terakhir dari analisis data ini adalah mengadakan penilaian
tentang keabsahan data dan selanjutnya dilakukan evaluasi untuk dibuat laporan penelitian.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Data hasil penelitian yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner terhadap 109 penumpang
Garuda Indonesia, yang telah memberikan berbagai tanggapan mengenai perubahan ketentuan
pembayaran refund tiket dari yang sebelumnya dibayarkan dalam bentuk cash, dan dirubah menjadi
travel voucher. Dari delapan pertanyaan yang diajukan kepada penumpang Garuda Indonesia,
didapatkan hasil jawaban yang sangat menarik yang dapat digunakan sebagai data pendukung
penelitian (Utari, 2014).
Ketentuan perubahan refund tiket telah diberlakukan oleh Garuda Indonesia sebelum adanya
pandemi covid-19, maka ternyata pemahaman penumpang Garuda Indonesia terhadap perubahan
ketentuam refund tiket dari yang sebelumnya dibayarkan dalam bentuk cash dan dirubah kedalam
bentuk voucher, ternyata sebanyak 81,7% responden menjawab bahwa mereka sudah mengetahui
adanya perubahan ketentuan refund tiket, sedangkan 18,3% responden menjawab belum mengetahui
adanya perubahan ketentuan refund tiket. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penumpang
Garuda Indonesia sudah mengetahui ketentuan perubahan pembayaran refund tiket tersebut. Namun
demikian, karena masih ada penumpang yang belum mengetahui ketentuan perubahan refund tiket
sebesar 18,3 %, maka kegiatan sosialisasi harus lebih ditingkatkan untuk menghindari menurunnya
kepuasan pelanggan (Pratamayuda, 2018).
Cara penggunakan voucher sangat penting disosialisasikan kepada penumpang Garuda
Indonesia, karena dari hasil kuesioner yang dilakukan ternyata yang sudah mengetahui bagaimana
cara menggunakan travel voucher adalah sebanyak 72,5 %, sedangkan 27,5% responden tidak tahu
cara menggunakan travel voucher. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah pelanggan Garuda Indonesia
yang masih belum mengetahui cara penggunaan travel voucher yang relative masih tinggi (Hertanu W
& Hidayat, 2016).
Hasil yang disajikan untuk indikator tentang darimana pelanggan Garuda Indonesia
mengetahui adanya perubahan ketentuan refund tiket hasil yang peneliti dapatkan adalah mayoritas
responden mengetahui perubahan tersebut dari Garuda Indonesia secara langsung dari website Garuda
Indonesia sebanyak 46,8% responden, sedangkan yang mengetahui perubahan ketentuan refund tiket
berasal dari staf Garuda Indonesia sebesar 29,4%, sedangkan sisanya yang hasilnya berada dibawah
3% mengetahui perubahan ketentuan refund dari pihak diluar Garuda Indonesia seperti teman,
aplikasi traveloka, kuesioner, sosial media, atau pengalaman pribadi (Hanief et al., 2018).
Apakah pelanggan Garuda Indonesia merasa dipersulit, dengan adanya perubahan ketentuan
refund tiket yang baru ketika menggunakan masakapai. Dan hasil yang peneliti dapatkan adalah
sebanyak 69,7% responden menjawab bahwa mereka merasa tidak dipersulit dengan adanya
perubahan ketentuan refund tiket sedangkan 30,3% responden merasa dipersulit dengan perubahan
ketentuan refund tiket yang baru.
Pada indikator ini peneliti ingin mencari tahu apakah dengan adanya perubahan ketentuan
refund tiket berpengaruh dalam keputusan pelanggan Garuda Indonesia ketika akan memilih tanggal
perjalanan berikutnya, ternyata hasil yang peneliti dapatkan adalah sebanyak 84,4% responden
menjawab bahwa mereka lebih berhati-hati dalam memilih tanggal perjalanan dengan menggunakan
Garuda Indonesia sedangkan 15,6% responden menjawab keputusan mereka ketika memilih tanggal
perjalanan tidak terganggu (Yasfi, 2018).
Sebelum pandemi covid-19 ketentuan refund tiket Garuda Indonesia adalah sesuai dengan
bentuk pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan, apabila pembelian tiket dilakukan dalam bentuk
709
Imam Ozali, Muhammad Fadli
Analisis Perubahan Sistem Refund Tiket Pesawat Terhadap Minat Beli
Pelanggan Maskapai Garuda Indonesia
uang cash maka akan pada saat refund tiket akan dikembalikan juga dalam bentuk uang cash dan
apabila dengan pembelian tiket menggunakan debit card maka pembayaran refund tiket akan
dikembalikan pula ke rekening penumpang. Pada indikator ini, peneliti ingin membandingkan jika
pelanggan Garuda Indonesia diberi pilihan apakah mereka lebih memilih untuk tiket mereka
direfundkan ke dalam bentuk uang atau travel voucher dan hasil yang didapatkan oleh peneliti adalah
sebanyak 57,8% responden lebih memilih refund tiket mereka dikembalikan dengan uang sedangkan
42,2% responden lebih memilih dikembalikan tetap berupa Travel voucher (Dewi, 2019).
Keputusan yang dilakukan Garuda Indonesia untuk merubah kebijakannya dalam refund tiket,
kemudian peneliti ingin mengetahui apakah perubahan tersebut berpengaruh kepada loyalitas
pelanggan Garuda Indonesia, mengingat bahwa jika dibandingkan dengan maskapai lokal lain Garuda
Indonesia adalah maskapai dengan harga tiket termahal. Oleh karena itu, selanjutnya peneliti ingin
mengukur seberapa besar pelanggan Garuda Indonesia yang akan menggunakan maskapai lain, dan
ternyata hasil yang didapatkan adalah sebanyak 67% responden memilih menggunakan maskapai lain
setelah adannya perubahan ketentuan refund tiket sedangkan 33% responden lebih memilih untuk
tetap mengunakan maskapai Garuda Indonesia (Banjarnahor et al., 2021).
Peneliti ingin mengetahui maskapai penerbangan apa saja yang akan dipilih penumpang
Garuda Indonesia, setelah adanya perubahan kebijakan refund tiket di garuda Indonesia. Hasilnya,
dari empat maskapai lokal yang ada didapatkan hasil adalah sebanyak 46,5% responden memilih
menggunakan anak perusahaan Garuda yaitu Citilink, kemudian sebesar 24,4% memilih
menggunakan Super Air Jet, sebesar 16,3% memilih menggunakan Lion Air, sedangkan sisa sebesar
12,8% memilih menggunakan Batik Air.
Peneliti melakukan wawancara kepada dua orang yang berbeda yaitu staf Garuda Indonesia
untuk melengkapi dari jawaban responden yang telah didapatkan, kemudian. Pemilihan narasumber
yang berbeda merupakan pilihan yang disengaja karena peneliti ingin melihat dua sudut pandang yang
berbeda mengenai masalah yang saat ini dihadapi. Hasil dari jawaban yang didapatkan peneliti dari
staf Garuda Indonesia, menunjukkan bahwa Garuda Indonesia telah melakukan sosialisasi kepada
penumpang Garuda Indonesia pada saat datang di kantor penjualan Garuda Indonesia. Dan sejauh ini
tanggapan penumpang Garuda Indonesia yang disampaikan ke staf Garuda Indonesia, bahwa sejauh
ini belum ada penumpang yang mengatakan kalau mereka tidak mau terbang lagi dengan Garuda
Indonesia, namun demikian ada beberapa penumpang Garuda Indonesia yang kecewa dengan adanya
perubahan refund refund tiket
KESIMPULAN
Selama pandemi covid-19 maskapai penerbangan Garuda Indonesia terpaksa banyak
melakukan langkah drastis untuk menyelamatkan perusahaan dari kebangkrutan salah satunya adalah
dengan merubah ketentuan refund tiketnya yang dulunya memakai uang menjadi travel voucher,
meskipun kebijakan tersebut tentu berdampak kepuasan pelanggan Garuda Indonesia. Langkah
tersebut diambil untuk menghindari terjadinya pengeluaran arus kas dari pembelian tiket Garuda
Indonesia. Dengan adanya kebijakan ketentuan refund tiket dalam bentuk travel voucher, tentu akan
mendorong penumpang menggunakan travel voucher tersebut digunakan untuk membeli tiket untuk
penerbangan Garuda Indonesia berikutnya. Dengan melakukan sosialisasi yang lebih efektif kepada
penumpang Garuda Indonesia, tentu akan mengurangi dampak negatif yang akan ditimbulkan dengan
adanya kebijakan perubahan ketentuan refund tiket. Sosialisasi dapat dilakaukan secara masif melalui
semua channel Garuda Indonesia, mulai dari website Garuda Indonesia, sosial media dan seluruh
channel digital marketing Garuda Indonesia.
710
Imam Ozali, Muhammad Fadli
Analisis Perubahan Sistem Refund Tiket Pesawat Terhadap Minat Beli
Pelanggan Maskapai Garuda Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Banjarnahor, A. R., Sari, O. H., Simanjuntak, M., Nur, N. K., Sudirman, S., Mukrim, M. I.,
Rangan, P. R., Mahyuddin, M., Duwila, A. A., & Tumpu, M. (2021). Manajemen
Transportasi Udara. Yayasan Kita Menulis.
Dewi, I. A. M. S. (2019). Manajemen Risiko. Unhi Press.
Hanief, S., Pramana, D., Kom, S., & Kom, M. (2018). Pengembangan Bisnis Pariwisata
dengan Media Sistem Informasi. Penerbit Andi.
Hertanu W, A., & Hidayat, A. (2016). Guru pembelajar modul paket keahlian usaha
perjalanan wisata SMK kelompok kompetensi B: airlines reservation, dasar
pembelajaran yang mendidik.
Miro, F. (2005). Perencanaan Transportasi untuk Mahasiswa, Perencana dan Praktisi.
Nurfebiaraning, S. (2017). Manajemen Periklanan. Deepublish.
Pratamayuda, F. B. (2018). Implementasi Sistem Informasi dan Strategi pada Industri Travel
di Kota Yogyakarta.
Rahmadani, R. (2021). Analisis Pengakuan dan Pengukuran Pendapatan Berdasarkan PSAK
No. 23 pada PT. Fauzi Haya Tour & Travel Medan. Universitas Islam Negeri Sumatera
Utara.
Riswan, M. (2019). Komunikasi Antar Pribadi Staff Ticketing Maskapai PT, Garuda
Indonesia Dalam Menangani Komplain Penumpang.
Romadhon, S. (2006). Hubungan Stabilitas Politik dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di
Indonesia pada Masa Reformasi.
Rusydi, M. (2017). Customer Excellence. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Sarinah, S., Qibtiyah, M., & Nurhayati, S. (2019). Strategi Meningkatkan Seat Load Factor
Pada Penerbangan Citilink. Jurnal Manajemen Bisnis Transportasi Dan Logistik, 5(3),
391402.
Sulistiyani, S., Pratama, A., & Setiyanto, S. (2020). Analisis Strategi Pemasaran Dalam
Upaya Peningkatan Daya Saing Umkm. Jurnal Pemasaran Kompetitif, 3(2), 3139.
Utari, Y. L. (2014). Penerapan Analisis Balanced Scorecard Untuk Mengukur Kinerja
Perusahaan (Studi Kasus pada KAHA Tours and Travel Surabaya Tahun 2010-2012).
Universitas Brawijaya.
Yasfi, Z. (2018). Strategi Customer Relationship Management PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) DAOP 6 Yogyakarta Terhadap Loyalitas Pelanggan Kereta Api.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License