691
Mohamad Adam Rusmana, Ahmad Tafsir, Ahmad Sukandar
MANAJEMEN PENDIDIKAN AKHLAK SISWA SD NEGERI CINGCIN 02
SOREANG
Mohamad Adam Rusmana
1
, Ahmad Tafsir
2
, Ahmad Sukandar
3
123
Universitas Islam Nusantara
adamrusmana95@gmail.com
1
, sukandarahmad@gmail.com
3
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) pengelolaan pendidikan akhlak siswa di SD Negeri
Cingcin 02 Soreang Kabupaten Bandung, 2) faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
pengelolaan pendidikan akhlak siswa di SD Negeri Cingcin 02 Soreang Kabupaten Bandung,
walaupun itu adalah sekolah umum. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian ini
dilaksanakan di SD Negeri Cingcin 02 Soreang Kabupaten Bandung Tahun Pelajaran 2020-2021.
Subjek penelitian adalah kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, orang tua. Teknik pengumpulan
data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa 1) pengelolaan pendidikan akhlak siswa di SD Negeri Cingcin 02 Soreang Kabupaten
Bandung: a) dilaksanakan melalui kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler dan pembiasaan.
Pelaksanaan manajemen berjalan secara terstruktur, terpadu dan normatif berdasarkan nilai-nilai
Islam dan keteladanan. b) Kepala sekolah di SD Negeri Cingcin 02 Soreang Kabupaten Bandung
telah melaksanakan fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, koordinasi, motivasi,
pengendalian dan evaluasi. 2) Faktor keberhasilan pendidikan akhlak siswa di SD Negeri Cingcin 02
Soreang Kabupaten Bandung tidak terlepas dari kreativitas kepala sekolah dalam mengelola
pendidikan akhlak siswa di sekolah. Meskipun merupakan sekolah umum dan jumlah pelajaran
Pendidikan Agama Islam hanya dua jam per hari Minggu, pendidikan akhlak siswa di SD Negeri
Cingcin 02 Soreang Kabupaten Bandung dapat dikatakan berhasil karena strategi yang digunakan
efektif.
Kata kunci: Manajemen, Pendidikan Moral, Siswa
Abstract
This study aims to determine 1) the management of students' moral education at SD Negeri Cingcin
02 Soreang, Bandung Regency, 2) the factors that influence the success of managing students' moral
education at SD Negeri Cingcin 02 Soreang, Bandung Regency, even though it is a public school.
This study uses a qualitative approach. This research was conducted at SD Negeri Cingcin 02
Soreang, Bandung Regency, for the 2020-2021 academic year. The research subjects were
principals, teachers, employees, students, parents. Data collection techniques using the method of
observation, interviews, and documentation. The results showed that 1) the management of students'
moral education at SD Negeri Cingcin 02 Soreang, Bandung Regency: a) was carried out through
intracurricular, extracurricular and habituation activities. The implementation of management runs
in a structured, integrated and normative manner based on Islamic values and exemplary. b) The
principal at SD Negeri Cingcin 02 Soreang, Bandung Regency has carried out management
functions, namely planning, organizing, coordinating, motivating, controlling and evaluating. 2)
The success factor of students' moral education at SD Negeri Cingcin 02 Soreang, Bandung
Regency is inseparable from the creativity of the principal in managing students' moral education in
schools. Even though it is a public school and the number of lessons for Islamic Religious Education
is only two hours per Sunday, the moral education of students at SD Negeri Cingcin 02 Soreang,
Bandung Regency can be said to be successful because of the effective strategy used.
Keywords: Management, Moral Education, Students
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 2, Number 8, Agustus 2022
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
692
Mohamad Adam Rusmana, Ahmad Tafsir, Ahmad Sukandar
Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 02 Soreang
PENDAHULUAN
Perkembangan pendidikan sains dan teknologi saat ini perlu diiringi dengan panduan moral
atau akhlak. Seperti yang dirasakan selama ini bahwa begitu majunya sains dan teknologi
menyebabkan kemudahan-kemudahan yang dirasakan baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dengan meremehkan pembinaan akhlak ternyata akan menimbulkan masalah-masalah kemanusiaan
yang cukup berat, diantaranya adalah meningkatnya perbuatan-perbuatan kriminal yang merusak
ketentraman masyarakat, dan masyarakat perlu dipelihara dari tindakan-tindakan kriminal anggota
masyarakat yang mempunyai akhlak rendah (Amalia & Zuhro, 2022).
Semakin merosotnya akhlak warga negara telah menjadi salah satu keprihatinan bangsa. Hal ini
juga menjadi keprihatinan para pemerhati pendidikan, terutama para pemerhati pendidikan Islam.
Globalisasi kebudayaan sering dianggap sebagai salah satu penyebab kemerosotan akhlak tersebut.
Memang kemajuan filsafat, sains, dan teknologi telah menghasilkan kebudayaan yang semakin maju
pula, proses itu disebut globalisasi kebudayaan. Namun kebudayaan yang semakin mengglobal itu
ternyata sangat berdampak terhadap aspek akhlak manusia (Anshori, 2013).
Kemerosotan akhlak itu agaknya terjadi pada semua lapisan masyarakat. Meskipun demikian,
pada lapisan remajalah kemerosotan akhlak itu lebih nyata terlihat. Kemerosotan akhlak di kalangan
para remaja itu dikenal sebagai kenakalan remaja. Sebagai akibatnya, seperti yang dapat disaksikan,
banyak sekali keluarga yang kehilangan ketentaraman dan keharmonisan pada rumah tangga mereka.
Kemerosotan moral juga diakibatkan kurangnya pemahaman dan pengamalan akhlak pada
siswa, hal tersebut tercermin dari sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan
sekolah, keluarga maupun di masyarakat (Fathurrohman, 2019). Sikap dan perilaku remaja atau siswa
yang menunjukkan kurangnya implementasi dari nilai akhlak misalnya: (1) kurang rasa hormat
kepada orang tua, guru, teman dan sebagainya, (2) tidak mau menghargai orang lain, (3) cenderung
bersifat individualistik atau tidak peduli dengan orang lain, (4) cara berbicara, berpakaian, dan bergaul
kurang sopan atau perilaku-perilaku lain yang tidak sesuai dengan norma-norma agama dan
masyarakat yang berlaku. Fakta ini bertentangan dengan nilai-nilai yang ada dalam ajaran agam Islam
(Hadhiri, 2005).
Guru dituntut memiliki kepribadian yang baik seperti apa yang ada pada diri Rasulullah.
Kedudukan guru yang demikian, senantiasa relevan dengan zaman dan sampai kapanpun diperlukan.
Lebih-lebih untuk mendidik kader bangsa yang berbudi pekerti luhur (akhlaqul karimah). Dengan
bekal pendidikan akhlaqul karimah yang kuat diharapkan akan lahir anak-anak masa depan yang
memiliki keunggulan kompetitif yang ditandai dengan kemampuan intelektual yang tinggi (ilmu
pengetahuan dan tehnologi) yang diimbangi dengan penghayatan dan nilai keimanan, ahlak,
psikologis, dan sosial yang baik (Hasibuan et al., 2018).
Dalam memberikan pembinaan akhlak kepada para siswa diperlukan kerjasama dari seluruh
warga sekolah, seperti adanya kerjasama kepala sekolah/madrasah dengan semua guru baik guru
pendidikan agama islam maupun guru mata pelajaran lain dan wali kelas. Dengan adanya kerjasama
dari seluruh warga sekolah, maka pembinaan akhlak kepada para siswa akan berjalan dengan baik
untuk meminimalisir kenakalan dari para siswa (Hidayatullah & Rohmadi, 2010). Sukses dan
tidaknya sebuah lembaga pendidikan dalam rangka mencapai tujuan yang telah dicita-citakan tidak
akan pernah lepas dari sistem manajemen di dalamnya. Manajemen pendidikan merupakan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian usaha-usaha personal pendidikan
untuk mendayagunakan semua sumber daya dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (John, 2015).
Mengingat begitu pentingnya akhlak siswa untuk mencapai tujuan pendidikan, maka penulis
berusaha untuk mencari titik tema manajemen pendidkan akhlak siswa di SD Negeri Cingcin 2
Soreang, karena secara teori dengan akhlak yang baik akan timbul kedidiplinan yang baik pula,
dengan melihat latar belakang masalah diatas yang bisa terwakili dari data empiris tentang
Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 2 Soreang. Penulis berusaha untuk
memperoleh gambar yang lebih jelas lagi (actual dan factual) tentang bagaimana Manajemen
Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 2 Soreang (Khotimah, 2016). Maka perlu untuk
diadakan penelitian mengenai Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 2 Soreang.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:
693
Mohamad Adam Rusmana, Ahmad Tafsir, Ahmad Sukandar
Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 02 Soreang
“Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 2 Soreang” (Majid et al., 2011).
Secara umum, tujuan penelitian ini untuk dilakukan dengan maksud mencari dan menemukan
data factual serta informasi mengenai Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 2
Soreang. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk memperoleh kondisi faktual tentang perencanaan,
pelaksanaan, penilaian, faktor pendukung dan penghambat manajemen pendidikan akhlak siswa SD
Negeri Cingcin 2 Soreang (Mulyasa, 2015).
Pendidikan merupakan salah satu indikator utama pembangunan, sehingga kualitas sumber
daya manusia sangat tergantung dari kualitas pendidikan. Pendidikan merupakan bidang penting dan
strategis dalam pembangunan nasional, karena merupakan salah satu penentu kemajuan suatu bangsa.
Pendidikan menentukan perilaku seseorang. Orang yang berpendidikan lumayan baik akan tampak
pada sikap, ucapan, dan pergaulannya, demikian pula masyarakat yang berpendidikannya (Nata,
2012).
Pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan generasi penerus yang baik, dan
menghasilkan manusia-manusia yang lebih berbudaya luhur, manusia sebagai individu yang
mempunyai kepribadian yang lebih baik. Tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan
tujuan pendidikan di negara lainnya, sesuai dengan dasar negara, falsafah hidup bangsa, dan ideologi
negara tersebut (Wibowo, 2017).
Sedangkan dalam arti luas, pendidikan mempunyai arti sebagai pengalaman yang sangat
mempengaruhi perkembangan jiwa, watak, ataupun kemampuan fisik individu. Sedangkan dalam arti
sempit, pendidikan ialah suatu proses memindahkan pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan dari
generasi ke generasi, yang dilakukan oleh masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan seperti
sekolah, pendidikan tinggi, atau lembaga lainnya (Nuraida & Nurteti, 2018).
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa
pendidikan merupakan sarana dalam membantu seseorang untuk dapat mengembangkan potensi-
potensi yang ada dalam dirinya, baik itu secara langsung maupun tidak langsung agar mampu
bermanfaat bagi kehidupannya dalam masyarakat dan terdapat pula beberapa unsur pendidikan yaitu
usaha yang sistematis untuk merubah ke arah yang lebih baik, meningkatkan kualitas yang ditujukan
kepada pengembangan seluruh potensi anak didik dengan berbagai aspeknya, dan tujuan akhirnya
adalah terbentuknya kepribadian yang utama (kepribadian muslim) atau kesempurnaan hidup. Adapun
usaha yang sistematis itu menjadi tanggung jawab guru, orang tua dan masyarakat (Suryana et al.,
2018).
Definisi akhlak menurut Ibnu Maskawaih dalam kitabnya Tahdzibul-Akhlaaq wa tathhirul
A’raq. Beliau menyebutkan bahwa akhlak adalah: yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan Keadaan jiwa seseorang tanpa melalui pertimbangan (terlebih dahulu). Apabila Ahmad
Amin menggunakan istilah iradah (kehendak) dalam ta‟rifnya, maka Ibnu Maskawaih menggunakan
istilah haalun nafs (keadaan jiwa). Yaitu perbuatan batiniahlah yang mendorong seseorang untuk
melakukan perbuatan lahiriyah (Nursanti, 2014).
Secara kebahasaan akhlak bisa baik dan bisa buruk, tergantung dari tata nilai yang dijadikan
landasan atau tolak ukurnya. Di Indonesia kata akhlak selalu berkonotasi positif. Orang yang berbuat
baik sering kali disebut orang yang berakhlak, dan orang yang yang tidak berbuat baik sering disebut
orang yang tidak berakhlak. Akhlak menurut istilah adalah sistem nilai yang mengatur pola sikap dan
tindakan manusia di atas bumi. Sistem nilai yang dimaksud adalah ajaran islam yang bersumber dari
Al- Qur‟an dan sunnah Rasul, Ijtihad sebagai metode berfikir islami. Akhlak adalah istilah yang
berasal dari bahasa Arab yang diartikan sama atau mirip dengan ”Budi Pekerti” yang berasal dari
bahasa Sanskerta, yang memiliki kedekatan dengan istilah tata krama. Akhlak mengajarkan seseorang
berhubungan dengan Allah, dan manusia (Rahman & Wassalwa, 2019).
Berdasarkan pengertian akhlak di atas, akhlak dapat disimpulkan sebagai perbuatan-perbuatan
seseorang yang telah mempribadi, suatu kebiasaan, dilakukannya secara berulang-ulang atas
kesadaran jiwanya tanpa memerlukan berbagai pertimbangan dan tanpa adanya unsur pemaksaan dari
pihak lain dan perbuatan itu adalah perbuatan yang dapat diukur dengan alat ukur yang dinamakan
baik atau buruk. Penilaian baik- buruknya akhlak tergantung pada sumber akhlak. Akhlak islam dalam
hal ini akhlak yang bersumber dari ajaran agama Islam yaitu Al-qur‟an dan Al-hadits
694
Mohamad Adam Rusmana, Ahmad Tafsir, Ahmad Sukandar
Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 02 Soreang
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif (qualitative research) yaitu penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami tentang subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfatkan
berbagai metode alamiah. Penelitian kualitatif digunakan karena ada keunikan. Adapun keunikan
masalah penelitian ini yaitu SDN Cingcin 2 Soreang merupakan sekolah umum. Pada umumnya,
sekolah umum kurang berhasil dalam manajemen pendidikan akhlak, tetapi melihat kebiasaan siswa
di SDN Cingcin 2 Soreang menunjukkan kebiasaan perilaku yang baik atau akhlakul karimah. Hal
tersebut tidak terlepas dari pendidikan akhlak yang diberlakukan di SDN Cingcin 2 Soreang. Oleh
karena itu penelitian ini ingin mengetahui pelaksanaan pendidikan akhlak dan faktor-faktor yang
mempengaruhi perilaku siswa sehingga terjadi keunikan tersebut. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara melakukan pengamatan, wawancara mendalam, dan analisis dokumen.
Supaya data yang diperoleh dalam penelitian ini memiliki derajat yang shahih atau valid dan
mempunyai tingkat kepercayaan, maka dilakukan uji validitas data yang sesuai dengan karateristik
penelitian kualitatif. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan dan triangulasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Manajemen pendidikan akhlak siswa di SDN Cingcin 02 Soreang dilakukan oleh kepala
sekolah pada kegiatan intrakulikuler, ekstrakulikuler, dan pembiasaan. Kegiatan intrakulikuler adalah
kegiatan pendidikan akhlak yang dilakukan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas sesuai
dengan jam mengajar guru yang tertera pada kurikulum. Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan
pendidikan akhlak yang dilakukan di luar jam belajar di kelas, pada program pengembangan diri
siswa. Kegiatan pembiasaan adalah latihan-latihan penerapan nilai-nilai islam dalam bentuk perilaku
sehari-hari seperti shalat, tadarus, do‟a, salam, jabat tangan, dan lain Sebagainya. Pendidikan akhlak
siswa dilaksanakan secara alamiah, artinya pendidikan akhlak dilaksanakan mengalir apa adanya dan
merupakan ide-ide kepala sekolah dan masukan-masukan dari beberapa pihak seperti guru, orang tua
siswa, komite sekolah, tokoh masyarakat, dan lain sebagainya, tidak berdasarkan teori-teori ilmiah
para ahli. Dalam pelaksanaan pendidikan akhlak tersebut, menurut analisa peneliti jika dikategorikan
maka sudah sesuai dengan teori manajemen pendidikan yaitu dalam proses untuk mencapai tujuan
pendidikan akhlak.
Hasil penelitian yang telah dikemukakan bahwa pemahaman manajemen perencanaan
pendidikan akhlak siswa di SDN Cingcin 02 Soreang telah menunjukan akan keberadaan dirinya
sebagai pemimpin dalam pengorganisasian (pengelolaan) kelas untuk melakukan pembaharuan di
dalam kelas dengan meningkatkan kemampuan, pengetahuan, wawasan dan keterampilan serta
krearifitas juga komitmen kepribadan dan disiplin guru. Untuk mewujudkan hal tersebut maka guru
secara terprogram telah merancang atau merencanakan program pengelolaan kelas mulai dari program
mikro maupun makro. Hal ini terlaksana Dan tercapai karena adanya peran dari kepala sekolah selaku
pimpinan sekolah dalam membimbing para guru dengan tujuan untuk memberikan pembinaan dan
pengarahan.
Pelaksanaan pendidikan akhlak siswa di SDN Cingcin 02 Soreang dilakukan dengan melalui
kegiatan intrakulikuler yaitu penanaman karakter/budi pekerti yang berlandaskan nilai-nilai ajaran
islam dalam proses belajar mengajar oleh guru terhadap siswa di integrasikan dengan materi pelajaran
yang disampaikan, juga dalam interaksi guru dan siswa di dalam kelas. Pada kegiatan ekstrakulikuler
dilaksanakan di lapangan dengan cara menasehati, memberi teladan perkataan/perilaku terpuji,
mengajak, memotivasi, melatih, memperingatkan, dan memberi pelajaran tentang nilai-nilai ajaran
islam oleh guru pembimbing ekstrakulikuler selama kegiatan berlangsung. Sebagai contoh pada
kegiatan ekstrakulikuler pramuka, siswa ditanamkan kedisiplinan, keberanian, kemandirian,
kerjasama, dan keahlian dalam mengatasi masalah, ini semua adalah merupakan akhlak/perilaku
terpuji. Pada kegiatan pembiasaan, pelaksanaan pendidikan akhlak siswa dilakukan dengan penerapan
nilai-nilai ajaran islam dalam bentuk perilaku yang berulang-ulang (pembiasaan) seperti melakukan
shalat dhuhur, shalat dhuha, sesuai jadwal yang telah direncanakan. Jabat tangan dengan teman dan
695
Mohamad Adam Rusmana, Ahmad Tafsir, Ahmad Sukandar
Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 02 Soreang
guru dilakukan di depan kelas pada pagi hari sebelum masuk kelas, adapun selain itu dilakukan siswa
bersama dengan semua pengelola sekolah sesuai dengan situasi dan kondisi pada interaksi keseharian
di sekolah seperti kegiatan pembiasaan memberi senyum, salam, sapa, santun, dan sopan.
Kepala sekolah selalu melaksanakan penlaian sementara terhadap bawahan. Apakah sudah
sesuai dengan yang telah direncanakan atau belum, disamping hasil pengawasan juga dapat digunakan
untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan. Seperti contoh saya selalu mengawasi kegiatan
shalat dhuhur, shalat dhuha di sekolah dan mengikutinya, juga kegiatan ekstrakulikuler saya
menengok dan kadang menunggu sampai kegiatan selesai di sekolah, kegiatan intrakulikuler saya
mengadakan supervisi berkala setiap 6 bulan sekali di dalam kelas sampai proses KBM selesai.
Pengawasan (pemantauan) pelaksanaan pendidikan akhlak siswa juga dilakukan di luar sekolah, yaitu
di lingkungan keluarga siswa dengan cara berkomunikasi antara guru dan orang tua siswa melalui
ponsel, guru bisa menghubungi orang tua siswa atau sebaliknya orang tua siswa menghubungi guru
dalam masalah perkembangan perilaku siswa tersebut. Selain itu orang tua siswa menghadiri
undangan/sengaja datang ke sekolah untuk memonitor perkembangan perilaku anaknya di sekolah.
Guru juga memantau siswa melalui home visit (kunjungan rumah keluarga siswa) untuk menggali
informasi dan mengamati langsung hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan perilaku siswa.
Hal yang paling penting dalam sebuah pelaksanaan adalah bagaimana kualitas proses
pembelajaran oleh guru yang dialami peserta didik yakni dengan mengevaluasi dokumen atau catatan
serta laporan administratif guru dalam proses pembelajaran sehingga dapat dipercaya sebagai
gambaran tentang kulitas proses pembelajaran peserta didik. Actuating merupakan salah satu
penggerak anggota-angota kelompoknya sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan
berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota tersebut oleh karena itu
para anggota juga ingin mencapai sasaran yang sama. Strategi mengenai manajemen pendidika akhlak
di SDN Cingcin 02 Soreang merupakan bentuk strategi operasional yakni proses tujuan pencapaian
pembelajaran terutama di bidang agama dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Hal yang paling
penting dalam sebuah pelaksanaan adalah bagaimana kualitas proses pembelajaran oleh guru yang
dialami peserta didik yakni dengan mengevaluasi dokumen atau catatan serta laporan administratif
guru dalam proses pembelajaran sehingga dapat dipercaya sebagai gambaran tentang kulitas proses
pembelajaran peserta didik.
Data catatan lapangan dari hasil wawancara dengan salah satu siswa yang bernama Hasby Ash
Shidiqie Al Fathani, diperoleh informasi bahwa sekarang kami para siswa, ketika megambil jajan di
kantin, itu kita banyak yang mengambil sendiri tanpa pengawasan penjual jajan, dan kita selalu
membayar jajan yang kita ambil, hal ini untuk melatih kejujuran kita. Namun kadang-kadang ada
siswa yang bohong/tidak membayarnya, tetapi yang tidak bayar kurang lebih hanya sekitar 5% saja,
sedang yang lainnya jujur. Adapun contoh sifat kejujuran yang diajarkan adalah ketika siswa akan
keluar dari lingkunagn sekolah, kita selalu minta ijin kepada bapak/ibu guru, namun juga ada siswa
yang tidak ijin, kurang lebih hanya sekitar 3% yang tidak ijin, kebanyakan kita siswa selalu meminta
ijin apabila keluar dari lingkungan sekolah. Bapak/ibu guru mengajarkan tentang ikhlas beramal
karena Allah, dan mereka memberi teladan dalam hal berinfaq pada setiap hari Jum’at secara suka
rela. Mereka memberi tauladan selalu memberikan uang infaq sehingga para siswa bersedia mengisi
kotak infaq secara suka rela seperti yang dilakukan oleh bapak/ibu guru setiap hari Jumat.
Keberhasilan pendidikan akhlak siswa di SDN Cingcin 02 Soreang juga bisa dilihat dari
kepuasan siswa dan orang tua siswa dalam memasukkan anaknya dan mengikuti kegiatan pendidikan
akhlak di sekolah. dari hasil catatan lapangan wawancara yang peneliti peroleh bisa dijelaskan sebagai
berikut: Kami siswa SDN Cingcin 02 Soreang bersama teman-teman merasa senang, bisa belajar di
sekolah ini karena walaupun mata pelajaran Pendidika Agama Islam (PAI) hanya dua jam pelajaran
setiap munggu, namun ada nilai-nilai ajaran islam yang ditanamkan secara langsung oleh bapak/ibu
guru melalui kegiatan intrakulikuler, ekstrakulikuler, dan pembiasaan perilaku terpuji di sekolah.
Sebuah pelaksanaan diperlukan adanya evaluasi untuk mengetahui apakah kegiatan yang telah
dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi sudah
tercapai, dengan adanya manajemen evaluasi manajemen pendidikan akhlak siswa, sehingga dampak
dari manajemen tersebut terlihat adanya perubahan akhlak pada siswa diantaranya lebih hormat
kepada orang tua, jujur dalam bertutur kata dan bersikap sopan santun, rajin dalam belar dan
696
Mohamad Adam Rusmana, Ahmad Tafsir, Ahmad Sukandar
Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 02 Soreang
beribadah. Dalam setiap pembelajaran khususnya agama Islam harus mengetahui hasil dari proses
pembelajaran yang dilakukan. Hasil yang dimaksud baik, tidak baik, bermanfaat atau tidak
bermanfaat, dan lain sebagainya. Pentingnya diketahui hasil ini karena evaluasi menjadi barometer
bagi pendidik untuk mengetahui sejauh mana proses pembelajaran yang telah dilakukan dapat
mengembangkan potensi peserta didik. Dalam artian apabila pembelajaran yang dilakukannya
mencapai hasil yang baik pendidik tentu dapat dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran dan
demikian pula sebaliknya. Dengan adanya evaluasi atau penilaian guru dalam mengetahui
perkembangan hasil belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, sikap, hubungan sosial dan kepribadian
peserta didik.
Terlepas dari kreatifitas kepala sekolah dalam mengelola pendidikan akhlak di sekolah,
walapun sebagai sekolah umum dan jumlah jam pelajaran PAI hanya empat jam pelajaran, namun
pendidikan akhlak dilaksanakan dengan strategi 1) integrasi akhlak dalam visi, misi, dan tujuan
sekolah 2) integrasi pendidikan karakter/budi pekerti yang berlandaskan nilai-nilai islam ke dalam
semua mata pelajaran. 3) Pelaksanaan kegiatan ekstrakulikuler dengan disertai penanaman nilai-nilai
ajaran islam. 4) Pembentukan budaya islami di lingkungan sekolah juga di dukung oleh pennciptaan
suasana sekolah yang kondusif. 5) Kerjasama sekolah secara internal maupun eksternal.
Keluwesan kepala sekolah dalam menjalin kerjasama dengan berbagai pihak adalah faktor yang
menentukan dalam keberhasilan pendidikan akhlak di SDN Cingcin 02 Soreang. Kepala sekolah
membuat tata tetib/peraturan sekolah tentang disiplin waktu, disiplin kerja, komitmen, karena disiplin
merupakan sikap moral guru, siswa, karyawan, kepala sekolah, yang terbentuk melalui proses
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, keteraturan, dan ketertiban
berdasarkan acuan nilai moral dan dapat menumbuhkan akhlak terpuji.
Pelaksanaan pendidikan akhlak siswa di SDN Cingcin 02 Soreang sudah sesuai dengan contoh
dan teladan Rasulullah SAW yang telah berhasil menanamkan akhlakul karimah melalui keteladanan.
Keteladanan merupakan salah satu kunci utama dalam penanaman nilai-nilai islam, sebab dengan
meampilkan berbagai bentuk aplikasi akhlakul karimah, siswa akan mampu meniru perbuatan baik
tersebut tanpa sulit memahaminya. Kepala sekolah, guru dan karyawan di SDN Cingcin 02 Soreang
telah memberikan teladan akhlakul karimah, dan mengikuti kegiatan pembiasaan di sekolah, sehingga
nilai-nilai kebenaran itu tidak hanya eksis dalam tataran kognitif saja, namun benar-benar terwujud
dalam tataran praktis dalam kehidupan sehari-hari di sekolah bersama dengan siswa sehingga mampu
meyakinkan siswa itu sebagai sebuah kebenaran dan mengikuti perilaku terpuji yang dilakukan oleh
guru dan menumbuhkan kepatuhan siswa kepada guru, sifat keternukaan juga sangat penting terhadap
stakeholder, sehingga menciptakan suasana yang kondusif dan adanya transparansi.
Pelaksanaan pendidikan akhlak siswa di SDN Cingcin 02 Soreang sudah sesuai dengan contoh
dan teladan Rasulullah SAW yang telah berhasil menanamkan akhlakul karimah melalui keteladanan.
Keteladanan merupakan salah satu kunci utama dalam penanaman nilai-nilai islam, sebab dengan
menampilkan berbagai bentuk aplikasi akhlakul karimah, siswa akan mampu meniru perbuatan baik
tersebut tanpa sulit memahaminya. Kepala sekolah, guru dan karyawan di SDN Cingcin 02 Soreang
telah memberikan teladan akhlakul karimah, dan mengikuti kegiatan pembiasaan di sekolah, sehingga
nilai-nilai kebenaran itu tidak hanya eksis dalam tataran kognitif saja, namun benar-benar terwujud
dalam tataran praktis dalam kehidupan sehari-hari di sekolah bersama dengan siswa sehingga mampu
meyakinkan siswa itu sebagai sebuah kebenaran dan mengikuti perilaku terpuji yang dilakukan oleh
guru dan menumbuhkan kepatuhan siswa kepada guru, sifat keterbukaan juga sangat penting terhadap
stakeholder, sehingga menciptakan suasana yang kondusif dan adanya transparansi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan peneliti dilapangan bahwa manajemen pendidikan akhlak siswa di
SDN Cingcin 02 Soreang dilakukan melalui kegiatan intrakulikuler, ekstrakulikuler, dan pembiasaan.
Yang meliputi dari segi perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan factor pendukung dan penghambat
manajemen Pendidikan akhlak siswa SDN Cingcin 02 Soreang berjalan secara terstruktur, terpadu,
dan normatif yang dilandasi oleh nilai-nilai islam, serta dengan keteladanan. Kepala sekolah di SDN
Cingcin 02 Soreang telah menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan profesional yaitu
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengkordinasian (coordinating), pengarahan
697
Mohamad Adam Rusmana, Ahmad Tafsir, Ahmad Sukandar
Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 02 Soreang
(directing), pemberian motivasi (motivoting), pengawasan (controlling) dan penilaian (evaluating).
Pendidikan akhlak di lembaga pendidikan formal juga memerlukan manajemen yang dilakukan
oleh seorang manajer lembaga pendidikan itu yaitu kepala sekolah. Manajemen pendidikan akhlak
siswa di SDN Cingcin 02 Soreang dilakukan oleh kepala sekolah pada kegiatan intrakulikuler,
ekstrakulikuler, dan pembiasaan. Kegiatan intrakulikuler adalah kegiatan pendidikan akhlak yang
dilakukan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas sesuai dengan jam mengajar guru yang tertera
pada kurikulum. Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan akhlak yang dilakukan di luar
jam belajar di kelas, pada program pengembangan diri siswa. Kegiatan pembiasaan adalah latihan-
latihan penerapan nilai-nilai islam dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti shalat, tadarus, do’a,
salam, jabat tangan, dan lain Sebagainya. Manajemen pendidikan akhlak siswa di SDN Cingcin 02
yang mencakup perencanaan dimana Kepala sekolah merencanakan program pendidikan akhlak siswa
melalui kegiatan intrakurikuler. Perencanaan dilakukan dengan membuat rencana silabus dan Rencana
Program Pembelajaran (RPP) yang bermuatan karakter/budi pekerti siswa yang berlandaskan nilai-
nilai islam yang harus disusun oleh guru mata pelajaran PAI ataupun guru mata pelajaran umum.
Muatan karakter/budi pekerti siswa yang berlandaskan nilai-nilai islam inilah yang ditekankan dalam
rencana program pembelajaran pada kegiatan intrakulikuler tersebut sehingga diharapkan mampu
membentuk perilaku siswa yang berpribadi muslim.
Pelaksanaan pendidikan akhlak siswa di SDN Cingcin 02 Soreang dilakukan dengan melalui
kegiatan intrakulikuler yaitu penanaman karakter/budi pekerti yang berlandaskan nilai-nilai ajaran
islam dalam proses belajar mengajar oleh guru terhadap siswa di integrasikan dengan materi pelajaran
yang disampaikan, juga dalam interaksi guru dan siswa di dalam kelas.
Adapun materi pendidikan akhlak yang diberikan oleh guru kepada siswa dari hasil catatan
lapangan wawancara dengan siswa diperoleh informasi bahwa materi pendidikan akhlak yang
diberikan kepada kami mengenai perilaku terpuji dan contoh- contohnya, bapak/ibu guru mengajarkan
tentang hubungan/perilaku manusia dengan Allah seperti ibadah hubungan/perilaku manusia dengan
manusia seperti menghormati yang lebih tua, hubungan/perilaku manusia dengan Rasukullah SAW
seperti meneladani sifat Rasul, hubungan/perilaku manusia dengan alam sekitar seperti menjaga,
melestarikan, mengelola alam/lingkungan kita, perilaku kita terhadap itu semua harus sesuai dengan
ajaran islam”.
Faktor keberhasilan manajemen Pendidikan akhlak siswa SDN Cingcin 02 Soreang ini tidak
terlepas dari kreatifitas kepala sekolah dalam mengelola pendidikan akhlak di sekolah. Walaupun
sebagai sekolah umum dan jumlah jam pelajaran PAI hanya empat jam pelajaran, namun pendidikan
akhlak siswa di SDN Cingcin 02 Soreang berhasil dikarenakan menggunakan strategi sebagai berikut:
1) Integrasi akhlak dalam visi, misi, dan tujuan sekolah; 2) Integrasi pendidikan karakter/budi pekerti
yang berlandaskan nilai-nilai islam ke dalam semua mata pelajaran; 3) Pelaksanaan kegiatan
ekstrakulikuler dengan disertai penanaman nilai nilai ajaran islam; 4) Pembentukan budaya islami di
lingkungan sekolah juga didukung oleh pennciptaan suasana sekolah yang kondusif; 5) Keluwesan
kepala sekolah dalam menjalin kerjasama dengan berbagai pihak secara internal maupun eksternal.
Arah dan tujuan pendidikan nasional kita, seperti yang diamatkan oleh UUD 1945, adalah
penigkatan iman dan taqwa serta pembinaan akhlak mulia para peserta didik yang dalam hal ini
adalah seluruh warga negara yang mengikuti proses pendidikan di Indonesia. Karena itu pendidikan
yang membangun nila-nilai moral atau karakter di kalangan peserta didik harus selalu mendapatkan
perhatian, pendidikan di tingkat SD merupakan wadah yang sangat penting untuk mempersiapkan
sejak dini para generasi penerus yang nantinya akan menjadi pemimpin bangsa kita dimasa
mendatang.
Pendidikan akhlak siswa di SD adalah menuju kearah tujuan pendidikan nasional di atas, oleh
karena itu pendidikan akhlak harus menjadi prioritas di sekolah dalam mencetak siswa yang
mempunyai kualitas moral dan karakter yang baik. Dalam ajaran islam akhlak adalah tujuan utama
pendidikan islam, maka seharusnya nilai-nilai keagamaan itu senantiasa ditransfer dan
diinternalisasikan pada setiap siswa secara sungguh-sungguh melalui pendidikan, agar terwujud siswa
yang berwatak/ berkepribadian yang kaffah (utuh/paripurna) yakni beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang maha Esa, berakhkal mulia, dan memiliki rasa tanggungjawab (berpribadi muslim).
Tanpa memprioritaskan pendidikan akhlak di sekolah maka siswa akan kehilangan nilai-nilai luhur
698
Mohamad Adam Rusmana, Ahmad Tafsir, Ahmad Sukandar
Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 02 Soreang
(spiritualitas), dan jika dibiarkan akan Menghan urkan masa depan bangsa, karena pendidikan telah
hilang karakternya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manajemen pendidikan akhlak siswa di SDN Cingcin 02
Soreang cukup berhasil walaupun sebagai sekolah umum, Namun demikian secara teoritis, pemberian
materi tentang akhlak masih tetap kurang karena jam tatap muka guru PAI pada kegiatan
intrakulikuler hanya empat jam pelajaran setiap minggu, itupun materi ajaran agama islam secara
umum meliputi Al-Qur’an-hadist, fiqih, akhlak, dan tarikh, sedangkan khusus mata pelajaran aqidah
akhlak tidak ada sehingga kurang maksimal. Selain itu pada pembelajaran intrakulikuler pada mata
pelajaran PAI masih harus mengejar target pencapaian kurikulum yang telah ditentukan. Hal ini tidak
berarti meniadakan faktor kekurangan jam pelajaran pada pendidikan aqidah akhlak melalui kegiatan
intrakulikuler. Untuk itu upaya dan inovasi secara terus menerus terhadap peningkatan kualitas
pendidikan akhlak siswa dan profesionalisme dalam manajemen pendidikan akhlak siswa di SDN
Cingcin 02 Soreang mutlak diperlukan dalam membangun generasi berpribadi muslim yang
memimpin bangsa yang akan datang. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan akhlak siswa dan
profesionalisme dalam manajemen pendidikan akhlak siswa maka implikasi dalam penelitian ini: 1)
Kepala sekolah meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler yang mendukung pengamalan nilai-nilai ajaran
islam seperti kajian taukhid, syari’at/hukum islam, fiqih praktik/praktik peribadatan yang benar,
kajian materi aqidah akhlak untuk memperdalam pengetahuan siswa tentang ajaran islam; 2) Kepala
sekolah lebih profesional dalam mempertahankan dan meningkatkan manajemen pendidikan akhlak
siswa, sehingga dapat membantu peningkatan kualitas pendidikan akhlak siswa, terutama pada
kegiatan intrakulikuler; 3) Kepala sekolah meningkatkan kompetensi guru melalui pendidikan yang
lebih tinggi, pelatihan-pelatihan yang dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan guru,
khususnya dalam kontek manajemen pendidikan akhlak (pengintegrasian pendidikan akhlak ke dalam
semua mata pelajaran), dan peningkatan wawasan pengetahuan tentang agama islam.
Setelah diperoleh temuan hasil penelitian, maka penelitian memberikan beberapa masukan
kepada pihak-pihak terkait guna dan meningkatkan manajemen pendidikan akhlak siswa. Beberapa
masukan pada penelitian bagi Kepada sekolah agar mempunyai inovasi baru dalam meningkatkan
kinerja untuk mencapai tujuan sekolah yang lebih efektif dan efisien dalam konteks pendidikan
akhlak, agar pendidikan akhlak siswa yang telah dilakukan dapat dipertahankan dan ditingkatkan
secara optimal dengan menginternalisasikan nilai-nilai islam di segala lini dan melibatkat semua pihak
terkait, sehingga berkembang dan dapat memenuhi tuntutan siswa, orang tua, masyarakat, negara, dan
bangsa. Kemudian rekomendasi bagi guru dan karyawan agar meningkatkan kegiatan ekstrakulikuler
yang bermuatan pendidikan akhak siswa dan perlu dibuat manajemen yang baik, dilengkapi dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, dan laporan kegiatan yang lebih baik kepada kepala sekolah.
Juga agar selalu meningkatkan kemampuan dan profesionalitasnya dalam melaksanakan tugas dan
tanggungjawabnya sebagai tenaga pendidik dan tenaga kependidikan terutama sebagai tenaga
pembina pendidikan akhlak siswa.
Sedangkan bagi tokoh masyarakat agar ikut berpartisipasi aktif dalam memberikan kritik dan
saran yang konstruktuf demi terwujudnya pendidikan akhlak yang optimal dan mampu memberikan
manfaat bagi siswa dan masyarakat. Juga ikut meningkatkan pengawasan perilaku siswa dilingkungan
masyarakat dengan bekerjasama dengan sekolah untuk mengevaluasi pelaksanaan program
pendidikan akhlak siswa. Kemudian bagi Orang tua siswa agar mempertahankan dan meningkatkan
kerjasama dengan sekolah dalam pendidikan akhlak putra-putrinya, terutama kerjasama dengan wali
kelas serta memberikan dan meningkatkan pendidikan akhlak kepada putra putrinya dengan baik dan
benar di lingkungan keluarga. Hal ini akan berdampak posistif terhadap perkembangan dan kemajuan
perilaku terpuji di sekolah.
699
Mohamad Adam Rusmana, Ahmad Tafsir, Ahmad Sukandar
Manajemen Pendidikan Akhlak Siswa SD Negeri Cingcin 02 Soreang
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, N. F., & Zuhro, D. H. (2022). Analisis Manajemen Pendidikan Karakter Madrasah Ibtidaiyah
dalam Mewujudkan Generasi Berakhlakul Karimah. Jurnal Basicedu, 6(2), 23702379.
Anshori, S. (2013). Manajemen Pendidikan Akhlak dalam Mengantisipasi Dekadensi Moral Siswa. Al
Ta’dib, Edisi.
Fathurrohman, M. (2019). Budaya religius dalam peningkatan mutu pendidikan: tinjauan teoritik dan
praktik kontekstualisasi pendidikan agama di sekolah. -.
Hadhiri, C. (2005). Klasifikasi Kandungan al-Quran Jilid I, Jakarta. Gema Insani Press.
Hasibuan, A. A., Syah, D., & Marzuki, M. (2018). Manajemen Pendidikan Karakter Di Sma.
Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 4(02), 191212.
Hidayatullah, M. F., & Rohmadi, M. (2010). Pendidikan karakter: membangun peradaban bangsa.
Yuma Pustaka.
John, W. C. (2015). Penelitian Kualitatif dan Desain Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Khotimah, K. (2016). Model manajemen pendidikan karakter religius di SDIT Qurrota A’yun
Ponorogo. Muslim Heritage, 1(2), 371388.
Majid, A., Wardan, A. S., & Andayani, D. (2011). Pendidikan karakter perspektif Islam. PT Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2015). Revolusi Mental dalam Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nata, H. A. (2012). Manajemen Pendidikan: Mengatasi Kelemahan Pendidikan Islam di Indonesia.
Kencana.
Nuraida, N., & Nurteti, L. (2018). Peran Majelis Ta’lim Dalam Membentuk Kecerdasan Emosional
Anak (Penelitian di majelis Ta’lim Nahjussalam Kecamatan Cijeungjing Kabupaten Ciamis).
Tarbiyat Al-Aulad: Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini, 2(2).
Nursanti, R. (2014). Manajemen peningkatan akhlak mulia di sekolah berbasis islam. Jurnal
Kependidikan, 2(2), 4765.
Rahman, T., & Wassalwa, S. M. M. (2019). Implementasi Manajemen Pendidikan Karakter dalam
Pembinaan Akhlak Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, 4(1), 114.
Suryana, Y., Dian, D., & Nuraeni, S. (2018). Manajemen Program Tahfidz Al-Quran. Jurnal Isema:
Islamic Educational Management, 3(2), 220230.
Wibowo, A. (2017). Manajemen pendidikan karakter di sekolah.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License