739
Achmad Faisal, Revia Oktaviani, Tommy Trides, Windhu Nugroho, Shalaho
Dina Devy
ANALISIS KESTABILAN BATUAN PADA RENCANA PEMBANGUNAN
TEROWONGAN DENGAN ELEMEN DAN (Q SYSTEM) DI KOTA
SAMARINDA
Achmad Faisal
1
, Revia Oktaviani
2
, Tommy Trides
3
, Windhu Nugroho
4
, Shalaho Dina Devy
5
Universitas Mulawarman Kalimantan Timur
achmadfaisal797@gmail.com
1
, revia.oktaviani@gmail.com
2
,tommy.trides@ft.unmul.ac.id
3
windhu.n@ft.unmul.ac.id
4
, shalahodd@ft.unmul.ac.id
5
Abstrak
Terowongan adalah lubang bukaan di bawah permukaan tanah atau gunung dan dibuat mendatar.
Kajian awal sebelum dibuatnya terowongan seperti kajian geologi dan geoteknik sangatlah diperlukan,
karena dapat memberikan gambaran tentang awal kondisi batuan yang ada di sekitar rencana terowongan
tersebut. Klasifikasi massa batuan merupakan tumpuan dasar dalam menganalisis kualitas massa batuan
dalam menginformasikan kondisi geologi daerah setempat untuk tujuan pembangunan. Salah satu
Klassifikasi massa batuan yang digunakan untuk terowongan adalah Q-system yang dapat memberi luaran
berupa rekomendasi jenis penyangga. Dari hasil penelitian kualitas massa batuan dilokasi penelitian
tergolong kualitas buruk dan sedang. Dengan rekomendasi penyangga terowongan berdasarkan Q-system
adalah fibre reinforced sprayed concrete and bolting , yaitu Shotcrete dengan ketebalan 70 mm dengan
spasi pemasangan Rockbolt ditambah Shotcrete 2,05 m, spasi pemasangan Rockbolt tanpa Shotcrete 1,5
m, dan panjang Rockbolt 4 m. Nilai faktor keamanan pada penampang terowongan 1,2,3,4 dan 5 termasuk
kategori krisis atau tidak aman sedangkan pada penampang terowongan 6 masuk kedalam kategori stabil
atau aman
Kata kunci: Terowongan, Q-System, Penyangga terowongan, Faktor Keamanan
Abstract
Tunnels are openings below the ground or mountain surface and are made horizontally. Preliminary
studies before the tunnel construction, such as geological and geotechnical studies, are needed, because
they can provide an overview of the initial rock conditions around the tunnel plan. Rock mass
classification is the basic foundation in analyzing the quality of rock mass in informing the geological
conditions of the local area for development purposes. One of the rock mass classifications used for
tunnels is the Q-system which can provide output in the form of recommendations for the type of support.
From the results of the study, the quality of the rock mass at the research location was classified as poor
and moderate quality. With the recommendation for tunnel support based on the Q-system is fiber
reinforced sprayed concrete and bolting, namely Shotcrete with a thickness of 70 mm with a Rockbolt
installation space plus 2.05 m Shotcrete, a Rockbolt installation space without Shotcrete 1.5 m, and a
Rockbolt length of 4 m. The value of the safety factor on the 1,2,3,4 and 5 tunnel sections is in the crisis
or unsafe category, while the 6 tunnel sections are in the stable or safe category.
Keywords: Tunnel, Q-System, Tunnel support, Safety Factor
PENDAHULUAN
Jumlah kendaraan di Samarinda, dari tahun ketahun terus meningkat baik itu kendaraan
roda empat maupun roda dua. Dengan kondisi jalan yang ada saat ini, dimungkinkan terjadinya
kemacetan dibeberapa titik. Salah satu daerah yang rawan akan kemacetan dan kecelakaan
adalah di daerah Gunung Manggah. Dengan kondisi geomorfologi yang berbukit dapat
dimungkinkan untuk alternatif pembuatan jalan dengan terowongan. Terowongan adalah
sebuah lubang bukaan di bawah permukaan tanah atau gunung dan dibuat mendatar (Fadhillah
& Hamdhan, 2016). Kajian awal sebelum dibuatnya terowongan seperti kajian geologi dan
geoteknik sangatlah diperlukan, karena menurut (Lambiase & Husein, 2015) dapat
memberikan gambaran tentang awal kondisi batuan yang ada di sekitar rencana terowongan
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 2, Number 9, September 2022
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
740
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan
Terowongan Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota
Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
tersebut, kekuatan batuan, adanya bidang bidang diskontinu seperti sesar, kekar dan bidang
perlapisan, serta adanya rembesan air berpotensi perlemahan kekuatan batuan (Høien et al.,
2019).
Klasifikasi massa batuan merupakan tumpuan dasar dalam menganalisis kualitas massa
batuan dalam menginformasikan kondisi geologi daerah setempat untuk tujuan pembangunan.
Salah satu Klassifikasi massa batuan yang digunakan untuk terowongan adalah Q-system yang
dapat memberi luaran berupa rekomendasi jenis penyangga (Azuwara, 2018).
Kondisi batuan secara umum di wilayah Gunung Manggah adalah berupa batupasir dan
batulanau dengan banyak bidang diskontinuitas yang secara geologi teknik merupakan batuan
yang relatif lemah dan bidang diskontinuitas menjadi bidang lemah yang kemungkinan terjadi
longsor sangat tinggi. Sehingga untuk dibangun terowongan pada wilayah tersebut sangat
diperlukan studi geologi teknik yang rinci (Wicaksana et al., 2018). Oleh karena itu, studi ini
diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi geologi teknik wilayah studi
sebelum pembangunan terowongan. Menurut (Louhenapessy, 2020) antara lain memberikan
informasi kondisi massa batuan di sekitar terowongan berdasarkan klasifikasi Q-system
(Balfas, 2015). Menganalisis menggunakan Metode Elemen Hingga dengan perangkat lunak
pada kondisi pembebanan yang sama saat pen gujian mekanis untuk menentukan nilai faktor
keamanan (Saifudin, 2021). Studi ini sangat penting mengingat masalah geologi teknik
merupakan ancaman yang dapat menghambat pembangunan terowongan dan tidak sedikit
bahkan menimbulkan korban jiwa (Fandy, 2018).
Penelitian dilaksanakan di Gunung Manggah, Selili, kota Samarinda, Provinsi
Kalimantan Timur. Lokasi Penelitian berada dititik koordinat yang telah ditentukan oleh
pemerintah kota Samarinda dalam perencanaan pembangunan terowongan. Titik inlet (X=
518349, Y= 9943384) titik outlet (X=517713, Y=9943894). Untuk dapat mencapai lokasi
penelitian dapat diakses melalui jalan darat dari kampus Universitas Mulawarman Gunung
Kelua dengan waktu tempuh ±20 menit dengan menggunakan kendaraan roda dua.
Gambar 1. Peta Kesampaian Daerah Penelitian
.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk jenis penelitian terapan. Penelitian terapan (applied research) adalah
penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan nformasi yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah (Irina, 2017). Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis kuantitatif
berdasarkan teori perhitungan dan memberikan keluaran yang bersifat kuantitatif atau berbentuk
angka (Rukajat, 2018).
a. Tahap Pengumpulan Data
1. Pengambilan data Rock Mass Quality (Q-System)
Mengambil data pada singkapan dilokasi penelitian dengan memperhitungkan enam
parameter yaitu : RQD (Rock Quality Designation), Jumlah Kekar(Jn), kekasaran kekar, derajat
741
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan
Terowongan Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota
Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
alterasi atau pengisi kekar, kondisi air, faktor reduksi tegangan (Sari et al., 2019).
2. Pengambilan Sampel Batuan
Pengambilan sampel batuan dilakukan di 4 singkapan. Dari keempat singkapan itu jenis
batuannya adalah batupasir (sandstone) .yang mana dari tiap singkapan diambil masing-masing
bongkah batuan yang akan dipergunakan untuk pengujian sifat fisik dan mekanik batuan.
Gambar 2. Pengambilan Sampel Batuan
3. Data Titik Kordinat
Data titik koordinat dari lokasi pengambilan sampel diambil menggunakan GPS Garmin
(Farida & Rosalina, 2020). Data titik koordinat ini digunakan sebagai titik lokasi penelitian.
Gambar 3. Pengambilan Titik Kordinat
4. Preparasi Sampel Batuan
Untuk pengujian sifat fisik yaitu menggunakan standar International society rock
mechanics 1981 dimana standar berat untuk uji fisik antara 50-100 gram per masing masing
sampel uji, dan pengujian mekanik uji kuat tekan uniaksial batuan memiliki ukuran sampel
(L=2D).
Gambar 4. Preparasi Sampel Batuan
5. Pengujian Sifat Fisik Batuan
Pengujian yang di lakukan meliputi berat batuan asli, berat batuan jenuh, berat batuan
jenuh tergantung dalam air, dan berat batuan kering.
742
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan
Terowongan Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota
Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Gambar 5. Sifat Fisik Batuan
6. Pengujian Sifat Mekanik Batuan
Uji sifat mekanik batuan yang dilakukan uji kuat tekan uniaksial, dimana uji kuat tekan
uniaksial untuk mendapatkan uji kuat tekan uniaksial batuan & nilai modulus elastisitas.
Gambar 6. Sifat Mekanik Batuan
7. Sampel Bor Batuan & Dimensi Terowongan
Pengeboran berfungsi untuk menginformasikan kondisi batuan dibawah tanah , seperti
untuk mengetahui lapisan batuan dan jenis dari batuan yang ada dibawah tanah tersebut. Hal ini
sangat penting dikarenakan data dari pengeboran batuan tersebut akan menjadi dasar dalam
memodelkan lapisan-lapisan batuan yang akan dilewati oleh pembangunan terowongan. Serta
akan menjadi dasar dalam memodelkan terowongan yang akan di bangun. Dimensi terowongan
yaitu panjang 733 m dengan lebar & tinggi terowongan 15 m.
b. Tahap Pengolahan Data
Hasil olah data dari sifat fisik didapatkan kondisi batuan yang meliputi porositas, bobot isi
asli, bobot isi kering dan bobot isi jenuh. Hasil olah data sifat mekanik didapatkan hasil nilai kuat
tekan batuan dan modulus elastisitas.
1. Klasifikasi Massa Batuan
Pengklasifikasian kualitas massa batuan parameter (Q-System) akan berupa nilai
pembobotan setiap masing-masing parameter. Dari pembobotan tersebut akan didapatkan nilai
dan memasukkan kedalam kategori kelas batuan. Lalu memasukkan dalam grafik rekomendasi
penyangga berdasarkan Q-system.
2. Pembuatan Model Batuan
Pembuatan model batuan dengan perangkat lunak yang akan menghasilkan penampang
atau model batuan-batuan dan lapisan batuan pada titik inlet & outlet terowongan yang
direncanakan pada lokasi penelitian. Dasar pemodelan batuan yaitu menggunakan data-data bor
yang telah didapatkan. Pembuatan model batuan menggunakan perangkat lunak dalam
pembuatannya.
Gambar 7. Lokasi Sayatan Terowongan
743
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan
Terowongan Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota
Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Gambar 8. Model Batuan Terowongan
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Pengukuran dengan metode Scanline
Pada pengukuran ini ada beberapa data yang diambil yaitu Strike/dip Lereng, Strike/dip
Scanline, Panjang Scanline, Nomor kekar, Strike/dip kekar, Jarak antar kekar, Panjang & Lebar
kekar. Pada penelitian ada 4 lokasi singkapan batuan sekitar lokasi pembangunan terowongan.
singkapan 1 , didapatkan Strike/dip singkapan N 45˚E / 64˚ dan Panjang scanline 5 meter.
singkapan 2 , didapatkan Strike/dip singkapan N 30˚E / 54˚ dan Panjang scanline 30 meter.
singkapan 3 , didapatkan Strike/dip singkapan N 20˚E / 46˚ dan Panjang scanline 10 meter.
singkapan 4 , didapatkan Strike/dip singkapan N 19˚E / 48˚ dan Panjang scanline 17 meter.
Tabel 1. Kordinat Lokasi Penelitian
Kordinat
Easting
Northing
518127
9943414
518113
9943414
518101
9943617
518323
9943501
2. Sifat Fisik & Mekanik Batuan
Tabel 2 Rata-rata Sifat fisik Batuan
Sifat Fisik Batuan
Singkapan
Satuan
1
2
3
4
Natural Density
1.71
1.96
1.66
1.80
gr/cc
Dry Density
1.64
1.93
1.61
1.77
gr/cc
Saturated Density
1.80
2.11
1.79
1.96
gr/cc
Apparent Specific Gravity
1.64
1.93
1.61
1.77
-
True spesific gravity
1.95
2.36
1.98
2.19
-
Water Content
3.99
1.86
3.08
1.66
%
Saturated water content
9.66
9.50
11.56
10.75
%
Saturation
41.03
19.46
26.85
15.43
%
Porositas
15.87
18.30
18.58
19.05
%
Void Ratio
0.19
0.22
0.23
0.24
-
Tabel 3. Rata-rata Kuat Tekan Batuan
Sampel
Nilai UCS (Mpa)
Modulus Elastisitas (Gpa)
Rata-rata (Mpa)
Secant
Tangen
Average
1
5.31
0.74
0.74
0.65
704.3
5.71
0.30
0.29
0.24
5.71
1.16
1.11
1.10
2
7.48
0.51
0.49
0.54
430.5
6.89
0.44
0.41
0.66
744
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan
Terowongan Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota
Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
5.51
0.23
0.32
0.27
3
8.46
0.61
0.55
0.88
417.3
6.30
0.37
0.34
0.27
5.91
0.25
0.30
0.19
4
3.74
0.17
0.15
0.34
231.7
2.76
0.28
0.28
0.25
1.18
0.23
0.26
0.13
3. Pembobotan Q-system)
a. Rock Quality Designation (RQD)
Tabel 3. Pembobotan RQD
Scanline
RQD
(%)
Deskripsi
RQD rata-rata
(%)
1
98.31
Sangat baik
99.22
2
99.68
Sangat baik
3
99.15
Sangat baik
4
99.75
Sangat baik
b. Jumlah Pasang Kekar
Tabel 4. Pembobotan Jumlah Pasang Kekar
Scanline
Jumlah Kekar
Joint set
Pembobotan
1
9
4
15
2
42
6
15
3
12
4
15
4
12
5
15
c. Tingkat Kekasaran Kekar
Tabel 5. Pembobotan Kekasaran Kekar
Scanline
Keterangan
Jumlah
Nilai
Rata-rata (Jr)
1
Halus , rata
9
1.5
1.5
2
Kekar tidak teratur, bergelombang
3
3
1.88
Halus, bergelombang
23
2
Kasar tidak teratur, rata
16
1.5
3
Halus , rata
8
1
1.33
Halus, bergelombang
4
2
4
Kasar tidak teratur, rata
9
1.5
1.5
Licin bergelombang
3
1.5
d. Alterasi Kekar
Tabel 6. Alterasi Kekar
Scanline
Kekar
Keterangan
Nilai
Rata- rata (Ja)
1
7
Dinding kekar agak berubah, tidak ada
2
1.78
perlunakan, perlapisan mineral, partikel
pasiran, lempung tanpa batuan hancur
2
Dinding kekar tidak berubah,
1
permukaan hanya tercemari
2
42
Dinding kekar tidak berubah,
1
1
permukaan hanya tercemari
3
12
Dinding kekar tidak berubah,
1
1
permukaan hanya tercemari
4
12
Dinding kekar tidak berubah,
1
1
permukaan hanya tercemari
745
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan
Terowongan Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota
Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
e. Aliran Air Tanah
Tabel 7. Alterasi Kekar
Scanline
Kekar
Keterangan
Nilai
Rata-rata (Jw)
1
9
Lubang bukaan kering atau
1
1
aliran air kecil (<5L/menit)
2
42
Lubang bukaan kering atau
1
1
aliran air kecil (<5L/menit)
3
12
Lubang bukaan kering atau
1
1
aliran air kecil (<5L/menit)
4
9
Lubang bukaan kering atau
1
0.915
aliran air kecil (<5L/menit)
3
Aliran air kecil (<5L/menit),
0.66
terjadi pencucian pengisi kekar
f. SRF (Stress Reduction Factor)
Tabel 7. SRF
Scanline
Keterangan
Pembobotan
1
Terdapat bidang lemah tunggal terdiri dari
2.5
lempung dan batuan terlapukkan
(kedalaman penggalian ≤ 50 m)
2
Terdapat bidang lemah tunggal terdiri dari
2.5
lempung dan batuan terlapukkan
(kedalaman penggalian ≤ 50 m)
3
Terdapat bidang lemah tunggal terdiri dari
2.5
lempung dan batuan terlapukkan
(kedalaman penggalian ≤ 50 m)
4
Terdapat bidang lemah tunggal terdiri dari
2.5
lempung dan batuan terlapukkan
(kedalaman penggalian ≤ 50 m)
g. ESR (Excavation Support Ratio)
Tabel 8. ESR
Kategori terowongan yang akan digunakan
ESR
D
Stasiun pembangkit , jalan raya dan terowongan kereta api , ruang pertahanan sipil
, portal persimpangan
1,0
Untuk melengkapi klasifikasi massa batuan dan rekomendasi jenis penyangga berdasarkan
nilai Q-System, Barton,dkk (1974) mendefenisikan parameter dimensi ekuivalen (De) untuk
terowongan. Untuk nilai dimensi ekuivalen (De) pada terowongan :
De =
𝐵𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑢𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑢𝑘𝑎𝑎𝑛 ,𝑑𝑖𝑎𝑚𝑡𝑒𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖
(
𝑚
)
𝐸𝑥𝑐𝑎𝑣𝑎𝑡𝑖𝑜𝑛 𝑆𝑢𝑝𝑝𝑜𝑟𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜
= 15/1 = 15 m
4. Nilai (Q-system)
Berdasarkan pembobotan parameter Q-system diatas maka didapatkan klasifikasi massa
batuan berdasarkan Q-system yaitu sebagai berikut
746
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan
Terowongan Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota
Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Tabel 9. Nilai Q-System
Parameter
S1
S2
S3
S4
RQD (%)
98.31
99.68
99.15
99.75
Jn
15
15
15
15
Jr
1.5
1.88
1.33
1.5
Ja
1.78
1
1
1
Jw
1
1
1
0.915
SRF
2.5
2.5
2.5
2.5
Nilai Q
2.21
5.00
3.52
3.65
Klasifikasi
Buruk
Cukup
Buruk
Buruk
5. Rekomendasi Penyangga Terowongan Berdasarkan (Q-system)
Untuk menentukan rekomendasi penyangga, nilai Q-System tersebut dimasukkan pada
kurva (Barton & Grimstad, 2004). dengan menghubungkan nilai Q-System dengan Dimensi
Ekuivalen (De). Untuk rekomendasi penyangga pada terowongan dapat dilihat pada Gambar 9
berikut ini
Gambar 9. Rekomendasi penyangga terowongan berdasarkan (Q-System)
Rekomendasi penyangga terowongan berdasarkan metode klasifikasi massa batuan (Q-
System) adalah fibre reinforced sprayed concrete and bolting (Bernard & Thomas, 2020), yaitu
Shotcrete dengan ketebalan 70 mm dengan spasi pemasangan Rockbolt ditambah Shotcrete 2,05
m, spasi pemasangan Rockbolt tanpa Shotcrete 1,5 m, dan panjang Rockbolt 4 m.
6. Faktor Keamanan
Proses melakukakan analisis geoteknik sangat perlu diperhatikan dalam memperhitungkan
faktor keamanan suatu pekerjaan konstruksi. Faktor keamanan sebagai batas limit dalam
merencanakan terowongan. Berikut adalah hasil tafsiran faktor keamanan yang berupa atap
terowongan , dinding terowongan dan lantai terowongan disetiap masing masing penampang
terowongan.
a. Penampang Terowongan 1
747
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan
Terowongan Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota
Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Gambar 10. FK Penampang 1
Pada gambar 10. dapat dilihat bahwa nilai FK terowongan untuk bagian atap , dinding
dan lantai di dominasi warna oranye tua dan oranye muda dengan nilai antara 0,62 1,26 yang
menandakan FK rendah walaupun terdapat beberapa kenaikan FK disekitarnya yang ditandai
dengan warna kuning. Pada penampang 1 masuk kategori tidak aman.
b. Penampang Terowongan 2
Gambar 11. FK Penampang 2
Pada gambar 11 dapat dilihat bahwa nilai FK terowongan untuk bagian atap , dinding
dan lantai keseluruhan berwarna oranye dengan nilai antara 0,32 0,63 yang menandakan FK
rendah. Pada penampang 2 masuk kategori tidak aman.
c. Penampang Terowongan 3
Gambar 12. FK Penampang 3
Pada gambar 12 dapat dilihat bahwa nilai FK terowongan untuk bagian atap , dinding dan
lantai keseluruhan berwarna oranye muda dengan nilai antara 0,95 1,26 yang menandakan FK
rendah. Pada penampang 3 masuk kategori tidak aman.
d. Penampang Terowongan 4
748
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan
Terowongan Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota
Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Gambar 13. FK Penampang 4
Pada gambar 13 dapat dilihat bahwa nilai FK terowongan untuk bagian atap , dinding dan
lantai keseluruhan berwarna oranye muda dengan nilai antara 0,62 1,26 yang menandakan FK
rendah. Pada penampang 4 masuk kategori tidak aman.
e. Penampang Terowongan 5
Gambar 14. FK Penampang 5
Pada gambar 14 dapat dilihat bahwa nilai FK terowongan untuk bagian atap , dinding dan
lantai keseluruhan berwarna oranye muda dengan nilai 0,63 1,26 yang menandakan FK rendah.
Pada penampang 5 masuk kategori tidak aman.
f. Penampang Terowongan 6
Gambar 15. FK Penampang 6
Pada gambar 15 dapat dilihat bahwa nilai FK terowongan untuk bagian atap didominasi
warna hijau yang menandakan dalam kondisi aman dengan nilai antara 2,21 3,47 walaupun
terdapat warna kuning muda dengan nilai antara 1,26 1,89 yang relatif lebih rendah. Pada
penampang 5 masuk kategori aman.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan bahwa nilai kualitas massa batuan
berdasarkan Q-System ialah pada scanline 1 sebesar 2,21 masuk kedalam kelas batuan buruk , scanline
2 sebesar 4,99 masuk kedalam kelas batuan sedang , scanline 3 sebesar 3,52 masuk kedalam kelas
batuan buruk dan scanline 4 sebesar 3,65 masuk kedalam kelas batuan buruk. Rekomendasi penyangga
terowongan berdasarkan metode klasifikasi massa batuan (Q-System) adalah fibre reinforced sprayed
concrete and bolting , yaitu Shotcrete dengan ketebalan 70 mm dengan spasi pemasangan Rockbolt
749
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan
Terowongan Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota
Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
ditambah Shotcrete 2,05 m, spasi pemasangan Rockbolt tanpa Shotcrete 1,5 m, dan panjang Rockbolt
4 m. Nilai Faktor Keamanan terowongan pada penampang 1,2,3,4 dan 5 masuk kategori tidak aman
sedagkan pada penampang terowongan 6 masuk kategori aman.
DAFTAR PUSTAKA
Azuwara, L. (2018). Analisis Dasar Pondasi Rumah Pembangkit Dengan Menggunakan Klasifikasi
Massa Batuan Metode RMR, Pada PLTA X, Daerah Asinua Jaya Dan Sekitarnya, Kecamatan
Asinua, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara. SKRIPSI-2017.
Balfas, M. D. (2015). Geologi Untuk Pertambangan Umum. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Barton, N., & Grimstad, E. (2004). The Q System Following Thirty Years Of Development And
Application In Tunnelling Projects. Proc. ISRM Symp. Eurock, 1518.
Bernard, E. S., & Thomas, A. H. (2020). Fibre Reinforced Sprayed Concrete For Ground Support. TAI
Journal (A Half Yearly Technical Journal Of Indian Chapter Of TAI), 9(1), 1333.
Fadhillah, R. A., & Hamdhan, I. N. (2016). Analisis Geoteknik Terowongan Batuan Geurutee Aceh
Menggunakan Metode Elemen Hingga. Reka Racana, 2(4), 7888.
Fandy, P. M. (2018). Rancangan Alternatif Penyangga Dan Kestabilan Ramp Down Cgt Cross Cut Iv,
Tambang Gudang Handak L500, Pt Aneka Tambang. Tbk, Ubpe Pongkor, Jawa Barat. Jurnal
GEOSAPTA, 4(2).
Farida, A., & Rosalina, F. (2020). Pelatihan Dasar-Dasar Pengoperasian GPS Garmin Bagi Mahasiswa
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Sorong. Abdimas: Papua Journal Of Community
Service, 2(1), 4756.
ien, A. H., Nilsen, B., & Olsson, R. (2019). Main Aspects Of Deformation And Rock Support In
Norwegian Road Tunnels. Tunnelling And Underground Space Technology, 86, 262278.
Irina, F. (2017). Metode Penelitian Terapan.
Lambiase, J. J., & Husein, S. (2015). The Modern Mahakam Delta: An Analogue For Trangressive-
Phase Deltaic Sandstone Reservoirs On Low Energy Coastlines.
Louhenapessy, W. G. (2020). Disain Terowongan Di Batuan: Perbandingan Metode Klasfikasi Batuan
Dan Metode Elemen Hingga Kriteria Runtuh Getas-Daktail Batuan Berkekar. Jurnal Rekayasa
Teknik Sipil Dan Lingkungan-CENTECH, 1(1), 2434.
Rukajat, A. (2018). Pendekatan Penelitian Kuantitatif: Quantitative Research Approach. Deepublish.
Saifudin, R. (2021). Ta: Analisis Stabilitas Dan Deformasi Terowongan Nanjung Dengan Pendekatan
Numerik Dua Dimensi. Institut Teknologi Nasional.
Sari, S. D., Rosana, M. F., & Zakaria, Z. (2019). Hubungan Tipe Alterasi Dengan Kelas Massa Batuan
Berdasarkan Q-System Pada Tambang Bawah Tanah Kencana. Geoscience Journal, 3(3), 232
237.
Wicaksana, C. Y., Suprijanto, H., & Cahya, E. N. (2018). Studi Perencanaan Terowongan Pengelak
Bendungan Lubuk Ambacang Kecamatan Hulu Kuantan Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi
Riau. Jurnal Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan, 2(1).
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License