2774-5147
Pada gambar 4 informasi harga-harga yang tertera didapatkan dari harga yang ada dipasaran
pada umumnya, yang diketahui baik melalui observasi secara langsung maupun dengan
menggunakan media internet. Pada tabel diketahui rencana biaya investasi perlengkapan dalam
menunjang usaha bisnis sebesar Rp 21.570.000, biaya produksi untuk satu bulan sebesar Rp
17.800.000, dengan penjualan perbulan sebesar 100 kg yaitu Rp 22.100.000 dan laba bersih setelah
penjualan dikurang dengan biaya produksi didapatkan laba bersih selama sebulan sebesar Rp
4.300.000.
1. Net Present Value (NPV)
Dari perhitungan NPV syarat usaha dikatakan layak bila nilai NPV > Project cost atau
NPV – Project cost > 0. Dari perhitungan dengan i = 10% dan Project cost Rp 51.600.000
didapatkan nilai NPV sebesar Rp 72.743.553, sehingga usaha dapat dikatakan layak untuk
dijalankan.
2. Internal Rate of Return (IRR)
Suatu usaha dapat dinilai layak apabila IRR > MRR. Diasumsikan MRR = 15%, karena
IRR > 15% yakni 28%, maka usaha dinilai menguntungkan dan layak dijalankan.
3. Break Event Point (BEP)
Dari perhitungan data hasil secara ekonomi menggunakan Break Event Point (BEP),
diketahui untuk mendapatkan modal kembali dibutuhkan sebanyak 4522 Kg briket yang terjual
dalam waktu sekitar 5.12 bulan pada pendapatan Rp 37.872.340.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka diperoleh briket terbaik dengan komposisi
perbandingan limbah perkebunan karet dan kulit durian 50% : 50% yang menghasikan kadar abu
sebesar 13.2643%, lama durasi waktu mendidihkan air 13.14 menit dan tanpa menghasilkan asap
pembakaran. Untuk perhitungan menggunakan metode break event point (BEP), dibutuhkan sebanyak
4522 Kg briket yang terjual dalam waktu sekitar 5.12 bulan. Dari perhitungan didapatkan nilai NPV
sebesar Rp 37.872340 lebih besar dari nilai project cost dijalankan. Dari perhitungan IRR didapatkan
hasil IRR sebasar 28%. Karena IRR > 15% maka usaha dinilai menguntungkan dan layak untuk
dijalankan.
DAFTAR PUSTAKA
Admojo, L., & Setyawan, B. (2018). Potensi Pemanfaatan Lignoselulosa dari Biomasa Kayu Karet
(Hevea Brasisiliensis Muell Arg.). Warta Perkaretan, 37(1), 39–50.
Arhamsyah, A. (2010). Pemanfaatan biomassa kayu sebagai sumber energi terbarukan. Jurnal Riset
Industri Hasil Hutan, 2(1), 42–48.
Faizal, M., Andynapratiwi, I., & Putri, P. D. A. (2014). Pengaruh komposisi arang dan perekat terhadap
kualitas biobriket dari kayu karet. Jurnal Teknik Kimia, 20(2).
Fitri, N. (2017). Pembuatan Briket dari Campuran Kulit Kopi (coffea arabica) dan Serbuk Gergaji
dengan Menggunakan Getah Pinus Sebagai Perekat. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.
Hakim, I. N. (2019). Pengaruh Waktu Tinggal, Putaran Kiln Dan Jumlah Umpan Pada Proses
Karbonisasi Carbonriser Batubara Di Pt. Ip Gunung Lipan Kota Samarinda Provinsi Kalimantan
Timur.
Ichsan, R. N., SE, M. M., Lukman Nasution, S. E. I., & Sarman Sinaga, S. E. (2019). Studi kelayakan
bisnis= Business feasibility study. CV. Sentosa Deli Mandiri.
Indonesia, K. L. N. R. (2012). Krisis Energi. Target, 4, 2.
Irhamni, I., Saudah, S., Diana, D., Ernilasari, E., Suzanni, M. A., & Israwati, I. (2019). Karakteristik
Briket yang Dibuat dari Kulit Durian dan Perekat Pati Janeng. Indonesian Journal of Industrial
Research, 41(1), 11–16.
Janie, D. N. A. (2012). Statistik deskriptif & regresi linier berganda dengan SPSS. Jurnal, April.
Maria, E., Susilo, J., & Hidayat, A. N. (2022). Pengaruh Penambahan Kulit Durian Pada Pengolahan
Limbah Perkebunan Karet Dengan Metode Karbonisasi Menjadi Briket Di Wilayah Polokarto.
Journal Transformation Of Mandalika (JTM) e-ISSN 2745-5882 p-ISSN 2962-2956, 2(3), 208–