865
Christian W. Patty, Paulus Melkianus Puttileihalat, Pieter Melianus Ririmase
karakteristik peternak dan produksi kotoran domba sebagai pupuk organik
untuk tanaman pangan
di pulau kisar
Christian W. Patty1, Paulus Melkianus Puttileihalat2, Pieter Melianus Ririmase3
Fakultas Pertanian Universitas Pattimura
Email: chrispatty@yahoo.com1, pmputtileihalat@gmail.com2, melianusririmass[email protected]3
Abstrak
Karakteristik peternak sangat menentukan kegiatan peternakan domba. Peternak diharapkan
senantiasa untuk dapat meningkatkan pengetahuannya dalam melakukan berbagai kegiatan
usaha, terutama dalam memanfaatkan produksi kotoran domba untuk dijadikan pupuk organik
untuk tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik peternak serta
potensi produksi kotoran domba untuk tanaman pangan khususnya jagung. Metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendektan deskriptif kualitatif untuk karakteristik
peternak dan ketersediaan kotoran domba sebagai potensi pupuk organik diukur melalui ternak
domba dewasa yang mengeluarkan kotoran per hari atau selama 24 jam, kemudian dikalikan
dengan pupulasi ternak yang ada. Hasil penelitian menunjukan 44% peternak berumur 31 50
tahun, 56% berpendidikan SD, 65%, petani sebagai pekerjaan pokok 65% dan peternak hanya
sebagai sampingan 11%, dan skala prioritas peternak melakukan kegiatan ini yaitu pertama
untuk menambah pendapatan, penghasil pupuk organik, sebagai ternak adat dan untuk tabungan.
Produksi kotoran ternak domba selama satu tahun adalah sebesar 11.711,609 ton/ekor/tahun,
namun tingkat pemanfaatannya untuk tanaman pangan jagung hanya sebanyak 372,736
Ton/Tahun sehingga kelebihan 11.338,873 Ton/Tahun yang disebabkan karena penggunaannya
hanya pada tanaman jagung dan tidak pada tanaman lainnya.
Kata kunci: Karakteristik Peternak, Produksi Kotoran Domba, Pupuk Organik, Pangan
Abstract
Characteristics of breeders determine sheep farming activities. Breeders are expected to always
be able to improve their knowledge in carrying out various business activities, especially in
utilizing the production of sheep dung to be used as organic fertilizer for plants. The purpose of
this study was to determine the characteristics of farmers and the potential for production of
sheep dung for food crops, especially corn. The method used in this study is a qualitative
descriptive approach for the characteristics of breeders and the availability of sheep dung as
potential organic fertilizer measured through adult sheep that excrete manure per day or for 24
hours, then multiplied by the existing livestock population. The results showed that 44% of
farmers aged 31-50 years, 56% had elementary school education, 65%, farmers as a main job
65% and farmers only as a sideline 11%, and the priority scale of farmers doing this activity is
first to increase income, producing organic fertilizer , as traditional livestock and for savings.
The production of sheep manure for one year is 11,711,609 tons/head/year, but the utilization
rate for corn food crops is only 372,736 tons/year so that the excess is 11,338.873 tons/year due
to its use only on corn and not on corn. other plants.
Keywords : Farmer Characteristics, Sheep Manure Production, Organic Fertilizer, Food
PENDAHULUAN
Sumber pangan bukan saja dibutuhkan oleh manusia, tetapi hal ini juga dibutuhkan oleh
hewan guna meningkatkan kebutuhan produksi terhadap ketersediaan daging (Rusdiana &
Maesya, 2017). Upaya peningkatan produksi daging dapat dilakukan dengan cara
penggemukan terhadap ternak dengan cara pemberian pakan berkualitas tinggi serta hijauan
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 2, Number 10, Oktober 2022
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
866
Christian W. Patty, Paulus Melkianus Puttileihalat, Pieter Melianus Ririmase
karakteristik peternak dan produksi kotoran domba sebagai pupuk
organik untuk tanaman pangan
di pulau kisar
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
yang memiliki kandungan protein dan kecernaannya rendah, termasuk ternak domba. Menurut
NRC (2001), domba pada periode starter yaitu dengan berat badan (BB) 10 Kg dengan PBB
200g/ekor/hari memerlukan pakan dengan kandungan PK 25,49% dan TDN 80%. Untuk itu
agar dapat meningkatkan kualitas pakan domba maka perlu dilakukan dengan pemberian hijau
yang mengandung protein, energy, mineral dan vitamin (Dadi, 2021). Pemberian pakan dengan
memperhatikan hal yang dijelaskan di atas, maka hal ini dapat menjamin kualitas daging ternak
serta peningkatan produksi (Mail et al., 2021). Namun, data menunjukan bahwa produksi
daging ternak domba periode 2018 2021 mengalami penurunan dan hanya pada tahun 2021
mengalami sedikit peningkatan 3,09%, yang dirincikan sebagai berikut; tahun 2018 produksi
mencapai 82,27 ribu ton, turun menjadi 70,07 ribu ton di tahun 2019, turun kembali di tahun
2020 menjadi 54,19 ribu ton. Sedangkan di tahun 2021 hanya naik 55,86 ribu ton (Peternakan,
2020).
Faktor yang turut berpengaruh dalam penentuan pakan untuk konsentrat makanan ternak
domba adalah kandungan energy dalam pakan itu sendiri (Sumarna, 2017). Sistem energy yang
menyatakan nilai energy dari suatu bahan pakan atau ransum dan kebutuhan energy bagi ternak
ruminansia salah satunya adalah jagung. Jagung sangat disukai oleh ternak, memenuhi syarat
sebagai sumber energi, mudah disimpan, mudah diproduksi secara besar-besaran, serta
merupakan sumber karoten yang baik.
Selain itu, ternak domba juga memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan
kotorannya bagi pemupukan tanah untuk tanaman jagung. Hasil penelitian (Anwar, 2022).
menunjukan bahwa pupuk organic yang berbahan dasar kotoran domba mampu meningkatkan
ketersediaan hara bagi tanaman dan meningkatkan kesuburan tanah, di kisarkan memiliki
kandungan air 64%, bahan organik 31%, nitrogen 0,7%, P2O5 0,4 %, K2O 0,25%, CaO 0,4%
dan rasio C/N sebesar 20-25%. Dengan demikian, penggunaan kotoran ternak dalam komposisi
pupuk juga dapat memperbaiki struktur, komposisi hara tanah dan mampu mengikat dan
menyimpan lebih banyak air sehingga produksi tanaman juga akan lebih baik dibandingkan
dengan yang tidak mendapatkan tambahan bahan organic (Juarsah, 2014).
Pulau Kisar merupakan salah satu wilayah yang berada di Kabupaten Maluku Barat Daya
yang memiliki potensi sumber daya genetik local seperti domba kisar dan tanaman jagung
sebagai makanan pokok masyarakat di daerah tersebut. Keterpaduan usaha domba kisar dan
tanaman jagung sebagai suatu system yang saling menguntungkan dapat didayagunakan untuk
peningkatan potensi ternak maupun jagung di wilayah tersebut. Namun hingga kini kedua
potensi ini hanya dianggap sebagai pelengkap saja dan belum di manfaatkan sebagai
keterpaduan potensi yang saling menguntungkan dan memiliki orentasi pasar yang luas jika
dikembangkan pada skala usaha yang lebih besar, sehingga hal ini dapat meningkatkan
produksi, baik domba kisar maupun tanaman jagung serta pendapatan masyarakat.
Agar pemanfaatan lahan dan pengembangan kawasan terpadu “domba Kisar - jagung”,
dapat maksimal dan dapat diarahkan berdasarkan kesesuaian lahannya, baik untuk tanaman
pangan maupun untuk domba Kisar, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik peternak domba dan analisis kotoran domba sebagai pupuk kandang.
METODE PENELITIAN
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pendekatan
kuantitatif. Menurut (Sugiyono, 2015) mengatakan, “metode pendekatan kuantitatif
merupakan suatu metode yang berlandaskan pada paradigma positivis, digunakan untuk
meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan menguji hipotesis yang
ditetapkan berdasarkan teori yang digunakan”.
867
Christian W. Patty, Paulus Melkianus Puttileihalat, Pieter Melianus Ririmase
karakteristik peternak dan produksi kotoran domba sebagai pupuk
organik untuk tanaman pangan
di pulau kisar
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Analisis data dapat dilakukan dengan beberapa topic, yakni Karakteristik Peternak.
Karakteristik peternak diukur berdasarkan; umur, pendidikan, tujuan berternak, dan status
pekerjaan. Dan Produksi kotoran domba sebagai pupuk Organik. Analisis ketersediaan kotoran
domba sebagai potensi pupuk organik diukur melalui ternak domba dewasa yang
mengeluarkan kotoran per hari atau selama 24 jam, kemudian dikalikan dengan pupulasi ternak
yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Umur Peternak
Karakteristik peternak ialah ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seorang
peternak yang ditampilkan melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindakan terhadap
lingkungannya (Liko, 2022). Ciri-ciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh peternak meliputi
beberapa faktor atau unsur-unsur yang melekat pada diri seseorang dapat dikatakan sebagai
karakteristik peternak. Peubah karakteristik peternak dalam penelitian ini terdiri atas umur,
tingkat pendidikan, tujuan beternak, dan status pekerjaan. Tabel 1 menjelaskan gambaran
karakteristik peternak.
Tabel 1 Proporsi responden di Pulau Kisar
menurut karakteristik peternak, Tahun 2022
Responden Peternak Domba
Jumlah (orang)
Persen
(%)
15
24
27
44
20
32
62
100
Sumber: Data Primer, 2022
Kisaran umur peternak domba Kisar tertinggi ada pada kisaran 31-50 tahun, yakni
sebesar 44 persen, kemudian diikuti oleh kisaran umur di atas 50 tahun (24 persen), dan
kisaran umur 20-30 tahun (32 persen), Hasil ini dapat dikatakan bahwa peternak domba
Kisar sebagian besar berada pada usia yang matang dalam berpikir dan bertindak, tidak
cepat emosional, bahkan masih tangguh dalam bekerja dan tepat dalam proses pengambilan
keputusan.
Menurut (Purba et al., 2021) bahwa pada kondisi umur 15-65 tahun, seorang termasuk
dalam kategori umur produktif dengan kemampuan kerja yang masih tergolong baik dan
kemampuan berpikir masih baik. Kondisi ini memungkinkan petani peternak mampu
bekerja secara rasional dalam memenuhi seluruh kebutuhan ekonomi dan psikologi
kehidupannya. Pada kondisi ini pula peternak memiliki situasi emosional yang lebih
terkendali. Dengan demikian umur peternak turut mempengaruhui keberhasilan usaha
ternak domba di Pulau Kisar.
B. Pendidikan
Pendidikan adalah jenjang sekolah yang dimiliki oleh seorang responden sampai saat
penelitian ini dilakukan. Pendidikan digunakan untuk mengukur wawasan dan cara pandang
responden. Tabel 2 menjelaskan tingkat pendidikan peternak domba di Pulau Kisar.
Tabel 2. Distribusi responden
berdasarkan tingkat pendidikan di Pulau Kisar, Tahun 2022
Tingkat
Pendidikan
Responden Peternak Domba
Jumlah (orang)
%
SD
35
56
SMP
17
27
868
Christian W. Patty, Paulus Melkianus Puttileihalat, Pieter Melianus Ririmase
karakteristik peternak dan produksi kotoran domba sebagai pupuk
organik untuk tanaman pangan
di pulau kisar
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
SMA
7
11
PT
3
5
Jumlah
62
100
Sumber: Data Primer, 2022
Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan peternak domba Kisar umumnya
masih rendah. Tingkat pendidikan yang rendah membuat peternak kurang rasional dalam
menerima dan memahami informasi-informasi baru. Hal ini berdampak terhadap keinginan
untuk memperbaiki usaha peternakannya ke arah yang lebih baik atau bersifat komersial.
Walaupun peternak cukup berpengalaman, tetapi jika tidak diikuti dengan tingkat
pendidikan yang cukup baik, formal maupun non-formal, maka usaha peternakan tidak akan
berkembang dengan baik, karena peternak hanya mengandalkan pengalaman pribadinya
saja. (Tarmizi, 2018) menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang baik memiliki peranan
penting terhadap produktivitas usaha peternakan yang dilakukan. Selanjutnya menurut
(Untung, 2020) bahwa tingginya tingkat pendidikan mempengaruhi motivasi kerja peternak
karena adanya kematangan berpikir dan hal ini berhubungan dengan pengembangan usaha
yang dilakukan.
C. Status Pekerjaan
Status pekerjaan adalah status peternak dalam menekuni suatu pekerjaan. Status
pekerjaan dapat diukur atas pekerjaan pokok dan kerja sampingan. Tabel 3 menggabarkan
distribusi responden berdasarkan status pekerjaan.
Tabel 3. Proporsi responden di Pulau Kisar
menurut karakteristik peternak, Tahun 2022
Status Pekerjaan
Responden
Peternak Domba
Jumlah (orang)
Persen
(%)
Pokok :
PNS
15
24
Petani
40
65
Peternak
7
11
Jumlah
62
100
Sampingan :
Petani
40
65
Peternak
7
11
Lainnya
15
24
Jumlah
62
100
Sumber: Data Primer, 2022
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan pokok petani peternak domba adalah
sebagai petani (65%) dengan usahatani utama adalah tanaman jagung. Sedangkan usaha
ternak domba merupakan pekerjaan sampingan (11%). yang dilakukan secara bersama-sama
dengan usahatani jagung.
D. Tujuan Beternak
Berdasarkan penelitian, pemeliharaan dan pengembangan usaha peternakan domba
Kisar pada umumnya dilakukan oleh kepala keluarga (bapak) dan dibantu oleh anggota
keluarga lainnya. Usaha peternakan domba Kisar bukanlah merupakan suatu usaha utama
tetapi merupakan pelengkap bagi usaha pertanian tanaman pangan, yaitu tanaman jagung.
Tujuan pemeliharaan ternak domba menurut skala prioritasnya sebagaimana disajikan pada
Tabel 4.
869
Christian W. Patty, Paulus Melkianus Puttileihalat, Pieter Melianus Ririmase
karakteristik peternak dan produksi kotoran domba sebagai pupuk
organik untuk tanaman pangan
di pulau kisar
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Tabel 4. Proporsi Responden Di Pulau Kisar
Menurut Skala Prioritasnya, Tahun 2022
Tujuan Berternak
Skala Prioritas
1
2
3
4
N
%
N
%
n
%
n
%
Pendapatan
17
68
5
20
3
12
0
0
Tabungan
6
24
7
28
10
40
2
8
Adat
0
0
1
4
17
68
7
28
Pupuk
11
44
10
40
4
16
0
0
Keterangan: n adalah banyak responden
Berdasarkan penelitian lapangan, maka skala prioritas fungsi usaha ternak domba di
Pulau Kisar masing-masing adalah sebagai sumber pendapatan (68% skala prioritas 1),
sebagai penghasil utama pupuk organik (44% skala prioritas 1 dan 40% skala prioritas 2),
sebagai ternak adat (40% skala prioritas 3), dan sebaagai tabungan (68% skala prioritas 3)
untuk sewaktu-waktu dijual apabila dibutuhkan.
Dalam usaha pertanian tanaman jagung di Pulau Kisar pemanfaatan kotoran domba
sebagai pupuk organik telah lama dilakukan oleh petani peternak. Integrasi ternak domba
dengan tanaman jagung di Pulau Kisar telah berlangsung lama dimana kotoran domba
digunakan sebagai pupuk sedangkan sisa-sisa hasil panen jagung berupa daun dan batang
jagung sering dikonsumsi domba, terutama pada saat musim kering. Tanaman jagung
merupakan usaha pokok penduduk Kisar, karena dulunya jagung merupakan makanan
pokok penduduk asli setempat dan masih berlangsung sampai sekarang seiring dengan
penggunaaan beras sebagai makanan pokok.
Ternak domba Kisar bukanlah merupakan ternak utama dalam status sosial budaya
penduduk asli setempat. Kedudukan sosial ternak didominasi oleh ternak babi, dan kerbau.
Domba hanya digunakan sebagai menu makanan pelengkap pada acara-acara tertentu,
misalnya pada acara pesta perkawinan. Dalam kondisi demikian, domba Kisar hanya
dipelihara sebagai suatu peternakan subsisten. Sebagai tabungan keluarga dan sumber
pendapatan, domba Kisar telah dijual dalam skala kecil, sekitar 5 sampai 20 ekor per tahun
per peternak.
E. Potensi Kotoran Domba sebagai Pupuk Organik
Pupuk kandang merupakan hasil samping yang cukup penting, terdiri dari kotoran
padat dan cair dari hewan ternak yang bercampur sisa makanan, dapat menambah unsur hara
dalam tanah (Sarief, 1986). Pemberian pupuk kandang selain dapat menambah tersedianya
unsur hara, juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah. Beberapa sifat fisik tanah yang dapat
dipengaruhi pupuk kandang antara lain kemantapan agregat, bobot volume, total ruang pori,
plastisitas dan daya pegang air (Soepardi, 1983).
Menurut (Qisthi et al., 2021). Potensi Kotoran Kambing Domba Salah satu ternak
yang cukup berpotensi sebagai sumber pupuk organik adalah kambing dan domba. Rata-
rata setiap ekor ternak memerlukan pakan hijauan segar 5,35kg/hari atau 33,3 kg/peternak.
Berdasarkan hasil perhitungan, dari jumlah pakan yang dikonsumsi tersebut, 4 kg akan
dikeluarkan sebagai kotoran dari konsumsi pakan sebesar 5,35 kg per ekor per hari.
Hasil penelitian yang diperoleh di Pulau Kisar produksi kotoran yang dihasilkan
adalah 32,0866 ton/ekor/hari dari populasi ternak yang ada sebanyak 5.540 ekor, dengan
cara mengandangkan ternak domba dari sore hari sampai pagi hari. Produksi kotoran selama
satu tahun adalah sebesar 11.711,609 ton/ekor/tahun. Kotoran domba ini dibiarkan
menumpuk di dalam kandang dan digunakan pada saat musim tanam yang dilakukan dua
kali dalam setahun yaitu musim barat dan musim timur. Ini menunjukan bahwa produksi
870
Christian W. Patty, Paulus Melkianus Puttileihalat, Pieter Melianus Ririmase
karakteristik peternak dan produksi kotoran domba sebagai pupuk
organik untuk tanaman pangan
di pulau kisar
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
kotoran yang di hasilkan ternak domba di Pulau Kisar sangatlah rendah bila dibandingkan
dengan teori yang ada. Produksi kotoran domba tergantung pada banyaknya jumlah ternak
domba yang dipelihara serta lamanya musim tanam.
Pemakaian kotoran domba dilakukan berdasarkan pengalaman yang ada, dimana
penggunaannya untuk dua musim tanam sebesar 7,168 Ton/ha/tahun. Dari luas areal
perkebunan jagung di Pulau Kisar sebesar 52 ha, maka kebetuhan kotoran yang dapat
digunakan sebayak 372,736 Ton/Tahun. Berdasarkan data tersebut di atas terdapat
kelebihan kotoran sebanyak 11.338,873 Ton/Tahun. Kelebihan tersebut disebabkan karena
peternak belum memanfaatkan kotoran tersebut dengan maksimal, selain itu penggunaannya
hanya diberikan kepada tanaman jagung tidak kepada tanaman pangan lainnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa, 44% peternak berumur
31 50 tahun, 56% berpendidikan SD, 65%, petani sebagai pekerjaan pokok 65% dan peternak
hanya sebagai sampingan 11%, dan skala prioritas peternak melakukan kegiatan ini yaitu
pertama untuk menambah pendapatan, penghasil pupuk organik, sebagai ternak adat dan untuk
tabungan. Dan Produksi kotoran ternak domba selama satu tahun adalah sebesar 11.711,609
ton/ekor/tahun, namun tingkat pemanfaatannya untuk tanaman pangan jagung hanya sebanyak
372,736 Ton/Tahun sehingga kelebihan 11.338,873 Ton/Tahun yang disebabkan karena
penggunaannya hanya pada tanaman jagung dan tidak pada tanaman lainnya
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, M. Z. (2022). Estimasi Ripitabilitas Dan Most Probable Producing Ability (MPPA)
Induk Domba Sapudi Berdasarkan Pertambahan Bobot Badan Harian Anak Domba Dari
Lahir Sampai Prasapih Dan Sapih.
Dadi, D. (2021). Perbedaan Tingkat Palatabilitas Domba Pada Pakan Hasil Fermentasi Dan
Rumput Segar.
Juarsah, I. (2014). Pemanfaatan Pupuk Organik Untuk Pertanian Organik Dan Lingkungan
Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Organik. Bogor, 1819.
Liko, E. (2022). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Usaha Tani Tanaman
Hortikultura Sayuran Di Kecamatan Tarakan Timur.
Mail, D. A. A., Fahmi, N. F., Putri, D. A., & Hakiki, M. S. (2021). Kebijakan Pemotongan Sapi
Di RPH (Rumah Potong Hewan) Dalam Kaitannya Dengan Prinsip Manajemen Halal
Dan HACPP (Hazard Analysis Critical Control Point). Halal Research Journal, 1(1), 20
38.
Peternakan, D. (2020). Buku Statistik Peternakan Dan Kesehatan Hewan Tahun 2020.
Purba, B., Rahmadana, M. F., Basmar, E., Sari, D. P., Klara, A., Damanik, D., Faried, A. I.,
Lie, D., Fazira, N., & Rozaini, N. (2021). Ekonomi Pembangunan. Yayasan Kita
Menulis.
Qisthi, R. T., Novita K, N. K., Khatima, H., & Chamila, A. (2021). Pengendalian Hama Dan
Penyakit Tanaman Pangan Dan Hortikultura. Universitas Negeri Makassar.
Rusdiana, S., & Maesya, A. (2017). Pertumbuhan Ekonomi Dan Kebutuhan Pangan Di
Indonesia. Agriekonomika, 6(1), 1225.
Sarief, E. S. (1986). Kesuburan Dan Pemupukan Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung,
182.
Soepardi, G. (1983). Sifat Dan Ciri Tanah. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sugiyono, P. (2015). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta, 28,
871
Christian W. Patty, Paulus Melkianus Puttileihalat, Pieter Melianus Ririmase
karakteristik peternak dan produksi kotoran domba sebagai pupuk
organik untuk tanaman pangan
di pulau kisar
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
112.
Sumarna, A. (2017). Pengaruh Suplementasi Konsentrat Kulit Biji Kakao Pada Pakan Basal
Fermentasi Terhadap Konsumsi Bahan Kering Dan Protein Kasar Pada Domba Ekor
Gemuk Jantan. University Of Muhammadiyah Malang.
Tarmizi, N. B. (2018). Keberhasilan Inseminasi Buatan (IB) Pada Sapi Aceh Menggunakan
Semen Beku Sapi Bali, Simental, Dan Limosin Di Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten
Aceh Besar. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Veteriner, 2(3), 318328.
Untung, U. (2020). Analisis Potensi Pengembangan Ternak Sapi Potong Melalui Pendekatan
Sumber Daya Peternak Dan Lahan Di Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal
FAPERTANAK: Jurnal Pertanian Dan Peternakan, 5(2).
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License