872
Lukman
PELATIHAN BAHASA INGGRIS DENGAN PENDEKATAN KETUNTASAN
BELAJAR BAGI POKDARWIS
Lukman
Universitas Muhammadiyah Mataram
Email : Lockmann2021@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan membuat model pelatihan bahasa Inggris dengan pendekatan ketuntasan belajar
bagi Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata) yang bertugas di objek wisata alam untuk meningkatkan
mutu layanan kepariwisataan bagi wisata asing. Munculnya berbagai persoalan kemampuan dalam
berbahasa Inggris bagi Pokdarwis menjadi perhatian yang harus segera mendapatkan solusi, seperti
Desa Wisata tepatnya yang berada di Desa Kekeri Kabupaten Lombok Barat. Setelah kami melakukan
penelitian menemukan bahwa tidak seorangpun diantara mereka yang mengayam pendidikan
vokasional yang relevan, mereka juga tidak pernah mengikuti pelatihan bahasa Inggris secara rutin;
mereka membutuhkan pelatihan bahasa Inggris untuk meningkatkan keterampilan berbicara bahasa
Inggris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan dengan
pendekatan kuantitatif dengan desain eksperimental yang digunakan dalam uji coba model hipotetik.
Model ini diharapkan akan dapat diuji cobakan secara lebih luas agar dapat mengetahui efektifitas dari
sebuah model ini dengan menggunakan one-group pretest-posttest design. Dalam penelitian ini
menemukan bahwa kondisi objektif keterampilan bagi pramuwisata untuk berbicara dan membaca
kurang begitu baik, proses pembelajaran berlangsung secara otodidak. Selain itu latar belakang
pendidikan bagi Pokdarwis lebih banyak tamatan lulusan sekolah dasar. Model pelatihan yang
digunahakn yaitu mastery learning bagi pramuwisata atau pokdarwis untuk meningkatkan mutu
layanan kepariwisataan bagi wisatawan asing dan domestik. Pelatihan berbahasa Inggris dengan
pendekatan mastery learning belum terbukti memberikan solusi.
Kata kunci: Model Pelatihan, Bahasa Inggris, Pokdarwis, Pariwisata
Abstract
This study aims to create an English training model with a complete learning approach for Pokdarwis
(Tourism Awareness Groups) who work in natural tourism objects to improve the quality of tourism
services for foreign tourists. The emergence of various problems in the ability to speak English for
Pokdarwis is a concern that must immediately get a solution, such as the Tourism Village, precisely in
Kekeri Village, West Lombok Regency. After we conducted research, we found that none of them received
any relevant vocational education, nor had they attended regular English language training; they need
English training to improve their English speaking skills. The method used in this research is research
and development with a quantitative approach with an experimental design used in testing hypothetical
models. This model is expected to be tested more widely in order to determine the effectiveness of this
model by using a one-group pretest-posttest design. In this study, it was found that the objective conditions
of the speaking and reading skills for the tour guides were not so good, the learning process was self-
taught. In addition, the educational background for Pokdarwis is mostly elementary school graduates.
The training model used is mastery learning for tour guides or pokdarwis to improve the quality of tourism
services for foreign and domestic tourists. English language training with a mastery learning approach
has not been proven to provide a solution.
Keywords : Training Model, English, Pokdarwis, Tourism
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 2, Number 10, Oktober 2022
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
873
Lukman
Pelatihan Bahasa Inggris Dengan Pendekatan Ketuntasan Belajar Bagi
Pokdarwis
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
PENDAHULUAN
Proses globalisasi menuntut perubahan paradigma persaingan yaitu dari persaingan
berdasarkan materi menjadi persaingan berdasarkan pengetahuan. Paradigma ini menuntut institusi
atau organisasi memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi, mempunyai keunggulan
komparatif dan kompetitif (Minaee et al., 2020). Untuk itu, penguasaan bahasa asing terutama
berbahasa Inggris bagi setiap individu di era globalisasi menjadi sebuah kebutuhan (Yantoro et al.,
2021). Tanpa penguasaan bahas Inggris dipastikan upaya peningkatan pendidikan, peningkatan
sumber daya manusia, proses alih teknologi dan ilmu pengetahuan akan terkendala antara lain
karena buku-buku dan sumber informasi nyaris seluruhnya tertulis dan disampaikan dalam bahasa
Inggris (Ahmadi & Khoiriyah, 2020).
Upaya pengenalan dan penguasaan bahasa Inggris lebih dini telah dilakukan pemerintah
Indonesia antara lain dengan memasukkan bahas Inggris ke dalam mainstream kurikulum mata
pelajaran sejak di sekolah dasar (Maduwu, 2016). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional mengisyaratkan perlunya program pendidikan yang mampu
berfungsi meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa Indonesia, yang salah satu indikator
keberhasilannya adalah mampu berinteraksi secara efektif dan efisien dengan bangsa-bangsa lain
(Susanthi, 2020). Alat ampuh yang dimaksud dalam hal ini adalah penguasaan bahasa Inggris,
dimana fungsi dan kedudukan bahasa Inggris sangat strategis, fundamental, dan vital bagi para
pramuwisata sesuai dengan tugas yang diemban mereka (Hariani et al., 2020).
Menurut Peraturan Memparpostel Nomor: KM.82/102 MPPT/88 pramuwisata adalah
seseorang yang bertugas memberikan bimbingan, penjelasan dan petunjuk tentang objek wisata
Indonesia serta membantu segala sesuatu yang diperlukan oleh wisatawan. Wisatawan adalah
seorang yang melakukan perjalanan dari daerahnya ke daerah lain dengan tujuan berlibur kurang
dari satu tahun (Deni & Winarni, 2017). Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)
pramuwisata adalah serangkaian pernyataan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap terhadap
profesi pramuwisata. Pramuwisata Indonesia harus jujur, bersikap adil dan saling menghormati
dalam memberikan jasa pramuwisata. Selain itu juga pramuwisata juga minimal harus memiliki dan
menguasai keterampilan bahasa Inggris secara lisan tidak bisa di tolak. Melalui Kementerian
Pariwisata yang menekankan pentingnya kesadaran masyarakat untuk mengembangkan pariwisata.
Pasalnya, obyek wisata akan terus berkembang jika pengunjung merasa aman, tertib, bersih, sejuk,
indah dan ramah. Sementara, suasana-suasana seperti itu hanya bisa diciptakan oleh masyarakat
setempat (Salam & Fadhli, 2020).
Gerakan sadar wisata ini merupakan sebuah konsep yang mengembangkan partisipasi dan
dukungan para pemangku kepentingan dalam mendorong iklim yang kondusif bagi tumbuh dan
berkembangnya wisata di suatu wilayah yang ada di Indonesia (Indiyati et al., 2020). Seperti salah
satu wilayah yang berada di Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat, ksususnya
di Kecamatan Gunungsari. Dari hasil Hasil wawancara dengan pramuwisata yang bertugas di objek
wisata Senggigi Kabupaten Lombok Barat menunjukkan antara lain bahwa: a) kemampuan
berbahasa Inggris calon pramuwisata yang bertugas di objek wisata alam desa kekeri rendah; b)
tidak seorangpun di antara mereka mengayam pendidikan vokasional yang relevan; c) calon
pramuwisata tidak pernah mengikuti pelatihan bahasa Inggris secara rutin; d) proses pembelajaran
bahasa Inggris calon pramuwisata secara otodidak; e) calon pramuwisata pada umumnya belum
memenuhi kriteria ketuntasan belajar minimal dalam empat ketrampilan berbahasa Inggris; dan f)
874
Lukman
Pelatihan Bahasa Inggris Dengan Pendekatan Ketuntasan Belajar Bagi
Pokdarwis
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
calon pramuwisata pada umumnya membutuhkan pelatihan bahasa Inggris untuk komunikasi dengan
wisatawan lebih baik. Dari beberapa persoalan tersebut dalam penelitian ini akan menganalisis
bagaimanakah model pelatihan bahasa Inggris untuk meningkatkan ketuntasan belajar bagi para
calon pemandu wisata yang bertugas di objek wisata alam Desa Kekeri dalam keterampilan
berbicara bahasa Inggris.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain survei dimana peneliti memilih
sampel responden dan melakukan wawancara untuk mengumpulkan informasi tentang variable penelitian
yang diminati (Sigit Hermawan & Amirullah, 2021). Data digunakan untuk mengambarkan karakteristik
populasi tertentu. Survei digunakan untuk mempelajari sikap manusia, nilai kepercayaan, demografi, perilaku,
opini, kebiasaan, pendapat, politik, pemerintah, pendidikan dan sebagainya karena informasi yang akurat dapat
diperoleh untuk jumlah besar orang dalam sampel yaitu kecil.
Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi tingkat penguasaan bahasa Inggris calon pramuwisata
atau pokdarwis adalah: tes tertulis yang berisi pertanyaan yang berkaitan dengan kompetensi bahasa Inggris
yang terdiri dari pertanyaan mengenai keterampilan berbicara (10 Item); wawancara dan observasi. Pedoman
wawancara dibuat agar proses wawancara terstruktur dengan baik. Format observasi dibuat untuk merekam
informasi yang dapat dilihat secara fisik dan didokumentasikan peneliti untuk dianalisis.
Metode pengumpulan data dibagi menjadi tiga bagian yaitu angket, wawancara, dan observasi. Dalam
penelitian ini, angket adalah tes untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara bahasa Inggris calon
pramuwisata. Wawancara terstruktur dilakukan untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam tahapan
identifikasi kebutuhan pengembangan pelatihan bahasa Inggris bagi calon pramuwisata dalam hal ini
pokdarwis (kelompok sadar wisata). Observasi digunakan untuk mencari informasi yang dapat dilihat secara
fisik dan didokumentasikan oleh peneliti untuk dianalisis.
Populasi dalam penelitian ini adalah calon pemandu wisata di objek wisata alam desa kekeri sebanyak
25 orang. Untuk menentukan ukuran sampel terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain: 1)
ukuran total populasi; 2) jumlah dan kondisi sub-group dalam total populasi; 3) distribusi geografi dari total
populasi; dan 4) tingkat akurasi yang dapat diperlukan. Factor lain yang mempengaruhi investigasi seperti
waktu, ketersediaan staf, sumber, biaya, dukungan administratif, dan sevagainya.
Quota sampling seperti yang dikemukakan oleh (Etikan & Bala, 2017) adalah sampling yang
memperkirakan hasil sampling probabilitas yang lebih ekonomis bila dibandingkan dengan probability
sampling. Metode ini digunakan manakala peneliti ingin memastikan bahwa sejumlah sub-group telah
diidentifikasi dan disertakan dalam studi (Deng et al., 2003). Berdasarkan penjelassan di ata, sampel dalam
penelitian ini adalah total populasi (entire population).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Penguasaan Bahasa Inggris Pokdarwis Di Desa Wisata Alam Kekeri Desa Kekeri
Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat
Dari hasil penelitian yang dilakukan evaluasi penguasaan bahasa Inggris dilakukan
dengan dua cara, yaitu melalui test tertulis dan wawancara (Rukajat, 2018). Test tertulis terdiri
dari 15 item pertanyaan yang terbagi atas dua jenis pertanyaan yaitu pertanyaan mengenai
keterampilan berbicara dan keterampilan membaca. Item pertanyaan untuk keterampilan
berbicara berjumlah 10 pertanyaan dan item pertanyaan untuk keterampilan membaca sebanyak
5 pertanyaan. Dalam tahap evaluasi ini, peneliti tidak dapat mengumpulkan keseluruhan
pokdarwis, hanya 13 orang dan 25 pokdarwis yang berhasil ditemui, hal ini terjadi karena
875
Lukman
Pelatihan Bahasa Inggris Dengan Pendekatan Ketuntasan Belajar Bagi
Pokdarwis
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
pada saat yang bersamaan para pokdarwis sedang bertugas untuk memandu para wisatawan
asing yang sedang berkunjung ke desa wisata alam Kekeri Kecamatan Gunungsari Kabupaten
Lombok Barat.
Berdasarkan sumber data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa kemampuan
pramuwisata untuk berbicara dan membaca kurang begitu baik, terlebih dalam hal membaca,
karena semua bentuk pertanyaan berupa tulisan, dan hal ini sangat menyulitkan mereka ketika
harus menentukan jawaban yang tepat dan kurang tepat. Tujuan dari evaluasi tertulis ini adalah
untuk mengidentifikasi kemampuan membaca pramuwisata dan juga mengidentifikasi
berbagai jenis kalimat yang sering mereka gunakan ketika bertugas sebagai pokdarwis
(Muryadi, 2017). Skor tertinggi yang diperoleh oleh pramuwisata atau pokdarwis adalah
dapat menjawab 6 pertanyaan dari 15 item pertanyaan yang diberikan, sedangkan yang
terendah adalah dapat menjawab 3 pertanyaan dengan benar dari 15 pertanyaan yang
diberikan.
Hasil dari evaluasi tertulis ini kemudian dikomparasikan dengan cara peneliti
melakukan wawancara berbahasa Inggris (Mustari & Rahman, 2012). Ternyata hasil
evaluasi tertulis tidak sepenuhnya menunjukkan kualitas mereka dalam berbahasa
Inggris. Sebagian besar dari mereka cukup fasih dalam berbahasa Inggris, bahkan dapat
dikatakan cukup baik, namun yang mendapat perhatian serius dari peneliti adalah mereka
cenderung menggunakan bahasa informal ketika mereka berinteraksi antar sesama
mereka dengan menggunakan bahasa Inggris. Hasil penelitian tersebut coba peneliti
visualisasikan menggunakan vosviewer seperti pada gambar 1
Gambar 1 Pusat Berbahasa
Dari gambar 1 terlihat bahwa bahasa Inggris telah menjadi bahasa universal yang telah
876
Lukman
Pelatihan Bahasa Inggris Dengan Pendekatan Ketuntasan Belajar Bagi
Pokdarwis
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
banyak digunakan di era global dan memiliki peran penting dalam perkembangannya dan
digunakan sebagai alat komunikasi dengan berbagai tujuan dan manfaat. Namun bila kembali
menganalisis dari hasil penelitian dilapangan bahwa kemampuan dalam berbahasa inggris masih
terbilang sangat rendah, disamping karena keterampilan membaca yang kurang, juga
disebabkan mereka terbiasa menggunakan bahasa informal dalam melayani wisatawan
manca negara. Bahkan beberapa di antara mereka ternyata kompetensinya bukan pada
bahasa Inggris, melainkan lebih menguasai bahasa asing lainnya seperti bahasa Arab dan
italia, karena berdasarkan keterangan dari mereka wisatawan dari negeri Italia paling
banyak berkunjung ke objek wisata alam kekeri Desa Kekeri.
Kemampuan dalam menggunakan bahasa Inggris saat ini telah menjadi kebutuhan
yang sangat mendesak, dimana hal ini seperti hasil penelitian yang dilakukan dengan
melakukan wawancara dengan melibatkan 13 orang pokdarwis untuk dimintai informasi
mengenai kebutuhan mereka terkait dengan penguasaan bahasa Iggris. Dari hasil wawancara
diperoleh informasi bahwa, sebagian besar dari pramuwisata sangat mengharapkan sekali
diadakannya pelatihan bahasa Inggris, banyak diantara mereka mengharapkan pelatihan untuk
menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan dalam berbahasa Inggris. Terkait dengan
matode yang mereka inginkan, sebagian besar dari pokdarwis sangat ingin belajar membaca dan
menulis dengan baik dalam bahasa Inggris, dan mereka sangat mengharapkan lebih banyak
metode praktiknya dari pada teori.
Menanggapi pertanyaan mengenai perlukah pelatihan ini dilaksanakan secara rutin,
sebagian besar pokdarwis menyatakan sangat perlu, karena permasalahan ketika mereka
memandu wisatawan selalu ada dan selama ini tidak ada forum diskusi yang terarah jika mereka
dihadapkan pada suatu permasalahan di lapangan. Di samping itu berdasarkan informasi yang
diperoleh, bahwa selama ini belum pernah ada pelatihan khusus untuk meningkatkan kualitas
bahasa Inggris. Kemampuan mereka dalam berbahasa Inggris pun diperoleh secara turun
temurun, melalui pendidikan informal dalam keluarga mereka masing-masing, dan biasanya
kemampuan ini diturunkan oleh orang tuanya pokdarwis.
Terkait dengan beberapa pertanyaan yang sering dilontarkan oleh wisatawan asing kepada
mereka sebagai pokdarwis, jawabannya cukup beragam mulai dari penjelasan area desa wisata alam
kekeri Desa Kekeri, sejarah desa wisata alam, dan berbagai lokasi yang ada di sekitar objek
wisata. Dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut berbagai kendala yang sering mereka
temui antara lain rasa gugup, terkadang hanya menjawab garis besarnya saja tidak secara detail
karena keterbatasan penguasaan kosa kata. Tabel 1 berikut mendeskripsikan data pokdarwis
yang bertugas di objek wisata alam kekeri desa kekeri kecamatan gunungsari kabupaten Lombok
barat.
Tabel 2 Data Pramuwisata/ Pokdarwis (Tour Guide) yang Bertugas di Objek Wisata
Nama
Pend. Terakhir
Masa Bekerja
Bahasa asing yang lebih dikuasai
Fandi
SD
6 tahun
Arab
Agus
SD
3 tahun
Inggris
Kasman
SD
25 tahun
Italia
Burhan
SMP
3 tahun
Arab
Mahmud
SMP (2)
32 tahun
italia
Ade
SD
1 tahun
Arab
877
Lukman
Pelatihan Bahasa Inggris Dengan Pendekatan Ketuntasan Belajar Bagi
Pokdarwis
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Sinar
SMA
35 tahun
Italia
Ahmad
SMP
32 tahun
Italia
Umar
SD
32 tahun
Italia
Ebot
SMA
15 tahun
Inggris
Adang
SD
32 tahun
Italia
Dedi
SMP
4 tahun
Italia
Kasmir Sugini
SD
32 tahun
Italia
Untung
SMP
2 tahun
Arab
Sunarpi
SD
2 tahun
Inggris
Edi
D3 (tk I)
25 tahun
Italia
Tarmudji
SMP
30 tahun
Italia
Jahirin
SD
5 tahun
Italia
Cahyo
SMP
2 tahun
Arab
Ulwan
SD
25 tahun
Italia
Rizal
SD
32 tahun
Italia
Hasan
SD
32 tahun
Italia
Tasrin
SMP
4 tahun
Italia
Usbar
SD
35 tahun
Italia
andang
SD
2 tahun
Arab
878
Lukman
Berdasarkan hasil data yang telah diolah, menunjukkan bahwa semua pokdarwis
yang bertugas di tempat tujuan Wisata Alam Kekeri Desa Kekeri adalah laki-laki.
Berdasarkan latar belakang pendidikan yang mereka peroleh: 14 orang (56%) tamatan
SD, 7 orang (64%) tamatan SLTP, 3 orang (18%) tamatan SLTA dan 1 orang dan mereka
(9%) pernah mengikuti program D-3 (9%) hal ini seperti pada gambar 4.2. Di samping
melakukan identifikasi mengenai kondisi kemampuan bahasa Inggris pokdarwis,
peneliti juga melakukan identifikasi mengenai masukan lingkungan di wilayah
tempat tinggal pokdarwis. Informasi ini sangat berguna untuk menentukan langkah-
langkah dan strategi dalam melakukan perencanaan dan implementasi program
pelatihan. Informasi mengenai masukan lingkungan tersebut antara tingkat
pendidikan masyarakat, pandangan masyarakat mengenai pendidikan, keberadaan
tradisi atau budaya yang berkembang di masyarakat, dampak budaya tersebut terhadap
pola pikir masyarakat, agama yang dianut oleh masyarakat, dampak agama terhadap
pola pikir masyarakat, dan terakhir adalah rata pencaharian masyarakat beserta
aktifitas yang menyertainya.
Mengenai tingkat pendidikan masyarakat, dari hasil wawancara dapat diketahui
bahwa tingkat pendidikan masyarakat jaman dahulu dengan sekarang sudah jauh
berbeda, jika dahulu sebagian besar hanya lulusan SD tapi saat ini minimal pendidikan anak-
anak mereka adalah SMP bahkan banyak juga yang sampai tingkat SMA. Persepsi
masyarakat mengenai pendidikan pun mengalami perubahan. Saat ini masyarakat sangat
menganggap penting untuk pendidikan khususnya pendidikan formal, sehingga mereka
akan berusaha keras untuk dapat menyekolahkan anak mereka meskipun dalam kondisi
ekonomi yang cukup sulit. Permasalahan juga muncul ketika anak-anak mereka telah
mengenyam pendidikan cukup tinggi dari generasi sebelumnya, ternyata pendidikan tinggi
tidak menjamin mereka dapat langsung bekerja, bahkan banyak di antara mereka hanya
menjadi pengangguran, nongkrong di jalan dan lain sebagainya. Bahkan pergaulan yang
mereka dapatkan dari sekolah telah merubah pola perilaku mereka di masyarakat khususnya
di pedesaan.
Sebagian besar pokdarwis berasal dari daerah luar desa kekekri yang merupakan
daerah di sekitar batu layar senggigi. Menurut keterangan yang diperoleh dari mereka
mengenai tradisi yang berkembang di masyarakat, bahwa acara ritual keagamaan atau ritual
budaya beberapa di antaranya masih dilakukan, namun sifatnya hanya insidental saja tidak
secara rutin dilakukan. Salah satu ritual yang masih dilakukan adalah ruwatan tahunan
kampung, tahlil dan acara lainnya ketika ada acara besar. Dengan semakin berubahnya
jaman, ritual ini memang tidak selalu dilaksanakan, karena generasi yang juga sudah
berganti dimana tradisi ini sifatnya adalah turun temurun. Masyarakat sangat berharap
tradisi ini masih bisa dilestarikan sebagai salah satu media silaturahim di antara warga
masyarakat dan mempererat persatuan di antara warga. Tradisi yang berkembang di
masyarakat termasuk agama, rupanya tidak memberikan dampak apapun terhadap pola
pikir maupun pola hidup masyarakat. Mereka cenderung masyarakat yang cukup
menyeimbangkan antara kebutuhan dunia dan kebutuhan spiritual, sehingga tidak ada yang
dominan dalam mengendalikan pola pikir masyarakat dalam kehidupannya.
Terkait dengan mata pencaharian masyarakat, sebagian besar masyarakat (80%)
bermata pencaharian sebagai pedagang di wilayah objek wisata alam kekeri desa kekeri
kecamatan gunungsari kabupaten Lombok barat, sisanya adalah sebagai petani dan
petemak sapi perah. Informasi di atas sangat berguna untuk menentukan waktu
pelaksanaan pelatihan, baseline kompetensi pelatihan bahasa Inggris dan jenis pendekatan
yang akan digunakan dalam pelatihan. Temuan yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa
sebagai tour guide ternyata mereka tidak mendapatkan setidaknya masih belum
mendapatkan perhatian khusus dari Pemda Lombok barat sebagi pengelola objek wisata
879
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan Terowongan
Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
alam kekeri. Mereka tidak mendapatkan income atau gaji rutin dari instansi tempat mereka
bekerja. Penghasilan mereka berasal dari wisatawan yang datang melalui tour agent sebagi
tip. Jumlah wisatawan yang berkunjung setiap harinya tidak menentu. Para pokdarwis
bertugas setiap hari secara bergiliran dan diatur jadwal penugasan mereka oleh ketua
koordinator mereka.
B.
Model Pelatihan Bahasa Inggris Bagi Pokdarwis
Dalam pelaksanaannya, model pelatihan bahasa Inggris menggunakan model dengan
pendekatan mastery learning bagi pramuwisata yang bertugas di objek wisata alam kekeri
yang mengacu pada dua rujukan utama yaitu ; a) Nadler (1982) dalam bukunya Designing
Training Programs: "The Critical Events Model." Model ini terdiri dan beberapa tahapan
yaitu: 1) identify the need of organization; 2) evaluation and feedback; 3) specify job
performance; 4) identify learner needs; 5) determine objective; 6) build curriculum; 7) select
instructional strategies; 8) obtain instructional resources; 9) conduct training; b) Borg &
Gall (Sugiyono, 2008: 298) tentang tahapan research & development yang terdiri dari
tahapan sebagai berikut: 1) Potensi dan Masalah; Mengumpulkan Informasi; 3)
Pengembangan Model; 4) tidak divalidasi Model.
Kedua rujukan di atas dipadukan dalam sebuah kerangka model awal yang
disesuaikan dengan konteks kebutuan pelatihan bahasa Inggris dengan pendekatan mastery
learning bagi pramuwisata atau pokdarwis untuk meningkatkan mutu layanan
kepariwisataan bagi wisatawan asing dan domestik. Penilaian terhadap kebutuhan pelatihan
suatu organisasi berasal dari dalam maupun dari luar organisasi itu sendiri. Dalam
pembuatan model, penilaian akan kebutuhan pelatihan berasal dari luar organisasi yaitu dan
peneliti sebagai pihak eksternal organisasi yang didasarkan pada hasil identifikasi dan
penilaian kinerja bahasa Inggris pokdarwis. Hasil wawancara dengan pramuwisata yang
bertugas di objek wisata alam kekeri desa kekeri kecamatan gunungsari kabupaten Lombok
barat menunjukkan antara lain bahwa :
a. kemampuan mereka terutama dalam keterampilan mendengarkan dan berbicara bahasa.
Inggris masih kurang,
b. hampir semua pramuwisata atau pokdarwis yang bertugas di objek wisata alam kekeri
desa kekeri kecamatan gunungsari kabupaten lombok barat kurang terbiasa
menggunakan bahasa Inggris yang lebih formal dan lebih halus (sopan),
c. pada urnumnya mereka mengatakan bahwa keterampilan bahasa Inggris yang sangat
dibutuhkan untuk berkomunikasi dengan tamu asing adalah keterampilan berbicara dan
mendengarkan.
Didasarkan pada hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa: 1) proses pembelajaran
bahasa Inggris pokdarwis yang bertugas di objek wisata alam kekeri desa kekeri kecamatan
gunungsari kabupaten Lombok barat berlangsung secara otodidak; 2) peran teman sejawat
(peer-group) lebih sebagai pengajar dan facilitator yang melakukan kegiatan saling
membimbing, membelajarkan, danlatau saling melatih; 3) tidak ada rumusan tujuan
pembelajaran secara khusus, melainkan berdasarkan topik yang dibicarakan antar teman
sesame pramuwisata; 4) tidak pernah ada proses evaluasi secara khusus atas topik yang
dibicarakan. Pramuwisata yang bertugas di objek wisata alam kekeri desa kekeri pada
umumnya masih belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar minimal dalam empat
keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis) dalam bahasa
Inggris secara maksimal.
Dengan mempertimbangkan karakteristik warga belajar, dimana sebagian besar dart
mereka adalah orang dewasa, maka prinsip-prinsip pembelajaran orang dewasa perlu
menjadi perhatian utama dalam strategi pembelajaran pelatihan bahasa Inggris ini. Dari
880
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan Terowongan
Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
pelatihan bahasa Inggris dengan pendekatan mastery learning dalam penelitian irti adalah
seluruh pokdarwis (sebanyak 25 orang). Pelatihan berbahasa Inggris dengan pendekatan 9
jam pelajaran yang dilaksanakan dalam 3 kali pertemuan. Dari 25 peserta pelatihan yang
mengikuti pelatihan selama 3 hari tersebut terdapat 19 orang peserta yang mampu
memenuhi standar ketuntasan belajar 80%, sedangkan sisanya sebanyak 6 orang peserta
pelatihan harus mengikuti program remedial yang dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan,
masing-masing 3 jam pelajaran sehingga secara raihan sekor, keseluruhan peserta pelatihan
mengalami peningkatan yang signifikan. Standar kompetensi yang cukup sulit dituntaskan
oleh peserta pelatihan antara lain pronounciation dan stress, dimana dua kemampuan ini
memiliki peran cukup signifikan dalam melakukan komunikasi verbal antara pramuwisata
atau pokdarwis dengan wisatwan asing.
KESIMPULAN
Kondisi objektif keterampilan berbahasa Inggris pokdarwis yang bertugas di desa wisata
alam kekeri Desa Kekeri Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat dalam
keterampilan empat pokok berbahasa menunjukkan masih memiliki banyak kelemahan.
Pokdarwis tidak terbiasa menggunakan bahasa Inggris formal ketika memberikan pelayanan
kepada wisatawan asing maupun domestik yang menggunakan bahasa Inggris. Model pelatihan
bahasa Inggris dengan pendekatan Mastery learning secara konseptual merupakan model
pelatihan yang berbasis pada kompetensi yang ditandai dengan pembagian beberapa bagian
kompetensi yang menunjang pada satu kompetensi utuh. Model yang dikembangkan tidak
murni berbasis pada behavioristic namun dikolaborasikan dengan humanistic karena
karakteristik peserta pelatihan adalah orang dewasa. Dalam penelitian ini juga belum
menunjukkan hasil, hal ini dikarenakan hasil analisis setiap respon, opini, persepsi dan kesan
wisatawan asing melalui angket evaluasi, pelatihan berbahasa inggris dengan pendekatan
mastery learning belum terbukti karena angket belum dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, F., & Khoiriyah, E. S. (2020). Strategi dan Inovasi Pembelajaran di Masa Pandemi.
Prosiding Seminar Nasional PGSD UST, 1, 14.
Deng, J., Schoenbach, K. H., Buescher, E. S., Hair, P. S., Fox, P. M., & Beebe, S. J. (2003).
The effects of intense submicrosecond electrical pulses on cells. Biophysical Journal,
84(4), 27092714.
Deni, M., & Winarni, S. (2017). Pengaruh pramuwisata dan promosi terhadap kunjungan
wisatawan kota Palembang. Jurnal Manajemen Dan Bisnis Sriwijaya, 15(1), 3948.
Etikan, I., & Bala, K. (2017). Sampling and sampling methods. Biometrics & Biostatistics
International Journal, 5(6), 149.
Hariani, P. P., Wastuti, S. N. Y., Mahdalena, L., & Barus, W. I. (2020). Pemanfaatan e-learning
pada pembelajaran jarak jauh di masa pandemi covid-19. Biblio Couns: Jurnal Kajian
Konseling Dan Pendidikan, 3(2), 4149.
Indiyati, D., Khusnia, H. N., & Chotijah, S. (2020). Optimalisasi Gerakan Sadar Wisata melalui
Produksi Video Promosi Desa Wisata. Jurnal Pengabdian Pada Masyarakat, 5(2), 603
609.
Maduwu, B. (2016). Pentingnya pembelajaran bahasa Inggris di sekolah. Warta
Dharmawangsa, 50.
Minaee, S., Kafieh, R., Sonka, M., Yazdani, S., & Soufi, G. J. (2020). Deep-COVID: Predicting
COVID-19 from chest X-ray images using deep transfer learning. Medical Image
881
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Analisis Kestabilan Batuan Pada Rencana Pembangunan Terowongan
Dengan Elemen Dan (Q System) Di Kota Samarinda
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Analysis, 65, 101794.
Muryadi, A. D. (2017). Model evaluasi program dalam penelitian evaluasi. Jurnal Ilmiah
Penjas (Penelitian, Pendidikan Dan Pengajaran), 3(1).
Mustari, M., & Rahman, M. T. (2012). Pengantar metode penelitian. Laksbang Pressindo.
Rukajat, A. (2018). Teknik Evaluasi Pembelajaran. Deepublish.
Salam, J., & Fadhli, M. (2020). Pengenalan Aplikasi Kebudayaan Aceh Menggunakan
Augmented Reality Pada Pramuwisata Aceh. Journal Of Informatics And Computer
Science, 6(1), 5763.
Sigit Hermawan, S. E., & Amirullah, S. E. (2021). Metode penelitian bisnis: Pendekatan
Kuantitatif & Kualitatif. Media Nusa Creative (MNC Publishing).
Susanthi, I. G. A. A. D. (2020). Kendala dalam belajar bahasa Inggris dan cara mengatasinya.
Linguistic Community Services Journal, 1(2), 6470.
Yantoro, Y., Hariandi, A., Mawahdah, Z., & Muspawi, M. (2021). Inovasi guru dalam
pembelajaran di era pandemi COVID-19. JPPI (Jurnal Penelitian Pendidikan
Indonesia), 7(1), 815.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0