887
Yudan Agung Nugraha, Fauzia Mulyawati, Jessy Sudrajat
PEMILIHAN JALUR LRT DILIHAT DARI ASPEK VOLUME LALU LINTAS
Yudan Agung Nugraha, Fauzia Mulyawati, Jessy Sudrajat
Universitas Langlangbuana Bandung
Email : Dhan_agung@yahoo.co.id, ocidfauzia@gmail.com, jessysudrajat@yahoo.com
Abstrak
Dimana kinerja angkutan umum perkotaan tidak efektif yang menyebabkan waktu tempuh lebih
panjang, sehingga bertumpuk menjadi kemacetan. Solusi yang dikembangkan untuk mengatasi
permasalahan tersebut, Pemerintah Kota Bandung menerapkan sistem transportasi umum berkelanjutan
yang memiliki kapasitas besar (massal) berbasis rel yaitu Kereta Api Light Rail Transit (LRT) dan
terintegrasi dengan moda angkutan lain serta didukung oleh manajemen transportasi yang baik.
Upaya Pemerintah Kota Bandung dalam menangani hal tersebut yaitu dengan merencanakan angkutan
masal berbasis rel yaitu LRT di Koridor ruas jalan babakan Siliwangi. Namun dengan adanya LRT
kinerja jalan mengalami perubahan dan perlu dianalisis untuk mendukung LRT dengan menggunakan
Transport Demand Management. Pada Penelitian ini lokasi studi yang ditinjau berada di Jalan Babakan
Siliwangi yang merupakan jalan pusat Kota Bandung yang mana angkutan moda berbasis LRT dengan
kondisi eksisting Dj> 0,85. Kondisi lalu lintas setelah adanya LRT dilakukan dengan mengurangi
volume lalu lintas dengan nilai probabilitas perpindahan angkutan pribadi ke Light Rail Transit demand
LRT sebesar 20% dan kapasitas jalan berkurang dengan pengurangan lajur untuk LRT yang
mempengaruhi kinerja di ruas jalan yang direncanakan, maka diperoleh Dj>0,85. Untuk memperbaiki
kinerja jalan setelah pembangunan LRT direncanakan dengan menggunakan strategi TDM. Memilih
strategi TDM dengan Analisis Multikriteria diperoleh weighted score yang tertinggi adalah Sistem
Stiker (Area Licensing). Berdasarkan survei telah dilakukan dengan selisih tarif Rp 5.000,- antara tarif
LRT dan tarif TDM menghasilkan nilai Dj <0,85, maka kinerja jalan sudah memenuhi syarat..
Kata kunci: Transport Demand Management, Light Rail Transit, Volume Lalu Lintas, Kapasitas Jalan
Abstract
Where the performance of urban public transportation is not effective which causes longer travel times,
so that it accumulates into congestion. The solution developed to overcome these problems, the Bandung
City Government implements a sustainable public transportation system that has a large (mass) rail-based
capacity, namely the Light Rail Transit (LRT) Train and is integrated with other modes of transportation
and is supported by good transportation management. The Bandung City Government's effort to deal with
this is by planning rail-based mass transportation, namely the LRT in the Babakan Siliwangi Corridor.
However, with the LRT, road performance has changed and needs to be analyzed to support LRT using
Transport Demand Management. In this study, the study location being reviewed is on Jalan Babakan
Siliwangi which is the central road of Bandung City where the LRT-based mode of transportation with
the existing condition Dj> 0.85. Traffic conditions after the LRT is carried out by reducing the traffic
volume with the probability value of moving private transportation to the Light Rail Transit demand LRT
by 20% and the road capacity being reduced by reducing the lanes for the LRT which affects performance
on the planned road section, then we get Dj> 0 ,85. To improve road performance after the construction
of the LRT is planned using the TDM strategy. Selecting the TDM strategy with Multicriteria Analysis
obtained the highest weighted score is the Sticker System (Area Licensing). Based on a survey conducted
with a fare difference of IDR 5,000 between the LRT fare and the TDM fare resulting in a value of Dj <
0.85, then the road performance has met the requirements
Keywords : Transport Demand Management, Light Rail Transit, Traffic Volume, Road Capacity
PENDAHULUAN
Transportasi merupakan kebutuhan turunan (derived demand) akibat adanya aktifitas
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 2, Number 10, Oktober 2022
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
888
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
ekonomi, sosial, budaya dan sebagainya (Syahbandi & Tasri, 2020). Seiring bertumbuhnya
suatu daerah atau kota, baik itu dari segi ekonomi maupun dari jumlah penduduk maka akan
berdampak pada peningkatan pemakaian jasa transportasi termasuk di dalamnya penggunaan
jasa angkutan umum untuk pergerakannya. Dalam kerangka makro ekonomi, transportasi
merupakan tulang punggung perekonomian baik di tingkat nasional, regional maupun lokal,
untuk wilayah perkotaan maupun pedesaan (Rahma et al., 2014) .
Kawasan Metropolitan Bandung Raya merupakan bagian dari kawasan strategis
nasional berdasarkan pertimbangan pertahanan dan keamanan, pertumbuhan ekonomi, sosial
dan budaya, pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi, dan/atau fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup (Nuribadah, 2012). Selain itu, Kota Bandung juga ditetapkan
sebagai Kawasan Andalan Cekungan Bandung, yaitu kawasan yang memiliki nilai strategis
nasional. Nilai strategis nasional yang dimaksud meliputi kemampuan kawasan untuk
memacu pertumbuhan ekonomi kawasan dan wilayah di sekitarnya serta mendorong
pemerataan perkembangan wilayah (Unpas, 2018). Fokus pengembangan kegiatan utama
Kota Bandung dalam wilayah pengembangan ini adalah perdagangan dan jasa, industri kreatif
dan high-tech, pariwisata, dan transportasi (Sri Adiningsih, 2019).
Pertumbuhan ekonomi dan penduduk serta tuntutan peran Kota Bandung sebagai
Kawasan Strategis Nasional menuntut pembangunan sistem transportasi perkotaan
(Nurmandi, 2022). Salah satu sistem transportasi yang dikembangkan adalah sistem
transportasi massal berbasis rel (Widiyanti, 2017). Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 45
Tahun 2018 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, terdapat 8
(delapan) jalur yang akan dibangun sebagai Perkeretaapian Perkotaan Bandung Raya. Jalur
tersebut adalah Leuwipanjang Gedebage - Jatinangor, Leuwipanjang Cimahi Padalarang
-Walini, Leuwipanjang - Soreang, Babakan Siliwangi - Leuwipanjang, Cimindi Gedebage,
Gedebage - Tegalluar - Majalaya, Martadinata - Banjaran, dan Babakan Siliwangi - Lembang
- Maribaya.
Pada tahun 2020, Bappenas melalui dana bantuan The World Bank, menyusun Kajian
Mobilitas Perkotaan (Urban Mobility Plan/UMP). Berdasarkan kajian tersebut dihasilkan
prioritas pengembangan angkutaan umum massal di wilayah Mertopolitan Bandung
Cekungan Bandung. Salah satu prioritas yang menjadi kewenangan provinsi adalah
pembangunan perkeretaapian perkotaaan (Light Rail Transit/LRT) untuk koridor (Anisah et
al., 2020) (Sari, 2021).
Kondisi saat ini keadaan lalu lintas yang ada di Kota Bandung kurang memungkinkan,
karena terjadi peningkatan waktu perjalanan akibat volume lalu lintas yang melebihi kapasitas
jalan, sehingga mengurangi kecepatan waktu tempuh, begitupula untuk pengguna angkutan
para penumpang Kereta Api Cepat BandungJakarta, belum ada jalur alternatif sebagai sarana
pelayanan (Sadono, 2017).
Penelitian terkait dengan pembangunan perkeretaapian LRT yang sudah dilaksanakan
adalah perekeretaapian LRT di Kota Palembang pembahasan kepada Modelnya, yaitu Model
Prediksi Bangkitan Dan Tarikan Di Sekitar Stasiun Lrt (Studi Kasus Stasiun Lrt Seberang
Ilir), bukan kepada Pemilihan Jalur LRTnya dengan demikian tentunya hal yang berbeda
dengan penelitaian yang dibuat (Aditya Wahyu Saputra, 2021). Berdasarkan pertimbangan
tersebut maka perlu kajian secara akademis dengan membuat studi pemilihan jalur
perkeretaapian untuk metropolitan Bandung Raya (Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Kabupaten Bandung Barat, Kab. Sumedang, Kota Cimahi), dengan profil sebagai berikut :
889
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Gambar1. Profil Cekungan Bandung Raya
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat,2021
Penyunsuan Penelitian dalam Perencanaan Perkeretaapian Metropolitan Bandung Raya
(MBR) dengan menggunakan LRT adalah untuk mendukung sebagai feeder kereta api cepat
Jakarta Bandung KCJB perkeretaapian diwilayah metro bandung raya (Kota Bandung,
Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kab. Sumedang), terutama penetapan trase
jalur kereta api yang terintegrasi.
METODE PENELITIAN
Metodologi yang dipakai pada penelitian ini adalah metoda deskriptif analitis dan
kuantitatif (Anggito & Setiawan, 2018). Dengan survei di lapangan dapat dikumpulkan data-
data primer yang dibutuhkan. Data primer yaitu data yang didapatkan dari pengamatan dan
wawancara secara langsung dengan pihak pihak yang terkait di wilayah studi. Survei yang
dilakukan meliputi : Data Primer yang dibutuhkan untuk LRT di koridor Babakan Siliwangi
Leuwipanjang - Tegalluar, dengan melakukan pengamatan langsung existing dilapangan
sbb:
1. Data Geometrik Jalan
a. Lokasi : Ruas Jalan Babakan Siliwangi Kota Bandung
b. Tujuan : Mengerahui Akses Jalan, mengetahui tata guna lahan, mengetahui dimensi
jalan.
2. Data LHR
a. Sumber : Survey langsung dilapangan
b. Fungsi : Mengetahui LHR, Kapasitas, menentukan Volume Jalan dan derajat
kejenuhan
c. Data Penetapan Peringkat Kriteria TDM
d. Sumber : Pakar Transportasi, Akademisi, Praktisi;
e. Fungsi :Untuk mengetahui tingkat kepentingan tiap kriteria yang diajukan;
3. Data Kuisioner
a. Sumber : Masyarakat yang berada disekitar Jalan tsb
b. Fungsi : Home Interview, untuk mengetaui sejauh mana masyarakat yang akan pindah
ke LRT
Analisa hasil pengolahan data dilakukan berdasarkan data yang dibutuhkan, sehingga
diperoleh analisis pemecahan masalah yang efektif dan terarah. Setelah pengolahan data,
maka dilakukan analisis data sebagai berikut (Istiqomah & Indarini, 2021) :
1. Analisis kinerja jalan sebelum adanya LRT (standart yang digunakan Kapasitas Jalan
Perkotaan), terdiri dari :
a. Volume lalu-lintas;
890
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
b. Kapasitas Ruas Jalan;
c. Derajat kejenuhan
d. Kinerja Jalan
2. Analisis Kinerja Jalan Setelah Adanya LRT
Kapasitas ruas jalan menjadi berkurang, dimana satu lajur digunakan untuk lajur
LRT. Pada lebar lajur LRT tergantung jenis perencanaan LRT yang digunakan karena lebar
LRT setiap tipe ada yang berbeda. Lebar LRT dalam perencanaan dipilih yang tersempit
dan terlebar untuk yang dianalisis (Bintari & Pandiangan, 2016). Kemudian pada tepi halte
LRT juga dihitung kapasitasnya karena akan mempengaruhi kinerja pada lajur kendaraan.
Tidak hanya kapasitas yang berkurang setelah adanya LRT, namun volume lalu lintas juga
ikut berkurang. Pengurangan volume lalu lintas akibat demand LRT yang mana nilai
probabilitasnya adalah 20% menurut Zuhri Muhis (ISMANTO, 2021). Volume lalu lintas
yang berkurang jenis kendaraan sepeda motor dan mobil. Perbandingan antara kapasitas
jalan dan volume lalu lintas akan mendapatkan nilai Derajat Kejenuhan (DJ), sesuai dengan
persyaratan Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia apakah kinerja jalan tersebut memenuhi
syarat atau tidak.
Gambar 2 Skema Penyelesaian Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pemilihan Rute LRT
Pemilihan Jalur Angkutan Masal berbasis Rel Low Rapid Transit (LRT) di wilayah
Metropolitan Bandung Raya khusunya di Kota Bandung, sebagaimana dilihat pada peta
pemilihan jalur yang terdiri dari 3 (tiga) rute pilihan (gambar 3), sebagai berikut :
a. Rute LRT-1
Jalur Angkutan masal berbasis rel LRT-1 melintasi 9 (Sembilan) Ruas Jalan (Jl.
891
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Tegalluar-Jl.Gedebage-Jl. Soekarno Hatta- Jl.Leuwi panjang- Jl.Astana anyar- Jl.Astana
anyar- Jl.Oto Iskandardinata- Jl.Wastu kencana- Jl. Cihampelas- Jl. Babakan Siliwangi)
dengan panjang lintasan 29,4 Km.
b. Rute LRT-2
Jalur Angkutan masal berbasis rel LRT-2 melintasi 10 (sepuluh) Ruas Jalan
(Jl.Tegal Luar- Jl. Gedebage- Jl. Rumah Sakit- Jl. Ujungberung- Jl. AH Nasution- Jl.
PHH Mustopa- Jl. Pahlawan- Jl. Cikutra Barat- Jl. Tubagus Ismail-Jl. Jl. Babakan
Siliwangi) dengan panjang lintasan 30,7 Km.
c. Rute LRT-3
Jalur Angkutan masal berbasis rel LRT-3 melintasi 9 (Sembilan) Ruas Jalan
(Jl.Tegal Luar- Jl. Gedebage- Jl. Rumah Sakit- Jl. Ujungberung- Jl. AH Nasution- Jl.
PHH Mustopa- Jl. Surapati- Jl. Cihampelas- Jl. Babakan Siliwangi) dengan panjang
lintasan 31 Km.
Gambar. 3 Pemilihan Rute LRT
Sumber : Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat
B. Jalur Pemilihan Rute LRT-1
Tabel 1 Rekapitulasi LHR Kondisi Hari Kerja Rute -1 (Hari Kerja / Senin)
Ruas Jalan
Hari Kerja/Senin (kend/hari)
JUMLAH
MOBIL
ANGKOT
BUS
TRUK
MOTOR
KENDARAAN
Jl.Tegal Luar
1161
956
0
319
14410
16846
Jl.Gedebage
4516
618
109
2097
13688
21028
Jl.Soekarno hata
41465
3349
785
1135
45011
91745
892
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Jl.Leuwi panjang
6562
1619
407
1521
28153
38262
Jl.Astana anyar
8066
2162
786
603
28760
40377
Jl.Oto Iskandardinata
8405
2165
707
546
26090
37913
Jl.Wastu kencana
7796
159
184
1213
17119
26471
Jl. Cihampelas
15846
503
78
734
15811
32972
Jl. Babakan Siliwangi
6616
352
24
298
15779
23069
TOTAL JUMLAH
100433
11883
3080
8466
204821
328683
Sumber : Dishub Kota Bandung dan Analisis
Hasil analisis LHR pada lintasan pemilihan Rute LRT-1 sebagaimana tabel tersebut
diatas penelitiaan pada kondisi hari kerja (hari Senin) didominasi oleh kendaraan
beromotor (roda dua) dengan jumlah kendaraan sebesar 20.4821 kendaraan, serta LHR
terbesar di ruas jalan Soekarno Hatta dengan jumlah kendaraan sebesar 91.745 kendaraan.
Analisis laju Harian rata rata kendaraan bermotor pada masa hari kerja dapat dilihat pada
tabel 2 Tabel 2 Rekapitulasi LHR Kondisi Hari Libur Rute -1 (Akhir pekan)
Ruas Jalan
Akhir pecan (kend/hari)
JUMLAH
MOBIL
ANGKOT
BUS
TRUK
MOTOR
KENDARAAN
Jl.Tegal Luar
1097
1025
0
917
9465
12504
Jl.Gedebage
4713
430
106
1087
15421
21757
Jl.Soekarno hata
14652
2266
443
529
21365
39255
Jl.Leuwi panjang
4202
1373
194
1093
14124
20986
Jl.Astana anyar
8982
1082
286
472
16446
27268
Jl.Oto Iskandardinata
7916
1235
359
351
17662
27523
Jl.Wastu kencana
7436
96
198
750
13185
21665
Jl. Cihampelas
12171
463
168
655
12309
25766
Jl. Babakan Siliwangi
7655
511
52
318
16542
25078
TOTAL JUMLAH
68824
8481
1806
6172
136519
221802
Sumber : Dishub Kota Bandung dan Analisis
Hasil analisis LHR pada lintasan pemilihan Rute LRT-1 sebagaimana tabel 4.65,
penelitiaan pada kondisi hari libur akhir pekan didominasi oleh kendaraan beromotor (roda
dua) dengan jumlah kendaraaan 136.519.Kendaraan , serta LHR terbesar di ruas jalan
Soekarno Hatta dengan jumlah kendaraan 39.255 kendaraan
Tabel. 3 Jumlah Kendaraan Per Ruas Jalan Hari kerja dan Akhir Pekan Rute-1
Sumber : Hasil Analisis
NO.
Ruas Jalan
JML KEND
JML KEND
Hari Kerja
Akhir Pekan
1
Jl.Tegal Luar
16846
12504
2
Jl.Gedebage
21028
21757
3
Jl.Soekarno hata
91745
39255
4
Jl.Leuwi panjang
38262
20986
5
Jl.Astana anyar
40377
27268
6
Jl.Oto Iskandardinata
37913
27523
7
Jl.Wastu kencana
26471
21665
8
Jl. Cihampelas
32972
25766
9
Jl. Babakan Siliwangi
23069
25078
TOTAL
328683
221802
893
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Gambar 4. Perbandingan LHR Hari Kerja dan Akhir Pekan Rute 1
Sumber : Hasil Analisis
C. Jalur Pemilihan Rute LRT-2
Jalur Pemilihan Rute LRT-2 merupakan lintasan trase Kereta Api Low Rapid Transit
sebagai alternatif pilihan koridor kedua, sebagai berikut :
Gambar 5. Jalur Rute LRT-2
Sumber : Hasil Analisis
Hasil analisis LHR pada lintasan pemilihan Rute LRT-2 sebagaimana tabel tersebut
diatas penelitiaan pada kondisi hari kerja (hari Senin) didominasi oleh kendaraan beromotor
(roda dua) sebanyak 19.6142 kendaraan , serta LHR terbesar di ruas jalan Rumah
Sakit.sebanyak 65.265 kendaraan. Analisis laju Harian rata rata kendaraan bermotor pada
masa hari kerja dapat dilihat pada tabel 5
Tabel 4. Rekapitulasi LHR Kondisi Hari Libur Rute -2 (Akhir Pekan)
NO.
Ruas Jalan
Akhir Pekan (kend/hari)
JUMLAH
MOBIL
ANGKOT
BUS
TRUK
MOTOR
KENDARAAN
1
Jl.Tegal Luar
1097
1025
0
917
9465
12504
0
20000
40000
60000
80000
100000
Perbandingan Jumlah Kendaraan
Perruas Jalan Hari Kerja Dan Akhir
Pekan Pada Rute 1
Hari Kerja Akhir Pekan
894
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
2
Jl. Gedebage
4713
430
106
1087
15421
21757
3
Jl. Rumah Sakit
18867
1109
1295
1635
22920
45826
4
Jl. Ujungberung
11250
2542
591
545
24859
39787
5
Jl. AH Nasution
9680
2042
481
450
23935
36588
6
Jl. PHH Mustopa
9051
990
308
448
8650
19447
7
Jl. Pahlawan
9391
37
33
139
13839
23439
8
Jl. Cikutra Barat
7655
378
42
31
11504
19610
9
Jl. Tubagus Ismail
7543
371
36
29
11407
19386
10
Jl. Babakan Siliwangi
7655
511
52
318
16542
25078
TOTAL JUMLAH
86902
9435
2944
5599
158542
263422
Sumber : Dishub Kota Bandung dan Analisis
Hasil analisis LHR pada lintasan pemilihan Rute LRT-2 sebagaimana pada tabel 4.68,
pada kondisi hari libur akhir pekan didominasi oleh kendaraan beromotor (roda dua)
sebanyak 15.8542 kendaraan, serta LHR terbesar di ruas jalan Rumah Sakit sebanyak
45.826 kendaraan.
Tabel 5 Jumlah Kendaraan Per Ruas Jalan Hari Kerja dan Akhir Pekan Rute-2
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 6 Perbandingan LHR Hari Kerja dan Akhir Pekan Rute 2
Sumber : Hasil Analisis
D. Jalur Pemilihan Rute LRT-3
Jalur Pemilihan Rute LRT-3 merupakan lintasan trase Kereta Api Low Rapid Transit
sebagai alternative pilihan koridor ketiga, sebagai berikut :
0
20000
40000
60000
80000
Perbandingan Jumlah Kendaraan Perruas
Jalan Hari Kerja Dan Akhir Pekan Pada
Rute 2
Hari Kerja Akhir Pekan
NO.
Ruas Jalan
JML KEND
JML KEND
Hari Kerja
Akhir Pekan
1
Jl.Tegal Luar
16846
12504
2
Jl. Gedebage
21028
21757
3
Jl. Rumah Sakit
65265
45826
4
Jl. Ujungberung
48768
39787
5
Jl. AH Nasution
47594
36588
6
Jl. PHH Mustopa
41859
19447
7
Jl. Pahlawan
18670
23439
8
Jl. Cikutra Barat
19484
19610
9
Jl. Tubagus Ismail
19389
19386
10
Jl. Babakan Siliwangi
23069
25078
TOTAL
321972
263422
895
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Gambar 7. Jalur Rute LRT-3
Sumber : Hasil Analisis
Analisis laju harian rata rata kendaraan bermotor pada masa hari kerja dapat dilihat
pada tabel 6. Rekapitulasi LHR Kondisi Hari Libur Rute -3 Hari Kerja
Tabel 6 Rekapitulasi LHR Kondisi Hari Kerja Rute -3 Hari Kerja / Senin
Ruas Jalan
Hari Kerja (kend/hari)
JUMLAH
MOBIL
ANGKOT
BUS
TRUK
MOTOR
KENDARAAN
Jl.Tegal Luar
1161
956
0
319
14410
16846
Jl. Gedebage
4516
618
109
2097
13688
21028
Jl. Rumah Sakit
26160
2417
1848
2288
32552
65265
Jl. Ujungberung
13255
2011
544
448
32510
48768
Jl. AH Nasution
12667
1958
486
443
32040
47594
Jl. PHH Mustopa
18076
1080
360
396
21947
41859
Jl. Surapati
19076
1218
302
271
24053
44920
Jl. Cihampelas
15846
503
78
734
15811
32972
Jl. Babakan Siliwangi
6616
352
24
298
15779
23069
TOTAL JUMLAH
117373
11113
3751
7294
202790
342321
Sumber : Dishub Kota Bandung dan Analisis
Hasil analisis LHR pada lintasan pemilihan Rute LRT-3 sebagaimana tabel tersebut
diatas penelitiaan pada kondisi hari kerja potensi dominasi kendaraan oleh kendaraan
beromotor (roda dua) sebanyak 202790 kendaraan, serta LHR terbesar di ruas jalan Rumah
Sakit sebanyak 45.826 kendaraan. Analisis laju harian rata rata kendaraan bermotor pada
masa Akhir Pekan dapat dilihat pada tabel 7. Rekapitulasi LHR Kondisi Hari Libur Rute -3
(Akhir Pekan)
896
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Tabel 7 Rekapitulasi LHR Kondisi Hari Libur Rute -3 (Akhir Pekan)
Ruas Jalan
Akhir Pekan (kend/hari)
JUMLAH
MOBIL
ANGKOT
BUS
TRUK
MOTOR
KENDARAAN
Jl.Tegal Luar
1097
1025
0
917
9465
12504
Jl. Gedebage
4713
430
106
1087
15421
21757
Jl. Rumah Sakit
18867
1109
1295
1635
22920
45826
Jl. Ujungberung
11250
2542
591
545
24859
39787
Jl. AH Nasution
9680
2042
481
450
23935
36588
Jl. PHH Mustopa
9051
990
308
448
8650
19447
Jl. Surapati
6386
1125
187
329
6924
14951
Jl. Cihampelas
12171
463
168
655
12309
25766
Jl. Babakan Siliwangi
7655
511
52
318
16542
25078
TOTAL JUMLAH
80870
10237
3188
6384
141025
241704
Sumber : Dishub Kota Bandung dan Analisis
Hasil analisis LHR pada lintasan pemilihan Rute LRT-3 sebagaimana tabel tersebut
diatas penelitiaan pada kondisi Akhir Pekan potensi dominasi kendaraan oleh kendaraan
beromotor (roda dua) 241704 kendaraan, serta LHR terbesar di ruas jalan Ujung Berung
sebanyak 24859 kendaraan.
Tabel 8 Jumlah Kendaraan Per Ruas Jalan Hari Kerja dan Akhir Pekan Rute-3
NO.
Ruas Jalan
JML KEND
JML KEND
Hari Kerja
Akhir Pekan
1
Jl.Tegal Luar
16846
12504
2
Jl. Gedebage
21028
21757
3
Jl. Rumah Sakit
65265
45826
4
Jl. Ujungberung
48768
39787
5
Jl. AH Nasution
47594
36588
6
Jl. PHH Mustopa
41859
19447
7
Jl. Surapati
44920
14951
8
Jl. Cihampelas
32972
25766
9
Jl. Babakan Siliwangi
23069
25078
TOTAL
342321
241704
Sumber : Dishub Kota Bandung dan Analisis
Gambar 8 Perbandingan LHR Hari Kerja dan akhir Pekan Rute 3
E. Analisis Jalur Pemilihan Rute LRT-1, LRT-2 dan LRT-3
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
70000
Perbandingan Jumlah Kendaraan Perruas Jalan Hari
Kerja Dan Akhir Pekan Pada Rute 3
Hari Kerja Akhir Pekan
897
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Analisis Jalur Pemilihan Rute Angkutan masal berbasis Rel LRT di Wilayah Bandung
Metropolitan Bandung Raya khususnya di Kota Bandung dilihat dari LHR Hari Kerja dan
Akhir Pekan, sebagai berikut:
Tabel 9 Rekapitulasi Kendaraan Bermotor Per Rute Hari Kerja
No
Alternatif
Panjang
Volume Kendaraan Lhr Hari Kerja (Kend/Hari)
Jumlah
Jalan (Km)
Mobil
Angkot
Bus
Truk
Motor
Kendaraan
1
Rute-1
29,4
100433
11883
3080
8466
204821
328683
2
Rute-2
30,7
105766
9968
3475
6621
196142
321972
3
Rute-3
31
117373
11113
3751
7294
202790
342321
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 9 Perbandingan Jumlah Kendaraan Per Rute Hari Kerja
Tabel 10 Rekapitulasi Kendaraan Bermotor Per Rute Akhir Pekan
N
o
Alternati
f
Panjang
Volume Kendaraan Lhr Akhir Pekan
(Kend/Hari)
Jumlah
Jalan
(Km)
Mobil
Angkot
Bus
Truk
Motor
Kendaraa
n
1
Rute-1
29,4
68824
8481
1806
6172
136519
221802
2
Rute-2
30,7
86902
9435
2944
5599
158542
263422
3
Rute-3
31
80870
10237
3188
6384
141025
241704
Sumber : Hasil Analisis
33%
32%
35%
Perbandingan Jumlah Kendaraan Per Rute
(Hari Kerja)
1 2 3
898
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Gambar 10 Perbandingan Jumlah Kendaraan Per Rute Akhir Pekan
Sumber : Hasil Analisis
Tabel 11 Rekapitulasi Kendaraan Bermotor Per Rute Hari Kerja dan Akhir Pekan
No
Alternatif
Jml Kend
Jml Kend
Hari Kerja
Akhir Pekan
1
Rute-1
328683
221802
2
Rute-2
321972
263422
3
Rute-3
342321
241704
Sumber : Hasil Analisis
Gambar 11 Perbandingan Jumlah Kendaraan Per Rute Hari Kerja dan Akhir Pekan
Sumber : Hasil Analisis
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan di atas, untuk Mendukung LRT Kereta Api
dalam Kota Bandung di Jalan Siliwangi dapat ditarik kesimpulan yaitu dengan pemilihan moda
berbasis LRT dapat mengurangi volume lalu lintas dan kapasita jalan tambahkan point no 6.
Dari hasil perhitungan analisis Derajat Kejenuhan (Dj) pada kondisi sebelum pembangunan
jalur LRT diperoleh nilai Dj adalah 0,95 dan 1,07. Berdasarkan Kapasitas Jalan Perkotaan
persyaratan teknis jalan menetapkan jika Dj lebih dari 0,85, maka segmen jalan tersebut perlu
dipertimbangkan tingkat kapasitasnya.
31%
36%
33%
Perbandingan Jumlah Kendaraan Per Rute
(Akhir Pekan)
1 2 3
0
100000
200000
300000
400000
Rute-1 Rute-2 Rute-3
Perbandingan Jumlah Kendaraan Hari Kerja
Dan Akhir Pekan
Hari Kerja Akhir Pekan
899
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Derajat kejenuhan di Jalan Siliwangi setelah adanya LRT dengan pengurangan volume
lalu lintas 20% akibat demand LRT dan kapasitas jalan berubah akibat satu lajur jalan
digunakan untuk jalur LRT. Dari hasil perhitungan nilai Dj lebih dari 0,85 maka segmen jalan
tersebut perlu dipertimbangkan tingkat kapasitasnya. Berdasarkan Analisis Multikriteria
dengan beberapa kriteria mempunyai bobot yang ditentukan oleh tim pakar dalam pemilihan
strategi TDM, weighted score yang tertinggi adalah Sistem Stiker (Area Licensing). Meskipun
mempunyai kelemahan, akan tetapi dapat diterapkan untuk Strategi TDM. Berdasarkan hasil
survei ke responden mendapatkan prosentase yang berpindah ke LRT dengan menggunakan
tarif TDM minimum dengan kinerja jalan yang baik diperoleh untuk kondisi tarif LRT Rp
5.000,- pengguna mobil sebesar 57% dan pengguna sepeda motor sebesar 56%. Sedangkan
untuk kondisi tarif LRT Rp 10.000,- pengguna mobil sebesar 53% dan pengguna sepeda motor
sebesar 51%. Dimulai selisih tarif terendah antara tarif LRT dan tarif akibat TDM, yaitu Rp
0,-pada perhitungan nilai Dj ada jalur sepeda mempunyai nilai Dj lebih dari 0,85 kinerja jalan
masih jelek. Kemudian dengan selisih tarif antara tarif LRT dan tarif akibat TDM, yaitu Rp
5.000,- nilai Dj kurang dari 0,85 maka kinerja segmen jalan tersebut sudah baik. Sehingga
harga stiker Rp 3.650.000,- apabila tarif LRT Rp 5.000,- dan Tarif TDM Rp 10.000,-.
Sedangkan harga stiker Rp 5.475.000,- apabila tarif LRT Rp 10.000,- dan Tarif TDM Rp
15.000,- yang berlaku dalam kurun waktu satu tahun
DAFTAR PUSTAKA
Aditya Wahyu Saputra, A. W. S. (2021). Evaluasi Integrasi Moda Kereta Api Ringan (Lrt)
Dengan Transmusi Dan Damri Di Kota Palembang. Politeknik Transportasi Darat
Indonesia-Sttd.
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cv Jejak (Jejak
Publisher).
Anisah, S., Utoyo, B., & Kustiani, I. (2020). Analisis Persepsi Pengguna Layanan Transportasi
Lrt Kota Palembang. Jurnal Tekno Global, 9(1).
Bintari, A., & Pandiangan, L. H. S. (2016). Formulasi Kebijakan Pemerintah Tentang
Pembentukan Badan Usaha Milik Daerah (Bumd) Perseroan Terbatas (Pt) Mass Rapid
Transit (Mrt) Jakarta Di Provinsi Dki Jakarta. Cosmogov. Jurnal Ilmu Pemerintahan
Issn, 2442, 5958.
Ismanto, A. (2021). Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal Untuk Peningkatan Pelayanan Lalu
Lintas: Studi Kasus Simpang Patangpuluhan, Yogyakarta.
Istiqomah, J. Y. N., & Indarini, E. (2021). Meta Analisis Efektivitas Model Problem Based
Learning Dan Problem Posing Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Sekolah
Dasar Pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika,
5(1), 670681.
Nuribadah, N. (2012). Implementasi Kebijakan Dan Strategi Pelestarian Kawasan Ekosistem
Leuser Provinsi Aceh Sebagai Kawasan Strategis Nasional. Kanun Jurnal Ilmu Hukum,
14(3), 465484.
Nurmandi, A. (2022). Manajemen Perkotaan. Bumi Aksara.
Rahma, S., Wijayanti, D. A., Ismiyati, I., & Purwanto, D. (2014). Penyediaan Transportasi
Umum Masa Depan Di Kota Semarang. Jurnal Karya Teknik Sipil, 3(1), 154166.
Sadono, S. (2017). Budaya Disiplin Dalam Berlalu Lintas Kendaraan Roda Dua Di Kota
Bandung.
Sari, P. N. (2021). Analisis Persepsi Pengguna Layanan Transportasi Lrt Kota Palembang.
021008 Universitas Tridinanti Palembang.
900
Efthariena, Lestari, Ferry Ferdiansyah, Adinda Arifah, Khanivah
Pemilihan Jalur Lrt Dilihat Dari Aspek Volume Lalu Lintas
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Sri Adiningsih, S. E. (2019). Transformasi Ekonomi Berbasis Digital Di Indonesia: Lahirnya
Tren Baru Teknologi, Bisnis, Ekonomi, Dan Kebijakan Di Indonesia. Gramedia Pustaka
Utama.
Syahbandi, M. S., & Tasri, E. S. (2020). Pengaruh Kehadiran Transportasi Online Terhadap
Pendapatan Transportasi Konvensional Dikota Padang. Abstract Of Undergraduate
Research, Faculty Of Economics, Bung Hatta University, 17(3).
Unpas, D. F. E. B. (2018). Laporan Akhir Kajian Potensi Pajak Air Tanah Kota Bandung.
Dekanat Feb Unpas.
Widiyanti, D. (2017). Pengembangan Feeder Transportasi Massal Di Kota Medan. Jurnal
Transportasi Multimoda, 13(3), 107120.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0
International License