Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH) Volume 3 ,
Number 3 , Maret �2023
MANAJEMEN
RISIKO PADA PEKERJAAN BETON PROYEK PEMBANGUNAN BENDUNGAN JLANTAH Sekar Arum Pratiwi, Budi Priyanto Universitas
Muhammadiyah Surakarta |
|
|
Abstrak Pekerjaan konstruksi adalah salah satu pekerjaan dengan risiko yang besar karena dapat memicu kegagalan proyek. Proyek pembangunan Bendungan Jlantah juga tidak luput
dari risiko khususnya pada pekerjaan beton. Pekerjaan beton dilaksanakan pada lokasi dan waktu
pengerjaan yang berbeda-beda
sehingga membutuhkan penanganan risiko masing-masing. Risiko dapat berpengaruh pada kualitas bangunan yang dihasilkan hingga memunculkan keterlambatan yang menyebabkan penambahan waktu dan anggaran biaya. Dalam menghindari keterlambatan pekerjaan beton, maka perlu dilakukan
identifikasi faktor risiko pekerjaan beton. Dengan menggunakan metode kualitatif yang diperoleh melalui proses wawancara maupun observasi di lokasi penelitian didapatkan beberapa faktor risiko pekerjaan beton yaitu kurangnya ketersediaan peralatan, keterlambatan kedatangan
material, material yang akan digunakan
tidak memenuhi spesifikasi, kerusakan alat saat persiapan
pengecoran maupun saat pengecoran berlangsung, cuaca, dan produk beton
mengalami keretakan permukaan. Sedangkan metode studi literatur digunakan untuk mengetahui faktor risiko apa saja yang mungkin terjadi pada pekerjaan beton pada pelaksanaan
proyek konstruksi. Dalam menghindari keterlambatan pekerjaan beton, maka perlu
dilakukan identifikasi manajemen risiko dengan adanya pengendalian dari faktor risiko. Kata kunci: Keterlambatan, Manajemen, Pekerjaan Beton, Risiko. Abstract Construction
work is one of the jobs with great risk because it can trigger project
failure. The Jlantah Dam construction project is
also not immune from risks, especially in concrete work. Concrete work is
carried out at different locations and work times so that it requires
handling the respective risks. Risks can affect the quality of the resulting
buildings causing delays that cause additional time and budget costs. In
avoiding delays in concrete work, it is necessary to identify risk factors for
concrete work. By using qualitative methods obtained through interviews and
observations at the research location, several risk factors for concrete work
were obtained, namely the lack of availability of equipment, delays in the
arrival of materials, the material to be used does not meet specifications,
equipment damage during the preparation of casting and when casting takes
place, weather, and concrete products experience surface cracks. While the
literature study method is used to determine what risk factors may occur in
concrete work during construction projects. In avoiding delays in concrete
work, it is necessary to identify risk management with the control of risk
factors. Keywords: Delay, Management, Concrete Work, Risk. |
Pekerjaan konstruksi adalah salah satu
pekerjaan dengan risiko yang besar. Hal ini disebabkan karena mengingat besarnya bobot pekerjaan serta membutuhkan kerjasama yang baik dengan pihak
yang terlibat dalam mencapai keberhasilan suatu proyek dan� pekerjaan yang dilakukan cukup kompleks (Malik, 2010). Aspek yang harus diperhatikan untuk memenuhi target proyek, yaitu biaya,
mutu, dan waktu (Setiawan et al., 2019)vv. Aspek tersebut mengacu pada rencana proyek
konstruksi yang sudah ditetapkan di awal. Namun, pada pelaksanaan
sebuah proyek konstruksi, banyak risiko yang dapat memicu kegagalan proyek.
Risiko adalah faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi pencapaian rencana sehingga terjadi konsekuensi yang tidak diinginkan.� Risiko yang dapat memicu kegagalan proyek berasal dari risiko internal dan risiko eksternal
yang mempengaruhi baik dari segi kualitas
maupun kuantitas. Proyek pembangunan Bendungan Jlantah mulai dikerjakan pada bulan Juli
2019 dan ditargetkan selesai pada bulan
Desember 2023 juga tidak luput dari
risiko khususnya pada pekerjaan beton. Kemungkinan risiko yang terjadi adalah kualitas material yang akan digunakan untuk campuran maupun kualitas beton yang dihasilkan hingga keterlambatan yang menyebabkan penambahan waktu dan anggaran
biaya proyek yang disebabkan oleh beberapa faktor risiko pekerjaan.
Beberapa peniliti terdahulu telah melakukan analisis manajemen risiko untuk mengetahui risiko serta bagaimana
penggelolaannya. Uguy &
Karundeng melakukan penelitian untuk menganalisis faktor penyebab keterlambatan pekerjaan pengecoran dengan menyebutkan 6 (enam) faktor penyebab
keterlambatan yang diperoleh
dari hasil wawancara dan solusi
secara umum. Studi lain oleh Limanto dilakukan dengan mengidentifikasi dan memberikan evaluasi mengenai penerapan manajemen risiko pada perusahaan
beton siap pakai. Priyanto & Yuliansyah� melakukan penelitian terhadap faktor risiko secara
umum yang menyebabkan terjadinya pembekakan biaya pada proyek
pembangunan apartemen. Rujukan� melakukan investigasi tingkatan � tingkatan risiko pada proyek pembangunan
diperoleh 92,3% termasuk ke dalam high risk.
Pada dunia konstruksi,
beton merupakan bahan material yang banyak digunakan karena beberapa keunggulan yang dimiliki. Sehingga pada pekerjaan beton dapat menimbulkan
ketidakpastian yang pada akhirnya akan memunculkan
berbagai macam risiko. Pekerjaan beton pada proyek
pembangunan Bendungan Jlantah dilaksanakan pada lokasi struktur
dan waktu pengerjaan yang berbeda-beda sehingga membutuhkan penanganan risiko masing-masing. Peneliti beranggapan bahwa untuk mengelola dampak dari masing-masing
risiko tersebut perlu dilakukan suatu strategi. Manajemen risiko dapat mengurangi dampak yang merugikan untuk proyek konstruksi,
sehingga kerugian yang terjadi masih dalam
batas yang dapat diterima.
Berdasarkan latar belakang
di atas, maka perlu dilakukan manajemen risiko yang terjadi pada pekerjaan
beton di proyek Bendungan Jlantah. Dari hasil tersebut dapat diketahui bagaimana cara pengelolaan risiko atau solusi yang bisa dilakukan pada pekerjaan beton sehingga diharapkan dapat menghasilkan mutu beton yang sesuai dengan spesifikasi hingga dapat meminimalisir
keterlambatan dan penambahan biaya proyek. Dalam studi
ini dilakukan identifikasi mengenai faktor risiko yang kemudian dikembangkan dengan menjelaskan penyebab serta akibat dari masing-masing
risiko sehingga dapat diketahui solusi dari risiko
tersebut..
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kasus untuk mengidentifikasi faktor risiko dan pengelolaan atau
pengendalian dari risiko - risiko yang terjadi pada pekerjaan beton proyek
pembangunan Bendungan Jlantah. Secara ringkas,
metode penelitian ini dapat dilihat dari gambar 1 berikut yang merupakan bagan
alir penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
kualitatif. Pengambilan data yang digunakan terdiri dari 2 macam yaitu data primer diperoleh penulis melalui observasi langsung di
lokasi dan hasil wawancara dengan narasumber pihak-pihak yang terlibat pada
pekerjaan beton proyek pembangunan Bendungan Jlantah.
Pengambilan data ini bertujuan untuk mengumpulkan informasi
terkait adanya kendala atau permasalahan yang terjadi pada pekerjaan beton di
proyek pembangunan Bendungan Jlantah dan data sekunder. Data sekunder
adalah data yang digunakan untuk
mengetahui apa saja faktor risiko yang mungkin terjadi pada pekerjaan beton
selama pekerjaan proyek konstruksi (Devi et
al., 2019). Informasi-informasi ini dibutuhkan sebagai landasan dalam
melakukan wawancara dengan narasumber (Aditrianto,
2017). Selain itu sebagai pelengkap dan pendukung data primer yang
diperoleh dari literatur, serta jurnal maupun referensi yang berhubungan dengan
permasalahan yang akan dikaji. Penulis melakukan pengumpulan data primer dan sekunder. Data
yang diperoleh berupa faktor-faktor risiko yang terjadi pada pekerjaan beton di
proyek pembangunan Bendungan Jlantah. Selanjutnya dilakukan analisis cara
pengelolaan dari risiko tersebut.
Tabel 1� Faktor
risiko dan pengelolaan risiko
No |
Tahapan Pekerjaan |
Faktor Risiko |
Pengelolaan Risiko |
1. |
Pekerjaan
persiapan |
Material yang digunakan tidak
memenuhi spesifikasi |
Perbaikan material maupun penggantian material |
Keterlambatan kedatangan material |
Percepatan progress pengecoran dan pengambilan material
dari supplier lain |
||
Kurangnya ketersediaan peralatan |
Penambahan peralatan |
||
2. |
Pekerjaan
pelaksanaan |
Kerusakan alat saat persiapan pengecoran maupun saat
pengecoran |
Menggunakan peralatan pada batching plant lain dan melakukan perbaikan alat |
Cuaca |
Menyiapkan terpal penutup beton maupun membuat campuran
dengan nilai slump rendah |
||
3. |
Pekerjaan
pemeliharaan |
Produk beton mengalami keretakan |
Melakukan curing atau perawatan ketika beton sudah
mulai mengeras |
Tabel 1 menunjukkan hasil analisis data
faktor - faktor risiko yang terjadi pada masing � masing tahapan pekerjaan
beton di proyek pembangunan Bendungan Jlantah. Faktor risiko menjadi
kendala dalam pelaksanaan pembangunan sehingga diperlukan cara pengelolaan risiko
yang tepat agar tidak memunculkan risiko lain pada pekerjaan selanjutnya yang
memiliki dampak risiko lebih besar (Juniarti et al., 2021).
Faktor risiko
yang terjadi dapat diminimalisir dengan perencanaan manajemen risiko yang baik
sebelum pelaksanaan proyek, sehingga tidak berdampak terlalu besar pada
keterlambatan.
1)
Pekerjaan persiapan
Pekerjaan persiapan merupakan tahap awal dalam proses
pengecoran beton (Jawat et
al., 2020). Pada tahap
ini hal � hal yang perlu dipersiapkan antara lain memastikan ketersediaan bahan
atau material, pengujian bahan atau material untuk mengetahui karakteristik
dari masing � masing material yang akan digunakan sebagai bahan campuran adukan
beton, dan mempersiapkan ketersediaan peralatan yang akan digunakan untuk
pengecoran nantinya. Terdapat beberapa kendala yang terjadi pada pekerjaan� persiapan pengecoran dan solusi yang dapat
dilakukan antara lain :
a.
Material yang digunakan tidak memenuhi spesifikasi
Tabel 2 Pengujian
material agregat halus
No |
Jenis Pengujian |
Nomor Acuan Test |
Kriteria Evaluasi |
1 |
Berat jenis |
ASTM C 29 [12] |
2.50 �
2.65 |
2 |
Analisa
gradasi |
ASTM C
136 [13] |
2.30 �
3.30 |
3 |
Pelapukan
agregat |
ASTM C 88
[12] |
< 10% |
4 |
Kadar
lumpur |
ASTM C 40
[13] |
< 5% |
Material
agregat halus (pasir) yang akan digunakan sebagai campuran beton perlu
dilakukan beberapa pengujian sesuai dengan spesifikasi pada tabel 3 di atas
dengan tujuan untuk menjaga kualitas mutu beton yang dihasilkan (Priyanto
et al., 2022). Terdapat
faktor risiko material yang akan digunakan tidak memenuhi spesifikasi. Salah
satunya adalah material pasir memiliki kadar lumpur yang tinggi yaitu lebih
besar dari 5% sehingga belum dapat digunakan sebagai bahan campuran beton.
Kadar lumpur yang tinggi dapat mengakibatkan menurunnya kuat tekan beton (Muhmood,
2021). Pengelolaan
risiko dapat dengan melakukan alternatif dengan mencuci pasir terlebih dahulu
untuk mengurangi kadar lumpur (Norken et al., 2012). Namun
jika dengan pencucian tersebut pasir tetap memiliki kadar lumpur yang tinggi
maka material tersebut harus di-reject dan
dilakukan penggantian material (Kristiana & Prasetyo, 2017).
b.
Keterlambatan kedatangan material
Faktor risiko keterlambatan kedatangan material terjadi karena material semen
merupakan material yang tidak tersedia di area proyek pembangunan Bendungan
Jlantah, sehingga perlu didatangkan dari supplier (Tjakra & Sangari, 2011).
Keterlambatan kedatangan material semen menyebabkan kekurangan bahan dalam
proses pelaksanaan pekerjaan. Hal tersebut menyebabkan pekerjaan beton
tertunda. Solusi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan
percepatan progress pengecoran ketika material sudah didatangkan dengan tujuan
untuk mengejar keterlambatan (Priyanto & Yuliansyah, 2022). Selain
itu, dapat dengan mengambil material dari supplier
lain dengan jenis material yang sama.
c.
Kurangnya ketersediaan peralatan
Faktor risiko yang disebabkan kurangnya ketersediaan
peralatan truk mixer yang digunakan
sebagai alat untuk mengantar adukan beton ke tempat pengecoran dapat
menyebabkan keterlambatan pekerjaan pengecoran (Uguy &
Karundeng, 2020). Pengelolaan
risiko yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan penambahan truk readymix sehingga pekerjaan beton tidak
mengalami keterlambatan (Limanto, 2009).
2)
Pekerjaan pelaksanaan
Tahapan pelaksanaan merupakan tahapan yang paling penting dalam proses
pengecoran beton. Pada proyek pembangunan Bendungan Jlantah menggunakan proses
pengecoran dengan mesin yang dilakukan oleh alat concrete pump untuk menuangkan adukan beton ke titik pengecoran
dengan bantuan tenaga manusia. Sehingga pelaksanaan pengecoran perlu
diperhatikan agar dapat dihasilkan mutu beton yang sesuai dengan yang
diisyaratkan. Berikut beberapa kendala yang terjadi dalam pelaksanaan
pengecoran serta solusi yang dapat dilakukan :
a.
Kerusakan alat saat persiapan pengecoran maupun
saat pengecoran
Faktor risiko yang terjadi yaitu kerusakan alat saat persiapan pengecoran
yang dapat diakibatkan karena belt
conveyor yang berfungsi untuk mendistribusikan material pada batching plant putus, sehingga perlu
dilakukan perbaikan dengan cara dilem jika memungkinkan maupun penggantian belt conveyor. Selain itu dapat dengan menggunakan
batching plant lain yang ada di
proyek pembangunan Bendungan Jlantah sambil dilakukan perbaikan alat.
Selain itu terjadi risiko kerusakan pada alat saat pengecoran berlangsung
seperti terjadinya kebocoran pipa concrete
pump dan pipa concrete pump
meledak saat pengecoran berlangsung, sehingga pengecoran harus dihentikan
terlebih dahulu. Hal tersebut dapat menghambat proses pengecoran. Kebocoran
pada pipa perlu dilakukan pembongkaran dan pemasangan ulang maupun dengan cara
penambalan pada bagian pipa yang bocor. Sedangkan solusi yang dapat dilakukan
ketika pipa concrete pump meledak
yaitu dengan mengganti air pada campuran beton menggunakan air es dan menjaga
suhunya agar tidak melebihi 30�C.
b.
Cuaca
Faktor cuaca dapat
berdampak langsung pada proses pelaksanaan. Bendungan Jlantah terletak pada
area dataran tinggi yang memiliki curah hujan tinggi, sehingga turunnya hujan
tidak dapat diprediksi. Saat hujan, pengecoran sulit dilakukan karena dapat
berdampak pada mutu beton yang digunakan dan metode pengecoran di lapangan.
Proses pengecoran dapat dilakukan ketika hujan sudah berhenti. Pengelolaan pada
faktor risiko yang disebabkan oleh cuaca yaitu membuat campuran beton dengan
nilai slump rendah, karena air hujan
dapat mempengaruhi komposisi adukan beton yang membuat beton menjadi lebih
encer. Selain itu, dapat dengan menyiapkan terpal penutup yang jika setelah
pengecoran terjadi hujan agar mutu beton terjaga. Pada pengecoran jalan rigid
beton dapat menyiapkan tenda sebagai penutup yang dapat dipindahkan. Dapat juga
dengan menutup corong pada truk mixer menggunakan
plastik penutup saat perjalanan menuju lokasi pengecoran.
3)
Pekerjaan pemeliharaan
Tahap pemeliharaan merupakan proses terakhir yang
bertujuan untuk menjaga kualitas beton setelah dilakukan pengecoran. Berikut
merupakan risiko yang terjadi pada tahap pekerjaan pemeliharaan beton dan
solusi yang dapat dilakukan :
a.
Produk beton mengalami keretakan
Retakan permukaan pada beton dapat disebabkan oleh suhu campuran beton
saat mengalami perkerasan yang timbul akibat adanya reaksi dari air dengan
semen (Darmawan, 2021). Suhu
campuran beton yang tinggi pada saat beton sudah keras dapat menyebabkan
retakan pada permukaan beton. Pengelolaan risiko agar produk beton yang
dihasilkan tidak mengalami keretakan permukaan yaitu dengan melakukan curing atau perawatan beton ketika beton
sudah mulai mengeras dengan cara disiram air agar penyusutan beton yang
disebabkan oleh hilangnya kadar air dalam beton tidak terlalu besar dan sebagai
upaya untuk menjaga kelembaban/suhu beton sehingga tidak mengalami keretakan
permukaan yang disebabkan oleh suhu beton yang terlalu tinggi. Selain itu dapat
dengan menggunakan penutup kain geotek yang sudah dibasahi.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dapat diketahui pentingnya mengetahui risiko serta bagaimana pengendalian risiko yang terjadi pada proyek
konstruksi terutama pada pekerjaan beton. Karena hal
tersebut dapat mempengaruhi kualitas struktur bangunan beton yang dihasilkan serta menghambat kegiatan pengecoran sehingga menyebabkan keterlambatan progress yang mengakibatkan
penambahan biaya pada proyek. Dari penelitian ini disarankan proyek pembangunan Bendungan Jlantah harus benar
� benar mampu dalam manajemen konstruksi proyek agar tidak terjadi keterlambatan
progress maupun pembengkakan
biaya.
Aditrianto, R. (2017). Strategi
Media Relations Humas Pemerintah Kabupaten Grobogan Dalam Melaksanakan
Publisitas (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Media Relations Dalam
Melaksanakan Publisitas Di Bagian Humas Dan Protokol Sekretariat Daerah
Kabupaten Grobogan). Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Darmawan, G. M. B. (2021). ANALISIS METODE PENDINGINAN PENGECORAN BETON
DALAM SKALA BESAR (MASS CONCRETE) Studi Kasus: Proyek Warehouse PT. Ishiyama
International, Cikupa, Tangerang, Banten. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Devi, M. R., Ismail, A., & Walujodjati, E. (2019). Identifikasi Faktor
Risiko Kecelakaan Kerja Menuju Zero Accident pada Proyek Pembangunan Jalan Tol
Cisumdawu Phase II. Jurnal Konstruksi, 16(2), 1�8.
Jawat, I. W., Gita, P. P. T., & Dharmayoga, I. M. S. (2020). Kajian
Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bored Pile Pada Tahap Perencanaan
Pelaksanaan. PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa, 9(2),
126�142.
Juniarti, R., Pratiwi, R., & Nuh, S. M. (2021). Analisa Keputusan
Pengoptimalan Jadwal Kerja pada Proyek Pembangunan Distribution Center Alfamart
Pontianak. JeLAST: Jurnal PWK, Laut, Sipil, Tambang, 8(1).
Kristiana, R., & Prasetyo, H. (2017). Identifikasi Penyebab Risiko
Keterlambatan Proyek Konstruksi Bangunan Gedung Tinggi Hunuian (Studi Kasus:
Proyek Pembangunan Condotel Dan Apartemen Bhuvana Resort Ciawi, Bogor). Forum
Mekanika, 6(1), 41�49.
Limanto, S. (2009). Studi Awal Penerapan Manajemen Risiko Pada
Perusahaan Adonan Beton Siap Pakai.
Malik, A. (2010). Pengantar Bisnis jasa pelaksana konstruksi.
Penerbit Andi.
Muhmood, A. A. L. (2021). Using Geotextile to Reduce the Required
Thickness of Sub Base Layer of the Road and Improvement in CBR Value. Journal
of Physics: Conference Series, 1973(1), 12120.
Norken, I. N., Astana, I. N. Y., & Manuasri, L. K. A. (2012).
Manajemen Risiko pada Proyek Konstruksi di Pemerintah Kabupaten Jembrana. Jurnal
Ilmiah Teknik Sipil, 16(2), 202�211.
Priyanto, B., Nur Sahid, M., Solikin, M., & Al Faruqi, J. (2022).
Investigation of Critical Risk Factors and Level of Risk for Environmentally
damage induced by house projects. Caspian Journal of Environmental Sciences,
20(2), 413�421.
Priyanto, B., & Yuliansyah, A. I. (2022). Mengungkap Faktor-Faktor
Penyebab Pembengkakan Biaya pada Proyek Pembangunan Apartemen di Surakarta. Prosiding
Seminar Nasional Teknik Sipil UMS, 166�170.
Setiawan, A. F., Dwivania, N., & Sunaris, M. L. (2019). Analisis
Keterlambatan Pengiriman Material Beton (Studi Kasus Proyek Breeze Tower,
Bintaro PT. Tatamulia Nusantara Indah). Jurnal Teknik Sipil, 15(1),
26�35.
Tjakra, J., & Sangari, F. (2011). Analisis resiko pada proyek
konstruksi perumahan di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Media Engineering, 1(1).
Uguy, R. W. V, & Karundeng, M. A. M. (2020). Analisis Faktor-Faktor
Penyebab Keterlambatan Pekerjaan Pengecoran Pada Proyek Pembangunan Gedung Rsud
Kota Manado. Jurnal Ilmiah Realtech, 16(2), 79�82.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License