Jurnal Sosial
dan Teknologi (SOSTECH) Volume 3 ,
Number 3 , Maret �2023
PEMBELAJARAN
BERDIFFERENSIASI DENGAN CONTINENTAL BOARDS�
KELAS IX G SMPN 3 DEMAK Rif�ah SMP
Negeri 3 Demak |
|
|
Abstrak Penelitian tindakan kelas� atau class action research. Subjek
dalam penelitian ini adalah peserta didik Kelas IX G� SMP Negeri 3 Demak. Penelitian ini
terdiri dari dua siklus. Teknik pengumpulan data dilakukan menggunakan lembar
pengamatan kegiatan yang dilaksanakan peserta didik selama kegiatan pembelajaran� di
kelas.� Adapun teknik analisis data
yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, berdasarkan
hasil lembar�
pengamatan, angket, dan postes setiap akhir siklus. Menerapkan
pembelajaran berdiffrensiasi dengan menggunakan Continental Boards 2)
meningkatkan Aktivitas dan hasil�
belajar� peserta didik� pada�
pembelajaran berdifferensiasi dengan Continental Boards� pada materi Mengenal 5 Benua di Dunia� kelas IX G�
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri�
3 Demak. Pembelajaran berdifferensiasi dengan Continental Boards� adalah
Pembelajaran dengan membedakan konten, dan produk. Terdapat� lima kelompok kecil dengan anggota 6
peserta didik� mendapatkan materi yang
berbeda-beda, dan produk hasil pembelajaran yang berbeda. Produk-produk yang
berbeda tersebut di namakan�
Continental Boards atau Papan-papan Benua. Yaitu Papan Benua
Asia, Amerika,� Afrika, Eropa, dan
Australia; 2) Aktivitas� peserta� didik�
dalam pembelajaran mengalami�
peningkatan,� dari 62,67%
pada� siklus I menjadi 89,33% pada
siklus II, peningkatan hasil penilaian produk Continental Boards dari nilai
73,00 di siklus I� meningkat menjadi
88,33 di siklus II; dan�� terdapat
peningkatan hasil belajar dari nilai rata-rata dari 72,17 menjadi 85,50� dengan nilai tertinggi dari 85 menjadi 100
dan nilai terendah dari 60 menjadi 70. Banyaknya peserta didik yang tuntas
pada siklus I, 16 peserta didik dan pada siklus II meningkat menjadi 26
peserta didik. Ketuntasan klasikal 86,67%. Kata kunci: aktivitas,�� hasil belajar,� pembelajaran berdifferensiasi, �papan benua Abstract Class
action research or class action research. The subjects in this study were
Class IX G students of SMP Negeri 3 Demak. This research consists of two
cycles. Data collection techniques are carried out using observation sheets
of activities carried out by students during learning activities in class.
The data analysis technique used is a qualitative descriptive analysis
technique, based on the results of observation sheets, questionnaires, and
post-tests at the end of each cycle. Applying differentiated learning using
Continental Boards 2) increasing the activities and learning outcomes of
students in differentiated learning with Continental Boards in the subject of
Getting to Know the 5 Continents in the World class IX G of Junior High
School (SMP) Negeri 3 Demak. Differentiated learning with Continental Boards
is learning by differentiating content and products. There are five small
groups with members of 6 students getting different materials, and different
learning outcomes. These different products are called Continental Boards or
Continental Boards. Namely the Continental Board of Asia, America, Africa,
Europe and Australia; 2) The activity of students in learning has increased,
from 62.67% in cycle I to 89.33% in cycle II, the increase in the results of
the Continental Boards product assessment from a value of 73.00 in cycle I
increased to 88.33 in cycle II; and there is an increase in learning outcomes
from an average score of 72.17 to 85.50 with the highest score from 85 to 100
and the lowest score from 60 to 70. The number of students who pass in cycle
I, 16 students and in cycle II increases to 26 students. Classical
completeness 86.67%. Keywords: activities, learning outcomes,
differentiated learning, continental boards |
Monotonnya model pembelajaran yang diterapkan guru
cenderung menyebabkan pembelajaran menjadi membosankan, mengantuk dan kurang
bersemangat (Nurahmi, 2021).� Guru yang
tidak peduli terhadap minat, kesiapan dan profil belajar dari peserta didik
dalam mengikuti pembelajaran, guru cenderung menyamaratakan kemampuan, minat,
kesiapan dan profil belajar peserta didik terhadap materi pembelajaran yang
sedang dipelajari (Sarwa, 2021).� Uraian di
atas menunjukkan bahwa perlunya model pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik hingga memungkinkan terjadinya sharing pengetahuan antar teman dan guru
dengan waktu yang relatif singkat. Selain itu, peserta didik perlu diberikan
kesempatan untuk belajar bekerja sama dengan teman dalam mengembangkan
pemahaman terhadap konsep dan prinsip-prinsip penting. Salah satu model
pembelajaran yang diprediksi mampu mengatasi hal tersebut adalah model
pembelajaran Berdifferensiasi.
Pembelajaran Berdifferensiasi merupakan pembelajaran
dengan perbedaan pada proses, konten dan produk. Konten/Materi� yang beragam yang harus dikuasai oleh peserta
didik membuat guru harus dapat mengelola kelas dengan baik dan bijaksana (Ramadhani et al.,
2022).� Pembelajaran berdifferensiasi
memiliki potensi untuk meningkatkan aktivitas dan motivasi belajar peserta
didik. Dalam model pembelajaran berdifferensiasi� peserta didik berproses untuk
berdifferensiasi pada konten materi yang sedang dipelajari yaitu mengenal 5
benua di dunia. Pembelajaran berdifferensiasi memiliki keunggulan dari
karakteristiknya yaitu membantu peserta didik merancang proses untuk menentukan
sebuah hasil, melatih peserta didik bertanggung jawab dalam mengelola informasi
yang dilakukan pada sebuah langkah/tahapan yang menghasilkan sebuah hasil nyata
hasil dari� peserta
didik itu sendiri yang kemudian dipresentasikan dalam kelas.
Model pembelajaran berdifferensiasi membantu peserta
didik dalam belajar: 1) Peserta didik memiliki kesempatan untuk terlibat secara
aktif dalam pembelajaran (Wahyuningsih, 2020). Kenyataan di lapangan juga menunjukkan bahwa
partisipasi banyak peserta didik dalam pembelajaran meningkat ketika model
pembelajaran ini digunakan. 2) Peserta didik belajar berdifferensiasi konten,
produk dan proses; 3) Peserta didik belajar merumuskan strategi tanya jawab
yang tidak rancu dan menggunakan tanya jawab sebagai alat untuk memperoleh
informasi yang bermanfaat dalam berdifferensiasi pengetahuan. 4)� Membantu peserta didik membentuk cara kerja
bersama yang efektif, saling membagi informasi, serta mendengar dan
mengaplikasikan ide-ide orang lain. 5) Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan
bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan prinsip-prinsip yang
dipelajari melalui Pembelajaran Berdifferensiasi lebih bermakna.� 6)�
Keterampilan yang dipelajari dalam situasi belajar penemuan dalam
beberapa kasus, lebih mudah ditransfer untuk aktivitas baru dan diaplikasikan
dalam situasi belajar yang baru pula.
Pembelajaran berdifferensiasi� lebih memusatkan pada beberapa fakta
yang menunjukkan bahwa keterampilan-keterampilan, konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang dipelajari sehingga�
pembelajaran menjadi lebih bermakna dan ini akan menambah kreativitas
peserta didik dalam merancangkan sebuah aktivitas yang kemudian akan mereka
transfer menjadi sebuah pengetahuan sesuai dengan konsep yang diajarkan. Pada
akhirnya peserta didik akan memahami konsep tersebut dengan aktivitas yang
mereka lakukan dan ini akan menambah pengetahuan kognitifnya.
Pembelajaran berdifferensiasi� memfokuskan pada pertanyaan atau masalah yang
mendorong menjalani konsep-konsep dan prinsip-prinsip (Abidin et al., 2021). Pembelajaran berdifferensiasi� juga melibatkan peserta didik dalam
investigasi konstruktif. Investigasi ini dapat berupa desain, pengambilan
keputusan, penemuan masalah, pemecahan masalah, penemuan atau proses
pembangunan model.
Pembelajaran� berdifferensiasi;� memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan orang lain� serta�
melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap
peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun dari materi yang
sedang dipelajari.� Tujuan pembelajaran
berdifferensiasi meningkatkan motivasi belajar, team work (kerjasama),
keterampilan kolaborasi dalam pencapaian kemampuan akademik level
tinggi/taksonomi tingkat kreativitas yang dibutuhkan pada abad 21.
Pembelajaran berdifferensiasi dilaksanakan di kelas IX
G dengan 14 peserta didik laki-laki dan 16 peserta didik perempuan. Kelas IX G
dengan peserta didik yang heterogen terhadap tingkat� prestasi belajar, berada� pada tingkatan menengah ke bawah, sebagian
besar peserta didik prestasi belajarnya masih di bawah kompetensi minimum,
terutama pada pelajaran Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Tahapan� dalam melaksanakan pembelajaran berdifferensiasi� yang akan diterapkan� pada pembelajaran mengenal 5 benua di kelas
IX G�� adalah:� 1) stimulus;�
Untuk memulai tahap ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah pertama.
Seperti memulai kegiatan proses mengajar belajar dengan mengajukan pertanyaan,
anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada
persiapan pemecahan masalah.� 2) Bekerja
dalam kelompok untuk menghimpun dan mengolah data;� peserta didik berkelompok
mengidentifikasi permasalahan yaitu memahami tentang� gambar benuanya seperti apa, letak benua,
dan� negara-negara yang terdapat dalam
benua tersebut.� Pengumpulan data� berdasarkan� referensi-referensi dari buku paket, buku
pendamping (Atlas dll)�� maupun dari
internet. Kesempatan untuk mengumpulkan data sebanyak-banyaknya yang relevan
untuk menjawab permasalahan yang diberikan. Data yang sudah didapatkan disusun
dalam papan yang dinamakan Papan Benua atau Continental Boards. 3) Tanya
jawab/kuis;� Guru
bertanya kepada peserta didik dan peserta didik menjawab pertanyaan guru.� Di saat peserta didik sedang bekerja dalam
kelompok guru memberikan pertanyaan sesuai dengan materi dari kelompoknya.
Kelompok Asia mendapatkan pertanyaan tentang benua Asia dan negara-negara yang
terdapat di benua Asia, begitu juga dengan kelompok lain akan mendapatkan
pertanyaan sesuai dengan benua yang didapatkannya. 4) Presentasi;� Mempresentasikan� hasil diskusi kelompok dalam menghimpun data
dan mengolah data tentang benua yang disusun di papan Benua� (Continental Boards). 5) Kesimpulan;
menyimpulkan materi yang sedang dipelajari sehingga semua peserta didik dalam
kelas memahami tentang materi yang didapatkan baik oleh kelompok sendiri maupun
oleh kelompok lain.
Materi yang akan diterapkan dalam pembelajaran dengan model� pembelajaran
berdifferensiasi adalah mengenal 5 benua di dunia, yang merupakan materi kelas
IX� di semester gasal.� Materi�
kompleks� yang� tidak mudah dipahami� oleh peserta didik� walaupun dengan membacanya berkali-kali,� sehingga guru�
berinovasi� agar� materi menjadi� lebih mudah dimengerti oleh peserta didik
yaitu dengan� media.�� Media tersebut� diberi nama�
Continental Boards�
yaitu� papan benua� yang berisi�
tentang�� peta benua, dan� negara-negara�
yang terdapat pada� benua� tersebut.
Berdasarkan
uraian di atas, beberapa permasalahan yang penulis identifikasi adalah 1) Apa
yang dimaksud� dengan
pembelajaran berdifferensiasi dengan Continental Boards? 2) Bagaimana �peningkatan
aktivitas� dan hasil belajar peserta
didik pada pembelajaran berdifferensiasi dengan Continental Boards pada
Materi Mengenal 5 benua di dunia?.
Penggunaan metode pembelajaran yang
bervariasi harus terus ditingkatkan agar dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan� bagi
peserta didik. Metode pembelajaran berdifferensiasi dalam dua siklus. Siklus I, pembelajaran membuat peta benua dengan kertas milimeter,
menyebutkan negara-negara yang terdapat dalam kawasan benua tersebut. Siklus II, menerapkan pembelajaran berdifferensiasi dengan
menggunakan Contental Boards dalam mengenal 5 benua di Dunia.
Menurut� Andini (
Belajar
bukanlah semacam aktivitas yang spesifik tetapi lebih pada suatu komponen
aktivitas. Aktivitas pembelajaran digunakan untuk menguraikan suatu aktivitas
di mana aspek belajar menjadi pusatnya. Belajar adalah mengumpulkan pengalaman
dari aktivitas, atau lebih tepatnya menggunakan sumber daya untuk berpikir dan
melaksanakan suatu usaha. Pengetahuan yang diperoleh ini akan digunakan untuk
menghadapi situasi yang baru.
Aktivitas
dalam pembelajaran adalah aktivitas yang ditemukan untuk membawa pengalaman
baru kepada peserta didik. Ada enam macam dimensi interaksi dalam aktivitas
pembelajaran yaitu interaksi peserta didik dengan peserta didik, peserta didik
dengan guru, peserta didik dengan materi pelajaran, guru dengan guru, guru
dengan materi pelajaran, dan interaksi antara materi pelajaran dengan materi
pelajaran yang lain. Aspek penilaian dalam aktivitas pembelajaran meliputi 1)
antusiasme/partisipasi peserta didik dalam proses pembelajaran, 2) kerjasama
peserta didik dalam kelompok, antusiasme/partisipasi peserta didik dalam proses
pembelajaran, antusiasme peserta didik dalam bertanya, 3) presentasi hasil
diskusi kelompok, 4)� antusiasme peserta
didik dalam� memberikan evaluasi dan kesimpulan.
Hasil
belajar adalah �kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif
maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti
proses belajar mengajar�.�� Penilaian hasil
belajar yang dilakukan guru berfungsi untuk:�
1)�
Menggambarkan seberapa dalam seorang peserta didik telah
menguasai suatu kompetensi tertentu. 2) Mengevaluasi hasil belajar peserta
didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan
tentang langkah berikutnya, baik untuk pemilihan program, pengembangan
kepribadian maupun untuk penjurusan. Berdifferensiasi kesulitan belajar dan
kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik serta sebagai alat
diagnosis yang membantu guru menentukan apakah peserta didik perlu mengikuti
remedial atau pengayaan. 3) Berdifferensiasi kelemahan dan kekurangan proses
pembelajaran yang sedang berlangsung guna perbaikan proses pembelajaran
berikutnya; dan� 4)� Kontrol bagi guru dan sekolah tentang
kemajuan peserta didik.
Tujuan
penilaian hasil belajar peserta didik menurut�
adalah� sebagai berikut:� 1) Melacak kemajuan peserta didik, artinya
dengan melakukan penilaian, maka perkembangan hasil belajar peserta didik dapat
diidentifikasi yakni menurun atau meningkat (Ardinata, 2022). 2)� Mengecek
keterampilan kempetensi peserta didik, artinya dengan melakukan penilaian, maka
dapat diketahui apakah peserta didik telah menguasai kompetensi tersebut
ataukah belum menguasai. Selanjutnya dicari tindakan tertentu bagi yang belum
menguasai kompetensi tersebut. 3)�
Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai oleh peserta didik, artinya
dengan melakukan penilaian, maka dapat diketahui kompetensi mana yang belum
dikuasai dan kompetensi mana yang telah dikuasai (Nurgiyantoro, 2010).� dan� 4)�� Menjadi umpan balik untuk perbaikan peserta
didik, artinya dengan melakukan penilaian, maka dapat dijadikan bahan acuan
untuk memperbaiki hasi belajar peserta didik yang masih di bawah standar (KKM).
Pada saat
memfasilitasi peserta didik dalam mengenal 5 benua di dunia; pembelajaran
berdifferensiasi yang diterapkan akan lebih bermakna dan� dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan
peserta didik membutuhkan media yang interaktif dan menarik.� Media tersebut dinamakan�� �Continental Boards�� atau papan benua;� terbuat�
dari� papan triplek� dilapisi�
gabus� dan� mmt�
bergambar peta� buta lima macam
benua.� Media�� �Continental Boards�� yang peneliti gunakan dalam proses
pembelajaran bersama peserta didik menggunakan mmt yang bisa� dibongkar�
dan� dipasang� kembali, dengan� menggunakan�
paku pines� yang� telah�
disediakan.�
Untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil� belajar mengenal 5 benua di dunia,
maka diterapkan metode pembelajaran berdifferensiasi
dalam dua siklus. Siklus I, pembelajaran membuat peta benua dengan kertas
milimeter, menyebutkan negara-negara yang terdapat dalam kawasan benua tersebut.� Peserta didik dibagi dalam lima kelompok,
dengan anggota�� 6� peserta didik setiap kelompoknya.
Kelompok Asia menghasilkan� Asia
Continental Board (Papan benua Asia);�
kelompok Ameirika menghasilkan produk America Continental Board (Papan
Benua Amerika); kelompok Afrika�
membuat� Africa Continental
Board (Papan Benua Afrika); kelompok Eropa menghasilkan� Europe Continental Board (Papan Benua
Eropa) dan kelompok Australia membuat Australia Continental Board (Papan
Benua Australia).� Proses tindakan siklus
I diobservasi, diadakan pengumpulan dan analisis data serta direfleksi. Siklus
II, pembelajaran mengenal 5 benua; peserta didik berpraktek langsung
menggunakan peta buta; sehingga benar-benar peserta didik memahami letak,
karakteristik dan� ciri
khas dari negara-negara dalam suatu benua. Proses tindakan siklus II
diobservasi, pengumpulan data, dianalisis kemudian� direfleksi (Fadila, 2022).
Karakteristik
peserta didik kelas IX G SMPN 3 Demak tahun pelajaran 2022-2023 yang cenderung
bosan dengan pembelajaran yang berpusat pada guru;� monoton dan kurang bervariatif;
diharapkan dengan penerapan pembelajaran berdifferensiasi ini mampu
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik kelas IX G SMP N 3 Demak
tahun pelajaran 2022-2023.
Prosedur kerja dalam penelitian
tindakan kelas terdiri atas empat komponen, yaitu perencanaan (planning),
pelaksanaan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting),
dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai
(kriteria keberhasilan).
Tabel 1 Tahapan Kegiatan pembelajaran berdifferensiasi
1.
Kegiatan Pendahuluan |
�
Memberi salam �
Berdo�a sebelum
pembelajaran �
Menyanyikan lagu Indonesia
Raya �
Mengecek kehadiran peserta
didik �
Memberikan Apersepsi� tentang�
benua� di dunia �
Memberikan motivasi begitu
pentingnya� belajar mengenal 5 benua di
dunia �
tujuan pembelajaran:
peserta didik mengenal 5 benua di dunia dan negara-negara yang terdapat dalam
kawananya. �
skenario�� pembelajaran: Pembelajaran
berdifferensiasi �
penlaian: aktivitas,
produk dan pos tes. |
2.
Kegiatan Inti |
Fase 1.
Stimulus/Pemberian Rangsangan �
Kelas dibagi dalam lima
kelompok kecil dengan anggota 6 peserta didik, dengan nama kelompok Asia,
Amerika, Afrika, Eropa dan Australia. �
Pembagian Kelompok
berdasarkan kemampuan peserta didik yang heterogen, dengan maksud� agar pengetahuan merata dalam setiap
kelompoknya. �
Membaca buku paket tentang
5 benua di dunia �
Mengamati peta Benua Asia,
Afrika, Amerika, Eropa dan Autralia� dengan menggunakan Atlas,
internet� dan sebagainya. Fase 2.
Bekerja dalam Kelompok �
Kelompok Asia menggambar
peta benua Asia. �
Kelompok Amerika
menggambar peta benua Amerika. �
Kelompok Afrika menggambar
peta benua Afrika �
Kelompok Eropa menggambar
peta benua Eropa �
Kelompok Australia
menggambar peta benua Australia �
Setiap kelompok memahami
bentuk benuanya, dan memahami negara-negara yang terdapat dalam benua
tersebut �
Setiap kelompok juga
menyebutkan 6 negara di dalam benua tersebut untuk dijelaskan lebih lanjut. �
Peserta didik menggambar
peta benua di kertas milimeter yang dibawanya, mewarnainya, memahami letak
negara-negaranya dan menjelaskan negara-negara tersebut. Fase 3.
Tanya Jawab/Kuis �
Kelompok Asia:� Guru menanyakan negara-negara apa yang
dibahas di benua�
Asia, dan dapat menjelaskan salah satu negara yang dipahami. �
Kelompok Amerika Guru
menanyakan negara-negara apa yang� dibahas di benua� Amerika, dan� dapat menjelaskan satu negara yang
dipahami. �
Kelompok Afrika:� Guru menanyakan negara-negara apa yang
dibahas di benua�
Afrika, dan� dapat
menjelaskan satu negara yang dipahami. �
Kelompok Eropa:� Guru menanyakan negara-negara apa yang� dibahas di
benua� Eropa, dan dan� dapat menjelaskan satu negara yang
dipahami. �
Kelompok Australia:� Guru menanyakan negara-negara apa yang
dibahas di benua�
Eropa, dan dan� dapat
menjelaskan satu negara yang dipahami. Fase
4.� Presentasi �
Kelompok Asia
mempresentasikan hasil peta benua Asia yang dibuatnya dan menjelaskan
negara-negara yang terdapat di benua Asia dengan menggunakan Asia
Continental Boards. �
Kelompok Amerika
mempresentasikan hasil peta benua Amerika yang dibuatnya dan menjelaskan
negara-negara yang terdapat di benua Amerika dengan menggunakan America
Continental Boards. �
Kelompok Afrika
mempresentasikan hasil peta benua Afrika yang dibuatnya dan menjelaskan
negara-negara yang terdapat di benua Afrika dengan menggunakan Africa
Continental Boards. �
Kelompok Eropa
mempresentasikan hasil peta benua Eropa yang dibuatnya dan menjelaskan
negara-negara yang terdapat di benua Eropa dengan menggunakan Euorope
Continental Boards. �
Kelompok Australia mempresentasikan
hasil peta benua Australia�
yang dibuatnya dan menjelaskan negara-negara yang terdapat di
benua Australia dengan menggunakan Autralia Continental Boards. Fase
5.� Kesimpulan Salah
satu perwakilan dari setiap kelompok meyimpulkan hasil� pembelajaran yang telah
dilakukannya. Kelompok Asia menyimpulkan tentang benua Asia dan negara-negara
yang terdapat di dalamnya; Kelompok Amerika menjelaskan tentang negara-negara
yang terdapat di benua Amerika dan seterusnya. |
3.
Penutup |
1.
Peserta didik melakukan
refleksi terhadap�
kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. 2.
Pemberian tugas individu
yaitu memahami�
tentang negara-negara yang telah ditulisnya dalam Continental
Boards; dan tugas kelompok, yaitu mencetak peta benua dengan menggunakan
mmt, peta benua yang dibuat adalah peta buta. 3.
Guru menutup pembelajaran
dengan berdoa bersama� dan mengucap
salam |
4.
Penilaian |
1.
Penilaian aktivitas
peserta didik selama pembelajaran. Hasil� penilaian
aktivitas peserta didik� yang dilakukan
guru bersama dengan observer dengan indikator aktivitas peserta didik pada
saat stimulus/pemberian rangsangan; bekerja dalam kelompok, tanya
jawab/kuis,� presentasi, dan kesimpulan
(Nuryaningsih, 2021). 2.
Penilaian Produk Asia Continental Board�(Peta Benua Asia); America Continental
Board (Peta Benua Amerika; Africa Continental Board (Peta Benua
Afrika) Europe Continental Board (Peta Benua Eropa); Australia Continental
Board (Peta Benua Australia) 3.
Penilaian Pengetahuan Hasil
penilaian pengetahuan� peserta didik
pada postes siklus I dan siklus II |
5.
Hasil Wawancara |
1.
Bagaimana Pembelajaran
hari ini? 2.
Apakah kamu sudah pernah
mengenal/tahu media Continental Boards? 3.
Apakah masalah-masalah
yang berkaitan dengan mengenal 5 benua di dunia� itu sulit? 4.
Apakah ada dari kalian
yang mengantuk pada pembelajaran hari ini? |
Hasil
rekapitulasi aktivitas peserta didik selama pembelajaran berdasarkan kelompok� pada
siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut.
Tabel 2 Rekapitulasi aktivitas kelompok
siklus I dan siklus II
No |
Kelompok |
Siklus I |
Siklus II |
Peningkatan |
||
1 |
Asia |
20 |
66,67 |
28 |
93,33 |
26,67 |
2 |
Amerika |
19 |
63,33 |
28 |
93,33 |
30,00 |
3 |
Afrika |
18 |
60,00 |
25 |
83,33 |
23,33 |
4 |
Eropa |
19 |
63,33 |
26 |
86,67 |
23,33 |
5 |
Australia |
18 |
60,00 |
27 |
90,00 |
30,00 |
Berdasarkan� tabel,
diagram batang untuk menggambarkan peningkatan hasil aktivitas� kelompok�
pada siklus I dan siklus II adalah sebagai berikut.
Gambar� 2
Diagram batang peningkatan aktivitas kelompok
Tabel 3Rekapitulasi peningkatan aktivitas
peserta didik berdasarkan fase dalam pembelajaran berdifferensiasi.
No |
Indikator |
siklus I |
Siklus II |
|||
Penilaian Kelompok |
Dalam % |
Penilaian Kelompok |
Dalam % |
Peningkatan |
||
1 |
Stimulus |
24 |
80,00 |
29 |
96,67 |
16,67 |
2 |
Bekerja Dalam Kelompok |
22 |
73,33 |
29 |
96,67 |
23,33 |
3 |
Tanya Jawab/Kuis |
22 |
73,33 |
25 |
83,33 |
10,00 |
4 |
Presentasi |
16 |
53,33 |
29 |
96,67 |
43,33 |
5 |
Kesimpulan |
10 |
33,33 |
22 |
73,33 |
40,00 |
Berdasarkan� tabel, diagram batang untuk menggambarkan peningkatan hasil
aktivitas��� pada siklus I dan siklus II
berdasarkan fase dalam model pembelajaran berdifferensiasi� adalah sebagai berikut.
Gambar� 3 Diagram batang peningkatan di setiap fase pembelajaran
berdifferensiasi
Berdasarkan data tabel dan diagram batang
di atas maka dapat diketahui bahwa aktivitas pada fase stimulus/pemberian
rangsangan mengalamai peningkatan 16,67% dari 80% di siklus I menjadi 96,67% di
siklus II, Fase 2 bekerja dalam kelompok�
di siklus I aktivitasnya di kisaran 73,33% menjadi 96,67% meningkat
23,33%. Fase 3; tanya jawab/kuis mengalamai peningkatan� 10% dari� 73,33% menjadi 83,33%. Fase 4; presentasi
kelompok mengalami peningkatan tertinggi yaitu 43,33%� di siklus I�
yang aktivitasnya� 53,33%�� menjadi 96,67%; yang artinya� di siklus II�
semua peserta didik dapat mempresentasikan dalam mengenal 5 benua di
dunia. Untuk memberikan kesimpulan juga mengalami peningkatan yang tinggi yaitu
40%� dari 33,33% menjadi 73,3%;
kesimpulan di siklus II diberikan setelah presentasi, jadi semua peserta didik
dalam kelompok bersama-sama memberikan kesimpulan secara serentak, sehingga
semua bersuara dan memberikan kesimpulan.
Peningkatan rata-rata aktivitas peserta
didik dari siklus I, dengan 62,67% peserta didik yang beraktivitas
meningkat� menjadi 89,33% di siklus II;
hal ini mengalami peningkatan 26,67%,�
sebagaimana disajikan dalam tabel�
berikut.
Tabel 4 Peningkatan rata-rata aktivitas
peserta didik
No |
Siklus |
Dalam % |
Peningkatan |
1 |
siklus I |
62,67 |
|
2 |
siklus II |
89,33 |
26,67 |
Diagram batang peningkatan rata-rata
aktivitas peserta didik dari siklus I ke siklus II adalah sebagai baerikut.
Gambar� 4 Diagram batang peningkatan aktivitas siklus I dan siklus
II
Rekapitulasi penilaian produk hasil
pembuatan Continental Boards juga dari siklus I ke siklus II� adalah sebagai
berikut.
Tabel 5� Hasil
penilaian produk Continental Boards siklus I dan siklus II
No |
Kelom pok |
Bentuk peta |
Pewarnaan peta |
Skala peta yang digunakan |
Rata-rata |
||||
siklus I |
Siklus II |
siklus I |
Siklus II |
siklus I |
Siklus II |
siklus I |
Siklus II |
||
1 |
Asia |
70 |
90 |
70 |
80 |
70 |
90 |
70,00 |
86,67 |
2 |
Amerika |
73 |
90 |
78 |
85 |
73 |
90 |
74,67 |
88,33 |
3 |
Afrika |
70 |
90 |
75 |
85 |
73 |
90 |
72,67 |
88,33 |
4 |
Eropa |
70 |
90 |
75 |
85 |
70 |
90 |
71,67 |
88,33 |
5 |
Australia |
75 |
90 |
78 |
90 |
75 |
90 |
76,00 |
90,00 |
|
|
71,6 |
90 |
75,2 |
85 |
72,2 |
90 |
73,00 |
88,33 |
Berdasarkan tabel di atas diketahui
terjadi peningkatan penilaian produk terhadap hasil pembuatan Continental
Boards dalam membuat peta benua sesuai dengan kelompoknya. Rekapitulasi
peningkatan dari siklus I dn siklus II, disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 6
Peningkatan penilaian produk
No |
Kelompok |
Rata-rata |
Peningkatan |
|
siklus I |
Siklus II |
|||
1 |
Asia |
70,00 |
86,67 |
16,67 |
2 |
Amerika |
74,67 |
88,33 |
13,67 |
3 |
Afrika |
72,67 |
88,33 |
15,67 |
4 |
Eropa |
71,67 |
88,33 |
16,67 |
5 |
Australia |
76,00 |
90,00 |
14,00 |
73,00 |
88,33 |
15,33 |
Terdapat
peningkatan penilaian produk Continental Boards peserta didik kelas IX G
dari siklus I ke siklus II. Kelompok Asia dengan membuat Asia Continental
Board (Papan Benua Asia) mengalami peningkatan penilaian produknya yaitu
16,67; penilaian siklus I adalah 70,00 dan penilaian siklus II� yaitu 86,67. Kelompok Amerika dengan produk America
Continental Board (Papan Benua Amerika) di siklus I mendapatkan nilai
74,67, sedangkan siklus II mendapatkan nilai 88,33, mengalami peningkatan nilai
13,67 (Indonesia, n.d.).
Kelompok Afrika dengan produk Africa Continental Board (Papan Benua
Afrika) di siklus I mendapatkan nilai 72,67, sedangkan siklus II mendapatkan
nilai 88,33, mengalami peningkatan nilai 15,67.�
Kelompok Eropa dengan produk Europa Continental Board (Papan
Benua Eropa) di siklus I mendapatkan nilai 71,67, sedangkan siklus II
mendapatkan nilai 88,33, mengalami peningkatan nilai 16,67. Kelompok Australia
dengan produk Australia Continental Board (Papan Benua Australia) di
siklus I mendapatkan nilai 76, sedangkan siklus II mendapatkan nilai 90,00,
mengalami peningkatan nilai 14.
Rata-rata
penilaian produk dari siklus I, dengan nilai 73�
meningkat� menjadi 88,33 di siklus
II mengalami peningkatan nilai 15,33,� sebagaimana disajikan
dalam tabel� berikut.
Tabel 7 Peningkatan rata-rata penilaian
produk
No |
Siklus
|
Dalam
% |
Peninglatan
|
1 |
siklus
I |
73,00 |
|
2 |
siklus
II |
88,33 |
15,33 |
Diagram batang peningkatan hasil� penilaian� produk�
Continental Boards� (papan
benua)� peserta didik dari siklus I ke
siklus II adalah sebagai berikut.
Gambar� 5
Diagram batang rata-rata� penilaian
produk siklus I dan siklus II
Untuk penilaian pengetahuan hasil postes
di akhir siklus juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II (Ulia,
2016).�
Hasil rekapitulasi penilaian pengetahuan (postest) pada siklus I dan
siklus II adalah sebagai berikut:
Tabel
8 Rekapitulasi penilaian postes siklus I dan siklus II
No |
Nilai |
Siklus
I |
Siklus
II |
||
Banyaknya
Peserta didik |
Persentase
(%) |
Banyaknya
Peserta didik |
Persentase
(%) |
||
1 |
51 �
60 |
3 |
10 |
0 |
0 |
2 |
61 -
70 |
11 |
36,67 |
4 |
13,333 |
3 |
71 -
80 |
15 |
50,00 |
7 |
23,33 |
4 |
81 -
90 |
1 |
3,33 |
13 |
43,33 |
5 |
91 -
100 |
0 |
0,00 |
6 |
20,00 |
|
|
30 |
100 |
30 |
100 |
Berdasarkan tabel, diagram garis untuk
menggambarkan peningkatan hasil penilaian pada siklus I dan siklus II adalah
sebagai berikut.
Gambar� 5 Diagram garis� hasil postes siklus I ke siklus II
Untuk� nilai rata-rata, nilai tertinggi,� nilai terendah dan banyaknya peserta didik
yang tuntas dan tidak tuntas pada siklus I dan siklus II� terdapat pada tabel berikut :
Tabel
9 Nilai rata-rata, tertinggi dan terendah pada siklus I dan siklus II
No |
Siklus |
Rata-rata |
Nilai Tertinggi |
Nilai Terendah |
Banyaknya peserta didik yang tuntas |
Banyaknya peserta didik yang tidak
tuntas |
Ketuntasan Klasikal |
1 |
Siklus I |
72,17 |
85 |
60 |
16 |
14 |
53,33 |
2 |
Siklus II |
85,50 |
100 |
70 |
26 |
4 |
86,67 |
Diagram batang� untuk menggambarkan peningkatan nilai
rata-rata� (penilaian pengetahuan)�� pada siklus I dan siklus II adalah sebagai
berikut:�
Gambar�
6� Diagram batang hasil
postes� siklus� I dan siklus II
Terdapat peningkatan hasil postes dari
siklus I ke siklus II,� nilai rata-rata
dari 72,17� menjadi 85,50� dengan nilai tertinggi dari 85 menjadi 100
dan nilai terendah dari 60 menjadi 70. Banyaknya peserta didik yang tuntas pada
siklus I, 16 peserta didik dan pada siklus II meningkat menjadi 26 peserta
didik. Ketuntasan klasikal� 53,33%� pada siklus I meningkat menjadi� 86,67% pada siklus II;� mengalami peningkatan� 33,33%.��
KESIMPULAN
Simpulan pada penelitian ini yaitu Pembelajaran
berdifferensiasi dengan Continental Boards�
adalah Pembelajaran dengan membedakan konten, proses dan produk (Ridhowati, 2020). Terdapat� lima
kelompok kecil dengan anggota 6 peserta didik�
mendapatkan materi yang berbeda-beda, dengan proses pembelajaran yang
berbeda dan produk hasil pembelajaran yang berbeda (Purwanti, 2015). Produk-produk yang berbeda tersebut adalah Kelompok
Asia membuat Asia Continental Board (Peta Benua Asia);� Kelompok Amerika� membuat America Continental Board (Peta Benua
Amerika); Kelompok Afrika membuat Africa Continental Board (Peta Benua Afrika);
Kelompok Eropa membuat Europe Continental Board (Peta Benua Eropa) dan Kelompok
Australia membuat Australia Continental Board (Peta Benua Australia). Fase
dalam pembelajaran berdifferensiasi adalah 1) pemberian stimulus/rangsangan; 2)
bekerja dalam kelompok; 3) tanya jawab/kuis; 4) presentasi� dan 4) memberikan kesimpulan (H. Wibowo, 2017).
Peningkatan rata-rata aktivitas peserta didik dari
siklus I, dengan 62,67% peserta didik yang beraktivitas meningkat� menjadi 89,33% di siklus II; hal ini
mengalami peningkatan 26,67% (Maghfiroh, 2011). Aktivitas pada fase stimulus/ pemberian rangsangan
mengalamai peningkatan 16,67% dari 80% di siklus I menjadi 96,67% di siklus II,
Fase 2 bekerja dalam kelompok� di siklus
I aktivitasnya di kisaran 73,33% menjadi 96,67% meningkat 23,33%. Fase 3; tanya
jawab/kuis mengalamai peningkatan� 10%
dari� 73,33% menjadi 83,33%. Fase 4;
presentasi� mengalami peningkatan
tertinggi yaitu 43,33%� di siklus I� yang aktivitasnya� 53,33%��
menjadi 96,67%; Fase 5 kesimpulan meningkat 40%� dari 33,33% menjadi 73,3%; Peningkatan
rata-rata penilaian produk dari siklus I, dengan nilai 73� meningkat�
menjadi 88,33 di siklus II mengalami peningkatan nilai 15,33 (Y. Wibowo et al.,
2013).� Peningkatan hasil postes dari
siklus I ke siklus II,� nilai rata-rata
dari 72,17� menjadi 85,50� dengan nilai tertinggi dari 85 menjadi 100
dan nilai terendah dari 60 menjadi 70. Banyaknya peserta didik yang tuntas pada
siklus I, 16 peserta didik dan pada siklus II meningkat menjadi 26 peserta
didik. Ketuntasan klasikal� 53,33%� pada siklus I meningkat menjadi� 86,67% pada siklus II;� mengalami peningkatan� 33,33%.�
Abidin, Y., Mulyati, T., &
Yunansah, H. (2021). Pembelajaran literasi: Strategi meningkatkan kemampuan
literasi matematika, sains, membaca, dan menulis. Bumi Aksara.
Ardinata, C. P. (2022). Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar
Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Di Sd Mandala. e-Jurnal Mitra
Pendidikan, 6(6), 328�337.
Fadila, A. N. (2022). Penerapan Strategi Joyfull Learning dalam
Penanaman Sikap Tanggung Jawab Siswa (Studi Kasus Pembelajaran IPS di SMP
Negeri 1 Siman). IAIN Ponorogo.
Indonesia, S. (n.d.). Statistics of Maritime and Coastal Resources 2011.
Statistics Indonesia.
Maghfiroh, U. (2011). Penerapan pembelajaran fisika bervisi sets untuk
meningkatkan kemampuan berpikir analitis peserta didik kelas X. Jurnal
pendidikan fisika Indonesia, 7(1).
Nurahmi, A. P. (2021). Peningkatan Hasil Belajar Ips Melalui Pengguatan
Metode Snowball Throwing. Journal Civics and Social Studies, 5(2),
198�213.
Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian pembelajaran sastra berbasis
kompetensi. Yogyakarta: BPFe.
Nuryaningsih, W. D. (2021). Penerapan model discovery learning
berkolaborasi google classroom dan whatsapp group untuk meningkatkan kompetensi
siswa dalam menulis teks eksplanasi. Jurnal Paedagogy, 8(2),
159�168.
Purwanti, B. (2015). Pengembangan media video pembelajaran matematika
dengan model assure. Jurnal kebijakan dan pengembangan pendidikan, 3(1).
Ramadhani, Y. R., Subakti, H., Masri, S., Brata, D. P. N., Salamun, S.,
Walukow, D. S., Haeruman, L. D., Sianipar, L. K., Sanjaya, L. A., &
Fidhyallah, N. F. (2022). Pengantar Strategi Pembelajaran. Yayasan Kita
Menulis.
Ridhowati, S. (2020). Potensi Penghambatan Sel Kanker Dan Keamanan Tepung
Teripang Gama (Stichopus Variegatus) Sebagai Bahan Pangan Fungsional. IPB
(Bogor Agricultural University).
Sarwa, S. S. (2021). Pembelajaran Jarak Jauh: Konsep, Masalah dan
Solusi. Penerbit Adab.
Ulia, N. (2016). Peningkatan pemahaman konsep matematika materi bangun
datar dengan pembelajaran kooperatif tipe group investigation dengan pendekatan
saintifik di SD. Jurnal Tunas Bangsa, 3(2), 55�68.
Wahyuningsih, E. S. (2020). Model pembelajaran mastery learning upaya
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa. Deepublish.
Wibowo, H. (2017). Praktik Bekerja Bersama Kelompok Untuk Penguatan
Program Pelatihan Dan Pengembangan. Share: Social Work Journal, 7(1),
102�108.
Wibowo, Y., Widowati, A., & Rusmawati, K. (2013). Peningkatan
kreatifitas dan kemampuan kognitif siswa melalui outdoor learning activity. Bioedukasi,
6(1).
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License