Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)

Volume 3 , Number 4 , April 2023

p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155

ANALISIS PERAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI DALAM MENGANALISIS POLA PACARAN REMAJA

 

Dian Andriany, Olyvia Wahyuningsih, Nasyfa Najmatul Maulida, Kirei Shakira Lanora Tinanie

Universitas Swadaya Gunung Jati

[email protected], [email protected], [email protected], [email protected]

 

 

 

 

Abstrak

Remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa yang mengalami perubahan begitu pesat. Remaja akan mengalami hal-hal yang belum pernah mereka alami sebelumnya, seperti menstruasi, mimpi basah, dorongan seksual, rasa tertarik atau malu terhadap lawan jenis, lebih sensitif, lebih tertutup pada orang tua, peningkatan kebutuhan akan kebebasan, lebih banyak memperhatikan penampilan diri dan sebagainya. Tujuan penelitian ini Mendiskripsikan perilaku pacaran pada remaja. Peneliti merasa penting menganalis perilaku berpacaran remaja. Metode yang dipakai melalui teknik penelitian kepustakaan (library study) yang mengacu pada sumber yang tersedia baik online maupun offline seperti: jurnal ilmiah, buku dan berita yang bersumber dari sumber terpercaya. Sehingga diperoleh kesimpulan� bahwa remaja memiliki dua macam perilaku, yakni perilaku ketika berpacaraan berduaan dan perilaku pacaran� berkelompok. Perilaku pacaran remaja ketika berduaan yakni dengan� menghabiskan waktu untuk mengobrol berdua hingga perilaku berpelukan. Sedangkan perilaku pacaran remaja ketika bersama dengan teman-teman antara lain bertukar handphone dan nonton bioskop.

Keywords: komunikasi; pacarana; remaja

 

Abstract

Adolescence is a period of transition from childhood to adulthood which changes so rapidly. Adolescents will experience things they have never experienced before, such as menstruation, wet dreams, sexual urges, feelings of attraction or embarrassment towards the opposite sex, more sensitivity, more closed to parents, increased need for freedom, more attention to appearance and etc. The purpose of this study is to describe dating behavior in adolescents. Researchers feel it is important to analyze the dating behavior of adolescents. The method used is through library research techniques (library study) which refer to sources available both online and offline such as: scientific journals, books and news that come from trusted sources. So it can be concluded that teenagers have two kinds of behavior, namely behavior when dating alone and behavior when dating in groups. Adolescent courtship behavior when alone, namely by spending time chatting together to hugging behavior. Meanwhile, the dating behavior of teenagers when they are together with friends includes exchanging cellphones and watching movies.

Keywords: communication; dating; teenager

 

PENDAHULUAN

 

Pendidikan adalah usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Wibawa, 2017). Lahirnya undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan nasional telah membawa dampak positif bagi pembelajaran bahasa Indonesia. Hal ini mencerminkan dengan diangkat membaca, menulis dan berhitung sebagai kemampuan dasar berbahasa yang secara dini dan berkesinambungan menjadi perhatian dan kegiatan di sekolah dasar.

Peningkatan mutu pendidikan pada setiap jenis dan satuan pendidikan terutama satuan pendidikan dasar merupakan komitmen nasional dan titik berat pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada kurun waktu yang akan datang (Dewi, 2019). Untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah, seorang guru harus memperhatikan kondisi siswa, orang tua siswa, lingkungan dan latar belakang siswa. Menurut Umar (2000:84) bahwa guru SD wajib mengetahui latar belakang kehidupan anak, agar guru SD dapat memprediksikan perkembangan bahasa dan pemerolehan bahasa anak. Informasi mengenai perkembangan dan pemerolehan bahasa anak menjadi pertimbangan penyusunan program mengajar (Yunus, 2017).

Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia, seringkali terjadi bahwa tidak semua siswa dapat menyerap dan memahami materi pada saat pertama kai diajarkan (Suardi, 2018). Hal tersebut terjadi karena setiap siswa memang memiliki potensi dan karakter yang berbeda. Jika di sekolah dasar tidak dimatangkan tentang kebahasan, dikhawatirkan nanti di kelas yang lebih tinggi siswa tidak dapat mengikuti pelajaran yang lain (Desrita, 2020). Karena mata pelajaran bahasa Indonesia sangatlah penting, sebab dengan keterampilan bahasa siswa dapat mengikuti mata pelajaran yang lain seperti PKn, pendidikan agama, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan sosial. Keberhasilan guru pada mata pelajaran bahasa Indonesia dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu, guru sebaiknya menyiapkan diri dalam menyajikan bahan pembelajaran, menentukan kegiatan yang akan dilakukan bersama dengan siswa, mengupayakan agar bahan dan sajiannya dapat tercapai, penunjang yang sesuai dengan bahan yang diajarkan, sehingga dapat tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan (Husaini, 2022).

Dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang ditempuh dalam tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II, dan siklus III. Masing-masing terdiri dari empat tahap atau langkah-langkah, yaitu : (1) perencanaan (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Keempat langkah tersebut selalu berkaitan antara satu dengan yang lain. Begitu pula pelaksanaannya, antara siklus I, siklus II, dan siklus III saling berkaitan. Siklus III merupakan penyempurnaan dari siklus II, dan siklus II penyempurnaan dari kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Demikian juga yang terjadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III semester I SDN Perigi 04 Kecamatan Pondok Aren Tahun Pelajaran 2017/2018 pada materi percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, ternyata nilainya masih rendah, terbukti dari 26 siswa yang mendapat nilai tuntas belajar hanya 12 siswa. Untuk itu peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (Muslich, 2007).

Dalam ulangan tes formatif materi pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SDN Pondok Kacang Timur 03 Kecamatan Pondok Aren Tahun Pelajaran 2017/2018, dari 26 siswa hanya ada 12 siswa yang mencapai tingkat pemahaman di atas 65. Selama pembelajaran berlangsung suasana kelas sangat tenang, tidak ada yang memberikan tanggapan terhadap penjelasan guru, meski telah berulang kali guru memberikan kesempatan untuk bertanya. Soal-soal yang diberikan sudah cukup, namun pada hasil akhir pelaksanaan tes formatif yang diberikan guru, hasilnya masih jauh dari yang diharapkan (Dewi, 2019).

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana melalui metode tugas pada siswa kelas III semester I SDN Pondok Kacang Timur 03� Kecamatan Pondok Aren Tahun Pelajaran 2017/2018 Mendeskripsikan prestasi belajar siswa kelas III semester I SDN Pondok Kacang Timur 03 Kecamatan Pondok Aren Tahun Pelajaran 2017/2018 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana melalui metode pemberian tugas (Anas & PdI, 2014). Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana dengan menggunakan metode tugas pada siswa kelas III semester I SDN Pondok Kacang Timur 03 Kecamatan Pondok Aren Tahun Pelajaran 2017/2018.

 

METODE PENELITIAN

 

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SDN Jurang Mangu Timur 02� Kecamatan Pondok Aren Tahun Pelajaran 2017/2018, sebagai objek penelitian adalah siswa kelas III semester I yang berjumlah 26 siswa terdiri dari 12 laki-laki dan 14 perempuan. Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan materi pokok percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana dengan kalimat yang ringkas yaitu pada tanggal 12 Oktober 2017 pelaksanaan siklus I, tanggal 19 Oktober 2017 pelaksanaan siklus II, dan tanggal 26 Oktober 2017 pelaksanaan siklus III. Metode yang igunakan adalah kualitatif.

Dalam pelaksanaan, peneliti dibantu oleh teman sejawat dan kepala sekolah. Teman sejawat membantu mengamati proses pembelajaran sedangkan kepala sekolah membantu memberikan dukungan dalam pelaksanaan perbaikan pembelajaran (Sarifudin, 2019).

Penelitian tindakan kelas ini ditempuh dalam tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II dan siklus III. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap atau langkah-langkah yaitu : 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Keempat langkah tersebut selalu berkaitan antara satu dengan yang lain. Begitu dalam pelaksanaannya saling berkaitan dan siklus III merupakan penyempurnaan dari kelemahan dan kekurangan dari siklus I dan siklus II.

Siklus I

Perencanaan pada tahapan perencanaan ini, langkah-langkah yang ditempuh oleh guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pokok bahasan percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana yaitu menyiapkan rencana pembelajaran, menyiapkan media dan sumber pembelajaran, merencanakan penggunaan metode pembelajaran, menyiapkan lembar observasi, menyiapkan lembar kerja, menyiapkan alat evaluasi (Sriwidianingsih, 2017).

Pelaksanaan yaitu kegiatan awal, mengabsen siswa, memberikan salam, berdoa, memotivasi siswa, dan apersepsi (Karo-Karo, 2016). Kegiatan inti guru menjelaskan materi pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, tanya jawab materi pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, siswa diberi kesempatan untuk bertanya, siswa diberi tugas secara kelompok tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, diskusi kelompok tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, guru mengamati pelaksanaan diskusi kalompok, masing-masing kelompok melaporkan hasilnya, dan siswa bersama guru menyimpulkan hasil diskusi. Kegiatan akhir siswa menerima lembar evaluasi, siswa mengerjakan soal-soal evaluasi, penilaian terhadap hasil evaluasi, dan menganalisa hasil evaluasi. Tindak lanjut perbaikan bagi siswa yang nilainya kurang dari 65 dan pengayaan bagi siswa yang lainnya lebih 65.

Pengamatan / Pengumpulan Data yaitu pengamatan selama proses pembelajaran, mengamati perilaku siswa baik positif maupun negatif selama proses pembelajaran, observer mengamati hasil belajar siswa pada akhir pembelajaran, dan observer mencatat semua temuan dalam proses pembelajaran dan diperoleh data penyampaian materi terlalu cepat, sehingga sulit dipahami oleh anak, guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya, bahkan penggunaan metode kurang tepat dalam menyampaikan materi pelajaran. Refleksi dimaksudkan untuk evaluasi terhadap semua temuan dalam pembelajaran baik kelemahan dan kekurangan yang ada pada siklus I.

Setelah melaksanakan perbaikan siklus I, observer menemukan kekurangan guru dalam proses pembelajaran, sebagai objek atau fokus perbaikan pada siklus II yaitu : 1) menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan lengkap supaya mudah dipahami anak, 2) menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan efektif, 3) memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya. Hasil refleksi ini dipakai sebagai pembenahan dan perbaikan pelaksanaan pembelajaran, karena belum mencapai ketuntasan belajar yang diharapkan, maka dipandang perlu diadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Siklus II

Perencanaan mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan refleksi pembelajaran siklus I memperbaiki rencana pembelajaran, merencanakan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai, menyiapkan media dan sumber belajar yang relevan, dan memperbaiki pedoman rancangan evaluasi. Pelaksanaan Kegiatan awal mengabsen siswa, memberikan salam, berdoa, motivasi siswa, dan apersepsi.

Kegiatan inti guru menjelaskan materi pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, tanya jawab materi pembelajaran bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, siswa diberi kesempatan untuk bertanya, siswa diberi tugas secara kelompok tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, diskusi kelompok tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, guru mengamati pelaksanaan diskusi kalompok, masing-masing kelompok melaporkan hasilnya, siswa bersama guru menyimpulkan hasil diskusi. Kegiatan akhir siswa menerima lembar evaluasi, siswa mengerjakan soal-soal evaluasi, penilaian terhadap hasil evaluasi, dan menganalisa hasil evaluasi. Tindak lanjut perbaikan bagi siswa yang nilainya kurang dari 65, pengayaan bagi siswa yang nilainya lebih dari 65, dan pemberian pekerjaan rumah (PR).

Pengamatan / Pengumpulan Data adanya pengamatan selama proses pembelajaran, observer mengamati hasil belajar siswa pada akhir pembelajaran, observer mencatat semua temuan dalam proses pembelajaran dan diperoleh data sebagai perbaikan siklus berikutnya yaitu� penyampaian materi jelas tetapi perhatian pada siswa kurang, pandangan guru pada siswa kurang merata, dan guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.

Merefleksikan perubahan sikap dan peningkatan kemampuan penguasaan materi, dan evaluasi terhadap semua temuan dalam pembelajaran pada siklus II. Setelah melaksanakan perbaikan siklus II, observer menemukan kekurangan guru dalam proses pembelajaran, sebagai fokus perbaikan pada siklus III yaitu : 1) menyampaikan materi dengan jelas dan lengkap supaya mudah dipahami anak, 2) pandangan dan perhatian guru pada siswa secara menyeluruh, 3) memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.

Siklus III

Perencanaan mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan refleksi pembelajaran siklus II, memperbaiki rencana pembelajaran, menyiapkan media dan sumber pembelajaran, merencanakan penggunaan metode pembelajaran, memperbaiki pedoman rancangan evaluasi. Pelaksanaan Kegiatan awal mengabsen siswa, memberikan salam, berdoa, memotivasi siswa, dan apersepsi. Kegiatan inti guru menjelaskan materi pembelajaran bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, tanya jawab materi pembelajaran bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, siswa diberi kesempatan untuk bertanya, siswa diberi tugas secara kelompok tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, diskusi kelompok tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, guru mengamati pelaksanaan diskusi kalompok, masing-masing kelompok melaporkan hasilnya, siswa bersama guru menyimpulkan hasil diskusi.

Kegiatan akhir siswa menerima lembar evaluasi, siswa mengerjakan soal-soal evaluasi, penilaian terhadap hasil evaluasi, menganalisa hasil evaluasi (Faznur et al., 2020). Tindak lanjut perbaikan bagi siswa yang nilainya kurang dari 65 dan pengayaan bagi siswa yang nilainya lebih dari 65 (Kumalaratih, 2016). Pengamatan / Pengumpulan Data pengamatan selama proses pembelajaran, observer mengamati hasil belajar siswa pada akhir pembelajaran, observer mencatat semua temuan dalam proses pembelajaran.

Penulis dengan dibantu teman sejawat merefleksikan perubahan sikap dan peningkatan kemampuan penguasaan materi denag cara menganalisis hasil observasi terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran siklus III berlangsung (Hartani & Fathurohman, 2018). Setelah melaksanakan perbaikan siklus III, diperoleh refleksi bahwa dalam proses pembelajaran berlangsung baik, suasana kelas lebih kondusif, sehingga hasil belajar siswa yang dicapai melampaui batas ketuntatasan belajar. Refleksi siklus III ini untuk membuat simpulan dari pelaksanaan perbaikan pembelajaran, dan membandingkan hasil evaluasi siklus I, siklus II, dan siklus III, sehingga terlihat perubahan peningkatan pemahaman siswa pada materi pembelajaran.�

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Hasil penelitian ini terdiri atas kondisi awal atau sebelum perbaikan dan hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Berdasarkan hasil tes formatif sebelum perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Semester I SDN Jurang Mangu Timur 02 �Kecamatan Pondok Aren Tahun Pelajaran 2017/2018 adalah sebagai berikut :

 

Tabel 1� Rekapitulasi Hasil Tes Sebelum Perbaikan

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Persentasi

1.

2.

3.

4.

5.

≤ 50

51 � 65

66 � 75

76 � 85

86 � 100

Jelek

Kurang

Cukup

Baik

Sangat baik

8

7

5

6

-

30,77%

26,92%

19,23%

23,08%

0%

 

JUMLAH

 

26

100 %

 

Berdasarkan tabel 1 di atas, dari jumlah 26 siswa hanya ada 6 siswa yang termasuk kategori baik atau sebesar 23,08%. Nilai antara 66 � 75 didapat oleh 5 siswa atau sebesar 19,23% dalam kategori cukup. Nilai antara 51-65 didapat oleh 7 siswa atau sebesar 26,9% termasuk dalam kategori kurang, dan nilai kurang dari atau sama dengan 50 didapat oleh 8 siswa atau sebesar 30,77% termasuk dalam kategori jelek.

Hasil tes formatif sebelum perbaikan tindakan pembelajaran dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut :

Gambar 1 Grafik Hasil Tes Formatif Sebelum Perbaikan

 

 

Hasil Tes Siklus I

Hasil tes formatif penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana pada siklus I sebagai berikut :

 

Tabel 2 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus I

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

� 50

51 � 65

66 � 75

76 � 85

86 � 100

Jelek

Kurang

Cukup

Baik

Sangat baik

5

6

8

7

-

19,23%

23,08%

30,77%

26,92%

-

 

Jumlah

 

26

100%

 

Berdasarkan tabel 2 di atas, dari jumlah 26 siswa hanya 15 siswa yang termasuk kategori baik dan kategori cukup sebesar 57,69% yang melampaui batas ketuntasan belajar. Karena belum memenuhi target yang diharapkan maka perlu mengadakan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus I.

Hasil tes formatif siklus I dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut :

 

Gambar 2 Grafik Hasil Tes Formatif Perbaikan Siklus I

 

Hasil Tes Siklus II

Hasil tes formatif penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana pada siklus II sebagai berikut :

 

Tabel 3 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus II

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

� 50

51 � 65

66 � 75

76 � 85

86 � 100

Jelek

Kurang

Cukup

Baik

Sangat baik

2

5

9

10

-

7,69%

19,23%

34,62%

38,46%

-%

 

Jumlah

 

26

100%

 

Berdasarkan tabel 3 di atas, penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dari jumlah 26 siswa hanya ada 19 siswa yang termasuk kategori baik dan kategori cukup atau sebesar 73,08% yang melampaui batas ketuntasan belajar. Pada siklus II mengalami peningkatan batas ketuntasan belajar siswa, yang semula 15 siswa atau sebesar 57,69% menjadi 19 siswa atau sebesar 73,08%. Karena hasil yang diperoleh belum memenuhi target yang diharapkan, maka diadakan lagi tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus III.

Hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus II dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut :

 

Gambar 2 Grafik Hasil Tes Formatif Perbaikan Siklus I

 

Hasil Tes Siklus II

Hasil tes formatif penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana pada siklus II sebagai berikut :

 

Tabel 3 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus II

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

� 50

51 � 65

66 � 75

76 � 85

86 � 100

Jelek

Kurang

Cukup

Baik

Sangat baik

2

5

9

10

-

7,69%

19,23%

34,62%

38,46%

-%

 

Jumlah

 

26

100%

 

Berdasarkan tabel 3 di atas, penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dari jumlah 26 siswa hanya ada 19 siswa yang termasuk kategori baik dan kategori cukup atau sebesar 73,08% yang melampaui batas ketuntasan belajar. Pada siklus II mengalami peningkatan batas ketuntasan belajar siswa, yang semula 15 siswa atau sebesar 57,69% menjadi 19 siswa atau sebesar 73,08%. Karena hasil yang diperoleh belum memenuhi target yang diharapkan, maka diadakan lagi tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus III.

Hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus II dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut :

Gambar 3 Grafik Hasil Tes Formatif Perbaikan Siklus II

Hasil Tes Siklus III

Hasil tes formatif penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhanapada siklus III sebagai berikut :

 

Tabel 4 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus III

No

Skor

Kategori

Frekuensi

Persentase

1.

2.

3.

4.

5.

� 50

51 � 65

66 � 75

76 � 85

86 � 100

Jelek

Kurang

Cukup

Baik

Sangat baik

-

3

6

9

8

-

11,53%

23,08%

34,62%

30,77%

 

Jumlah

 

26

100%

 

Berdasarkan tabel 4 di atas, penguasaan siswa pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia dari jumlah 26 siswa ada 23 siswa yang mendapat nilai di atas ketuntasan belajar. Keadaan siswa pada siklus III ini mengalami peningkatan yang lebih baik, yakni ada 23 siswa atau sebesar 88,46% dari jumlah 26 siswa yang mendapat nilai  65.

Hasil tes formatif perbaikan pembelajaran siklus III dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut :

 

Gambar 4 Grafik Hasil Tes Formatif Perbaikan Siklus III

 

Grafik peningkatan hasil tes formatif mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana sebelum perbaikan sampai perbaikan siklus I, siklus II, dan siklus III dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut :

Gambar 5 Grafik Hasil Tes Formatif Sebelum Perbaikan, Siklus I,

Siklus II dan Siklus III

 

Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran

Berdasarkan hasil tes formatif siklus I, dari jumlah 26 siswa hanya ada 7 siswa yang termasuk kategori baik atau sebesar 26,92% yaitu mereka yang mencapai nilai antara 76-85. Nilai antara 66 sampai 75 didapat oleh 8 siswa atau 30,77% yaitu mereka yang termasuk kategori cukup. Sementara ada 6 siswa yang mendapat nilai dalam kategori kurang atau sebesar 23,68% mereka hanya dapat mencapai nilai antara 51-65. Namun ada 5 siswa yang termasuk kategori jelek yang mendapat nilai ≤ 50 atau sebesar 19,23%.

Hasil tes formatif diatas didukung dengan hasil pengamatan diperoleh data yaitu pada saat proses pembelajaran dilaksanakan, sebagian besar siswa tidak tertarik dengan teknik yang diberikan, hal ini terlihat jelas dari cara siswa merespon terhadap tugas yang diberikan. Siswa bersikap pasif dan tidak berusaha maksimal untuk mengerjakannya. Ada beberapa siswa yang menganggap bahwa tugas yang diberikan itu tidak penting, sehingga siswa kurang berusaha dalam mengerjakannya. Namun demikian ditemukan beberapa siswa yang menganggap serius, yaitu terbukti adanya siswa yang bersungguh-sungguh dalam mengerjakan dan dapat menyelesaikan tugas dengan baik.

Pada hasil analisis dan pengamatan proses pembelajaran siklus I menunjukkan hal-hal sebagai berikut : 1) belum seluruh siswa mampu menguasai materi pembelajaran Bahasa Indonesia, 2) sebagian siswa belum memiliki ketertarikan pada materi pembelajaran, 3) motivasi belajar masih kurang, 4) media dan metode pembelajaran belum optimal, 5) kurangnya perhatian siswa pada saat pembelajaran berlangsung, 6) pengelolaan kelas belum sepenuhnya terkendali.

Hasil tes formatif dan pengamatan yang telah dilaksanakan pada siklus I ternyata hasil yang diperoleh belum memenuhi target kategori baik atau mencapai nilai rata-rata 75 sampai 85. Hal ini terbukti dengan jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari 65 adalah 15 siswa atau sebesar 57,69% yang melampaui batas tuntas belajar. Karena belum memenuhi target yang diharapkan maka perlu mengadakan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

Berdasarkan hasil tes formatif siklus II, penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dari jumlah 26 siswa ada 10 siswa yang termasuk kategori baik atau sebesar 38,46%, yaitu mereka yang mencapai nilai antara 76-85. Nilai antara 66-75 didapat oleh 9 siswa atau sebesar 34,62% yaitu mereka yang termasuk kategori cukup. Sementara ada 5 siswa yang mencapai nilai dalam kategori kurang atau sebesar 19,23% yaitu nilai antara 51-65. Namun ada juga siswa yang mendapat nilai dengan kategori jelek yaitu 2 siswa atau 7,69%.

Pada hasil analisis dan pengamatan proses pembelajaran pada siklus II menunjukkan hal-hal sebagai berikut : 1) belum seluruhnya siswa mampu menguasai materi pembelajaran, 2) media dan metode masih belum optimal, 3) hanya sebagian siswa yang mempunyai motivasi belajar yang tinggi.

Hasil tes formatif dan pengamatan yang telah dilaksanakan pada siklus II, hasil yang diperoleh masih belum memenuhi target yang diharapkan maka perlu diadakan lagi perbaikan pembelajaran pada siklus III.

Berdasarkan hasil tes formatif siklus III, penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dari jumlah 26 siswa ada 8 siswa yang termasuk kategori sangat baik atau sebesar 30,77%, yaitu mereka yang mencapai nilai diatas 86. Nilai antara 76-85 didapat oleh 9 siswa atau sebesar 34,62% yaitu mereka yang termasuk kategori baik. Sementara ada 6 siswa yang mencapai nilai dalam kategori cukup atau sebesar 23,08% yaitu nilai antara 66-75. Namun masih ada tiga siswa yang mencapai nilai dalam kategori kurang atau sebesar 11,53% yaitu mereka yang mencapai nilai 51-65 (Surya, 2017).

Hasil tes formatif penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia pada� siklus III diatas, didukung dengan hasil pengamatan terhadap siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa memiliki antusias dan motivasi belajar yang tinggi. Ada sebagian kecil siswa yang terlihat pasif namun ketidakaktifan siswa tersebut disebabkan oleh situasi dan kondisi siswa itu sendiri. Pada siklus III ini mengalami peningkatan yang tinggi, karena hasil tersebut pada siklus II belum dapat dicapai. Hal ini membuktikan bahwa terjadi perbaikan sikap dan hasil belajar ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan persentase penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus III mengalami peningkatan yang baik. Ini disebabkan oleh dua faktor yang mempengaruhi yaitu fakor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan siswa, sikap, motivasi, minat dan kondisi siswa sendiri. Adapun faktor eksternal mencakup gangguan tempat siswa belajar dan suasana kelas yang terkendali.

Pada proses pembelajaran siklus III telah ada peningkatan batas tuntas belajar, yakni ada 23 siswa atau sebesar 88,46% dari jumlah 26 siswa mendapat nilai  65. Ini berarti batas tuntas belajar telah terpenuhi karena jumlah siswa yang memperoleh nilai  65 lebih dari 75%. Hasil tersebut diketahui setelah diadakan analisis hasil tes formatif penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I, siklus II, dan siklus III.

 

KESIMPULAN

 

Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan pada penguasaan materi pembelajaran, hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes formatif pada siklus I, siklus II, dan siklus III. Pada siklus III ada 23 siswa dari jumlah 26 siswa atau sebesar 88,46% yang memperoleh nilai 65. Ini berarti batas tuntas belajar telah terpenuhi karena jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 lebih dari 75%.

Data kualitatif yang diperoleh melalui pengamatan menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa yang positif (Prayitno, 2013). Perubahan tersebut terlihat pada penguasaan materi pembelajaran, minat dan motivasi belajar, maupun hasil belajar siswa. Dalam tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode dan alat peraga yang efektif dan optimal dapat meningkatan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran sehingga siswa lebih aktif serius, antusias dalam menarik materi pelajaran.

Siswa lebih percaya diri dan berani mengemukakan pendapatnya baik dalam kelompok diskusi maupun salam, proses pembelajaran, di kelas. Dengan adanya tindakan perbaikan pembelajaran ini, motivasi siswa untuk memahami dan menguasai materi pelajaran sangat tinggi, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang diperoleh dari siklus I, siklus II dan siklus III. Di samping itu menumbuhkan sikap siswa untuk meningkatkan belajarnya, berani mengungkapkan pendapat atau bertanya serta tidak ragu-ragu lagi dalam menghadapi berbagai persoalan materi pelajaran.

 

DAFTAR PUSTAKA

Anas, M., & PdI, M. (2014). Mengenal Metodologi Pembelajaran. Muhammad Anas.

Desrita, D. (2020). meningkatkan hasil belajar melalui metode pemberian tugas pada siswa kelas ii sekolah dasar. Jurnal Muara Pendidikan, 5(2), 658�663.

Dewi, C. (2019). peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana (melalui metode pemberian tugas kelas iv mi no. 25/e. 3 ambai bawah tahun ajaran 2017/2018). Jurnal Literasiologi, 2(2).

Faznur, L. S., Khaerunnisa, K., & Sumardi, A. (2020). Aplikasi Kahoot Sebagai Media Dalam Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada Guru Sma Di Sukabumi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Teknik, 2(2), 39�44.

Hartani, A., & Fathurohman, I. (2018). peningkatan kualitas pembelajaran menyimak cerita pendek melalui model picture and picture berbantuan media cd cerita pada siswa kelas v sd 1 mejobo kudus. KREDO: Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 2(1), 17�38.

Husaini, H. (2022). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Xi Ips-1 Pada Materi Dampak Penanggulangan Penyakit Menular Seksual Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Di Sma Negeri 1 Sigli. Jurnal Sains Riset, 12(2), 389�394.

Karo-Karo, D. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Matematika Di Kelas V Sd Negeri No. 107402 Saentis. ELEMENTARY SCHOOL JOURNAL PGSD FIP UNIMED, 5(1).

Kumalaratih, E. B. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Tentang Mendeskripsikan Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia Melalui Pendekatan Discovery Learning Dengan Metode Observasi Di Kelas Vi Sdn 3 Sumbergirang. Jurnal Ilmiah Didaktika PGRI, 2(1), 111�118.

Muslich, M. (2007). KTSP: pembelajaran berbasis kompetensi dan kontekstual, panduan bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah. Bumi Aksara.

Prayitno, H. W. (2013). Peningkatan keterampilan menulis puisi menggunakan teknik inkuiri dan latihan terbimbing. Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(2).

Sarifudin, S. (2019). Implementasi supervisi kepala sekolah terhadap kinerja guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di madrasah ibtidaiyah negeri (min) kota bogor. Islamic Management: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 2(01), 49�70.

Sriwidianingsih, N. (2017). Dialog Interaktif Di Televisi Dengan Rekaman Untuk Pembelajaran Menyimak. Metalingua: Jurnal Penelitian Bahasa, 13(1), 51�62.

Suardi, M. (2018). Belajar & pembelajaran. Deepublish.

Surya, Y. F. (2017). Penerapan model pembelajaran problem based learning untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN 016 Langgini Kabupaten Kampar. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, 1(1), 38�53.

Wibawa, S. (2017). Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan Dan Pengabdian Kepada Masyarakat). Disampaikan Dalam Rapat Perencanaan Pengawasan Proses Bisnis Perguruan Tinggi Negeri. Yogyakarta, 29, 1�15.

Yunus, N. (2017). Implikasi Perkembangan Intelektual Dan Pemerolehan Bahasa Dalam Pengajaran Bahasa (Indonesia). At-Ta�lim: Media Informasi Pendidikan Islam, 13(1), 97�106.

 


This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License