Jurnal Sosial
dan Teknologi (SOSTECH) Volume 3 ,
Number 4 , April 2023
ANALISIS
PERAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI DALAM MENGANALISIS POLA PACARAN REMAJA Dian Andriany, Olyvia Wahyuningsih, Nasyfa Najmatul
Maulida, Kirei Shakira Lanora Tinanie Universitas
Swadaya Gunung Jati [email protected],
[email protected], [email protected],
[email protected] |
|
|
Abstrak Remaja merupakan masa transisi dari masa
anak-anak ke masa dewasa yang mengalami perubahan begitu pesat. Remaja akan
mengalami hal-hal yang belum pernah mereka alami sebelumnya, seperti
menstruasi, mimpi basah, dorongan seksual, rasa tertarik atau malu terhadap
lawan jenis, lebih sensitif, lebih tertutup pada orang tua, peningkatan
kebutuhan akan kebebasan, lebih banyak memperhatikan penampilan diri dan
sebagainya. Tujuan penelitian ini Mendiskripsikan perilaku pacaran pada
remaja. Peneliti merasa penting menganalis perilaku berpacaran remaja. Metode
yang dipakai melalui teknik penelitian kepustakaan (library study) yang
mengacu pada sumber yang tersedia baik online maupun offline seperti: jurnal
ilmiah, buku dan berita yang bersumber dari sumber terpercaya. Sehingga
diperoleh kesimpulan�
bahwa remaja memiliki dua macam perilaku, yakni perilaku ketika
berpacaraan berduaan dan perilaku pacaran�
berkelompok. Perilaku pacaran remaja ketika berduaan yakni dengan� menghabiskan
waktu untuk mengobrol berdua hingga perilaku berpelukan. Sedangkan perilaku
pacaran remaja ketika bersama dengan teman-teman antara lain bertukar
handphone dan nonton bioskop. Keywords: komunikasi;
pacarana; remaja Abstract Adolescence
is a period of transition from childhood to adulthood which changes so rapidly.
Adolescents will experience things they have never experienced before, such
as menstruation, wet dreams, sexual urges, feelings of attraction or
embarrassment towards the opposite sex, more sensitivity, more closed to
parents, increased need for freedom, more attention to appearance and etc.
The purpose of this study is to describe dating behavior in adolescents.
Researchers feel it is important to analyze the dating behavior of
adolescents. The method used is through library research techniques (library
study) which refer to sources available both online and offline such as:
scientific journals, books and news that come from trusted sources. So it can
be concluded that teenagers have two kinds of behavior, namely behavior when
dating alone and behavior when dating in groups. Adolescent courtship
behavior when alone, namely by spending time chatting together to hugging
behavior. Meanwhile, the dating behavior of teenagers when they are together
with friends includes exchanging cellphones and watching movies. Keywords: communication; dating; teenager |
Pendidikan adalah usaha sadar untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (Wibawa, 2017). Lahirnya undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistim Pendidikan nasional telah membawa dampak positif bagi pembelajaran
bahasa Indonesia. Hal ini mencerminkan dengan diangkat membaca, menulis dan
berhitung sebagai kemampuan dasar berbahasa yang secara dini dan berkesinambungan
menjadi perhatian dan kegiatan di sekolah dasar.
Peningkatan mutu pendidikan pada setiap
jenis dan satuan pendidikan terutama satuan pendidikan dasar merupakan komitmen
nasional dan titik berat pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada kurun
waktu yang akan datang (Dewi, 2019). Untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah,
seorang guru harus memperhatikan kondisi siswa, orang tua siswa, lingkungan dan
latar belakang siswa. Menurut Umar (2000:84) bahwa guru SD wajib mengetahui
latar belakang kehidupan anak, agar guru SD dapat memprediksikan perkembangan
bahasa dan pemerolehan bahasa anak. Informasi mengenai perkembangan dan
pemerolehan bahasa anak menjadi pertimbangan penyusunan program mengajar (Yunus, 2017).
Dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia,
seringkali terjadi bahwa tidak semua siswa dapat menyerap dan memahami materi
pada saat pertama kai diajarkan (Suardi, 2018). Hal tersebut terjadi karena setiap siswa memang
memiliki potensi dan karakter yang berbeda. Jika di sekolah dasar tidak
dimatangkan tentang kebahasan, dikhawatirkan nanti di kelas yang lebih tinggi
siswa tidak dapat mengikuti pelajaran yang lain (Desrita, 2020). Karena mata pelajaran bahasa Indonesia sangatlah
penting, sebab dengan keterampilan bahasa siswa dapat mengikuti mata pelajaran
yang lain seperti PKn, pendidikan agama, matematika, ilmu pengetahuan alam, dan
ilmu pengetahuan sosial. Keberhasilan guru pada mata pelajaran bahasa Indonesia
dalam menjalankan tugasnya sangat dipengaruhi oleh pelaksanaan proses
pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu, guru sebaiknya menyiapkan diri dalam
menyajikan bahan pembelajaran, menentukan kegiatan yang akan dilakukan bersama
dengan siswa, mengupayakan agar bahan dan sajiannya dapat tercapai, penunjang
yang sesuai dengan bahan yang diajarkan, sehingga dapat tercapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan (Husaini, 2022).
Dalam penelitian ini menggunakan desain
penelitian tindakan kelas yang ditempuh dalam tiga siklus, yaitu siklus I,
siklus II, dan siklus III. Masing-masing terdiri dari empat tahap atau
langkah-langkah, yaitu : (1) perencanaan (2) tindakan,
(3) pengamatan, (4) refleksi. Keempat langkah tersebut selalu berkaitan antara
satu dengan yang lain. Begitu pula pelaksanaannya, antara siklus I, siklus II,
dan siklus III saling berkaitan. Siklus III merupakan penyempurnaan dari siklus
II, dan siklus II penyempurnaan dari kelemahan dan kekurangan pada siklus I. Demikian
juga yang terjadi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas III semester I SDN
Perigi 04 Kecamatan Pondok Aren Tahun Pelajaran 2017/2018 pada materi
percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, ternyata nilainya
masih rendah, terbukti dari 26 siswa yang mendapat nilai tuntas belajar hanya
12 siswa. Untuk itu peneliti melaksanakan perbaikan pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas (Muslich, 2007).
Dalam ulangan tes formatif materi
pelajaran Bahasa Indonesia kelas III SDN Pondok Kacang Timur 03 Kecamatan
Pondok Aren Tahun Pelajaran 2017/2018, dari 26 siswa hanya ada 12 siswa yang
mencapai tingkat pemahaman di atas 65. Selama pembelajaran berlangsung suasana
kelas sangat tenang, tidak ada yang memberikan tanggapan terhadap penjelasan
guru, meski telah berulang kali guru memberikan kesempatan untuk bertanya.
Soal-soal yang diberikan sudah cukup, namun pada hasil akhir pelaksanaan tes
formatif yang diberikan guru, hasilnya masih jauh dari yang diharapkan (Dewi, 2019).
Berdasarkan rumusan masalah di atas,
tujuan penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan siswa dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat
komunikasi sederhana melalui metode tugas pada siswa kelas III semester I SDN
Pondok Kacang Timur 03� Kecamatan Pondok
Aren Tahun Pelajaran 2017/2018 Mendeskripsikan prestasi belajar siswa kelas III
semester I SDN Pondok Kacang Timur 03 Kecamatan Pondok Aren Tahun Pelajaran
2017/2018 pada mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon
atau alat komunikasi sederhana melalui metode pemberian tugas (Anas & PdI, 2014). Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap
pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat
komunikasi sederhana dengan menggunakan metode tugas pada siswa kelas III
semester I SDN Pondok Kacang Timur 03 Kecamatan Pondok Aren Tahun Pelajaran
2017/2018.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan
di SDN Jurang Mangu Timur 02� Kecamatan
Pondok Aren Tahun Pelajaran 2017/2018, sebagai objek penelitian adalah siswa
kelas III semester I yang berjumlah 26 siswa terdiri dari 12 laki-laki dan 14
perempuan. Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan materi pokok percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana
dengan kalimat yang ringkas yaitu pada tanggal 12 Oktober 2017 pelaksanaan
siklus I, tanggal 19 Oktober 2017 pelaksanaan siklus II, dan tanggal 26 Oktober
2017 pelaksanaan siklus III. Metode yang igunakan adalah kualitatif.
Dalam pelaksanaan, peneliti dibantu oleh
teman sejawat dan kepala sekolah. Teman sejawat membantu mengamati proses
pembelajaran sedangkan kepala sekolah membantu memberikan dukungan dalam
pelaksanaan perbaikan pembelajaran (Sarifudin, 2019).
Penelitian tindakan kelas ini ditempuh
dalam tiga siklus, yaitu siklus I, siklus II dan siklus III. Masing-masing
siklus terdiri dari empat tahap atau langkah-langkah yaitu :
1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Keempat langkah
tersebut selalu berkaitan antara satu dengan yang lain. Begitu dalam
pelaksanaannya saling berkaitan dan siklus III merupakan penyempurnaan dari
kelemahan dan kekurangan dari siklus I dan siklus II.
Siklus I
Perencanaan pada tahapan perencanaan ini,
langkah-langkah yang ditempuh oleh guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
pokok bahasan percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana yaitu
menyiapkan rencana pembelajaran, menyiapkan media dan sumber pembelajaran,
merencanakan penggunaan metode pembelajaran, menyiapkan lembar observasi,
menyiapkan lembar kerja, menyiapkan alat evaluasi (Sriwidianingsih, 2017).
Pelaksanaan yaitu kegiatan awal, mengabsen
siswa, memberikan salam, berdoa, memotivasi siswa, dan apersepsi (Karo-Karo, 2016). Kegiatan inti guru menjelaskan materi pembelajaran
Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi
sederhana, tanya jawab materi pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan
lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, siswa diberi kesempatan untuk
bertanya, siswa diberi tugas secara kelompok tentang percakapan lewat telepon
atau alat komunikasi sederhana, diskusi kelompok tentang percakapan lewat
telepon atau alat komunikasi sederhana, guru mengamati pelaksanaan diskusi
kalompok, masing-masing kelompok melaporkan hasilnya, dan siswa bersama guru
menyimpulkan hasil diskusi. Kegiatan akhir siswa menerima lembar evaluasi,
siswa mengerjakan soal-soal evaluasi, penilaian terhadap hasil evaluasi, dan
menganalisa hasil evaluasi. Tindak lanjut perbaikan bagi siswa yang nilainya
kurang dari 65 dan pengayaan bagi siswa yang lainnya lebih 65.
Pengamatan / Pengumpulan Data yaitu
pengamatan selama proses pembelajaran, mengamati perilaku siswa baik positif
maupun negatif selama proses pembelajaran, observer mengamati hasil belajar
siswa pada akhir pembelajaran, dan observer mencatat semua temuan dalam proses
pembelajaran dan diperoleh data penyampaian materi terlalu cepat, sehingga
sulit dipahami oleh anak, guru kurang memberikan kesempatan pada siswa untuk
bertanya, bahkan penggunaan metode kurang tepat dalam menyampaikan materi
pelajaran. Refleksi dimaksudkan untuk evaluasi terhadap semua temuan dalam
pembelajaran baik kelemahan dan kekurangan yang ada pada siklus I.
Setelah melaksanakan perbaikan siklus I,
observer menemukan kekurangan guru dalam proses pembelajaran, sebagai objek
atau fokus perbaikan pada siklus II yaitu : 1)
menyampaikan materi pembelajaran dengan jelas dan lengkap supaya mudah dipahami
anak, 2) menggunakan metode pembelajaran yang tepat dan efektif, 3) memberikan
kesempatan pada siswa untuk bertanya. Hasil refleksi ini dipakai sebagai
pembenahan dan perbaikan pelaksanaan pembelajaran, karena belum mencapai
ketuntasan belajar yang diharapkan, maka dipandang perlu diadakan perbaikan
pembelajaran pada siklus II.
Siklus II
Perencanaan mengidentifikasi dan
merumuskan masalah berdasarkan refleksi pembelajaran siklus I memperbaiki
rencana pembelajaran, merencanakan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai, menyiapkan
media dan sumber belajar yang relevan, dan memperbaiki pedoman rancangan
evaluasi. Pelaksanaan Kegiatan awal mengabsen siswa, memberikan salam, berdoa,
motivasi siswa, dan apersepsi.
Kegiatan inti guru menjelaskan materi
pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat
komunikasi sederhana, tanya jawab materi pembelajaran bahasa Indonesia tentang
percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, siswa diberi
kesempatan untuk bertanya, siswa diberi tugas secara kelompok tentang
percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, diskusi kelompok
tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana, guru mengamati
pelaksanaan diskusi kalompok, masing-masing kelompok melaporkan hasilnya, siswa
bersama guru menyimpulkan hasil diskusi. Kegiatan akhir siswa menerima lembar
evaluasi, siswa mengerjakan soal-soal evaluasi, penilaian terhadap hasil
evaluasi, dan menganalisa hasil evaluasi. Tindak lanjut perbaikan bagi siswa
yang nilainya kurang dari 65, pengayaan bagi siswa yang nilainya lebih dari 65,
dan pemberian pekerjaan rumah (PR).
Pengamatan / Pengumpulan Data adanya
pengamatan selama proses pembelajaran, observer mengamati hasil belajar siswa
pada akhir pembelajaran, observer mencatat semua temuan dalam proses
pembelajaran dan diperoleh data sebagai perbaikan siklus berikutnya yaitu� penyampaian materi jelas tetapi perhatian
pada siswa kurang, pandangan guru pada siswa kurang merata, dan guru kurang
memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya.
Merefleksikan perubahan sikap dan
peningkatan kemampuan penguasaan materi, dan evaluasi terhadap semua temuan
dalam pembelajaran pada siklus II. Setelah melaksanakan perbaikan siklus II,
observer menemukan kekurangan guru dalam proses pembelajaran, sebagai fokus perbaikan
pada siklus III yaitu : 1) menyampaikan materi dengan
jelas dan lengkap supaya mudah dipahami anak, 2) pandangan dan perhatian guru
pada siswa secara menyeluruh, 3) memberikan kesempatan pada siswa untuk
bertanya.
Siklus III
Perencanaan mengidentifikasi dan
merumuskan masalah berdasarkan refleksi pembelajaran siklus II, memperbaiki
rencana pembelajaran, menyiapkan media dan sumber pembelajaran, merencanakan
penggunaan metode pembelajaran, memperbaiki pedoman rancangan evaluasi.
Pelaksanaan Kegiatan awal mengabsen siswa, memberikan salam, berdoa, memotivasi
siswa, dan apersepsi. Kegiatan inti guru menjelaskan materi pembelajaran bahasa
Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat komunikasi sederhana,
tanya jawab materi pembelajaran bahasa Indonesia tentang percakapan lewat
telepon atau alat komunikasi sederhana, siswa diberi kesempatan untuk bertanya,
siswa diberi tugas secara kelompok tentang percakapan lewat telepon atau alat
komunikasi sederhana, diskusi kelompok tentang percakapan lewat telepon atau
alat komunikasi sederhana, guru mengamati pelaksanaan diskusi kalompok,
masing-masing kelompok melaporkan hasilnya, siswa bersama guru menyimpulkan
hasil diskusi.
Kegiatan akhir siswa menerima lembar
evaluasi, siswa mengerjakan soal-soal evaluasi, penilaian terhadap hasil
evaluasi, menganalisa hasil evaluasi (Faznur et al., 2020). Tindak lanjut perbaikan bagi siswa yang nilainya
kurang dari 65 dan pengayaan bagi siswa yang nilainya lebih dari 65 (Kumalaratih, 2016). Pengamatan / Pengumpulan Data pengamatan selama
proses pembelajaran, observer mengamati hasil belajar siswa pada akhir
pembelajaran, observer mencatat semua temuan dalam proses pembelajaran.
Penulis dengan dibantu teman sejawat
merefleksikan perubahan sikap dan peningkatan kemampuan penguasaan materi denag
cara menganalisis hasil observasi terhadap sikap siswa selama proses
pembelajaran siklus III berlangsung (Hartani &
Fathurohman, 2018). Setelah melaksanakan perbaikan siklus III, diperoleh
refleksi bahwa dalam proses pembelajaran berlangsung baik, suasana kelas lebih
kondusif, sehingga hasil belajar siswa yang dicapai melampaui batas
ketuntatasan belajar. Refleksi siklus III ini untuk membuat simpulan dari
pelaksanaan perbaikan pembelajaran, dan membandingkan hasil evaluasi siklus I,
siklus II, dan siklus III, sehingga terlihat perubahan peningkatan pemahaman
siswa pada materi pembelajaran.�
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Deskripsi Hasil
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Hasil penelitian ini terdiri atas kondisi
awal atau sebelum perbaikan dan hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I,
siklus II, dan siklus III. Berdasarkan hasil tes formatif sebelum perbaikan
pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas III Semester I SDN Jurang Mangu Timur 02 �Kecamatan Pondok Aren Tahun Pelajaran
2017/2018 adalah sebagai berikut :
Tabel 1�
Rekapitulasi Hasil Tes Sebelum Perbaikan
No |
Skor |
Kategori |
Frekuensi |
Persentasi |
1. 2. 3. 4. 5. |
≤ 50 51 � 65 66 � 75 76 � 85 86 � 100 |
Jelek Kurang Cukup Baik Sangat baik |
8 7 5 6 - |
30,77% 26,92% 19,23% 23,08% 0% |
|
JUMLAH |
|
26 |
100 % |
Berdasarkan tabel 1 di atas, dari jumlah
26 siswa hanya ada 6 siswa yang termasuk kategori baik atau sebesar 23,08%.
Nilai antara 66 � 75 didapat oleh 5 siswa atau sebesar 19,23% dalam kategori cukup.
Nilai antara 51-65 didapat oleh 7 siswa atau sebesar 26,9% termasuk dalam
kategori kurang, dan nilai kurang dari atau sama dengan 50 didapat oleh 8 siswa
atau sebesar 30,77% termasuk dalam kategori jelek.
Hasil tes formatif sebelum perbaikan
tindakan pembelajaran dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut :
Gambar 1 Grafik Hasil Tes Formatif Sebelum Perbaikan
Hasil Tes Siklus I
Hasil tes formatif penguasaan materi
pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat
komunikasi sederhana pada siklus I sebagai berikut :
Tabel 2 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus I
No |
Skor |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
1. 2. 3. 4. 5. |
� 50 51 � 65 66 � 75 76 � 85 86 � 100 |
Jelek Kurang Cukup Baik Sangat baik |
5 6 8 7 - |
19,23% 23,08% 30,77% 26,92% - |
|
Jumlah |
|
26 |
100% |
Berdasarkan tabel 2 di atas, dari jumlah
26 siswa hanya 15 siswa yang termasuk kategori baik dan kategori cukup sebesar
57,69% yang melampaui batas ketuntasan belajar. Karena belum memenuhi target
yang diharapkan maka perlu mengadakan tindakan perbaikan pembelajaran pada
siklus I.
Hasil tes formatif siklus I dapat
digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut :
Gambar 2 Grafik Hasil Tes Formatif Perbaikan Siklus I
Hasil Tes Siklus II
Hasil tes formatif penguasaan materi
pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat
komunikasi sederhana pada siklus II sebagai berikut :
Tabel 3 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus II
No |
Skor |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
1. 2. 3. 4. 5. |
� 50 51 � 65 66 � 75 76 � 85 86 � 100 |
Jelek Kurang Cukup Baik Sangat baik |
2 5 9 10 - |
7,69% 19,23% 34,62% 38,46% -% |
|
Jumlah |
|
26 |
100% |
Berdasarkan tabel 3 di atas, penguasaan
materi pembelajaran Bahasa Indonesia dari jumlah 26 siswa hanya ada 19 siswa
yang termasuk kategori baik dan kategori cukup atau sebesar 73,08% yang
melampaui batas ketuntasan belajar. Pada siklus II mengalami peningkatan batas
ketuntasan belajar siswa, yang semula 15 siswa atau sebesar 57,69% menjadi 19
siswa atau sebesar 73,08%. Karena hasil yang diperoleh belum memenuhi target
yang diharapkan, maka diadakan lagi tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus
III.
Hasil tes formatif perbaikan pembelajaran
siklus II dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut
:
Gambar 2 Grafik Hasil Tes Formatif Perbaikan Siklus I
Hasil Tes Siklus II
Hasil tes formatif penguasaan materi
pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat
komunikasi sederhana pada siklus II sebagai berikut :
Tabel 3 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus II
No |
Skor |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
1. 2. 3. 4. 5. |
� 50 51 � 65 66 � 75 76 � 85 86 � 100 |
Jelek Kurang Cukup Baik Sangat baik |
2 5 9 10 - |
7,69% 19,23% 34,62% 38,46% -% |
|
Jumlah |
|
26 |
100% |
Berdasarkan tabel 3 di atas, penguasaan
materi pembelajaran Bahasa Indonesia dari jumlah 26 siswa hanya ada 19 siswa
yang termasuk kategori baik dan kategori cukup atau sebesar 73,08% yang
melampaui batas ketuntasan belajar. Pada siklus II mengalami peningkatan batas
ketuntasan belajar siswa, yang semula 15 siswa atau sebesar 57,69% menjadi 19
siswa atau sebesar 73,08%. Karena hasil yang diperoleh belum memenuhi target
yang diharapkan, maka diadakan lagi tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus
III.
Hasil tes formatif perbaikan pembelajaran
siklus II dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut
:
Gambar 3 Grafik Hasil Tes Formatif Perbaikan Siklus II
Hasil Tes Siklus III
Hasil tes formatif penguasaan materi
pembelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat
komunikasi sederhanapada siklus III sebagai berikut :
Tabel 4 Analisis Hasil Tes Formatif Siklus III
No |
Skor |
Kategori |
Frekuensi |
Persentase |
1. 2. 3. 4. 5. |
� 50 51 � 65 66 � 75 76 � 85 86 � 100 |
Jelek Kurang Cukup Baik Sangat baik |
- 3 6 9 8 |
- 11,53% 23,08% 34,62% 30,77% |
|
Jumlah |
|
26 |
100% |
Berdasarkan tabel 4 di atas, penguasaan
siswa pada materi pembelajaran Bahasa Indonesia dari jumlah 26 siswa ada 23
siswa yang mendapat nilai di atas ketuntasan belajar. Keadaan siswa pada siklus
III ini mengalami peningkatan yang lebih baik, yakni ada 23 siswa atau sebesar
88,46% dari jumlah 26 siswa yang mendapat nilai 65.
Hasil tes formatif perbaikan pembelajaran
siklus III dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut
:
Gambar 4 Grafik Hasil Tes Formatif Perbaikan Siklus III
Grafik peningkatan hasil tes formatif
mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat
komunikasi sederhana sebelum perbaikan sampai perbaikan siklus I, siklus II,
dan siklus III dapat digambarkan dalam diagram batang sebagai berikut :
Gambar 5 Grafik Hasil Tes Formatif Sebelum Perbaikan, Siklus I,
Siklus II dan Siklus III
Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan
Pembelajaran
Berdasarkan hasil tes formatif siklus I, dari jumlah
26 siswa hanya ada 7 siswa yang termasuk kategori baik atau sebesar 26,92%
yaitu mereka yang mencapai nilai antara 76-85. Nilai antara 66 sampai 75
didapat oleh 8 siswa atau 30,77% yaitu mereka yang termasuk kategori cukup.
Sementara ada 6 siswa yang mendapat nilai dalam kategori kurang atau sebesar
23,68% mereka hanya dapat mencapai nilai antara 51-65. Namun ada 5 siswa yang
termasuk kategori jelek yang mendapat nilai ≤ 50 atau sebesar 19,23%.
Hasil tes formatif diatas didukung dengan hasil
pengamatan diperoleh data yaitu pada saat proses pembelajaran dilaksanakan,
sebagian besar siswa tidak tertarik dengan teknik yang diberikan, hal ini
terlihat jelas dari cara siswa merespon terhadap tugas yang diberikan. Siswa
bersikap pasif dan tidak berusaha maksimal untuk mengerjakannya. Ada beberapa
siswa yang menganggap bahwa tugas yang diberikan itu tidak penting, sehingga
siswa kurang berusaha dalam mengerjakannya. Namun demikian ditemukan beberapa
siswa yang menganggap serius, yaitu terbukti adanya siswa yang
bersungguh-sungguh dalam mengerjakan dan dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
Pada hasil analisis dan pengamatan proses pembelajaran
siklus I menunjukkan hal-hal sebagai berikut : 1)
belum seluruh siswa mampu menguasai materi pembelajaran Bahasa Indonesia, 2)
sebagian siswa belum memiliki ketertarikan pada materi pembelajaran, 3)
motivasi belajar masih kurang, 4) media dan metode pembelajaran belum optimal,
5) kurangnya perhatian siswa pada saat pembelajaran berlangsung, 6) pengelolaan
kelas belum sepenuhnya terkendali.
Hasil tes formatif dan pengamatan yang telah
dilaksanakan pada siklus I ternyata hasil yang diperoleh belum memenuhi target
kategori baik atau mencapai nilai rata-rata 75 sampai 85. Hal ini terbukti
dengan jumlah siswa yang mendapat nilai lebih dari 65 adalah 15 siswa atau
sebesar 57,69% yang melampaui batas tuntas belajar. Karena belum memenuhi
target yang diharapkan maka perlu mengadakan tindakan perbaikan pembelajaran
pada siklus II.
Berdasarkan hasil tes formatif siklus II, penguasaan
materi pembelajaran Bahasa Indonesia dari jumlah 26 siswa ada 10 siswa yang
termasuk kategori baik atau sebesar 38,46%, yaitu mereka yang mencapai nilai
antara 76-85. Nilai antara 66-75 didapat oleh 9 siswa atau sebesar 34,62% yaitu
mereka yang termasuk kategori cukup. Sementara ada 5 siswa yang mencapai nilai
dalam kategori kurang atau sebesar 19,23% yaitu nilai antara 51-65. Namun ada
juga siswa yang mendapat nilai dengan kategori jelek yaitu 2 siswa atau 7,69%.
Pada hasil analisis dan pengamatan proses pembelajaran
pada siklus II menunjukkan hal-hal sebagai berikut :
1) belum seluruhnya siswa mampu menguasai materi pembelajaran, 2) media dan
metode masih belum optimal, 3) hanya sebagian siswa yang mempunyai motivasi
belajar yang tinggi.
Hasil tes formatif dan pengamatan yang telah
dilaksanakan pada siklus II, hasil yang diperoleh masih belum memenuhi target
yang diharapkan maka perlu diadakan lagi perbaikan pembelajaran pada siklus
III.
Berdasarkan hasil tes formatif siklus III, penguasaan
materi pembelajaran Bahasa Indonesia dari jumlah 26 siswa ada 8 siswa yang termasuk
kategori sangat baik atau sebesar 30,77%, yaitu mereka yang mencapai nilai
diatas 86. Nilai antara 76-85 didapat oleh 9 siswa atau sebesar 34,62% yaitu
mereka yang termasuk kategori baik. Sementara ada 6 siswa yang mencapai nilai
dalam kategori cukup atau sebesar 23,08% yaitu nilai antara 66-75. Namun masih
ada tiga siswa yang mencapai nilai dalam kategori kurang atau sebesar 11,53%
yaitu mereka yang mencapai nilai 51-65 (Surya, 2017).
Hasil tes formatif penguasaan materi pembelajaran
Bahasa Indonesia pada�
siklus III diatas, didukung dengan hasil pengamatan terhadap
siswa pada waktu proses pembelajaran berlangsung sebagian besar siswa memiliki
antusias dan motivasi belajar yang tinggi. Ada sebagian kecil siswa yang
terlihat pasif namun ketidakaktifan siswa tersebut disebabkan oleh situasi dan
kondisi siswa itu sendiri. Pada siklus III ini mengalami peningkatan yang tinggi,
karena hasil tersebut pada siklus II belum dapat dicapai. Hal ini membuktikan
bahwa terjadi perbaikan sikap dan hasil belajar ke arah yang lebih baik.
Berdasarkan persentase penguasaan materi pembelajaran
Bahasa Indonesia pada siklus III mengalami peningkatan yang baik. Ini
disebabkan oleh dua faktor yang mempengaruhi yaitu fakor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan siswa, sikap, motivasi, minat
dan kondisi siswa sendiri. Adapun faktor eksternal mencakup gangguan tempat
siswa belajar dan suasana kelas yang terkendali.
Pada proses pembelajaran siklus III telah ada
peningkatan batas tuntas belajar, yakni ada 23 siswa atau sebesar 88,46% dari
jumlah 26 siswa mendapat nilai 65. Ini berarti batas tuntas belajar
telah terpenuhi karena jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 lebih
dari 75%. Hasil tersebut diketahui setelah diadakan analisis hasil tes formatif
penguasaan materi pembelajaran Bahasa Indonesia pada siklus I, siklus II, dan
siklus III.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan yang signifikan pada penguasaan materi
pembelajaran, hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes formatif pada siklus I,
siklus II, dan siklus III. Pada siklus III ada 23 siswa dari jumlah 26 siswa
atau sebesar 88,46% yang memperoleh nilai 65. Ini berarti batas tuntas
belajar telah terpenuhi karena jumlah siswa yang memperoleh nilai 65
lebih dari 75%.
Data kualitatif yang diperoleh melalui pengamatan
menunjukkan adanya perubahan perilaku siswa yang positif (Prayitno, 2013). Perubahan tersebut terlihat pada penguasaan materi
pembelajaran, minat dan motivasi belajar, maupun hasil belajar siswa. Dalam
tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan metode dan alat peraga yang
efektif dan optimal dapat meningkatan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
sehingga siswa lebih aktif serius, antusias dalam menarik materi pelajaran.
Siswa lebih percaya diri dan berani mengemukakan
pendapatnya baik dalam kelompok diskusi maupun salam, proses pembelajaran, di
kelas. Dengan adanya tindakan perbaikan pembelajaran ini, motivasi siswa untuk
memahami dan menguasai materi pelajaran sangat tinggi, hal ini dapat dilihat
dari hasil belajar siswa yang diperoleh dari siklus I, siklus II dan siklus
III. Di samping itu menumbuhkan sikap siswa untuk meningkatkan belajarnya,
berani mengungkapkan pendapat atau bertanya serta tidak ragu-ragu lagi dalam
menghadapi berbagai persoalan materi pelajaran.
Anas, M., & PdI, M.
(2014). Mengenal Metodologi Pembelajaran. Muhammad Anas.
Desrita, D. (2020). meningkatkan hasil belajar melalui metode
pemberian tugas pada siswa kelas ii sekolah dasar. Jurnal Muara Pendidikan,
5(2), 658�663.
Dewi, C. (2019). peningkatan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran bahasa indonesia tentang percakapan lewat telepon atau alat
komunikasi sederhana (melalui metode pemberian tugas kelas iv mi no. 25/e. 3
ambai bawah tahun ajaran 2017/2018). Jurnal Literasiologi, 2(2).
Faznur, L. S., Khaerunnisa, K., & Sumardi, A. (2020).
Aplikasi Kahoot Sebagai Media Dalam Evaluasi Pembelajaran Bahasa Indonesia Pada
Guru Sma Di Sukabumi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Teknik, 2(2),
39�44.
Hartani, A., & Fathurohman, I. (2018). peningkatan
kualitas pembelajaran menyimak cerita pendek melalui model picture and picture
berbantuan media cd cerita pada siswa kelas v sd 1 mejobo kudus. KREDO:
Jurnal Ilmiah Bahasa Dan Sastra, 2(1), 17�38.
Husaini, H. (2022). Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Xi
Ips-1 Pada Materi Dampak Penanggulangan Penyakit Menular Seksual Melalui Model
Pembelajaran Problem Based Learning (Pbl) Di Sma Negeri 1 Sigli. Jurnal
Sains Riset, 12(2), 389�394.
Karo-Karo, D. (2016). Meningkatkan Hasil Belajar Dengan
Menggunakan Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Matematika Di Kelas V Sd
Negeri No. 107402 Saentis. ELEMENTARY SCHOOL JOURNAL PGSD FIP UNIMED, 5(1).
Kumalaratih, E. B. (2016). Peningkatan Hasil Belajar Tentang
Mendeskripsikan Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia Melalui
Pendekatan Discovery Learning Dengan Metode Observasi Di Kelas Vi Sdn 3
Sumbergirang. Jurnal Ilmiah Didaktika PGRI, 2(1), 111�118.
Muslich, M. (2007). KTSP: pembelajaran berbasis kompetensi
dan kontekstual, panduan bagi guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah.
Bumi Aksara.
Prayitno, H. W. (2013). Peningkatan keterampilan menulis
puisi menggunakan teknik inkuiri dan latihan terbimbing. Jurnal Pendidikan
Bahasa Dan Sastra Indonesia, 2(2).
Sarifudin, S. (2019). Implementasi supervisi kepala sekolah
terhadap kinerja guru dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran di
madrasah ibtidaiyah negeri (min) kota bogor. Islamic Management: Jurnal
Manajemen Pendidikan Islam, 2(01), 49�70.
Sriwidianingsih, N. (2017). Dialog Interaktif Di Televisi
Dengan Rekaman Untuk Pembelajaran Menyimak. Metalingua: Jurnal Penelitian
Bahasa, 13(1), 51�62.
Suardi, M. (2018). Belajar & pembelajaran.
Deepublish.
Surya, Y. F. (2017). Penerapan model pembelajaran problem
based learning untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SDN
016 Langgini Kabupaten Kampar. Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika,
1(1), 38�53.
Wibawa, S. (2017). Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat). Disampaikan Dalam Rapat Perencanaan
Pengawasan Proses Bisnis Perguruan Tinggi Negeri. Yogyakarta, 29,
1�15.
Yunus, N. (2017). Implikasi Perkembangan Intelektual Dan
Pemerolehan Bahasa Dalam Pengajaran Bahasa (Indonesia). At-Ta�lim: Media Informasi
Pendidikan Islam, 13(1), 97�106.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License