ANALISA PERBANDINGAN PERKUATAN TANAH SOIL
NAILING DAN SHOTCRETE PADA PROYEK GELANGGANG INOVASI DAN KREATIVITAS
UNIVERSITAS GADJAH MADA Fenny Rosita Anggraini, Budi Priyanto Universitas Muhammadiyah Surakarta |
|
|
Abstrak Proyek pembangunan Gedung
Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK-UGM) berada
di kota Yogyakarta. Banyaknya bangunan di sekitar ini, jadi perlu adanya
perkuatan ketika akan membangun sebuah gedung. Penggunaan metode soil
nailing dan shotcrete pada basement sebagai upaya agar
tidak terjadi pergeseran tanah pada bangunan. Di sisi lain penggunaan metode soil
naling dan shotcrete metodenya mudah dilaksanakan dan tidak
menimbulkan suara dan getaran yang besar. Karena berbatasan dengan bangunan eksisting
sehingga tidak dapat dilakukan metode galian open cut. Oleh karena itu
perkuatan lereng diperkuat dengan pekerjaan soil nailing dan shotcrete.
Soil nailing merupakan salah satu metode perbaikan tanah yang
mengombinasikan perkuatan pasif dari batangan baja dan adukan beton (shotcrete).
Campuran berbahan dasar semen yang disebut shotcrete dilemparkan ke
permukaan penerima dengan kecepatan tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengetahui perbandingan biaya dalam pekerjaan soil nailing dan shotcrete
serta mengetahui metode pelaksanaan soil nailing dan shotcrete. Berdasarkan perbandingan
harga satuan pekerjaan didapatkan harga untuk pekerjaan soil nailing
yaitu Rp345.000,00 sedangkan pekerjaan shotcrete Rp460.000,00.
Pekerjaan soil nailing lebih menghemat biaya daripada pekerjaan shotcrete.
Metode pekerjaan soil nailing dan shotcrete sudah sesuai
urutan dan teknik pengerjaan yang mudah. Metode penelitian yang
digunakan pada penelitian proyek yaitu observasi/pengamatan dilapangan, mengadakan
pengamatan langsung di lapangan, mengumpulkan data-data yang dibutuhkan,
melakukan studi kepustakaan, dan mempelajari tentang metode kerja soil
nailing dan shotcrete berdasarkan jurnal ataupun buku-buku acuan yang
bekaitan dengan penelitian ini. Kata Kunci: metode; perkuatan; shotcrete; soil nailing Abstract The
building project for the Gadjah Mada
University Innovation and Creativity Center Building (GIK-UGM) is located in
the city of Yogyakarta. There are many buildings around here, so
reinforcement is needed when building a building. The use of soil nailing and
shotcrete methods in the basement is an effort to
prevent soil shifts in the building. On the other hand, the use of soil naling and shotcrete methods is
easy to implement and does not cause big noise and vibration. Because it is
adjacent to the existing building, the open cut excavation method cannot be
carried out. Therefore slope reinforcement is strengthened by soil nailing
and shotcrete work. Soil nailing is a soil
improvement method that combines passive reinforcement of steel bars and shotcrete. A cement-based mixture called shotcrete is thrown onto the receiving surface at high
speed. The purpose of this study is to determine the cost comparison in soil
nailing and shotcrete work and to know the method
of implementing soil nailing and shotcrete. Based
on a comparison of the unit price of the work, the price for the soil nailing
work was Rp. 345,000.00 while the shotcrete work was Rp.
460,000.00. Soil nailing work is more cost effective than shotcrete
work. Soil nailing and shotcrete work methods are
in accordance with the sequence and easy work techniques. The research method
used in project research is observation/observations in the field, making
direct observations in the field, collecting the required data, conducting
literature studies, and learning about soil nailing and shotcrete
work methods based on journals or reference books related to research. Keywords: method; reinforcement; shotcrete; soil nails |
Pembangunan basement
yakni terbatasnya jumlah lahan yang tersedia, gedung bertingkat saat ini
menjadi semakin populer, namun permintaan akan tempat parkir juga meningkat (Ikhsan,
2019) Pembangunan basement sangat
bermanfaat untuk mengatasi keterbatasan lahan parkir. Pembuatan basement
di proyek Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK-UGM)
berada di zona D.
Fungsi perkuatan lereng
untuk memberikan stabilitas terhadap bidang gelincir. Penggunaan metode soil
nailing dan shotcrete pada basement sebagai upaya agar tidak
terjadi pergeseran tanah pada bangunan (Nurashar,
2020). Disisi lain penggunaan
metode soil naling dan shotcrete metodenya mudah dilaksanakan dan tidak
menimbulkan suara dan getaran yang besar. Metode soil nailing menjadi
lebih efisien dari segi biaya dibandingkan dengan teknik lain terhadap berbagai
karakteristik tanah yang menguntungkan (Hariyaniek
& Sufitri, 2005).
Soil nailing merupakan salah satu
metode perbaikan tanah yang mengombinasikan perkuatan pasif dari batangan aja
dan adukan beton (shotcrete) (Kusuma
& Mina, 2017). Dinding depan dapat
diperkuat dengan beton semprot, dan sistem perkuatan terdiri dari beberapa paku
tanah yang dipasang di tanah dengan cara dibor atau didorong/ditekan (reinforced
shotcrete) atau plat besi berfungsi sebagai bagian dasar dinding muka. Soil
nailing komponen pasif yang dikenal sebagai penguatan berulang kali dibor
pada grouting yang menggali secara subhorizontal ke dalam tanah untuk
menopangnya (Lazarte
et al., 2003).
Shotcrete adalah
proyeksi kecepatan tinggi dari campuran berbahan dasar semen ke permukaan
penerima, bagian yang terbuat dari bahan shotcrete terutama terbuat dari
beton atau kadang-kadang adukan semen, tetapi diterapkan pada shotcrete
khusus dengan alat yang unik (Tangkeallo,
2022). Metode shotcrete adalah
metode yang ditemukan Carl Ethan Akeley (1864�1926) pada tahun 1910 dan
menggunakan mesin penyemprot beton untuk digunakan sebagai penguat lereng (Sinarta,
2014). Shotcrete semakin
penting karena kemampuan beradaptasi, ketangguhan, kekuatan tinggi, ikatan yang
baik, dan kemudahan aplikasi pada permukaan penerima di area yang sulit diakses
(Yuliarti
& Septita, 1996). Shotcrete digunakan
untuk terowongan bawah tanah, perbaikan struktur bangunan, dan perlindungan
lereng atau permukaan (tunnel) berkaitan dengan kekuatannya,
keberhasilan penerapannya, dan banyak manfaat yang ditawarkannya (Singh
et al., 2022). Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui perbandingan biaya dalam pekerjaan soil nailing
dan shotcrete, mengetahui latar belakang pemilihat tempat serta
mengetahui metode pelaksanaan soil nailing dan shotcrete (Nasional, 2017).
Metode
penelitian yang digunakan pada penelitian proyek yaitu observasi/pengamatan
dilapangan, mengadakan pengamatan langsung di lapangan, mengumpulkan data-data
yang dibutuhkan, melakukan studi kepustakaan, dan mempelajari tentang metode
kerja soil nailing dan shotcrete berdasarkan jurnal ataupun
buku-buku acuan yang bekaitan dengan penelitian ini (Sihombing
et al., 2014).
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Perbandingan Biaya pada Pekerjaan Soil Nailing dan Shotcrete
Harga satuan (rupiah)
pada pekerjaan soil nailing yaitu Rp345.000,00 sedangkan pekerjaan shotcrete
Rp460.000,00 dilakukan pembayaran dalam satuan m2. Dilihat dari
perbandingan harganya pada pekerjaan shotcrete membutuhkan biaya
penanganan yang tinggi daripada pekerjaan soil nailing.
Tabel 1 Perbandingan
Harga Satuan
Jenis Pekerjaan |
Harga Satuan
(Rupiah) |
Soil Nailiing |
Rp345.000,00 |
Shotcrete |
Rp460.000,00 |
Latar Belakang Pemilihan Tempat
Lokasi pengamatan yang ditinjau
berada pada timur gedung Book
Store untuk pekerjaan soil
nailing. Sedangkan untuk shotcrete, lokasi pengamatan dilakukan di barat Zona C. Pada lokasi ini akan dibangun
basement untuk zona D, sehingga
diperlukan perkuatan lereng. Perkuatan lereng ini bertujuan supaya tidak
terjadi pergeseran bangunan ataupun longsor.�
Untuk melihat detail lokasi pengamatannya bisa dilihat pada gambar 1.
Gambar 1 Lokasi
Pengamatan Soil Nailing dan Shotcrete
Pada perbatasan zona D dengan Book
Store dikarenakan berbatasan dengan bangunan eksisting sehingga
tidak dapat dilakukan open cut yang besar. Oleh karena itu perkuatan
lereng diperkuat dengan pekerjaan soil nailing. Sedangkan pada Barat
Zona C dilakukan shotcrete karena beban bangunannya tidak seberat pada
timur gedung Book Store dan sudah mengerti bagaimana speknya.
Metode Pekerjaan Soil
Nailing dan Shotcrete
Metode
pekerjaan untuk pekerjaan soil nailing dan shotcrete pada Poyek Pembangunan Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada
(GIK-UGM) ini dibagi menjadi 2 langkah, yaitu langkah administrasi �dan pelaksanaan (Kurniawan
et al., 2022).
Langkah administrasi:
Izin pelaksanaan pekerjaan
dan diajukan dibuat dan kesiapan alat dan lokasi
kerja dipastikan siap.
Langkah pelaksaan
1. Penggalian dilakukan secara bertahap dengan
kedalaman 1 meter dan
lakukan perpipan lereng.
2. Marking dilakukan pada titik pengeboran sesuai
dengan gambar shop drawing.
Gambar 2 Proses Penggalian Tanah dengan Ekscavator
3. Pengeboran lubang nailing diameter 73 mm dilakukan
dengan sistem wash boring
kedalaman 5-6 meter (tergantung area bangunan). Jarak antar lubang arah horizontal � 0,9 meter dan vertikal tiap layer � 1 meter.
Gambar 3 Proses Pengeboran dengan Rotary Hydraulic Drilling Machine
4. Lubang bor dibersihkan dengan pompa angin (compressor) dari sisa
tanah lepas sehingga diharapkan bersih dari debu/lumpur sisa pengeboran.
Gambar 4 Pompa Angin untuk Membersihkan Sisa Pengeboran
5. Besi nailing ulir SNI S25 mm
BjTS 420B dimasukkan
6.
Lubang nailing dilakukan grouting dengan
semen + additive cebex 100
Gambar 5 Proses Grouting Soil Nailing
7. Langkah pengerjaan nailing dilakukan dengan
cara yang sama untuk
layer 1, 2, 3, dan 4
Gambar 6 Hasil Pekerjaan Soil Nailing
8.
Wire mesh M6-150 dipasang pada titik nailing lalu diikat dengan kawat bendrat
Gambar 7 Pemasangan Wire mesh M6-150 untuk Pekerjaan Shotcrete
Weep hole pipa PVC aw 2� panjang 30 cm + ijuk dipasang
dengan jarak vertikal 1 m dan jarak horizontal 1,5 m (Sinarta,
2014).
Gambar 8 Pipa dengan Ijuk
9. Plat baja dengan ukuran
150 x 150 x 10 mm pada titik nailing dipasang
dengan las
10. Shotcrete dikerjakan dengan sistem
dry dan campuran mix material
dengan perbandinga 1 : 3 : 4 (semen : pasir : kerikil) dengan tebal 10 cm + additive accelerator (pengering beton).
Gambar 9 Proses Pekerjaan Shortcrete
Dalam pekerjaan soil nailing dan
shotcrete perlu dilakukan
test pull out
untuk mengetahui kekuatan izin dari bar yang telah di grouting. Tes dilakukan pada 1 titik �setiap layer setelah umur grouting 7 hari. Pada proyek ini kekuatan soil
nailing harus melampaui
kekuatan izin sebesar 800 kg (Juliantina
et al., 2017).
Gambar
10 Pull Out Test
Gambar
11 Hasil Akhir Pekerjaan Shotcrete
Diagram
Alir
Diagram
alir pada pekerjaan soil nailing dan shotcrete dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1
Bagan Alir Pekerjaan Soil Nailing dan Shotcrete
KESIMPULAN
Setelah pembahasan di
atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Berdasarkan perbandingan harga satuan
pekerjaan didapatkan harga untuk pekerjaan soil nailing yaitu
rp345.000,00 sedangkan pekerjaan shotcrete rp460.000,00 (Faimun
& Nurcahyo, 2015). Pekerjaan soil
nailing lebih menghemat biaya daripada pekerjaan shotcrete, pada
perbatasan zona d dengan book store dilakukan pekerjaan soil nailing karena
berbatasan dengan bangunan eksisting. serta pada barat zona c dilakukan
pekerjaan shotcrete dikarenakan beban bangunannya tidak seberat pada
timur gedung book store, dan metode pekerjaan soil nailing dan
shotcrete sudah sesuai urutan dan teknik pengerjaan yang mudah (Mustika,
2020).
DAFTAR PUSTAKA
Faimun, F., & Nurcahyo, C. B.
(2015). Analisa Perbandingan Metode Bottom-Up Dan Metode Top-Down Pekerjaan
Basement Pada Gedung Parkir Apartemen Skyland City Education Park Bandung Dari
Segi Biaya Dan Waktu. Jurnal Teknik ITS, 4(1), D1�D5.
Hariyaniek, M., & Sufitri, E. (2005). Metode Konstruksi Pembuatan
Basement (Studi Kasus pada Proyek Pasar Tanah Abang Blok A Jakarta Pusat).
Ikhsan, A. (2019). Analisis Kebutuhan Dan Kapasitas Ruang Parkir Pada
Basement Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh (Studi Kasus Masjid Raya Baiturrahman
Banda Aceh).
Juliantina, I., Sutejo, Y., Butarbutar, S., Agustien, M., Adhitya, B. B.,
& Alia, F. (2017). Pemodelan Regresi Linier Berganda Dan Estimasi Biaya
Perbaikan Lereng Menggunakan Soil Nailing (Studi Kasus: Jalan Muara Enim�Sp.
Sugihwaras). Cantilever: Jurnal Penelitian Dan Kajian Bidang Teknik Sipil,
6(2).
Kurniawan, Y. Y. D., Wardana, N. K., & Hermawan, A. (2022). Perkuatan
Lereng Jalan Menggunakan Shotcrete Pembangunan Ruas Jalan Segmen 01
Tawang-Ngalang (Studi Kasus Proyek Jalan PT. Arena Reka Buana). ReTII,
32�38.
Kusuma, R. I., & Mina, E. (2017). Analisis Stabilitas Lereng dan
Perencanaan Soilnailing Dengan Software Geostudio 2017. Fondasi: Jurnal
Teknik Sipil, 4(1).
Lazarte, C. A., Elias, V., Sabatini, P. J., & Espinoza, R. D. (2003). Geotechnical
engineering circular No. 7-soil nail walls. United States. Federal Highway
Administration. Office of Technology Applications.
Mustika, R. E. K. A. T. (2020). Perkuatan Lereng Menggunakan Kombinasi
Metode Shotcrete Dan Soil Nailing Pada Lereng Sekitar Power House PLTA Poso 2
Sulewana. Universitas Tadulako.
Nasional, B. S. (2017). Standar Nasional Indonesia SNI 8460: 2017 Soil
nailing. Jakarta.
Nurashar, R. H. (2020). pelaksanaan shotcrete sebagai proteksi lereng di
inlet diversion tunnel bendungan cipanas. SENASTER" Seminar Nasional
Riset Teknologi Terapan", 1(1).
Sihombing, D., Walangitan, D. R. O., & Pratasis, P. A. K. (2014).
Implementasi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek di Kota Bitung
(studi kasus proyek pembangunan pabrik minyak pt. mns). Jurnal Sipil Statik,
2(3).
Sinarta, N. (2014). Metode Penanganan Tanah Longsor Dengan Pemakuan Tanah
(Soil Nailing). PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa, 3(2),
1�16.
Singh, C. M., Kumar, M., Pratap, A., Tripathi, A., Singh, S., Mishra, A.,
Kumar, H., Nair, R. M., & Singh, N. P. (2022). Genome-wide analysis of late
embryogenesis abundant protein gene family in vigna species and expression of
VrLEA encoding genes in vigna glabrescens reveal its role in heat tolerance. Frontiers
in Plant Science, 13.
Tangkeallo, V. (2022). Analisis Kestabilan Lereng Pada Blok D3w Pit Sf
Dengan Metode Morgenstern-Price Menggunakan Perangkat Lunak Rocsience Slide
6.0= Slope Stability Analysis Of D3w Pit Sf Block With Morgenstern-Price Method
Using Rocsience Slide 6.0 Software. Universitas Hasanuddin.
Yuliarti, E. S., & Septita, D. (1996). Studi Pustaka Mekanisme
Transfer Beban pada" Soil Nailing" Sebagai Struktur Perkuatan Dinding
Basemen Bangunan Bertingkat Banyak Studl Kasus: Proyek Menara Dea, Jakarta.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License