Jurnal Sosial dan Teknologi

Volume 3 , Number 5 , Mei 2023

p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155

ANALISA PERBANDINGAN PERKUATAN TANAH SOIL NAILING DAN SHOTCRETE PADA PROYEK GELANGGANG INOVASI DAN KREATIVITAS UNIVERSITAS GADJAH MADA

 

 

Fenny Rosita Anggraini, Budi Priyanto

Universitas Muhammadiyah Surakarta

[email protected],� [email protected]

 

 

 

 

Abstrak

Proyek pembangunan Gedung Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK-UGM) berada di kota Yogyakarta. Banyaknya bangunan di sekitar ini, jadi perlu adanya perkuatan ketika akan membangun sebuah gedung. Penggunaan metode soil nailing dan shotcrete pada basement sebagai upaya agar tidak terjadi pergeseran tanah pada bangunan. Di sisi lain penggunaan metode soil naling dan shotcrete metodenya mudah dilaksanakan dan tidak menimbulkan suara dan getaran yang besar. Karena berbatasan dengan bangunan eksisting sehingga tidak dapat dilakukan metode galian open cut. Oleh karena itu perkuatan lereng diperkuat dengan pekerjaan soil nailing dan shotcrete. Soil nailing merupakan salah satu metode perbaikan tanah yang mengombinasikan perkuatan pasif dari batangan baja dan adukan beton (shotcrete). Campuran berbahan dasar semen yang disebut shotcrete dilemparkan ke permukaan penerima dengan kecepatan tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbandingan biaya dalam pekerjaan soil nailing dan shotcrete serta mengetahui metode pelaksanaan soil nailing dan shotcrete. Berdasarkan perbandingan harga satuan pekerjaan didapatkan harga untuk pekerjaan soil nailing yaitu Rp345.000,00 sedangkan pekerjaan shotcrete Rp460.000,00. Pekerjaan soil nailing lebih menghemat biaya daripada pekerjaan shotcrete. Metode pekerjaan soil nailing dan shotcrete sudah sesuai urutan dan teknik pengerjaan yang mudah. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian proyek yaitu observasi/pengamatan dilapangan, mengadakan pengamatan langsung di lapangan, mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, melakukan studi kepustakaan, dan mempelajari tentang metode kerja soil nailing dan shotcrete berdasarkan jurnal ataupun buku-buku acuan yang bekaitan dengan penelitian ini.

Kata Kunci: metode; perkuatan; shotcrete; soil nailing

 

Abstract

The building project for the Gadjah Mada University Innovation and Creativity Center Building (GIK-UGM) is located in the city of Yogyakarta. There are many buildings around here, so reinforcement is needed when building a building. The use of soil nailing and shotcrete methods in the basement is an effort to prevent soil shifts in the building. On the other hand, the use of soil naling and shotcrete methods is easy to implement and does not cause big noise and vibration. Because it is adjacent to the existing building, the open cut excavation method cannot be carried out. Therefore slope reinforcement is strengthened by soil nailing and shotcrete work. Soil nailing is a soil improvement method that combines passive reinforcement of steel bars and shotcrete. A cement-based mixture called shotcrete is thrown onto the receiving surface at high speed. The purpose of this study is to determine the cost comparison in soil nailing and shotcrete work and to know the method of implementing soil nailing and shotcrete. Based on a comparison of the unit price of the work, the price for the soil nailing work was Rp. 345,000.00 while the shotcrete work was Rp. 460,000.00. Soil nailing work is more cost effective than shotcrete work. Soil nailing and shotcrete work methods are in accordance with the sequence and easy work techniques. The research method used in project research is observation/observations in the field, making direct observations in the field, collecting the required data, conducting literature studies, and learning about soil nailing and shotcrete work methods based on journals or reference books related to research.

Keywords: method; reinforcement; shotcrete; soil nails

 

PENDAHULUAN

 

Pembangunan basement yakni terbatasnya jumlah lahan yang tersedia, gedung bertingkat saat ini menjadi semakin populer, namun permintaan akan tempat parkir juga meningkat (Ikhsan, 2019) Pembangunan basement sangat bermanfaat untuk mengatasi keterbatasan lahan parkir. Pembuatan basement di proyek Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK-UGM) berada di zona D.

Fungsi perkuatan lereng untuk memberikan stabilitas terhadap bidang gelincir. Penggunaan metode soil nailing dan shotcrete pada basement sebagai upaya agar tidak terjadi pergeseran tanah pada bangunan (Nurashar, 2020). Disisi lain penggunaan metode soil naling dan shotcrete metodenya mudah dilaksanakan dan tidak menimbulkan suara dan getaran yang besar. Metode soil nailing menjadi lebih efisien dari segi biaya dibandingkan dengan teknik lain terhadap berbagai karakteristik tanah yang menguntungkan (Hariyaniek & Sufitri, 2005).

Soil nailing merupakan salah satu metode perbaikan tanah yang mengombinasikan perkuatan pasif dari batangan aja dan adukan beton (shotcrete) (Kusuma & Mina, 2017). Dinding depan dapat diperkuat dengan beton semprot, dan sistem perkuatan terdiri dari beberapa paku tanah yang dipasang di tanah dengan cara dibor atau didorong/ditekan (reinforced shotcrete) atau plat besi berfungsi sebagai bagian dasar dinding muka. Soil nailing komponen pasif yang dikenal sebagai penguatan berulang kali dibor pada grouting yang menggali secara subhorizontal ke dalam tanah untuk menopangnya (Lazarte et al., 2003).

Shotcrete adalah proyeksi kecepatan tinggi dari campuran berbahan dasar semen ke permukaan penerima, bagian yang terbuat dari bahan shotcrete terutama terbuat dari beton atau kadang-kadang adukan semen, tetapi diterapkan pada shotcrete khusus dengan alat yang unik (Tangkeallo, 2022). Metode shotcrete adalah metode yang ditemukan Carl Ethan Akeley (1864�1926) pada tahun 1910 dan menggunakan mesin penyemprot beton untuk digunakan sebagai penguat lereng (Sinarta, 2014). Shotcrete semakin penting karena kemampuan beradaptasi, ketangguhan, kekuatan tinggi, ikatan yang baik, dan kemudahan aplikasi pada permukaan penerima di area yang sulit diakses (Yuliarti & Septita, 1996). Shotcrete digunakan untuk terowongan bawah tanah, perbaikan struktur bangunan, dan perlindungan lereng atau permukaan (tunnel) berkaitan dengan kekuatannya, keberhasilan penerapannya, dan banyak manfaat yang ditawarkannya (Singh et al., 2022). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan biaya dalam pekerjaan soil nailing dan shotcrete, mengetahui latar belakang pemilihat tempat serta mengetahui metode pelaksanaan soil nailing dan shotcrete (Nasional, 2017).

 

METODE PENELITIAN

 

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian proyek yaitu observasi/pengamatan dilapangan, mengadakan pengamatan langsung di lapangan, mengumpulkan data-data yang dibutuhkan, melakukan studi kepustakaan, dan mempelajari tentang metode kerja soil nailing dan shotcrete berdasarkan jurnal ataupun buku-buku acuan yang bekaitan dengan penelitian ini (Sihombing et al., 2014).

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Perbandingan Biaya pada Pekerjaan Soil Nailing dan Shotcrete

Harga satuan (rupiah) pada pekerjaan soil nailing yaitu Rp345.000,00 sedangkan pekerjaan shotcrete Rp460.000,00 dilakukan pembayaran dalam satuan m2. Dilihat dari perbandingan harganya pada pekerjaan shotcrete membutuhkan biaya penanganan yang tinggi daripada pekerjaan soil nailing.

 

Tabel 1 Perbandingan Harga Satuan

Jenis Pekerjaan

Harga Satuan (Rupiah)

Soil Nailiing

Rp345.000,00

Shotcrete

Rp460.000,00

 

Latar Belakang Pemilihan Tempat

Lokasi pengamatan yang ditinjau berada pada timur gedung Book Store untuk pekerjaan soil nailing. Sedangkan untuk shotcrete, lokasi pengamatan dilakukan di barat Zona C. Pada lokasi ini akan dibangun basement untuk zona D, sehingga diperlukan perkuatan lereng. Perkuatan lereng ini bertujuan supaya tidak terjadi pergeseran bangunan ataupun longsor.� Untuk melihat detail lokasi pengamatannya bisa dilihat pada gambar 1.

Gambar 1 Lokasi Pengamatan Soil Nailing dan Shotcrete

 

Pada perbatasan zona D dengan Book Store dikarenakan berbatasan dengan bangunan eksisting sehingga tidak dapat dilakukan open cut yang besar. Oleh karena itu perkuatan lereng diperkuat dengan pekerjaan soil nailing. Sedangkan pada Barat Zona C dilakukan shotcrete karena beban bangunannya tidak seberat pada timur gedung Book Store dan sudah mengerti bagaimana speknya.

 

Metode Pekerjaan Soil Nailing dan Shotcrete

Metode pekerjaan untuk pekerjaan soil nailing dan shotcrete pada Poyek Pembangunan Gelanggang Inovasi dan Kreativitas Universitas Gadjah Mada (GIK-UGM) ini dibagi menjadi 2 langkah, yaitu langkah administrasi �dan pelaksanaan (Kurniawan et al., 2022).

 

Langkah administrasi:

Izin pelaksanaan pekerjaan dan diajukan dibuat dan kesiapan alat dan lokasi kerja dipastikan siap.

 

Langkah pelaksaan

1.    Penggalian dilakukan secara bertahap dengan kedalaman 1 meter dan lakukan perpipan lereng.

2.    Marking dilakukan pada titik pengeboran sesuai dengan gambar shop drawing.

Gambar 2 Proses Penggalian Tanah dengan Ekscavator

 

3.    Pengeboran lubang nailing diameter 73 mm dilakukan dengan sistem wash boring kedalaman 5-6 meter (tergantung area bangunan). Jarak antar lubang arah horizontal � 0,9 meter dan vertikal tiap layer � 1 meter.

Gambar 3 Proses Pengeboran dengan Rotary Hydraulic Drilling Machine

 

4.    Lubang bor dibersihkan dengan pompa angin (compressor) dari sisa tanah lepas sehingga diharapkan bersih dari debu/lumpur sisa pengeboran.

Gambar 4 Pompa Angin untuk Membersihkan Sisa Pengeboran

 

5.    Besi nailing ulir SNI S25 mm BjTS 420B dimasukkan

6.    Lubang nailing dilakukan grouting dengan semen + additive cebex 100

Gambar 5 Proses Grouting Soil Nailing

 

7.    Langkah pengerjaan nailing dilakukan dengan cara yang sama untuk layer 1, 2, 3, dan 4

Gambar 6 Hasil Pekerjaan Soil Nailing

 

8.    Wire mesh M6-150 dipasang pada titik nailing lalu diikat dengan kawat bendrat

Gambar 7 Pemasangan Wire mesh M6-150 untuk Pekerjaan Shotcrete

Weep hole pipa PVC aw 2� panjang 30 cm + ijuk dipasang dengan jarak vertikal 1 m dan jarak horizontal 1,5 m (Sinarta, 2014).

Gambar 8 Pipa dengan Ijuk

 

9.    Plat baja dengan ukuran 150 x 150 x 10 mm pada titik nailing dipasang dengan las

10.  Shotcrete dikerjakan dengan sistem dry dan campuran mix material dengan perbandinga 1 : 3 : 4 (semen : pasir : kerikil) dengan tebal 10 cm + additive accelerator (pengering beton).

Gambar 9 Proses Pekerjaan Shortcrete

 

Dalam pekerjaan soil nailing dan shotcrete perlu dilakukan test pull out untuk mengetahui kekuatan izin dari bar yang telah di grouting. Tes dilakukan pada 1 titik �setiap layer setelah umur grouting 7 hari. Pada proyek ini kekuatan soil nailing harus melampaui kekuatan izin sebesar 800 kg (Juliantina et al., 2017).

Gambar 10 Pull Out Test

 

Gambar 11 Hasil Akhir Pekerjaan Shotcrete


Diagram Alir

Diagram alir pada pekerjaan soil nailing dan shotcrete dapat dilihat pada gambar 1.

 

Gambar 1 Bagan Alir Pekerjaan Soil Nailing dan Shotcrete

 

KESIMPULAN

 

Setelah pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Berdasarkan perbandingan harga satuan pekerjaan didapatkan harga untuk pekerjaan soil nailing yaitu rp345.000,00 sedangkan pekerjaan shotcrete rp460.000,00 (Faimun & Nurcahyo, 2015). Pekerjaan soil nailing lebih menghemat biaya daripada pekerjaan shotcrete, pada perbatasan zona d dengan book store dilakukan pekerjaan soil nailing karena berbatasan dengan bangunan eksisting. serta pada barat zona c dilakukan pekerjaan shotcrete dikarenakan beban bangunannya tidak seberat pada timur gedung book store, dan metode pekerjaan soil nailing dan shotcrete sudah sesuai urutan dan teknik pengerjaan yang mudah (Mustika, 2020).

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Faimun, F., & Nurcahyo, C. B. (2015). Analisa Perbandingan Metode Bottom-Up Dan Metode Top-Down Pekerjaan Basement Pada Gedung Parkir Apartemen Skyland City Education Park Bandung Dari Segi Biaya Dan Waktu. Jurnal Teknik ITS, 4(1), D1�D5.

Hariyaniek, M., & Sufitri, E. (2005). Metode Konstruksi Pembuatan Basement (Studi Kasus pada Proyek Pasar Tanah Abang Blok A Jakarta Pusat).

Ikhsan, A. (2019). Analisis Kebutuhan Dan Kapasitas Ruang Parkir Pada Basement Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh (Studi Kasus Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh).

Juliantina, I., Sutejo, Y., Butarbutar, S., Agustien, M., Adhitya, B. B., & Alia, F. (2017). Pemodelan Regresi Linier Berganda Dan Estimasi Biaya Perbaikan Lereng Menggunakan Soil Nailing (Studi Kasus: Jalan Muara Enim�Sp. Sugihwaras). Cantilever: Jurnal Penelitian Dan Kajian Bidang Teknik Sipil, 6(2).

Kurniawan, Y. Y. D., Wardana, N. K., & Hermawan, A. (2022). Perkuatan Lereng Jalan Menggunakan Shotcrete Pembangunan Ruas Jalan Segmen 01 Tawang-Ngalang (Studi Kasus Proyek Jalan PT. Arena Reka Buana). ReTII, 32�38.

Kusuma, R. I., & Mina, E. (2017). Analisis Stabilitas Lereng dan Perencanaan Soilnailing Dengan Software Geostudio 2017. Fondasi: Jurnal Teknik Sipil, 4(1).

Lazarte, C. A., Elias, V., Sabatini, P. J., & Espinoza, R. D. (2003). Geotechnical engineering circular No. 7-soil nail walls. United States. Federal Highway Administration. Office of Technology Applications.

Mustika, R. E. K. A. T. (2020). Perkuatan Lereng Menggunakan Kombinasi Metode Shotcrete Dan Soil Nailing Pada Lereng Sekitar Power House PLTA Poso 2 Sulewana. Universitas Tadulako.

Nasional, B. S. (2017). Standar Nasional Indonesia SNI 8460: 2017 Soil nailing. Jakarta.

Nurashar, R. H. (2020). pelaksanaan shotcrete sebagai proteksi lereng di inlet diversion tunnel bendungan cipanas. SENASTER" Seminar Nasional Riset Teknologi Terapan", 1(1).

Sihombing, D., Walangitan, D. R. O., & Pratasis, P. A. K. (2014). Implementasi Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Pada Proyek di Kota Bitung (studi kasus proyek pembangunan pabrik minyak pt. mns). Jurnal Sipil Statik, 2(3).

Sinarta, N. (2014). Metode Penanganan Tanah Longsor Dengan Pemakuan Tanah (Soil Nailing). PADURAKSA: Jurnal Teknik Sipil Universitas Warmadewa, 3(2), 1�16.

Singh, C. M., Kumar, M., Pratap, A., Tripathi, A., Singh, S., Mishra, A., Kumar, H., Nair, R. M., & Singh, N. P. (2022). Genome-wide analysis of late embryogenesis abundant protein gene family in vigna species and expression of VrLEA encoding genes in vigna glabrescens reveal its role in heat tolerance. Frontiers in Plant Science, 13.

Tangkeallo, V. (2022). Analisis Kestabilan Lereng Pada Blok D3w Pit Sf Dengan Metode Morgenstern-Price Menggunakan Perangkat Lunak Rocsience Slide 6.0= Slope Stability Analysis Of D3w Pit Sf Block With Morgenstern-Price Method Using Rocsience Slide 6.0 Software. Universitas Hasanuddin.

Yuliarti, E. S., & Septita, D. (1996). Studi Pustaka Mekanisme Transfer Beban pada" Soil Nailing" Sebagai Struktur Perkuatan Dinding Basemen Bangunan Bertingkat Banyak Studl Kasus: Proyek Menara Dea, Jakarta.

 

 

 


This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License