ANALISA PRODUKTIVITAS
TENAGA KERJA PADA PEKERJAAN FABRIKASI BAJA PADA FABRIKASI BAJA MAJALENGKA Arie Bima
Wicaksono, Budi Priyanto Universitas Muhammadiyah Surakarta |
|
|
Abstrak Prefabrikasi merupakan
metode konstruksi inovatif yang dibuat untuk meminimalkan kegiatan konstruksi untuk memastikan kualitas produk dengan baik. Perbedaan utama antara sistem prefabrikasi dan bangunan konvensional sistem adalah bahwa sebagian besar komponen bangunan diproduksi di luar area konstruksi. Produktivitas secara umum yaitu kemampuan
menghasilkan sesuatu atau didefinisikan sebagai rasio ukuran input terhadap outputnya. Rendahnya Produktivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan bagaimana baiknya sumber daya diatur dan
dimanfaatkan untuk mencapai hasil yang optimal. Penelitian dimulai pengumpulan data dengan menggunakan observasi langsung dan kuisioner. Kuisioner merupakan cara pengumpulan data dengan memberikan daftar pertanyaan tiap responden berdasarkan metode work study observasi langsung dilakukan pengamatan di lapangan. Data berupa observe time yang kemudian
di olah menjadi basic
time dan standard time. Tiap
pekerjaan konstruksi baja akan dianalisis
produktivitas pekerjanya untuk berbandingan aktualisasi dilapangan dengan yang direncanakan.Sehingga
dapat disimpulkan perbedaan output, faktor
relaxation allowanes dan jumlah pekerja menjadi faktor produktivitas pada pemotongan WF250 (regel). Faktor
faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah (1) Kualitas atau jumlah tenaga kerja. (2) Tingkat keahlian tenaga kerja. (3) faktor lingkungan
dan keluarga terhadap pendidikan formal. (4)
Kemampuan tenaga kerja untuk menganalisis
situasi yang sedang terjadi dalam lingkup pekerjaannya (5) Minat tenaga kerja yang tinggi terhadap jenis pekerjaan yang ditekuni. Dalam menganalisa nilai produktivitas pada pekerjaan fabrikasi baja, Metode work study yang digunakan
dan pengumpulan data berdasarkan observasi di lapangan. Selanjutnya akan didapatkan nilai produktivitas berdasarkan jenis pekerjaannya yaitu didapatkan marking pelat sebesar 563,25 kg/orang/hari dan WF: 886,47 kg/orang/hari. Lalu untuk
pemotongan pelat: 891,85 kg/orang/hari dan WF 259,53 kg/orang/hari.
Dan yang terakhir untuk nilai produktivitas pada perakitan didapatkan 282,43 kg/orang/hari. Kata Kunci: prefabrikasi; produktivitas;
konvensional Abstract Prefabrication
is an innovative construction method created to minimize construction
activities to ensure good product quality. The main difference between
prefabricated systems and conventional building systems is that most of the
building components are manufactured outside the construction area.
Productivity in general is the ability to produce something or is defined as
the ratio of the size of the input to the output. Low Productivity is a
measure that states how well resources are managed and utilized to achieve optimal
results. The study began with data collection using direct observation and
questionnaires. Questionnaire is a way of collecting data by providing a list
of questions for each respondent based on the work study method of direct
observation carried out in the field. The data is in the form of observe time
which is then processed into basic time and standard time. Each steel
construction work will be analyzed for the productivity of its workers to
compare the actualization in the field with the plan. So that it can be
concluded that the difference in output, the relaxation allowances factor and
the number of workers are the productivity factors in the WF250 cutting
(regel). Factors that affect labor productivity are (1) The quality or number
of labor. (2) The level of expertise of the workforce. (3) environmental
and family factors on formal education. (4) The ability of the workforce to
analyze the current situation within the scope of work (5) The high interest
of the workforce towards the type of work occupied. In analyzing the value of
productivity in steel fabrication work, the work study method used and data
collection is based on field observations. Furthermore, productivity values
will be obtained based on the type of work, namely marking plates of 563.25
kg/person/day and WF: 886.47 kg/person/day. Then for plate cutting: 891.85
kg/person/day and WF 259.53 kg/person/day. And finally for the value of
productivity in the assembly obtained 282.43 kg/person/day. �Keywords: prefabrication;
productivity; conventional |
Prefabrikasi merupakan salah satu metode konstruksi
inovatif yang dibuat untuk meminimalkan kegiatan konstruksi untuk memastikan kualitas produk dengan baik (Chauhan et al., 2019). Perbedaan utama
antara sistem prefabrikasi dan bangunan konvensional sistem adalah bahwa
sebagian besar komponen bangunan diproduksi di luar area konstruksi (Neill dan Organ,
2016). Produktivitas secara
umum yaitu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu atau didefinisikan sebagai rasio ukuran
input terhadap outputnya (Panas & Pantouvakis, 2010). Produktivitas yang rendah juga menunjukkan
seberapa baik sumber daya dikelola
dan digunakan untuk mencapai hasil yang optimal. Produktivitas
sebagai alat ukur keberhasilan suatu industri dalam menghasilkan produk yang dihasilkan (Choiriyah et al., 2021). Alrizal
(2020) dan Herjanto (2007) menjelaskan bahwa faktor kualitas pekerjaan membutuhkan sumber daya manusia
dalam proyek konstruksi. Meskipun produktivitas dan kualitas kerja tergantung pada keterampilan pekerja, pekerja ini merupakan
faktor penting dalam menyelesaikan pekerjaan untuk mencapai hasil yang setinggi-tingginya (Ariati, 2013). Produktivitas tenaga kerja harus
dianalisis agar tenaga kerja dapat melakukan
aktivitasnya sesuai dengan rencana. Masalah produktivitas tenaga kerja sering
muncul pada proses pembuatan baja struktur yang menggunakan penampang melintang yang besar. Metode work study diterapkan dalam analisis produktivitas� struktur baja Andardi (2019) menjelaskan bahwa metode work study adalah suatu teknik yang mencakup analisis dan waktu kerja
dalam suatu pekerjaan. Metode ini dapat digunakan
untuk (a) mengumpulkan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, yang bertujuan untuk analisis sistematis untuk memecahkan masalah yang ada, (b) menentukan waktu yang diperlukan oleh personel yang memenuhi syarat untuk suatu tugas
yang diberikan dan menghilangkan faktor-faktor yang membuat pekerjaan� tidak memuaskan.
�� Pengukuran tingkat produktivitas meliputi tiga ukuran
utama produktivitas yaitu tingkat industri
atau sektor, tingkat proyek, dan pengukuran tingkat aktivitas atau proses (Hermawan & Hasibuan, 2016). Namun
dalam pengukuran produktivitas berbasis proyek (studi kasus)
lebih membantu dalam penentuan area peningkatan dan menghubungkannya dengan aktivitas pekerja (Abdel-Wahab & Vogl, 2011). Oleh sebab
itu, dalam usaha untuk manajemen
penggunaan sumber daya manusia agar menjadi realistis, maka tingkat produktivitas
wajib diketahui oleh penyedia jasa.
Hal tersebut sangat diperlukan untuk memantau dan memetakan
apa yang akan terjadi pada sebuah
proyek akibat penggunaan dan pemanfaatan tenaga kerja dalam pengukuran
tingkat nilai produktivitas (Harun, 2013). Dalam konteks tersebut,
diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
produktivitas tenaga kerja dalam proses produksi untuk mencapai hasil yang optimal.
Penelitian diawali dengan pengumpulan data melalui observasi langsung dan kuesioner. Kuesioner merupakan sarana pengumpulan data dengan� cara� memberikan daftar pertanyaan kepada setiap responden sesuai dengan metode
work study (Mar� et al., 2019). Pengamatan langsung dilakukan� di lapangan.
Data berupa waktu
pengamatan kemudian diubah menjadi basic time dan standard time.
�� Setiap proyek konstruksi baja akan dianalisis
produktivitas pekerjanya untuk dibandingkan antara aktual di lapangan dengan yang direncanakan (Kartika et al., 2021). Observasi
untuk mengumpulkan data
primer dilakukan selama kurang lebih 1 bulan selama� penelitian.
Pengamatan
dilakukan pada hari kerja dengan
periode pengamatan mulai pukul 08.00 sampai dengan 17.00, dengan waktu istirahat
disesuaikan dengan kondisi lapangan. Studi ini dilakukan
dengan� observasi langsung di lokasi produksi baja konstruksi.
Dalam riset penelitian pekerjaan melibatkan pengumpulan data lapangan yang berkaitan dengan kinerja pekerja� dilakukan dengan mengisi formulir data seperti waktu pengamatan jam kerja.
�� Pekerjaan yang diamati adalah
pekerjaan penandaan, pemotongan dan perakitan. Pengumpulan
data meliputi: (1) Perhitungan
waktu di lapangan dimulai dengan kegiatan pertama dan jam tidak berhenti
sampai semua kegiatan tersebut selesai. (2) Perhitungan inefisiensi waktu� yang ditemui selama observasi, juga dihitung dan dicatat.
Waktu tidak produktif ini meliputi
waktu istirahat dan bersantai, memperbaiki kesalahan, waktu menunggu� gangguan
seperti menunggu bahan, menunggu pekerja� lain, dan lain-lain. Jadi waktu yang tidak efisien ini dapat
dianggap sebagai perhitungan yang berkelanjutan.
(3) Faktor penyesuaian didasarkan pada kondisi� lapangan seperti cuaca, manajemen, kondisi kerja, material� dan informasi alat.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Responden� adalah pekerja yang bekerja pada proses
produksi baja yang diobservasi selama 35 hari pada tiga jenis pekerjaan yaitu
penandaan, pemotongan dan perakitan. Rumus persamaan 1 digunakan untuk
menghitung nilai produktivitas� pekerjaan
konstruksi baja.
Dari
rumus diatas dapat diperoleh nilai produktivitas dari setiap pengamatan
pekerjaan produksi yaitu perhitungan waktu efektif dan waktu tidak efektif.
Lihat Gambar 1-3 dan Tabel 1 untuk detailnya.
Tabel 1 nilai produktivitas
Lanjutan tabel 1 nilai
produktivitas
Gambar 1 Nilai Produktivitas Marketing Pelat
�� Dari gambar 1 didapatkan bahwa produktivitas
pekerjaan marking plate mengalami produktivitas yang naik turun. Jika dilihat
dari tabel 1 hal ini karena adanya perbedaan output. Hal tersebut dapat dilihat
pada observasi 1 dan 2,� Dan jika dilihat
dari form observasi pengerjaan observasi 2 lebih lama yaitu kegiatan marking
sampai jam 16:30 sedangkan observasi 1 hanya sampai jam 15.00 hal ini dapat
disimpulkan jika waktu pengerjaan berpengaruh terhadap produktivitas marking.
Pada gambar 1 terjadi penurunan pada observasi 4 menjadi 539,91 kg, dikarenakan
adanya perbedaan material yang ditinjau yaitu plate 12mm pada observasi 4
sedangkan pelat 16mm pada observasi 2.
�� Penurunan juga terjadi pada observasi 4 jika
dilihat pada tabel 4.4 terdapat perbedaan pada material yaitu pelat 10mm pada
observasi 3 dan pelat 8mm pada observasi 4. Selain itu penurunan terdapat pada
observasi 8 jika dilihat pada tabel 1 terdapat perbedaan material yaitu pelat
6mm pada observasi 8 dan pelat 8mm pada observasi 10. Sehingga dapat
disimpulkan faktor yang berperngaruh pada pekerjaan marking pelat yaitu waktu
kerja, perbedaan material dan perbedaan output. Menurut Gumanti (2015) mengemukakan
bahwa salah satu area potensial tertinggi dalam peningkatan produktivitas
adalah mengurangi jam kerja yang tidak efektif. Jam kerja merupakan jumlah
waktu yang digunakan secara efektif untuk menyelesaikan pekerjaan. Waktu kerja
tersebut kebanyakan tidak dimanfaatkan secara optimal oleh pekerja.
�� Berdasarkan Tabel 1 kenaikan dan penurunan
tedapat perbedaan pada nilai standart time atau lamanya pengerjaan marking WF
yaitu nilai standart time dipengaruhi oleh faktor relaxation allowances,
keadaan lingkungan dan fisik pekerja. Penurunan nilai produktivitas terjadi
pada observasi 11 menjadi 864,02 kg/hari. Hal ini disebabkan oleh nilai
standart time yang tinggi yaitu 121.97 menit. Sehingga dapat disimpulkan jika
jumlah pekerja dan faktor kemampuan pekerja menjadi faktor produktivitas
marking WF dan pelat baja. Menurut Tanto dkk, (2012) menjelaskan bahwa
kemampuan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan pada sebuah proyek
pembangunan yang sedang berlangsung. Sehingga untuk meningkatkan produktivitas
kerja, dibutuhkan kemampuan yang tinggi dari pekerja yang melaksanakan
pekerjaannya.
Gambar 2 Nilai Produktivitas Pemotongan Baja
Berdasarkan
gambar 2 dapat dilihat bahwa produktivitas pekerjaan potong pelat tidak terjad
fluktuasi yang signifikan, namun dalam pemtongan profil WF mengalami kenaikan
dan penurunan produktivitas. Kenaikan yang signifikan terdapat pada nilai
produktivitas observasi 5 menjadi 382,06 kg/hari. Apabila dilihat dari tabel 1
terdapat perbedaan jumlah pekerja yaitu 4 pekerja pada observasi 5 dan 6
pekerja pada observasi 6. Jika dilihat pada tabel 1 terdapat perbedaan nilai
standart time atau waktu pengerjaannya yaitu 249.56 menit pada observasi 6 dan
observasi 252.70 menit pada observasi 7. Dapat dilihat produktivitas observasi
9 lebih cepat, sehingga produktivitasnya menjadi lebih tinggi. Penurunan yang
signifikan observasi 4 menjadi 1237.66 kg/hari dan observasi 9 menjadi 1379.36
kg/hari. Jika dilihat dari tabel 4.4 penurunan tersebut disebabkan oleh jumlah
pekerja yaitu 6 pekerja pada observasi 6 dan 8, sedangkan 4 pekerja pada
observasi 7 dan 9. Oleh karena itu faktor jumlah pekerja mempengaruhi nilai
produktivitas pekerjaan pemotongan baja. Menurut Pascoal (2017) salah
satu faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu kualitas atau
jumlah tenaga kerja yang digunakan pada suatu proyek kontruksi. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa faktor perbedaan output atau kuantitas pekejaan dan jumlah
pekerja mempengaruhi nilai produktivitas pekerjaan potong WF200 (konsol).
Sedangkan
Fachreza (2017)
mengemukakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya produktivitas
pekerjaan adalah jumlah tenaga kerja, namun jumlah tenaga kerja harus dibatas
berdasakan kuantitas pekerjaan dan ongkos pekerjaan proyek tersebut.
Gambar 3 Nilai Produktifitas �Perakitan
Baja
�� Pada pekerjaan perakitan kolom dalam gambar 3
terjadi kenaikan yang cukup signifikan dari observasi 1 sampai dengan 5 lalu
terjadi Penurunan nilai produktivitas terjadi pada observasi 5. Jika dilihat
pada tabel 1 penurunan tejadi karena nilai standart time yang tinggi pada
observasi 6 yaitu 166.28 menit dan observasi 188.49 sedangkan nilai outputnya
atau kuantitasnya sama. Hal tersebut terjadi karena nilai relaxation allowance
atau kondisi fisik dan motivasi bekerja menjadi faktor menurunnya produktivitas
pada perakitan kolom. Sehingga dapat disimpulkan perbedaan kuantitas pekerjaan
dan faktor relaxation allowance menjadi faktor produktivitas pekejaan perakitan
kolom.
�� Dari Gambar 3 terlihat bahwa nilai
produktivitas perakitan regel mengalami peningkatan pada pengamatan 5 yaitu
342,38 kg dan pengamatan 8 yaitu 257,02 kg, jika dilihat dari Tabel 1 terlihat
perbedaan hasil. 8 sedangkan� pada
observasi 21 sebesar 441,40 kg dan observasi 7 sebesar 367,87 kg. Penurunan s'
terjadi pada observasi 6 dan observasi 7. Seperti terlihat pada Tabel 1,
terdapat perbedaan nilai penurunan output�
pada observasi 5 menjadi 558,80 kg kemudian turun pada observasi 6
menjadi 441,40 kg dan pada observasi
�7 juga turun sebesar 367,87 kg. Penurunan
hasil juga terjadi pada pengamatan berikutnya karena adanya perbedaan produksi.
Dengan demikian dapat disimpulkan apakah faktor ketimpangan produksi dan jumlah
tenaga kerja menjadi faktor produktivitas Perakitan Hal ini dijelaskan oleh Malamassam (2016) dan Choiriyah (2021) bahwa
jumlah pekerja menjadi faktor produktivitas pekerja.
�� Berdasarkan gambar 3� nilai produktivitas rakitan konsol pengamatan
18 mengalami penurunan pada pengamatan 2, hal ini disebabkan adanya perbedaan
produktivitas yaitu 57,01 kg pada pengamatan 2 dan 38,01 kg pada pengamatan 3.
Kemudian pada pengamatan 3 terjadi peningkatan yang signifikan. jika dilihat
pada waktu baku diatas observasi 3 lebih cepat dari observasi 2.
�� Sedangkan pada pengamatan 3 memiliki nilai
hasil yang tinggi. Penurunan juga terjadi pada pengamatan 4 dan pengamatan 5
dan� dilihat pada tabel 1 terdapat
perbedaan hasil yaitu 50,68 kg pada pengamatan 21 dan hasil pada pengamatan 22
yaitu 47,51 kg. Nilai hasil telah berkurang secara signifikan karena perbedaan
output atau hasil yang dicapai.
�� Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
selisih output, koefisien ekspansi dan jumlah pekerja merupakan faktor
produktivitas pada bagian WF250. Menurut Muchdarsyah (2015), faktor yang
mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah (1) Kualitas atau kuantitas
tenaga kerja. (2) Kualifikasi tenaga kerja. (3) Faktor lingkungan dan keluarga
terhadap pendidikan formal. (4) Kemampuan tenaga kerja untuk menganalisis
situasi yang� terjadi dalam pelaksanaan
pekerjaan (5) Besarnya minat tenaga kerja�
terhadap jenis pekerjaan yang dilakukan.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa dalam
analisis nilai produktivitas pada pekerjaan fabrikasi baja digunakan metode
work study dan pengambilan data berdasarkan observasi� lapangan. Selanjutnya diperoleh nilai
produtivitas berdasarkan jenis pekerjaan yaitu plate marking� sebesar 563,25 kg/orang/hari dan WF marking
sebesar 886,47 kg/orang/hari. Kemudian untuk pemotongan plat 891,85
kg/orang/hari dan pemotongan plat WF 259,53 kg/orang/hari. Dan� terakhir�
nilai produktivitas pada perakitan 282,43 kg/orang/hari.
Mengidentifikasi
faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja pekerja� yaitu perbedaan bahan dan produksi, jumlah
pekerja. Sedangkan faktor yang mempengaruhi nilai pemotongan produktivitas
tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja dan selisih produksi. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi nilai produktivitas tenaga kerja perakitan adalah selisih
produksi, faktor bentangan distribusi, jumlah tenaga kerja. Sedangkan faktor
yang mempengaruhi pekerjaan las adalah jumlah tenaga kerja dan faktor cuaca.
DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Wahab, M., & Vogl, B.
(2011). Trends of productivity growth in the construction industry across
Europe, US and Japan. Construction Management and Economics, 29(6),
635�644.
Alrizal, F. F., Choiriyah, S., & Saputro, L. E. A. (2020).
Identifikasi faktor penyebab keterlambatan waktu dan mutu pekerjaan pada proyek
ruko (rumah toko) green junction citraland. Jurnal IPTEK, 24(1),
53�58.
Andardi, F. R. (2019). Studi Pekerjaan Plesteran, Acian, dan Pengecetan
Berdasarkan Produktivitas Jumlah Tenaga Kerja dengan Metode Work Study. Prosiding
SENTRA (Seminar Teknologi Dan Rekayasa), 5, 51�59.
Ariati, N. N. (2013). Gizi dan produktivitas kerja. Jurnal Skala Husada,
10(2), 214�218.
Chauhan, K., Peltokorpi, A., Lavikka, R., & Sepp�nen, O. (2019).
Deciding between prefabrication and on-site construction: a
choosing-by-advantage approach. 27th Annual Conference of the International
Group for Lean Construction (IGLC), 749�758.
Choiriyah, S., Alrizal, F. F., & Daffa, M. I. A. (2021). Analisa
Faktor Produktivitas Fabrikasi Konstruksi Baja Pada Tenaga Kerja. Borneo
Engineering: Jurnal Teknik Sipil, 5(2), 183�190.
Fachreza, F., Zacoeb, A., & Hasyim, M. H. (2017). Analisis
Produktivitas Jumlah Tenaga Kerja Pada Pekerjaan Pasangan Bata Dengan Metode
Work Study. Brawijaya University.
Gumanti, D. (2015). Hubungan Jam Kerja, Tata Ruang Kantor Dan Pengawasan
Dengan Produktivitas Kerja Pegawai Badan Pemberdayaan Masyarakat (BPM)
Kabupaten Solok. Economica, 4(1), 42�51.
Harun, M. (2013). Analisa Produktifitas Tenaga Kerja Pada Pekerjaan
Konstruksi Gedung. Jurnal Ilmiah MITSU (Media Informasi Teknik Sipil
Universitas Wiraraja), 1(2).
Herjanto, E. (2007). Manajemen Operasi (Edisi 3). Grasindo.
Hermawan, R. T., & Hasibuan, S. (2016). Analisis pengaruh tingkat
pengalaman dan coaching style terhadap kualitas kepemimpinan manajer proyek
dalam upaya peningkatan produktivitas di pt. Jci. Jurnal Pasti, 11(1),
84�97.
Kartika, N., Robial, S. M., & Pratama, A. (2021). Analisis
produktivitas tenaga kerja pada pekerjaan kolom di proyek pembangunan gedung
Pemda Kabupaten Sukabumi. Jurnal Momen Teknik Sipil, 3(2),
103�112.
Malamassam, L. (2016). Analisa Produktivitas Pekerja Dengan Metode Time
Study Pada Proyek Pembangunan Gedung Teknik Industri ITS. Surabaya: Institut
Teknologi Sepuluh Nopember.
Mar�, H., Priyanto, W., & Damayani, A. T. (2019). Pengembangan media
pembelajaran tematik ular tangga berbagai pekerjaan. Mimbar PGSD Undiksha,
7(3).
Panas, A., & Pantouvakis, J. P. (2010). Evaluating research methodology
in construction productivity studies. The Built & Human Environment
Review, 3(1), 63�85.
Pascoal, E., Harimurti, H., & El Unas, S. (2017). Analisis
Produktivitas Jumlah Tenaga Kerja Pada Pekerjaan Plesteran Dinding Dengan
Metode Work Study. Brawijaya University.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License