359
Muhamad Awang Caesario, Budi Priyanto
METODE PELAKSANAAN KONSTRUKSI PEKERJAAN STRUKTUR ATAS PADA
PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG 10 LANTAI
Muhamad Awang Caesario, Budi Priyanto
Universitas Muhammadiyah Surkarta
Abstrak
Sektor konstruksi sedang berkembang pesat dengan pembangunan proyek besar oleh pemerintah,
swasta, dan keduanya. Metode pelaksanaan konstruksi sangat penting untuk kelancaran dan efisiensi
proyek. Namun, terkadang terjadi keterlambatan dan penurunan kualitas dalam tahap pelaksanaan
proyek konstruksi. Penelitian ini fokus pada metode pelaksanaan konstruksi gedung 10 lantai di Kota
Bandar Lampung, terutama pada struktur atas seperti kolom, balok, dan plat lantai. Pendekatan
penelitian meliputi wawancara, studi pustaka, dan observasi dengan data dari PT. Asmi Hidayat selaku
kontraktor pelaksana. Tujuan penelitian ini adalah memberikan gambaran tentang permasalahan terkait
metode pelaksanaan pekerjaan struktur atas serta mencari solusi yang tepat. Setelah evaluasi terhadap
metode pelaksanaan pada proyek pembangunan gedung 10 lantai, hasil penelitian menunjukkan bahwa
metode yang digunakan sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat (RKS) serta Standar Nasional
Indonesia (SNI) yang berlaku. RKS mengharuskan mutu beton K 250 dengan nilai slump 12 ± 2 cm,
sedangkan nilai rata-rata slump pada proyek mencapai 14 cm, nilai tersebut dianggap masih memenuhi
standar yang disyaratkan. Tidak ada masalah signifikan terkait waktu pelaksanaan, karena proyek
berhasil diselesaikan dalam waktu 240 hari kalender. Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa metode pelaksanaan konstruksi gedung 10 lantai di Kota Bandar Lampung telah
tepat dan efektif, sehingga menghasilkan waktu yang efisien.
Kata Kunci: konstruksi; metode; proyek
Abstract
The construction sector is growing rapidly with the construction of large projects by the government,
the private sector and both. The construction execution method is very important for the smoothness
and efficiency of the project. However, sometimes there are delays and a decrease in quality in the
implementation stage of a construction project. This research focuses on the method of implementing
the construction of a 10-storey building in the city of Bandar Lampung, especially on the
superstructures such as columns, beams and floor plates. The research approach includes interviews,
literature studies, and observations with data from PT. Asmi Hidayat as the implementing contractor.
The purpose of this study is to provide an overview of the problems related to the method of carrying
out superstructure works and to find the right solution. After evaluating the implementation method for
the 10-storey building construction project, the results showed that the method used was in accordance
with the Work Plan and Requirements (RKS) and the applicable Indonesian National Standard (SNI).
RKS requires concrete quality K 250 with a slump value of 12 ± 2 cm, while the average slump value on
the project reaches 14 cm, this value is considered to still meet the required standards. There were no
significant problems regarding implementation time, because the project was successfully completed
within 240 calendar days. Based on the results of this study, it can be concluded that the method of
implementing the construction of a 10-storey building in Bandar Lampung City is appropriate and
effective, resulting in efficient time.
Keywords: construction; methods; projects
PENDAHULUAN
Dewasa ini sektor konstruksi mengalami perkembangan yang sangat pesat, yang
ditandai dengan pembangunan berbagai proyek dengan skala besar oleh pemerintah, swasta,
dan gabungan keduanya (Onibala et al., 2018). Proses pembangunan proyek dilakukan
melalui rangkaian kegiatan yang saling terkait (Sutanto et al., 2021). Penggunaan metode
pelaksanaan yang praktis, tepat, cepat, dan aman memudahkan penyelesaian pekerjaan pada
Jurnal Sosial dan Teknologi
Volume 3 , Number 4 , April 2023
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
360
Muhamad Awang Caesario, Budi Priyanto
Metode Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan Struktur atas pada Proyek
Pembangunan Gedung 10 Lantai
proyek konstruksi. Dengan cara ini, target biaya, waktu, dan mutu yang telah ditentukan
dapat dicapai (Koropit & Moniaga, 2022).
Metode pelaksanaan konstruksi sangat penting dalam mewujudkan suatu proyek
pembangunan, karena dengan memilih metode yang tepat dapat memastikan kelancaran dan
efisiensi pelaksanaan pekerjaan konstruksi (A. H. Pohan et al., 2022). Secara umum, metode
pelaksanaan konstruksi didasarkan pada konsep rekayasa yang berlandaskan pada hubungan
antara persyaratan dalam dokumen pelelangan (dokumen pengadaan), kondisi teknis dan
ekonomi di lapangan, dan sumber daya yang tersedia, termasuk pengalaman kontraktor .
Sering kali terjadi keterlambatan dan penurunan kualitas pada tahap pelaksanaan
proyek konstruksi (Putra & Sulistio, 2020). Gangguan cuaca seperti hujan deras dapat
mempengaruhi kecepatan kerja, tetapi penyediaan bahan dan material yang tidak tepat waktu
juga menjadi penyebab lain (Assa et al., 2014). Selain itu, peralatan yang kurang memadai
dan sering mengalami kerusakan juga dapat menyebabkan penundaan (Anggawijaya, 2014).
Sumber daya manusia yang belum dioptimalkan juga mempengaruhi keterlambatan dalam
pelaksanaan proyek. Karena itu, penting untuk memperhatikan pelaksanaan proyek
konstruksi, termasuk pada proyek pembangunan gedung 10 lantai di Kota Bandar Lampung.
Hal ini menjadi perhatian penulis untuk mengetahui metode pelaksanaan konstruksi yang
digunakan (Irwanto et al., 2023).
Dari permasalahan yang dijelaskan sebelumnya, fokus pembahasan akan difokuskan
pada masalah yang lebih spesifik, yakni bagaimana metode pelaksanaan konstruksi pada
proyek pembangunan gedung 10 lantai di Kota Bandar Lampung, terutama pada pekerjaan
struktur atas, yaitu pekerjaan struktur kolom, balok, dan plat lantai. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mempelajari metode pelaksanaan pekerjaan dalam pembangunan gedung 10
lantai di Kota Bandar Lampung dengan harapan memberikan pengetahuan dan informasi
dalam pengembangan ilmu manajemen, terutama di bidang Teknik Sipil, mengenai metode
pelaksanaan konstruksi pada proyek pembangunan. Diharapkan dengan demikian, pekerjaan
yang dihasilkan dapat sesuai dengan rencana kerja yang telah ditetapkan.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam pengumpulan data ini melibatkan beberapa
pendekatan, yaitu Pendekatan Wawancara: Pendekatan ini dilakukan dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan kepada sumber yang terlibat dalam proyek, seperti pelaksana proyek,
untuk mendapatkan informasi tentang spesifikasi dan gambaran umum proyek (Mikkelsen,
2011). Pendekatan Studi Pustaka: Pendekatan ini dilakukan dengan melakukan pencarian
literatur dan penelitian sebelumnya yang relevan dengan topik yang sedang diteliti.
Pendekatan Observasi: Pendekatan ini dilakukan dengan mengamati secara langsung di
lapangan untuk memahami dan menguasai tahapan-tahapan pelaksanaan proyek (A. E.
Pohan, 2020).
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari PT. Asmi Hidayat. Jenis data
yang dikumpulkan meliputi spesifikasi umum/teknis yang tercantum dalam Rencana Kerja
dan Syarat-Syaratnya (RKS), gambar rencana, dan kurva s/penjadwalan proyek. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang permasalahan yang terkait dengan metode
pelaksanaan yang terkait dengan pekerjaan struktur atas dan memberikan solusi untuk
permasalahan tersebut.
361
Muhamad Awang Caesario, Budi Priyanto
Metode Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan Struktur atas pada Proyek
Pembangunan Gedung 10 Lantai
Gambar 1 Lokasi Proyek
Gambar 2 Denah Tipikal Lantai 7-9
Gambar 3 Kurva S Proyek
HASIL DAN PEMBAHASAN
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Kolom
Pekerjaan Persiapan Kolom
Sebelum memulai pekerjaan marking kolom, terdapat tahapan persiapan yang harus
dilakukan terlebih dahulu. Tahapan persiapan tersebut meliputi menentukan jumlah besi yang
dibutuhkan serta diameter besi yang akan digunakan, selanjutnya besi tersebut akan ditandai
dan dipotong dengan menggunakan alat bar cutter sesuai dengan panjang yang telah
ditentukan dalam shop drawing atau bar bending schedule.
Marking Kolom
Setelah tahap persiapan selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah melakukan
pekerjaan marking pada kolom. Tujuan dari pekerjaan marking ini adalah untuk menandai
titik acuan yang akan digunakan untuk menentukan letak as kolom atau cetakan yang telah
362
Muhamad Awang Caesario, Budi Priyanto
Metode Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan Struktur atas pada Proyek
Pembangunan Gedung 10 Lantai
ditentukan oleh surveyor (Mergi, n.d.). Untuk menentukan as kolom, digunakan alat theodolit
dan garis bantu berupa marking lurus.
Pemasangan Tulangan Kolom
Setelah pekerjaan marking selesai, dilakukan pemasangan tulangan kolom pada titik
kolom yang telah direncanakan atau diberi tanda pada saat pekerjaan marking. Pembuatan
tulangan dilakukan dengan mengikatkan tulangan pokok dan sengkang menggunakan kawat
bendrat, dengan jarak dan jumlah yang disesuaikan dengan shop drawing. Setelah selesai
dipabrikasi, tulangan kolom dipasang pada posisi kolom menggunakan tower crane.
Pemasangan tulangan kolom dilakukan dengan mengikatkan kawat bendrat pada tulangan
utama dengan stek penyaluran yang sudah terpasang pada kolom lantai sebelumnya.
Setelah pemasangan penulangan kolom selesai, tahap selanjutnya adalah memasang
beton decking. Beton decking atau yang biasa disebut tahu beton dipasang dengan
mengikatkan kawat baja pada tulangan dengan jarak setiap 1 meter.
Gambar 4 Proses Perakitan Tulangan Kolom
Gambar 5 Proses Pemasangan Tulangan Kolom
Pekerjaan Bekisting Kolom
Pekerjaan selanjutnya adalah bekisting kolom. Sebelum dipasang, sepatu kolom
dipasang terlebih dahulu untuk menjaga dimensi bekisting agar tidak bergeser saat
pengecoran. Sepatu kolom juga dapat membuat pertemuan antara kolom dan lantai menjadi
rapi dan tajam. Proses bekisting pada proyek ini menggunakan jenis bekisting konvensioal
dan bekisting semi sistem (knock down). Setelah itu, bekisting atau cetakan kolom dipasang
363
Muhamad Awang Caesario, Budi Priyanto
Metode Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan Struktur atas pada Proyek
Pembangunan Gedung 10 Lantai
mengikuti posisi sepatu kolom. Setelah terpasang, surveyor kemudian mengecek verticality
menggunakan pipa support (push-pull).
Gambar 6 Proses Pekerjaan Bekisting Kolom
Pengecoran Kolom
Setelah proses bekisting kolom selesai, langkah selanjutnya adalah melakukan
pengecoran kolom dengan beberapa tahapan. Pertama, pengecoran tidak dapat dimulai
sebelum pengujian slump dan persetujuan pembesian oleh pengawas lapangan. Selain itu,
area yang akan dicor harus disterilkan dari kotoran. Kemudian, beton ready mix dituangkan
dari truck mixer ke dalam wadah untuk diuji slump, dan jika memenuhi syarat, bisa
dilanjutkan ke proses penuangan beton ready mix dari truck mixer ke bucket pada concrete
pump truck (Kundiarto, 2016). Selama pengecoran, area yang tidak dicor dapat di-block dan
vibrator digunakan untuk meratakan beton agar bisa masuk ke dalam besi tulangan.
Gambar 7 Proses Pengecoran Kolom
Pembongkaran Bekisting Kolom
Setelah proses pengecoran selesai, bekisting kolom baru bisa dibongkar setelah 8 jam,
dengan beberapa tahapan yaitu pengendoran terlebih dahulu, dilanjutkan dengan mengangkat
bekisting menggunakan alat berat, dan pengecekan kondisi. Setelah pembongkaran bekisting
selesai, maka dilanjutkan dengan tahap perawatan beton.
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Struktur Balok
Pekerjaan Persiapan Balok
Sebelum melakukan pengukuran atau marking, terdapat pekerjaan persiapan yang perlu
dilakukan. Pekerjaan persiapan tersebut meliputi menentukan jumlah dan diameter besi yang
364
Muhamad Awang Caesario, Budi Priyanto
Metode Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan Struktur atas pada Proyek
Pembangunan Gedung 10 Lantai
diperlukan, melakukan tanda dan pemotongan besi dengan bar cutter sesuai dengan panjang
gambar shop drawing atau bar bending schedule. Selain itu, pada tahap persiapan juga
dilakukan pembuatan metode pengerjaan dan shop drawing yang kemudian akan dilakukan
cross-check di lapangan.
Marking Balok
Tahap selanjutnya adalah memeriksa gambar dengan kondisi di lapangan dengan
melakukan surveying menggunakan peralatan survei, serta memasang marking sesuai dengan
gambar shop drawing (Assa et al., 2014).
Pemasangan Perancah
Setelah pengukuran dan pemberian marking, perlu dilakukan pemasangan perancah.
Perancah terdiri dari tiang sokong, gelagar, dan balok suri, dimana gelagar menumpu pada
tiang sokong, balok suri menumpu pada gelagar, dan bodeman menumpu pada balok suri.
Pada proyek ini digunakan perancah jenis scaffolding dan kayu.
Gambar 8 Proses Pemasangan Perancah untuk Balok dan Plat Lantai
Pemasangan Tulangan Balok
Pekerjaan pembesian balok dilakukan setelah bodeman terpasang. Besi balok dipasang sesuai
dengan shop drawing. Setelah pemasangan penulangan balok selesai, tahap selanjutnya
adalah memasang beton decking atau tahu beton. Beton decking dipasang dengan
mengikatkan kawat baja pada tulangan dan dipasang dengan jarak setiap 1 m.
Gambar 9 Proses Pemasangan Tulangan Balok
365
Muhamad Awang Caesario, Budi Priyanto
Metode Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan Struktur atas pada Proyek
Pembangunan Gedung 10 Lantai
Pekerjaan Bekisting Balok
Setelah pemasangan beton decking, tahap selanjutnya adalah pekerjaan bekisting balok.
Bekisting dimulai dengan pemasangan bodeman (bekisting dada) di atas balok suri. Pabrikasi
bekisting dilakukan di luar area kerja dengan kayu yang telah diberi notasi, kemudian prefab
bekisting kolom diangkat ke lokasi balok sesuai dengan notasi/tanda. Setelah bekisting
terpasang, Surveyor kemudian mengecek horisontalitas dengan menyetel baji pada perancah.
Gambar 10 Proses Pemasangan Bekisting Balok
Pengecoran Balok
Setelah bekisting balok selesai, baru dapat dilakukan pengecoran balok. Proses
pengecoran balok ini dilakukan berbarengan dengan penecoran plat lantai.
Pembongkaran Bekisting Balok
Setelah 8 jam, bekisting balok sudah dapat dibongkar. Setelah pembongkaran bekisting
selesai, maka dilanjutkan dengan tahap perawatan beton.
Metode Pelaksanaan Plat Lantai
Pemasangan Perancah
Pada tahap pelaksanaan plat lantai, tidak perlu menggunakan perancah untuk pelat
lantai pertama, namun perancah dibutuhkan untuk pelat lantai dari lantai dua ke atas.
Perancah yang digunakan untuk pelat lantai adalah jenis scaffolding.
Pekerjaan Bekisting Plat Lantai
Saat melakukan pekerjaan bekisting plat lantai, pastikan bahwa bekisting tersebut
sesuai dengan gambar kerja. Plywood yang digunakan harus dipotong dengan hati-hati agar
sesuai dengan ukuran plat lantai yang akan dibuat. Plywood tersebut harus dipasang dengan
rapat untuk menghindari terbentuknya rongga yang dapat menyebabkan kebocoran saat
pengecoran.
366
Muhamad Awang Caesario, Budi Priyanto
Metode Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan Struktur atas pada Proyek
Pembangunan Gedung 10 Lantai
Gambar 11 Proses Pemasangan Bekisting Plat Lantai
Pemasangan Tulangan Plat Lantai
Proses pembesian dimulai dengan meletakkan tulangan besi di atas bekisting plat, kemudian
dilakukan perakitan tulangan besi dengan tulangan bawah terlebih dahulu. Pemasangan
tulangan ini dilakukan secara menyilang, kemudian diikat dengan kawat bendrat. Setelah
pembesian selesai dirangkai, barulah dapat dilakukan pemasangan beton decking antara
tulangan bawah plat dan bekisting alas plat.
Gambar 12 Proses Pemasangan Tulangan Plat Lantai
Pengecoran Plat Lantai
Pengecoran plat lantai harus dilakukan bersamaan dengan pengecoran balok setelah bekisting
dan tulangan terpasang dengan benar. Setelah proses pengecoran beton, perawatan atau
curing dilakukan dengan menjaga agar cetakan beton tetap basah selama 8 jam. Proses curing
dilakukan dengan menggunakan curing compound untuk komponen plat lantai.
Gambar 13 Proses Pengecoran Balok dan Plat Lantai
Pencapaian Hasil Pelaksanaan Proyek
Setelah dilakukan evaluasi terhadap metode pelaksanaan pada proyek pembangunan gedung
367
Muhamad Awang Caesario, Budi Priyanto
Metode Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan Struktur atas pada Proyek
Pembangunan Gedung 10 Lantai
10 lantai, hasilnya menunjukkan bahwa metode yang digunakan telah sesuai dengan RKS dan
SNI yang berlaku. RKS mensyaratkan mutu beton K 250 dengan nilai slump 12 ± 2 cm,
sementara nilai rata-rata slump pada proyek mencapai 14 cm, namun masih memenuhi
standar yang ditetapkan. Dalam hal waktu pelaksanaan, tidak terjadi masalah yang signifikan,
karena kontraktor berhasil menyelesaikan proyek dalam jangka waktu 240 hari kalender
sesuai dengan kurva s dan jadwal pelaksanaan yang telah ditetapkan.
Gambar 14 Proses Uji Slump pada Proyek
Kualitas pekerjaan yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh tingkat pengawasan yang
dilakukan di lapangan (Najriyana & Rahman, 2021). Pelaksanaan yang efektif akan
menghasilkan hasil yang memuaskan dari organisasi proyek yang terlibat (Messah, 2011).
Selain itu, para pekerja dalam proyek harus mengikuti aturan yang tercantum dalam Rencana
Kerja dan Syarat-Syaratnya (RKS) serta mengikuti jadwal yang telah ditentukan oleh
perencana dan pemilik proyek (Siswanto & Salim, 2019).
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode
pelaksanaan konstruksi gedung 10 lantai di Kota Bandar Lampung telah tepat dan efektif,
sehingga menghasilkan waktu yang lebih efisien dan memberikan keuntungan bagi proyek
tersebut. Tahapan pelaksanaan pekerjaan meliputi berbagai aspek, seperti Pekerjaan Kolom
yang terdiri dari pekerjaan tulangan, pemasangan beton decking, pemasangan bekisting,
pengecoran, pembongkaran bekisting, dan perawatan beton. Selain itu, terdapat juga
Pekerjaan Balok yang mencakup pemasangan perancah, pemasangan tulangan, pemasangan
beton decking, pemasangan bekisting, pengecoran, pembongkaran bekisting, dan perawatan
beton. Sedangkan untuk Pekerjaan Plat Lantai terdiri dari pemasangan perancah, pemasangan
bekisting, pemasangan tulangan, pengecoran, dan perawatan beton.
DAFTAR PUSTAKA
Anggawijaya, S. (2014). Hubungan antara depresi dan prokrastinasi akademik. CALYPTRA, 2(2), 1
12.
Assa, J. I., Mandagi, R. J. M., Tjakra, J., & Sibi, M. (2014). Kajian Peranan Pengelola Proyek Dalam
Menyelenggarakan Proyek Pada Tahap Pelaksanaan. Jurnal Sipil Statik, 2(2).
Irwanto, T. J., Suryani, N. L., Ramdha, B. V., Rahman, A., & Ihsan, M. A. N. (2023). Metode
368
Muhamad Awang Caesario, Budi Priyanto
Metode Pelaksanaan Konstruksi Pekerjaan Struktur atas pada Proyek
Pembangunan Gedung 10 Lantai
Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Bore Pile Pada proyek Gedung Baru Instalasi Pelayanan Utama
Rumah Sakit Dr Saiful Anwar Malang. Jurnal Pengabdian Teknik Dan Sains (JPTS), 3(01).
Koropit, D., & Moniaga, F. (2022). Metode Pelaksanaan Konstruksi Dalam Proyek Pembangunan
Balai Kesehatan Ibu Dan Anak (Bkia) Rsud Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Realtech,
18(2), 4348.
Kundiarto, W. K. (2016). Laporan Praktik Kerja Proyek Pembangunan Sentraland Jalan Ki
Mangunsarkoro No 36 Semarang.
Mergi, R. S. (n.d.). Perencanaan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Smk3) Pada
Pembangunan Struktur Atas Gedung Soho Pt. Samator Surabaya.
Messah, Y. A. (2011). Kajian Hubungan Waste Material Konstruksi dan Organisasi Proyek
Konstruksi. Jurnal Teknik Sipil, 1(1), 5266.
Mikkelsen, B. (2011). Metode penelitian partisipatoris dan upaya pemberdayaan: Panduan bagi
praktisi lapangan. Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Najriyana, E., & Rahman, T. (2021). Pengaruh Pengawasan Terhadap Kinerja Karyawan Cv. Options
House Tanjung Kabupaten Tabalong. JAPB, 4(2), 762771.
Onibala, E. C., Inkiriwang, R. L., & Sibi, M. (2018). Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi
Dalam Proyek Pembangunan Sekolah SMK Santa Fimilia Kota Tomohon. Jurnal Sipil Statik,
6(11).
Pohan, A. E. (2020). Konsep pembelajaran daring berbasis pendekatan ilmiah. Penerbit CV. Sarnu
Untung.
Pohan, A. H., Indriasari, I., & Bangun, S. (2022). Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Struktur
Bawah Pada Perkantoran Danayasa Tower. Jurnal Teknik, 11(1).
Putra, H. E., & Sulistio, H. (2020). Pengaruh Change Order Terhadap Biaya, Mutu, Dan Waktu Pada
Proyek Konstruksi Gedung Bertingkat. JMTS: Jurnal Mitra Teknik Sipil, 3(4), 1349.
Siswanto, A. B., & Salim, M. A. (2019). Manajemen Proyek. CV. Pilar Nusantara.
Sutanto, N. V., Sundari, T., & Aktiva, Y. (2021). Metode Pelaksanaan Dan Analisis Kebutuhan
Peralatan Pada Pekerjaan Sloof Proyek Pembangunan Gedung Medik Rumah Sakit Siti
Khodijah. Reaktip: Jurnal Rekayasa Dan Aplikasi Teknik Sipil, 1(1), 111.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License