
Sherina Prahitaningtyas
PROSEDUR SAMPLING DAN PENGAMATAN FITOPLANKTON DI WADUK IR. H.
DJUANDA, JATILUHUR, PURWAKARTA, JAWA BARAT
Sherina Prahitaningtyas
Universitas 17 Agustus 1945 Cirebon
tyasprahitanings0[email protected]
Abstrak
Fitoplankton memiliki peran sebagai produsen primer di perairan. Fitoplankton juga dapat menjadi biota
indikator dalam mengukur tingkat kesuburan suatu perairan. Keberadaan fitoplankton diperairan akan
menarik pemakan fitoplankton (konsumen tingkat I), selanjutnya konsumen tingkat I akan dimangsa
konsumen tingkat II dan seterusnya sampai tingkat teratas. Tujuan penelitian ini untuk memahami serta
mempraktikkan prosedur sampling fitoplankton di Waduk Ir. H. Djuanda serta mempraktikkan prosedur
pengamatan fitoplankton di Laboratorium Larva dan Ikan BRPSDI Jatiluhur. Metode yang digunakan
adalah penelitian survei sample, dimana peneliti melakukan observasi dalam pengumpulan data, Metode
ini digunakan pada saat sampling fitoplankton dan pengamatan fitoplankton di Laboratorium plankton
dan larva. Hasil penelitian dari data kelimpahan, stasiun Area KJA dengan kedalaman 0 dan 6 meter
terdapat kelimpahan paling banyak diantara stasiun lainya yaitu pada 0 meter 122381 sel/L, dan pada 6
meter 116429 sel/L, sedangkan kelimpahan terendah pada masing masing stasiun terdapat pada stasiun
Genangan Utama pada kedalaman 0 meter 71429 sel/L dan 6 meter 73810 sel/L. Kelimpahan masing-
masing kelas yang tertinggi terdapat pada kelas Cyanophiceae dengan jumlah kelimpahan 214762 sel/L,
dan pada kelas Bacillariophyceae terdapat kelimpahan terendah dengan jumlah 23929 sel/L.
Kesimpulan pada penelitian ini yaitu distribusi jenis-jenis fitoplankton pada semua stasiun, secara
umum distribusinya ditemukan berbeda setiap stasiunnya Namun, pada beberapa jenis organisme
seperti genus Oscillatoria sp dari kelas Chlorophyceae dan Tribonema sp dari kelas Cyanophyceae
adalah pengecualian. Kedua genus itu ditemukan di seluruh stasiun penelitian. Di samping memiliki
jumlah yang merata pada semua stasiun, kedua genus ini juga memiliki kelimpahan paling tinggi
diantara genus-genus yang ada.
Kata Kunci: fitoplankton; indeks keseragaman; kelimpahan; planktonologi
Abstract
Phytoplankton has a role as a primary producer in the waters. Phytoplankton can also be an indicator
biota in measuring the fertility level of a waters. The existence of phytoplankton in the waters will
attract phytoplankton eaters (level I consumers), then level I consumers will be preyed upon by level II
consumers and so on up to the top level. The purpose of this study was to understand and practice
directly the phytoplankton sampling procedure in the Ir. H. Djuanda and practicing phytoplankton
observation procedures at the BRPSDI Jatiluhur Larvae and Fish Laboratory. The method used is a
sample survey research, where researchers make observations in collecting data. This method is used
when sampling phytoplankton and observing phytoplankton in the plankton and larvae laboratory. The
results of the study from abundance data, KJA Area stations with a depth of 0 and 6 meters have the
most abundance among other stations, namely at 0 meters 122381 cells/L, and at 6 meters 116429
cells/L, while the lowest abundance at each station is at the Main inundation at a depth of 0 meter
71429 cells/L and 6 meters 73810 cells/L. The highest abundance of each class was in the
Cyanophiceae class with an abundance of 214762 cells/L, and in the Bacillariophyceae class there was
the lowest abundance with a total of 23929 cells/L. The conclusion of this study is the distribution of the
types of phytoplankton at all stations, in general the distribution is found to be different for each station.
Both genera were found in all research stations. Besides having an even number at all stations, these
two genera also have the highest abundance among the existing genera.
Keywords: phytoplankton; uniformity index; abundance; planktonology
Jurnal Sosial dan Teknologi
Volume 3 , Number 5 , Mei 2023
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155

Sherina Prahitaningtyas
Prosedur Sampling dan Pengamatan Fitoplankton di Waduk Ir. H. Djuanda,
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat
2774-5147
PENDAHULUAN
Dewasa ini sektor konstruksi mengalami perkembangan yang sangat pesat, yang ditandai
Indonesia merupakan negara maritim yang sebagian besarnya merupakan lautan sebagai potensi
sumber daya kelautan dan perikanan (Harun, 2020). Potensi sumberdaya tersebut mengalami
fluktuasi perubahan yang naik turun karena pengaruh faktor kondisi lingkungan baik secara
fisika, kimia, biologi. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap fluktuasi tersebut adalah
adanya fitoplankton di perairan (Indriyani, 2020).
Bendungan Jatiluhur merupakan bendungan terbesar di Indonesia, membendung aliran
Sungai Citarum di Kecamatan Jatiluhur Kabupaten Purwakarta Provinsi Jawa Barat,
membentuk waduk dengan genangan seluas ± 83 km2 dan keliling waduk 150 km pada elevasi
muka air normal +107 m di atas permukaan laut (dpl). (Purwakarta.go.id, 2018). Plankton yang
berperan sebagai produsen utama di perairan adalah fitoplankton, sedangkan organime
konsumen adalah zooplankton, larva, ikan, udang, kepiting, dan sebagainya (Nontji, 2008).
Fitoplankton juga dapat menjadi biota indikator dalam mengukur tingkat kesuburan di suatu
perairan. Perairan yang memiliki produktivitas primer yang tinggi umumnya ditandai dengan
tingginya kelimpahan fitoplankton (Rahardjanto, 2020). Keberadaan fitoplankton diperairan akan
menarik pemakan fitoplankton (konsumen tingkat I), selanjutnya konsumen tingkat I akan
dimangsa konsumen tingkat II dan seterusnya sampai tingkat konsumen paling atas (Nybakken
& Eidman, 1998).
Oksigen di suatu perairan memiliki hubungan erat dengan keberadaan fitoplankton. Pada
siang hari fitoplankton menghasilkan oksigen tetapi pada malah hari fitoplankton membutuhkan
oksigen. (Agustini et al., 2017). Komunitas fitoplankton memiliki beberapa algae yang umum
ditemukan. Algae tersebut diantaranya Chlorophyceae (green algae), Xanthophyceae (yellow-
green algae), Chrysopyhceae (golden-brown algae), Bacillariophyceae (diatom), Euglenophyceae
(euglenoids), Dinophyceae (dinoflagellates). Fitoplankton dapat ditemukan dibeberapa jenis
perairan, yaitu laut, danau, sungai, kolam dan waduk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
keberadaan dan kelimpahan jenis fitoplankton yang terdapat di perairan Waduk Ir. H. Djuanda
serta mempraktikkan secara langsung tentang prosedur sampling fitoplankton di Waduk Ir. H.
Djuanda serta mempelajari dan mempraktikkan prosedur pengamatan fitoplankton di
Laboratorium Plankton dan Larva BRPSDI Jatiluhur. Mafaat penelitian ini agar peneliti atau
pembaca mendapat gambaran langsung mengenai prosedur sampling fitoplankton yang benar
secara ilmiah serta mengetahui jenis-jenis fitoplankton yang terdapat di perairan Waduk Ir. H.
Djuanda.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan adalah penelitian survei, dimana peneliti melakukan observasi
dalam pengumpulan data, peneliti hanya mencatat data seperti apa adanya, menganalisis dan
menafsirkan data tersebut (Sugiyono, 2015). Penentuan lokasi stasiun dilakukan menggunakan
metode purposive sampling untuk menentukan beberapa titik sampling sebagai pembanding
stasiun satu dan lainnya (Rosdianto & Murdani, 2017).

Sherina Prahitaningtyas
Prosedur Sampling dan Pengamatan Fitoplankton di Waduk Ir. H. Djuanda,
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat
2774-5147
Teknik Pengambilan Data
Alat dan Bahan
Tabel 1 Alat
No
Alat
Kegunaan
Lapang
1.
Plankton net No. 25
Menyaring sampel fitoplankton
2.
Kemmerer Water Sampler
Untuk pengambilan sampel air
3.
Pipet tetes
Mengambil sampel air (fitoplankton)
4.
Botol Sampel
Menarum sampel Fitoplankton
5.
Spidol
Memberi keterangan lokasi pada
sampel
6.
Peralatan Menulis
Mencatat data hasil penelitian
7.
Tissue
Untuk membersihkan peralatan
Laboratorium
1.
Mikroskop Binokuler dan
Mikroskop Camera
Mengamati fitoplankton dan
mengambil gambar fitoplankton
2.
Botol sampel 25 ml
Menampung sampel air untuk
pengamatan fitoplankton
3.
Tabel Pengamatan
Fitoplankton
Mencatat hasil dari pengamatan
4.
5.
Buku Identifikasi
Fitoplankton
Menyamakan jenis fitoplankton yang
didapat pada pengamatan.
6.
SRC (sedgewick rafter
counter cell)
Sebagai wadah identifikasi
fitoplankton
7.
Kaca preparat
Tabel 2 Bahan
No
Bahan
Kegunaan
1
Aquades
Pembersihan alat penelitian
2
Sampel Fitoplankton
Untuk diidentifikasi
3
Lugol 2%
Untuk pengawetan

Sherina Prahitaningtyas
Prosedur Sampling dan Pengamatan Fitoplankton di Waduk Ir. H. Djuanda,
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat
2774-5147
Lokasi Penelitian
Gambar 1 Lokasi Stasiun Penelitian
Tabel 3 Lokasi Stasiun Penelitian






1.
Area Bebas
KJA
A0, A6
S 06
0
31’ 05,9”
E 107
0
22’ 15,7 “
Warna hijau
kecerahan
2.
Inlet
Citarum
B0, B6
S 06
0
32’ 3,3”
E 107
0
19’ 43,4“
Warna hijau edikit
pekat masih cerah
3.
Area KJA
C0, C6
S 06
0
32’ 33,3”
E 107
0
22’ 02,3 “
Warna hijau
kekuningan
4.
Genangan
utama
D0, D6
S 06
0
32’ 68”
E 107
0
22’ 2“
Warna hijau cerah
Pengambilan sampel dilakukan di 4 titik untuk mengetahui perbedaan distribusi
fitoplankton pada setiap stasiun titik yang diambil yaitu titik pertama di area bebas KJA dengan
kode stasiun A0,dan A6, titik kedua di Inlet Citarum B0 dan B6, titik ketiga di Area KJA C0 dan
C6, titik keempat di genangan utama D0 dan D6. Pengambilan sampel pada setiap titik dilakukan
dengan 2 strata kedalaman yaitu pada kedalaman 0 meter dan 6 meter,dengan kode 0 dan 6 pada
setiap stasiun untuk mewakili 2 strata kedalaman tersebut, pertimbangan melakukan di dua strata
tersebut adalah perbedaan intensitas cahaya matahari. Pengambilan sampel dilakukan pada pukul
08.00- 15.00 WIB karena pertimbangan faktor keselamatan tim dan keterbatasan biaya.
Teknik Pengambilan sampel fitoplankton
Sebelum melakukan pengambilan plankton terlebih dahulu mempersiapkan alat dan bahan
meliputi plankton net, botol contoh, ember, formalin 40%, kertas label, dan spidol. Pengambilan

Sherina Prahitaningtyas
Prosedur Sampling dan Pengamatan Fitoplankton di Waduk Ir. H. Djuanda,
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat
2774-5147
sampel sesuai dengan variasi kondisi perairan dan dilakukan pada titik lokasi yang telah
dirancang. Sampel fitoplankton diambil di dua strata kedalaman yaitu pada 0 meter atau
permukaan dan 6 meter area yang relatif terkena cahaya matahari. Dalam pengambilan contoh
plankton pada setiap station dilakukan 2 kali yaitu untuk fitoplankton untuk pengambilan
fitoplankton dengan plankton net berukuran mata saring 60 mikron, diameter mulut jaring ±30
cm. Metode ini digunakan pada saat sampling fitoplankton di waduk Ir. H. Djuanda
Teknik Pengawetan Sampel
Plankton yang tersaring dalam Kemmerer water sample diletakan dedalam ember untuk
dipisahkan dan dimasukan ke botol yang sudah tertera titik samplingnya kemudian ditetesi
larutan formalin ±4%. Caranya adalah dengan memasukkan larutan formalin 40% pada pipet
tetes ke dalam botol contoh tersebut, dengan perbandingan 1 bagian formalin 40% dan 9 bagian
air yang tersaring. Sampel yang sudah diberi formalin diletakan kedalam wadah pendingin agar
plankton akan utuh dan tidak rusak.
Teknik Pengamatan Laboratorium
Pengamatan fitoplankton di Laboratorium plankton dan larva Balai Riset Pemulihan
Sumber Daya Ikan. Plankton diidentifikasikan dengan mengacu pada (Nagasawa & Warren,
1996). Pengamatan plankton menggunakan mikroskop elektrik binokuler dengan pembesaran
10x10=100 kali dan Microskop Camera untuk mengambil gambar yang teridentifikasi. Contoh
plankton yang akan diamati terlebih dahulu diukur jumlah volume air tersaring sebanyak 0,05 ml
diteteskan ke dalam SRC (sedgewick rafter counter cell) dan ditutup menggunakan kaca
preparat dengan rapih sampai tidak ada gelembung air. Plankton pada Sadgwich Rafter di bawah
mikroskop lalu diaktifkan dan dihitung sesuai dengan urutan kotak di dalam Sadgwich Rafter.
Hasil pengamatan bisa dilihat langsung pada layar dan diambil gambar sesuai data yang
dibutuhkan. Jenis fitoplankton yang ditemukan kemudian diidentifikasi dengan menggunakan
buku identifikasi dan dicatat di formulir pengamatan (Setyowati et al., n.d.)
.
Analisis Data
Indeks Ekologi yang diamati adalah menggunakan data yang dihitung merupakan data
kelimpahan fitoplankton, indeks keseragaman, keanekaragaman dan dominasi dengan rumus
perhitungan sebagai berikut :
Kelimpahan (Arinardi et al., 1997)
No/mL=
𝐶 𝑥 1000 𝑚𝑚3
𝐴 𝑥 𝐷 𝑥 𝐹
Keterangan :
C : Jumlah organisme fitoplankton yang dihitung
A : Luas bidang kotak dalam Sedgwick rafter mm
2
D: Kedalaman S-R cell (Sedgwick rafter)
F : Jumlah bidang kotak yang dihitung
Perhitungan indeks diversitas Shannon-Wiener.
H
-pi ln pi
Keterangan :

Sherina Prahitaningtyas
Prosedur Sampling dan Pengamatan Fitoplankton di Waduk Ir. H. Djuanda,
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat
2774-5147
H
1
= indeks diversitas Shannon-Wiener
ni = jumlah individu spesies i
N = jumlah total individu semua spesies
Indeks Keseragaman (Michael, 1994)
𝐸=
H′
H Max
Keterangan :
E = Indeks Keseragaman
H’ = Indeks Keanekaragaman
H’ max = ln s (s=jumlah spesies yang ditemukan)
Perhitungan dominansi (Magnussen & Boyle, 1995)
C=
(
ni
N
)
2
Keterangan :
C = indeks Dominansi
n
i
= jumlah individu jenis ke-i
N = jumlah total individu
Parameter Fisik
Suhu
Fitoplankton yang lebih tinggi akan dijumpai pada suhu yang lebih hangat. Kisaran suhu
optimal bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 20º C 30 º C (Haslan, 1995 dalam Effendi,
2003).
Cahaya
Intensitas cahaya merupakan faktor penting dalam kepadatan mikroalgaselain nutrien.
Cahaya dapat meningkatkan ATP yang dihasilkan pada proses fotosintesis, naiknya ATP akan
memicu semakin cepatnya laju metabolisme dan mempengaruhi metabolisme karotenoid dalam
sel alga (Peri et al., 2009).
Parameter Kimia
Derajat Keasaman (pH)
Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar
7,0 8,5. Alga akan memanfaatkan karbondioksida hingga batas pH yang tidak memungkinkan
lagi bagi alga untuk tidak menggunakan karbondioksida yaitu sekitar 10 11 (Effendi, 2003).
Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen)
Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah penyerapan oksigen dari udara melalui
kontak antara permukaan air dengan udara dan dari proses fotosintesis. Oksigen terlarut

Sherina Prahitaningtyas
Prosedur Sampling dan Pengamatan Fitoplankton di Waduk Ir. H. Djuanda,
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat
2774-5147
digunakan oleh fitoplankton untuk melakukan proses fotosintesis. Pada saat akan melakukan
fotosintesis, fitoplankton akan cenderung mendekati daerah yang kaya akan oksigen terlarut.
Kedalaman perairan berkaitan dengan suhu yang berpengaruh pada oksigen terlarut, sehingga
pada kedalaman berbeda dan suhu berbeda maka tingkat oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh
fitoplankton juga berbeda (Barus, 2004).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Jenis Fitoplankton
Berdasarkan hasil pengamatan dan identifikasi fitoplankton di Laboratorium Plankton dan
Larva Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat diperoleh
jenis-jenis fitoplankton yang terdiri dari 4 Klas dan 18 Jenis sebagaimana terdaji pada Tabel
berikut :
Tabel 4 Jenis Fitoplankton Yang Didapat
NO
KELAS
GENUS
FITOPLANKTON
A
BACILLARIOPHYCEAE
1
Navicula sp.
Ordo : Naviculales
Famili : Naviculaceae
Genus : Navicula
Synedra sp.
Ordo : Pennales
Famili : fnigillariaceae
Genus : Synedra
B
CHLOROPHYCEAE
Actinastrum sp.
Kelas : Trebouxiophyceae
Memesan : Chlorellales
Keluarga : Chlorellaceae
Closterium sp.
Kelas : Zygnematophyceae
Keluarga : Closteriaceae
Marga : Closterium
Cosmarium sp.
Class Zygnematophyceae
Order Desmidiales
Family Desmidiaceae
Crucigenia sp.
Class Trebouxiophyceae
Order Trebouxiophyceae ordo incertae sedis
Family Trebouxiophyceae incertae sedis
Eudorina sp.
Class : Chlorophyceae
Order : Volvocales
Family : Volvocaceae

Sherina Prahitaningtyas
Prosedur Sampling dan Pengamatan Fitoplankton di Waduk Ir. H. Djuanda,
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat
2774-5147
Komposisi Fitoplankton
Hasil pengamatan dan identifikasi fitoplankton menunjukan jenis-jenis fitoplankton yang
teridentifikasi terdiri dari 4 Kelas dan 18 jenis yaitu Chlorophyceae sebanyak 36% (11 jenis)
Actinastrum sp, Closterium sp, Cosmarium sp, Crucigenia sp, Eudorina sp, Euastrum sp,
2
Euastrum sp.
Kelas : Zygnematophyceae
Keluarga : Desmidiaceae
Marga : Euastrum
Pediastrum sp.
Class : Chlorophyceae
Order : Sphaeropleales
Family : Hydrodictyaceae
Scenedesmus sp.
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Cholococcales
Famili : Scenedesmaceae
Staurastrum sp.
Kelas : Charophyceae
Ordo : Zygnematales
Famili : Desmidiaceae
Tribonema sp.
Class Xanthophyceae
Order Tribonematales
Family Tribonemataceae
Ulothrix sp.
Kelas : Ulvophyceae
Ordo : Ulotrichales
Famili : Ulotrichaceae
C
CYANOPHYCEAE
3
Anabaena sp.
Class : Cyanophyceae
Order : Nostocales
Family : Nostocaceae
Lyngbya sp.
Divisi : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Keluarga : Oscillatoriaceae
Merismopedia sp.
Divisi : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Keluarga : Merismopediaceae
Oscilatoria sp.
Divisi : Cyanobacteria
Kelas : Cyanophyceae
Keluarga : Oscillatoriales
D
DINOPHYCEAE
4
Ceratium sp.
Divisi : Dinoflagellata
Kelas : Donophyceae
Keluarga : Ceratiaceae

Sherina Prahitaningtyas
Prosedur Sampling dan Pengamatan Fitoplankton di Waduk Ir. H. Djuanda,
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat
2774-5147
Pediastrum sp, Scenedesmus sp, Staurastrum sp, Tribonema sp, Ulothrix sp. Chanophyceae 55%
(4 jenis) Anabaena sp, Lyngbya sp, Merismopedia sp, Oscilatoria sp. Bacillariophyceae 6% (2
jenis) Naviculla sp, Synedra sp. Dinophyceae 3% (1 jenis) Ceratiun sp
Gambar 2 Grafik Komposisi Fitoplankton di Stasiun Pengamatan
Kelimpahan Fitoplankton
Data kelimpahan yang didapat, pada titik pertama di area bebas KJA dengan kode A0
83571 sel/L A6 83571 sel/L, titik kedua di Inlet Citarum B0 122381 sel/L B6 116429 sel/L, titik
ketiga di Area KJA C0 108095 sel/L C6 116429 sel/L, titik keempat di genangan utama D0
71429 sel/L D6 73810 sel/L.
Gambar 3 Hasil Kelimpahan Fitoplankton
Indeks Keseragaman, keanekaragaman dan dominasi
Kestasbilan komunitas suatu perairan dapat digambarkan dari nilai indeks keanekaragaman
(H’), indeks keseragaman (E’), dan indeks dominansi fitoplankton di Waduk Ir.H.Djuanda dapat
dilihat pada Gambar. Dari grafik diatas Indeks Keseragaman pada titik pertama di area bebas
KJA dengan kode A0 1,894 sel/L A6 1,726 sel/L, titik kedua di Inlet Citarum B0 1,821 sel/L B6
1,549 sel/L, titik ketiga di Area KJA C0 1,694 sel/L C6 1,668 sel/L, titik keempat di genangan
utama D0 1,734 sel/L D6 1,299 sel/L.
Indeks Keanekatragaman titik pertama di area bebas KJA dengan kode A0 0,668 sel/L A6
0,637 sel/L, titik kedua di Inlet Citarum B0 0,673 sel/L B6 0,587 sel/L, titik ketiga di Area KJA
C0 0,682 sel/L C6 0,65 sel/L, titik keempat di genangan utama D0 0,676 sel/L D6 0,624 sel/L.
Nilai Indeks Dominasi area bebas KJA dengan kode A0 0,264 sel/L A6 0,28 sel/L, titik kedua di
Inlet Citarum B0 0,249 sel/L B6 0,312 sel/L, titik ketiga di Area KJA C0 0,261 sel/L C6 0,3
6%
36%
55%
3%
BACILLARIOPHYCEAE
CHLOROPHYCEAE
CYANOPHYCEAE
DINOPHYCEAE
A0 A6 B0 B6 C0 C6 D0 D6
83571 83571
122381
116429
108095
116429
71429
73810

Sherina Prahitaningtyas
Prosedur Sampling dan Pengamatan Fitoplankton di Waduk Ir. H. Djuanda,
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat
2774-5147
sel/L, titik keempat di genangan utama D0 2,279 sel/L D6 0,399 sel/L.

Pembahasan
Dari data kelimpahan, kelimpahan fitoplankton yang tertinggi beradapada stasiun Inlet
Citarum dengan jumlah seluruh kelimpahan total B0 122381 sel/L B6 116429 sel/L ini mungkin
disebabkan karena kondisi perairan yang masih terdapat tumbuhan eceng gondok sehingga
mempengaruhi kelimpahan fitoplankton di stasiun tersebut, dan yang terendah berada pada titik
keempat di genangan utama dengan jumlah D0 71429 sel/L D6 73810 sel/L lokasi genangan
utama masih dekat dengan daratan.
Dari grafik diatas Indeks Keseragaman yang tertinggi berada pada area bebas KJA dengan
A0 1,894 sel/L dan yang terendah berada pada Genangan Utama D6 1,299 sel/L. Indeks
Keanekaragaman yang tertinggi berada pada area genangan utama D0 0,676 dan yang terendah
berada pada B6 0,587 Sel/L. Nilai Indeks Dominasi yang paling tinggi berada pada Genangan
Utama D0 2,279 sedangkan yang terendah berada pada Inlet Citarum B0 0,249. Hasil penelitian
menunjukkan indeks keseragaman rata-rata tergolong kategori sedang yang berarti indeks
dominansi dalam kategori rendah. Pola distribusi yang sedang pada perairan ini menunjukkan
bahwa penyebaran antar jenis cukup merata dan tidak terdapat kecenderungan fitoplankton
mendominasi pada perairan tersebut (Rizqina et al., 2018).
Persebaran jenis-jenis fitoplankton pada semua stasiun, secara umum persebarannya
ditemukan tidak merata. Namun, pada beberapa jenis organisme seperti genus Oscillatoria sp
dari kelas Chlorophyceae dan Tribonema sp dari kelas Cyanophyceae adalah pengecualian.
Kedua genus itu ditemukan di seluruh stasiun penelitian. Di samping memiliki persebaran yang
merata pada semua stasiun, kedua genus ini juga memiliki kelimpahan paling tinggi diantara
genus-genus yang ada.
Hasil diattas sesuai dengan kelimpahan tertinggi dari genus oscillatoria disebabkan genus
ini merupakan jenis fitoplankton yang mampu hidup dan berkembang pada berbagai kondisi
perairan baik pada air tawar maupun air dengan kadar garam cukup tinggi (Fachrul et al., 2016).
0
0,5
1
1,5
2
2,5
A0 A6 B0 B6 C0 C6 D0 D6
H’
1,894 1,726 1,821 1,549 1,694 1,668 1,734 1,299
E
0,668 0,637 0,673 0,587 0,682 0,65 0,676 0,624
C
0,264 0,28 0,249 0,312 0,261 0,3 2,279 0,399

Sherina Prahitaningtyas
Prosedur Sampling dan Pengamatan Fitoplankton di Waduk Ir. H. Djuanda,
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat
2774-5147
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian diatas adalah mempratikan secara langsung prosedur sampling
fitoplankton di waduk Ir. H.Djuanda Jatiluhur, Purwakarta serta memperoleh data pengamatan
mengenai Indeks Ekologi. Dari data kelimpahan, stasiun Area KJA dengan kedalaman 0 dan 6
meter terdapat kelimpahan paling banyak diantara stasiun lainya yaitu pada 0 meter 122381
sel/L, dan pada 6 meter 116429 sel/L, sedangkan kelimpahan terendah pada masing masing
stasiun terdapat pada stasiun Genangan Utama pada kedalaman 0 meter 71429 sel/L dan 6 meter
73810 sel/L. Kelimpahan masing-masing kelas yang tertinggi terdapat pada kelas Cyanophiceae
dengan jumlah kelimpahan 214762 sel/L, dan pada kelas Bacillarophyceae terdapat kelimpahan
terendang dengan jumlah 23929 sel/L.
Nilai indeks keanekaragaman (H’) menunjukkan keanekaragaman dan kestabilan
fitoplankton berada pada kategori sedang. Selanjutnya, nilai indeks keseragaman (E)
menunjukkan bahwa jumlah individu tiap jenis fitoplankton adalah sama/merata. Kemudian,
nilai indeks dominansi (C) menunjukkan bahwa tidak ada jenis fitoplankton yang mendominasi
selama penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Agustini, M. S., Maria, I., Madyowati, M. K., & Oetami, I. S. (2017). Biodiversitas Plankton Pada
Budidaya Polikultur di Desa Sawohan Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
Arinardi, O. H., Sutomo, A. B., Yusuf, S. A., Trimaningsih, E. A., & Riyono, S. H. (1997). Kisaran
kelimpahan dan komposisi plankton predominan di Perairan Kawasan Timur Indonesia. Jakarta:
P3O-LIPI.
Fachrul, M. F., Rinanti, A., Hendrawan, D., & Satriawan, A. (2016). Kajian Kualitas Air dan
Keanekaragaman Jenis Fitoplankton di Perairan Waduk Pluit Jakarta Barat. Jurnal Penelitian Dan
Karya Ilmiah Lembaga Penelitian Universitas Trisakti, 1(2).
Harun, U. (2020). Buku: Politik Kebijakan Poros Maritim.
Indriyani, S. R. I. (2020). Analisa Faktor Oseanografi Dalam Mendukung Budidaya Rumput Laut K.
Alvarezii Di Perairan Pulau Sembilan Kabupaten Sinjai. Universitas Bosowa.
Magnussen, S., & Boyle, T. J. B. (1995). Estimating sample size for inference about the Shannon-Weaver
and the Simpson indices of species diversity. Forest Ecology and Management, 78(13), 7184.
Michael, P. (1994). Metode ekologi untuk penyelidikan lapangan dan laboratorium (Alih bahasa oleh
Yanti R. Koestoer dan Suhati S). Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Nagasawa, S., & Warren, A. (1996). Redescription of Vorticella oceanica Zacharias, 1906 (Ciliophora:
Peritrichia) with notes on its host, the marine planktonic diatom Chaetoceros coarctatum Lauder,
1864. Hydrobiologia, 337, 2736.
Nontji, A. (2008). Plankton laut. Yayasan Obor Indonesia.
Nybakken, J. W., & Eidman, H. M. (1998). Biologi laut: satu pendekatan ekologis. Gramedia.
Prasetya, E. E. (2016). SEJARAH BALAI RISET PEMULIHAN SUMBER DAYA IKAN (BRPSDI).
http://bp2ksi.litbang.kkp.go.id/
Purwakarta.go.id. (2018). Sejarah Bendungan Jatiluhur. https://purwakartakab.go.id/
Rahardjanto, A. (2020). Kesehatan Sungai Pengaruhnya terhadap Struktur dan Fungsi
Makroinvertebrata pada Daerah Hulu. Bildung.
Rizqina, C., Sulardiono, B., & Djunaedi, A. (2018). Hubungan antara kandungan nitrat dan fosfat dengan
kelimpahan fitoplankton di perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu. Management of Aquatic
Resources Journal (MAQUARES), 6(1), 4350.
Rosdianto, H., & Murdani, E. (2017). The implementation of POE (Predict Observe Explain) model to

Sherina Prahitaningtyas
Prosedur Sampling dan Pengamatan Fitoplankton di Waduk Ir. H. Djuanda,
Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat
2774-5147
improve student’s concept understanding on Newton’s law. Jurnal Pendidikan Fisika, 6(1), 5557.
Setyowati, D., Rahayu, D. R. U. S., & Piranti, A. S. (n.d.). Struktur Komunitas Fitoplanton di Waduk
Cacaban Kabupaten Tegal. BioEksakta: Jurnal Ilmiah Biologi Unsoed, 3, 163175.
Sugiyono, P. (2015). Metode penelitian kombinasi (mixed methods). Bandung: Alfabeta, 28, 112.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License