530
Sri Hayati, Putri Miftahul Jannah, Masyhuri
HUBUNGAN RESILIENSI DENGAN SUBJECTIVE WELL BEING PADA
MAHASISWA SELAMA PEMBELAJARAN ONLINE DI MASA PANDEMI
COVID-19
Sri Hayati, Putri Miftahul Jannah, Masyhuri
UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Indonesia
Email : srihayaati21@gmail.com, putri.jannah@uin-suska.ac.id
Abstrak
Penelitian ini dilatar belakangi oleh pandemi covid-19 yang mengakibatkan perubahan sistem
pembelajaran di perguruan tinggi yaitu pembelajaran online. Tujuan penelitian ini untuk menguji
hubungan variabel resiliensi dan subjective well being pada mahasiswa aktif UIN Sultan Syarif Kasim.
Sampel terdiri dari 400 (N=400, 131 laki-laki, 269 perempuan) mahasiswa aktif UIN Sultan Syarif Kasim
Riau yang dipilih menggunakan teknik quota sampling. Partisipan dalam penelitian ini mengisi kuesioner
online yang mencakup info sosiodemografis, satisfaction with life scale (SWLS) and positive negative
affect scale (PANAS) versi Indonesia yang diadaptasi dari Novrianto & Marettih (2018) dan skala
resiliensi dari Connor-Davidson (CD-RISC, 2003) versi Indonesia. Hipotesis pada penelitian ini yaitu
terdapat hubungan positif antara resiliensi dengan subjective well being. Data dianalisis menggunakan
statistik deskriptif seperti mean, SD dan analisis korelasional digunakan untuk menguji hubungan antar
variabel. Temuan menunjukkan hubungan positif yang signifikan antara resiliensi dan subjective well
being. Studi ini menyoroti pentingnya memiliki subjective well being dikalangan mahasiswa selama
pembelajaran online dimasa pandemi Covid.
Kata kunci: subjective well being, resiliensi, pandemi covid, pembelajaran online
Abstract
The baground of this study is pandemic Covid-19 which resulted in changes in the learning systems in
university namely online learning. The aim of the present study was to examine resilience and subjective
well being students on college. A sampel of 400 (N=400, 131 males, 269 females) students by quota
sampling from UIN Sultan Syarif Kasim Riau. The participants responded to an online questionnaire
packet that included socio-demographic information, satisfaction with life scale (SWLS) and positive
negative affect scale (PANAS) Indonesian version scale adapted from Novrianto&Marettih (2018) and
resilience scale Connor-Davidson (CD-RISC, 2003) indonesian version. Hypothesis in this study is that
there is a positive relationship between resilience and subjective well-being. Data were analyzed using
descriptive statistic like mean, SD and correlational analysis was use to examine the relationship among
the variables. The findings indicate significant positive relationship among resilience and subjective well
being. The study highlights the importance of have subjective well being among the students during online
learning in pandemic Covid
Keywords: subjective well being, resilience, pandemic covid, online learning
PENDAHULUAN
Pandemi Covid-19 mengakibatkan pembatasan aktivitas sosial guna untuk menekan angka
penyebaran virus corona. Pembatasan aktivitas sosial ini berdampak pada seluruh sektor kehidupan
salah satunya pada sektor pendidikan khususnya di perguruan tinggi yang menerapkan pembelajaran
jarak jauh atau pembelajaran online. Praktis kegiatan pembelajaran online dapat memanfaatkan
platform berupa aplikasi, website, jejaring sosial, dan lain sebagainya. hal ini merupakan paradigma
baru bagi mahasiswa, artinya tidak semua mahasiswa terbiasa dengan kegiatan pembelajaran online.
Selama pembelajaran online mahasiswa dihadapkan pada situasi yang menjadi tantangan bagi
dirinya. Mahasiswa yang biasanya melakukan proses pembelajaran berlangsung dengan tatap muka
di kelas menjadi suatu hal yang tidak bisa dilakukan lagi. Keadaan di masa pandemi yang sangat
berbeda dengan proses pembelajaran sebagaimana biasanya menuntut mahasiswa untuk tetap
memiliki semangat menjalani aktivitas pembelajaran. Selain itu mahasiswa juga dituntut untuk
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 3, Number 6, Juni 2023
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
531
Sri Hayati, Putri Miftahul Jannah, Masyhuri
Hubungan Resiliensi Dengan Subjective Well Being Pada
Mahasiswa Selama Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-
19
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
menguasai media pembelajaran yang beragam. Pembelajaran online selama pandemi ternyata
menimbulkan permasalahan pada mahasiswa.
Wawancara semi terstruktur yang dilakukan oleh Gaol (2020) hasilnya menunjukkan bahwa
mahasiswa cenderung merasa tertekan dalam mengerjakan tugas sehingga menimbulkan perasaan
cemas, berkurangnya frekuensi dalam berinteraksi dengan teman sebaya, kesulitan dalam
memahami materi, terjadinya ketimpangan dalam pembagian tugas kelompok, menumpuknya tugas
dengan tenggat pengumpulan yang terbatas, penundaan dan pengabaian tugas hingga munculnya
gejala psikologis, seperti mudah lelah, tertekan hingga penurunan kualitas tidur.
Permasalahan akademik lainnya juga terjadi akibat pemberlakuan pembelajaran online pada
mahasiswa. Mahasiswa yang prodinya banyak melakukan kegiatan praktikum tidak dapat
melakukan praktikum di laboratorium, bengkel, studio, dan lain-lain. Permasalahan mahasiswa
dalam memahami bidang kejuruannya secara teori maupun praktek akan menjadi hambatan pada
mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja, dan kesiapan yang kurang matang saat menghadapi dunia
kerja (Amanah et al., 2020).
Masalah lainnya mengacu pada aspek psikososial karena berkurangnya frekuensi dalam
berinteraksi dengan teman sebaya. Selain itu selama pembelajaran online mahasiswa juga
mengalami rasa bosan akibat aktivitas belajar yang monoton sehingga mahasiswa menjadi pasif,
kurang aktif dan kreatif dan mahasiswa diberi tugas lebih banyak dari biasanya (Argaheni, 2020).
Hal tersebut akan berdampak kelelahan bagi mahasiswa, baik secara fisik ataupun psikologis.
Fenomena yang ditemukan dilapangan melalui open endeed questionaires pada tanggal 14-
21 November 2021 kepada 58 mahasiswa aktif S1 UIN SUSKA Riau terlihat bahwa terdapat tiga
permasalahan utama mahasiswa selama pembelajaran online terlihat bahwa terdapat dua
permasalahan utama mahasiswa selama pembelajaran online. Pertama permasalahan pembelajaran
sebanyak 92% meliputi kesulitan memahami materi akademik, kesulitan jaringan, kesulitan
melaksanakan praktikum, dan tugas yang diberikan terlalu banyak dari biasanya. Kedua,
permasalahan sosial sebanyak 8% meliputi tidak ada teman dan sulit melakukan komunikasi dengan
dosen dan teman. Adapun perasaan yang dialami mahasiswa selama melaksanakan pembelajaran
online yaitu sebanyak 71% mahasiswa mengalami emosi negatif meliputi emosi negatif seperti
sedih, kecewa, galau, capek, bosan, dan panik dan emosi positif sebanyak 17% seperti merasa senang
dan sisanya mahasiswa merasa biasa saja selama pembelajaran online.
Permasalahan-permasalahan yang dialami mahasiswa selama pembelajaran online di masa
pandemi covid diduga dapat menjadikan mahasiswa merasa tidak bahagia dalam proses
pembalajaran online (A. D. Hasibuan, 2020) Penurunan kebahagiaan dan berbagai permasalahan
psikologis dapat mempengaruhi subjective well-being (Amanah et al., 2020; Gaol, 2020). Subjective
well-being merupakan fenomena individu yang di dalamnya terdiri atas evaluasi individu terhadap
hidupnya (Diener et al., 1999). Evaluasi ini meliputi evaluasi afeksi dan kognitif.
Individu yang memiliki subjective well-being yang baik cenderung diliputi perasaan
menyenangkan dan puas atas kehidupannya yang dimiliki. Sebaliknya, individu yang memiliki
subjective well-being yang rendah akan cenderung diliputi perasaan-perasaan negatif dalam dirinya
(Diener, 2000). Seseorang dengan subjective well being yang tinggi cenderung akan lebih berhasil
dalam banyak domain kehidupan, lebih bersosial, aktif, lebih menyukai diri mereka sendiri dan
orang lain, memiliki tubuh yang lebih kuat, memiliki keterampilan resolusi konflik yang lebih baik,
mendorong pemikiran kreatif, dan mengalami kesehatan fisik yang lebih baik dibandingkan individu
dengan subjective well being yang rendah (William Tov and Ze Ling Serene Nai dalam Maddux,
2017).
Mahasiswa membutuhkan subjective well being yang baik selama pembelajaran online di
masa pandemi covid. Hal ini dikarenakan individu yang memiliki subjective well being yang baik
akan cenderung diliputi perasaan bahagia. Mahasiswa yang merasa bahagia akan lebih
berkonsentrasi dan lebih bersemangat dalam menjalani proses pembelajaran (M. T. D. Hasibuan et
al., 2020). Selain itu, individu yang memiliki subjective well being yang baik akan dapat
mengendalikan emosi dan menghadapi permasalahan dengan optimal (Gaol, 2020)
Ada dua teori faktor yang dapat meningkatkan subjective well being individu yaitu teori top
down (self esteem, optimis and hope, sense of control and self efficacy, sense of meaning in life,
532
Sri Hayati, Putri Miftahul Jannah, Masyhuri
Hubungan Resiliensi Dengan Subjective Well Being Pada
Mahasiswa Selama Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-
19
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
cognitive predictors, dan personality traits) dan teori bottom up (uang, penghasilan, dan kekayaan,
gender, dan umur ) (Compton & Hoffman, 2013). Selain faktor tersebut beberapa penelitian
menemukan bahwa resiliensi dapat meningkatkan subjective well being individu (Chen, 2016;
Rintan Septiani et al., 2021).
Resiliensi merupakan adaptasi positif terhadap lingkungan meskipun dalam situasi dan
kondisi yang beresiko, sifat dan sikap positif setelah mengalami trauma, keterampilan dalam
menanggapi stres, kehilangan, dan tantangan (Malkoc & Yalcin, 2015). Kemampuan resiliensi dapat
membantu individu berkembang saat menghadapi kesulitan dan dapat melakukan adaptasi (bangkit
kembali) dengan keadaan stres atau kesulitan. Sehingga resiliensi menjadi sesuatu yang penting bagi
seseorang ketika berada di situasi yang berat ataupun masalah.
Resiliensi merupakan sebuah cara untuk bertahan dalam kondisi keterpurukan atau kondisi
yang membuat seseorang merasa tertekan, kesengsaraan, maupun trauma (Saputra, 2020).
Kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh mahasiswa bisa menjadi sangat berguna untuk dapat
melewati masa sulit selama perubahan sistem pembelajaran (Setyaningtyas et al., 2020).
Individu yang memiliki resiliensi akan mampu untuk mengatasi serta merespon secara positif
kesulitan-kesulitan yang terjadi dan memanfaatkannya untuk memperkuat diri (Roellyana &
Listiyandini, 2016). Kemampuan resiliensi memungkinkan individu untuk meningkatkan
kebahagiaan, kesehatan, memiliki hubungan yang memuaskan dengan orang lain, dan juga mampu
membantu individu menghadapi stres (Reivich & Shatte, 2002).
Penelitian tentang hubungan antara resiliensi dengan subjective well being telah banyak
diteliti, namun belum banyak penelitian yang memfokuskan kedua variabel dalam konteks pandemi
terutama pada mahasiswa .(Sinambela & Djaelani, 2021) Oleh karena itu berdasarkan latar belakang
yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam terkait hubungan resiliensi
dengan subjective well being pada mahasiswa di masa pandemi covid 19. Dengan dilakukannya
penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi terkait kedua variabel tersebut.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional yang bertujuan
untuk mengetahui apakah ada hubungan variabel resiliensi (X) dengan subjective well being (Y)
(Soraya, 2019). Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasi bivariat (bivariate correlation).
Korelasi bivariat (bivariate correlation) merupakan hubungan antara dua variabel. Variabel 1 disebut
independent variable atau variabel bebas, yaitu variabel yang memberikan pengaruh dan variabel 2
disebut dependent variable atau variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi.
Populasi dalam penelitian ini merupakan Mahasiswa aktif UIN Suska Riau angkatan 2018-2020
yaitu sebanyak 20854 mahasiswa.Teknik sampling yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
quota sampling. Teknik penarikan quota sampling merupakan teknik penarikan sampel apabila populasi
yang kita miliki tidak memiliki sifat homogen, tetapi heterogen dan penarikan sampel dari masing-
masing kelompok menggunakan cara accidental (Prasetyo & Lina, 205.). Maka untuk menentukan
sampel dari mahasiswa, yang dibutuhkan dalam penelitian ini digunakan rumus Slovin, dengan tingkat
error atau kesalahan 5%. Adapun jumlah mahasiswa yang menjadi sampel pada penelitian ini yaitu
sebanyak 377 mahasiswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah skala pengukuran psikologi model Likert.
Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua skala, yaitu skala resiliensi yang diadaptasi
dari Connor-Davidson (CD-RISC,2003) copyright dan skala subjective well being yang diadaptasi dari
Novrianto dan Marettih (2018). Skala disusun ke dalam kuesioner online dengan bantuan Google form
dan disebar luaskan secara online
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik. Analisis
data penelitian dilakukan agar data yang sudah diperoleh dapat dibaca dan ditafsirkan. Hubungan kedua
variabel akan diperoleh melalui teknik analisa Product Moment dari Carl Pearson dengan menggunakan
program Statistical Package For Social Science (SPSS) 20,0 For Windows..
HASIL DAN PEMBAHASAN
533
Sri Hayati, Putri Miftahul Jannah, Masyhuri
Hubungan Resiliensi Dengan Subjective Well Being Pada
Mahasiswa Selama Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-
19
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Subjective Well Being Mahasiswa Selama Pembelajaran Online
Jumlah
%
7
2%
290
72%
103
26%
400
100%
Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa dari 400 mahasiswa Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim selama pembelajaran online, mayoritas memiliki subjective well being dalam kategori
sedang sebanyak 290 mahasiswa (72%).
Pengaruh Resiliensi terhadap Subjective Well Being Mahasiswa Selama Pembelajaran Online
Tabel 2. Korelasi Variabel SWB dengan Resiliensi
SWB
Resiliensi
SWB
Pearson Correlation
1
Sig. (2-tailed)
N
407
Resiliensi
Pearson Correlation
.424
**
Sig. (2-tailed)
.000
N
407
Berdasarkan table 2 dapat dilihat bahwa hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis korelasi
pearson diperoleh bahwa hipotesis diterima. Penelitian ini diterima yang artinya terdapat hubungan
positif antara resiliensi dengan subjective well being pada mahasiswa selama pembelajaran online di
masa pandemi covid-19. Semakin tinggi resiliensi mahasiswa maka semakin tinggi pula subjective well
beingnya. Begitu pula sebaliknya semakin rendah resiliensi mahasiswa maka akan semakin rendah
subjective well beingnya.
Kemampuan resiliensi yang dimiliki individu membuat individu dapat mengatasi permasalahan
yang dialaminya dengan respon yang positif. Mahasiswa yang memiliki resiliensi mampu bangkit
terhadap kondisi yang mengakibatkan stres dan pengalaman emosional yang negatif. Ketika mahasiswa
memiliki banyak tantangan dan kesulitan selama pembelajaran online yang dapat mengakibatkan stres
maka kemampuan resiliensi yang dimiliki mahasiswa dapat membantu dalam mengatasi permasalahan
tersebut.
Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rintan Septiani et al., (2021) bahwa
terdapat hubungan positif antara resiliensi dengan subjective well being pada anak didik lembaga
pembinaan khusus anak (LPKA). Hasil penelitian juga sejalan dengan Rakhmadianti et al., (2021) yang
meneiliti tentang pengaruh resiliensi terhadap subjective well being pada remaja di masa pandemi covid
19. Terdapat korelasi yang signifikan antara variabel resiliensi dengan subjective well being dimana β
= 0.554, p <0,05, yang mendukung hipotesis bahwa apabila resiliensi meningkat, maka subjective well
being juga akan meningkat.
Berdasarkan hasil kategorisasi tingkat subjective well being pada mahasiswa selama
pembelajaran online di masa pandemi covid-19 berada pada kategori sedang dengan persentase sebesar
72% atau sebanyak 290 mahasiswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kamaliya et al., (2021) yang menunjukkan bahwa subjective well being mahasiswa berada pada kategori
sedang di masa pandemi covid-19. Dengan memiliki subjective well being yang baik mahasiswa tetap
534
Sri Hayati, Putri Miftahul Jannah, Masyhuri
Hubungan Resiliensi Dengan Subjective Well Being Pada
Mahasiswa Selama Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-
19
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
dapat melakukan aktivitas pembelajaran online secara aktif, kreatif, dan memiliki resolusi konflik yang
baik, artinya mahasiswa mampu menghadapi permasalahan selama pembelajaran online.
Dalam penelitian ini kondisi subjective well being mahasiswa dipengaruhi oleh kemampuan
resiliensi yang dimilikinya. Memiliki kemampuan resiliensi yang baik berarti mahasiswa mampu
bangkit kembali dari keterpurukan. Mahasiswa yang memiliki kemampuan ini akan berusaha
menghadapi tantangan dengan cara yang positif. Hal ini pada akhirnya akan dapat membuat mahasiswa
lebih bahagia dan puas dengan kehidupannya sehingga kemudian akan meningkatkan subjective well
beingnya.
Sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yıldırım & Tanrıverdi, (2021) menyatakan
bahwa ketika individu memiliki tingkat resiliensi yang tinggi, kemungkinan besar mereka akan
mengalami kenikmatan, pemenuhan, dan kepuasan yang lebih besar. Mahasiswa yang mampu bangkit
dari keadaan yang penuh tekanan menjadi salah satu tolak ukur agar mendapatkan banyak kebahagiaan
dan kepuasan hidup.
Kemampuan resiliensi yang dimiliki mahasiswa membuat mahasiswa mampu memaknai setiap
situasi yang tidak menyenangkan dengan memberikan respon yang positif. Respon positif individu
terhadap situasi tersebut dapat meningkatkan penilaian terhadap hidupnya. Penliaian individu tersebut
merupakan bentuk dari evaluasi individu atau subjective well being (Diener, 2000) (Sugianto, 2023).
Lebih lanjut Hobfoll Redityani & Susilawati, (2021) menyatakan bahwa Mahasiswa yang resilien dapat
menghadapi tantangan-tantangan tersebut dengan lebih percaya diri dan bangkit kembali dengan efek
negatif yang kecil sehingga tidak begitu memengaruhi kondisi kesejahteraannya artinya mahasiswa
yang resilien yakin bahwa dirinya mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi dan memaknai setiap
peristiwa yang terjadi dari aspek positif.
Pada penelitian ini diperoleh aspek resiliensi yang memiliki hubungan paling kuat dibandingkan
aspek lainnya yaitu kompetensi personal, standar yang tinggi, dan kegigihan dengan nilai koefisien
korelasi sebesar 0,499. Pada aspek ini mencakup persepsi individu akan kemampuan dan kapasitas
dirinya dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan meskipun berada pada situasi yang menekan
(Connor & Davidson, 2003). Mahasiswa yang memiliki kompetensi personal, standar yang tinggi, dan
kegigihan akan sangat optimis dengan kemampuan dirinya dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan walaupun berada dalam situasi atau masalah dalam pembelajaran yang mereka alami selama
pembelajaran online.
Berdasarkan karakteristik responden yang berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi
subjective well being salah satunya ialah jenis kelamin. Faktor jenis kelamin subjective well being
memiliki sig. 0.000 ≤0.05, maka dapat diambil kesimpulan bahwa subjective well being mahasiswa
laki-laki lebih baik dibandingkan perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Purwaningtyas & Mardiyanti, (2021) yang menyatakan bahwa subjective well being mahasiswa laki-
laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Hal ini diakibatkan karena wanita lebih rentan terkena stres
dibanding laki-laki (Akhtar, 2019)
Berdasarkan pada pengalaman langsung peneliti dalam proses penelitian ini, terdapat beberapa
keterbatasan yang dialami. Penelitian ini memiliki keterbatasan dalam proses pengambilan data
penelitian. pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian kepada mahasiswa selama pembelajaran
online di masa pandemi covid-19, namun pelaksanaan metode pembelajaran telah berubah menjadi
hybrid yang mana mahasiswa secara bergantian belajar secara online dan offline hal itu dapat
berpengaruh kepada hasil penelitian. Penelitian ini juga memiliki keterbatasan yaitu perhitungan jumlah
sample quota sangat sedikit sehingga untuk penelitian selanjutnya bisa menggunakan perhitungan
jumlah sample quota yang lain.
535
Sri Hayati, Putri Miftahul Jannah, Masyhuri
Hubungan Resiliensi Dengan Subjective Well Being Pada
Mahasiswa Selama Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-
19
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat
hubungan antara resiliensi dengan subjective well being pada mahasiswa selama pembelajaran online
di masa pandemi covid-19. Artinya semakin tinggi resiliensi mahasiswa maka semakin tinggi subjective
well beingnya. Begitu sebaliknya, semakin rendah resiliensi mahasiswa maka semakin rendah
subjective well being nya. Gambaran umum tingkat subjective well being mahasiswa berada pada
kategori sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Akhtar, H. (2019). Evaluasi properti psikometris dan perbandingan model pengukuran konstruk
subjective well-being. Jurnal Psikologi, 18(1), 2940.
Amanah, F., Situmorang, N. Z., & Tentama, F. (2020). Subjective Well-Being Mahasiswa Pada Masa
Pandemi Covid-19 Dilihat Dari Hope dan Employability. Psikostudia, 10(10), 111.
https://doi.org/10.30872/psikostudia
Argaheni, N. B. (2020). Sistematik Review : Dampak Perkuliahan Daring Saat Pandemi Covid-19
Terhadap Mahasiswa Indonesia. 8(2).
Chen. (2016). The Role of Resilience and Coping Styles in Subjective Well-Being Among Chinese
University Students. Asia-Pacific Education Researcher, 25(3), 377387.
https://doi.org/10.1007/s40299-016-0274-5
Compton, W. C., & Hoffman, E. (2013). Positive psychology: The science of happiness and flourishing
(second edition). Cengage Learning, 402.
Connor, K. M., & Davidson, J. R. T. (2003). Development of a new resilience scale: The Connor‐
Davidson resilience scale (CD‐RISC). Depression and Anxiety, 18(2), 7682.
Diener, E. (2000). Subjective well-being: The science of happiness and a proposal for a national index.
American Psychologist, 55(1), 34.
Gaol, T. P. L. (2020). Hubungan Antara Gratitude dengan Subjective Well-Being pada Mahasiswa
Psikologi UNESA di Masa Pandemi Covid-19. 2020, 180194.
Hasibuan, A. D. (2020). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebahagiaan Belajar mahasiswa di Masa
Pandemi Covid-19. 2859(2), 197203.
Hasibuan, M. T. D., Mendrofa, H. K., Silaen, H., & Tarihoran, Y. (2020). Hubungan Motivasi Belajar
Terhadap Prestasi Akademik Pada Mahasiswa Yang Menjalani Pembelajaran Daring Selama
Pandemi Covid-19. Indonesian Trust Health Journal, 3(2), 387393.
Kamaliya, N., Setyowibowo, H., & Cahyadi, S. (2021). Kesejahteraan subjektif mahasiswa dimasa
pandemi Covid-19. JISIP (Jurnal Ilmu Sosial Dan Pendidikan), 5(2).
Prasetyo, B., & Lina, M. (n.d.). Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif Teori Dan Aplikasi.
Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA.
Purwaningtyas, F. D., & Mardiyanti, R. (2021). Gambaran Subjective Well Being pada Individu
Ditinjau dari Intensitas Bermain Game Online. Psikostudia: Jurnal Psikologi, 10(1), 6977.
Rakhmadianti, D., Kusdiyati, S., & Borualogo, I. S. (2021). Pengaruh resiliensi terhadap subjective
well-being pada remaja di masa pandemi COVID-19. Prosiding Psikologi, 7(2), 478483.
Redityani, N., & Susilawati, L. (2021). Peran resiliensi dan dukungan sosial terhadap burnout pada
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Jurnal Psikologi Udayana, 8(1), 8694.
Reivich, K., & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor.
Rintan Septiani, A., Maslihah, S., & Musthofa, M. A. (2021). Resiliensi dan Kesejahteraan Subjektif
Anak Didik Lembaga Pembinaaan Khusus Anak (LPKA). Psikologika: Jurnal Pemikiran Dan
Penelitian Psikologi, 26(1), 143168. https://doi.org/10.20885/psikologika.vol26.iss1.art8
Roellyana, S., & Listiyandini, E. A. (2016). Peranan Optimisme terhadap Resiliensi pada Mahasiswa
Tingkat Akhir yang Mengerjakan Skripsi Empathy and Resilience among Indonesian Medical
Students View project. Prosiding Konferensi Nasional Peneliti Muda Psikologi Indonesia, 1(1),
2937.
Saputra, T. A. (2020). Bentuk Kecemasan Dan Resiliensi Mahasiswa Pascasarjana Aceh-Yogyakarta
Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Ar-Rahman, 6(1), 55
536
Sri Hayati, Putri Miftahul Jannah, Masyhuri
Hubungan Resiliensi Dengan Subjective Well Being Pada
Mahasiswa Selama Pembelajaran Online Di Masa Pandemi Covid-
19
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
61.
Sinambela, E. A., & Djaelani, M. (2021). Analisis Rancangan Perencanaan Biaya dengan Metode
Perhitungan Biaya Nyata Pada Pelaksanaan Proyek Perumahan Sederhana. Journal of Trends
Economics and Accounting Research, 2(2), 3236.
Soraya, A. (2019). Pengaruh Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap Gaya Hidup Mahasiswa
(Studi Korelasional Kuantitatif tentang Pengaruh Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap
Gaya Hidup Mahasiswa Universitas Sumatera Utara). Universitas Sumatera Utara.
Sugianto, O. (2023). The Influence of The Social Environment on The Interest in Learning Akidah.
Journal Transnational Universal Studies, 1(3), 110115.
Yıldırım, M., & Tanrıverdi, F. Ç. (2021). Social support, resilience and subjective well-being in college
students. Journal of Positive School Psychology, 5(2), 127135.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License