753
Nathalia Christyani Dirtaniawan
ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DAGANG DENGAN
METODE EOQ
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Perjuangan Tasikmalaya, Indonesia
Email: christyaninathalia@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengendalian persediaan barang dagang di Toko Daniel
Tasikmalaya dan bagaimana jika diadakannya penerapan metode EOQ (Economic Order Quantity) di toko
yang menjadi objek penelitian yang berfungsi untuk meminimalisir total biaya persediaan barang dagang
dengan efisien dan optimal pada data toko dari tahun 2017-2021. Metode yang digunakan penelitian
kualitatif atau metode deskriptif. Dari hasil perbandingan yang telah dilakukan dengan membandingkan
kebijakan pengelolaan persediaan barang dagang yang sekarang berlaku di toko dengan metode EOQ
dalam pengelolaan barang dagang, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode
EOQ hasilnya lebih efisien dan optimal. Hal ini dapat dilihat dengan total biaya persediaan barang dagang
pada tahun 2017 yaitu Rp.911.622,179228 dan dapat menghemat hingga Rp.386.483,93267, lalu pada
tahun 2018 dengan total biaya persediaan sebesar Rp.854.766,050001 dan dapat menghemat hingga
Rp.374.918,634689, lalu pada tahun 2019 dengan total biaya persediaan sebesar Rp.900.487,715074 dan
dapat menghemat hingga Rp.385.905,742616, lalu pada tahun 2020 dengan total biaya persediaan sebesar
Rp.921.267,244566 dan dapat menghemat hingga Rp.389.523,658664, lalu pada tahun 2021 dengan total
biaya persediaan sebesar Rp.915.837,048823 dan dapat menghemat hingga Rp.388.183,321667.
Kata kunci: pengendalian persediaan, economic order quantity (EOQ), total biaya persediaan (TIC)
.
Abstract
This study aims to determine the control of merchandise inventory at Daniel Tasikmalaya Store and what
if the implementation of the EOQ (Economic Order Quantity) method is held in stores that are the object
of research that serves to minimize the total cost of merchandise inventory efficiently and optimally in
store data from 2017-2021. The methods used are qualitative research or descriptive methods. From the
results of the comparison that has been carried out by comparing the inventory management policy that
is now applicable in stores with the EOQ method in managing merchandise, it can be concluded that by
using the EOQ method the results are more efficient and optimal. This can be seen by the total cost of
merchandise inventory in 2017 which is Rp.911,622,179228 and can save up to Rp.386,483,93267, then
in 2018 with total inventory costs of Rp.854,766,050001 and can save up to Rp.374,918,634689, then in
2019 with total inventory costs of Rp.900,487,715074 and can save up to Rp.385,905,742616, then in
2020 with a total inventory cost of Rp.921,267,244566 and can save up to Rp.389,523,658664, then in
2021 with a total inventory cost of Rp.915,837,048823 and can save up to Rp.388,183,321667.
Keywords: Inventory Control, Economic Order Quantity (EOQ), Total Inventory Cost (TIC)
PENDAHULUAN
Persediaan merupakan barang-barang atau bahan-bahan yang menjadi sebuah objek usaha pokok
perusahaan. Keberadaan persediaan barang di satu pihak merupakan pemborosan sehingga dapat
dikatakan sebagai suatu beban yang harus dihilangkan, tetapi di lain pihak sangat diperlukan untuk
menjamin kelancaran pemenuhan permintaan sebab bila tidak ada persediaan maka kebutuhan tidak
terpenuhi. Menurut Rusdiana, (2014), untuk mengantisipasi suatu persediaan agar stok barang digudang
sesuai dengan yang dibutuhkan maka perlu diadakan analisis pengendalian persediaan barang yang
menjadi investasi paling besar dalam aktiva lancar untuk sebagian usaha (Najiha et al., 2022).
Pengendalian persediaan barang merupakan usaha-usaha yang dilakukan oleh suatu perusahaan,
termasuk keputusan-keputusan yang diambil sehingga kebutuhan akan bahan untuk keperluan proses
produksi maupun proses penjualan dapat terpenuhi secara optimal dengan resiko yang sekecil mungkin.
Menurut Firdaus & Kasmir, (2021) bagi pengusaha, nilai penting persediaan tidak lepas dari
Jurnal Sosial dan Teknologi (SOSTECH)
Volume 3, Number 9, September 2023
p-ISSN 2774-5147 ; e-ISSN 2774-5155
754
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
kelangkaan barang dagang atau persediaan yang terlalu besar (Overstock) yang merupakan pemborosan
dikarenakan terlalu tingginya beban-beban biaya guna penyimpanan dan pemeliharaan selama
penyimpanan di gudang. Dengan adanya pengendalian, maka perusahaan dapat meminimalisir
terjadinya (Overstock) ataupun (Out of Stock) barang dagangan serta dapat meminimalkan total biaya
persediaan. Namun dalam kegiatan pengendalian persediaan memerlukan penerapan metode-metode
(Pratama, 2021). Hal ini bertujuan menjaga agar jangan sampai perusahaan kehabisan barang sehingga
menyebabkan terhenti atau terganggunya proses penjualan. Metode yang di gunakan dalam mencari
jawaban atas permasalahan umum dalam pengendalian persediaan yaitu metode Economic Order
Quantity (EOQ) (Evitha, 2019).
Toko Daniel merupakan usaha yang bergerak di sektor kebutuhan primer pokok masyarakat yang
menjual segala kebutuhan masyarakat sehari-hari (Ferdi, 2020). Awalnya toko ini hanyalah sebuah toko
atau warung kecil yang menjual barang kelontongan dalam bentuk sembako, namun setelah melakukan
renovasi toko, konsumen pun semakin ramai dan keuntungan pun semakin meningkat. Toko ini
bernama ‘Daniel’ berasal dari nama pemilik toko generasi kedua terdahulu yang masih menetap hingga
saat ini, yang sudah secara resmi tercatat oleh pemerintahan daerah dan kota. Pertama kali toko ini
berdiri pada tahun 1970-an dengan pemilik pertamanya yaitu An Mey.
Berdasarkan observasi awal di Toko Daniel, dapat diketahui bahwa pengendalian persediaan
barang masih menggunakan cara perhitungan tradisional. Menurut Sasangka, (2018) seperti yang
diketahui cara perhitungan tradisional itu dapat mempengaruhi beberapa aspek data seperti frekuensi
pembelian barang dagang dalam satu periode, waktu pembelian, jumlah bahan baku yang dibeli dalam
setiap kali pembelian, jumlah minimal bahan baku yang harus ada dalam persediaan pengaman (Safety
Stock), dan kapan dilakukan pemesanan kembali atau Reorder Point barang dagang tidak dapat
ditentukan dengan tepat (Diaz & Retnani, 2015). Dan memang telah terbukti pada Toko Daniel yang
masih menggunakan cara tradisional saat pembelian barang dagang dan jumlah barang dagang yang
harus di beli tidak dapat ditentukan dengan tepat sehingga saat ada orderan barang seringkali barang
bisa dalam keadaan kosong (Out of Stock) atau stok yang tersedia hampir habis sehingga mengakibatkan
penjualan terhenti atau stok barang yang dipesan terlalu berlebihan (Overstock) sehingga banyak dari
barang tidak terjual atau kadaluwarsa.
Sebenarnya toko Daniel sudah melakukan pengelolaan persediaan dengan baik agar dapat
memiliki persediaan yang seoptimal mungkin demi kelancaran operasi toko dalam jumlah, waktu, mutu
yang tepat serta dengan biaya yang serendah-rendahnya (Kholik, 2017). Namun berdasarkan observasi
dan wawancara yang dilakukan, ternyata pada bulan-bulan tertentu Toko Daniel mengalami kehabisan
beberapa barang yang akan dijual. Jumlah persediaan barang yang terlalu sedikit dibandingkan jumlah
permintaan konsumen. Jika toko memenuhi jumlah permintaan konsumen pada saat kehabisan
persediaan maka toko mengeluarkan biaya yang lebih besar lagi. Kekurangan persediaan juga dapat
menyebabkan konsumen beralih ke toko lain dengan produk dan barang sejenis, sehingga dapat
mengurangi kesempatan perusahaan untuk memperoleh laba. Atau ada suatu waktu barang terlalu
banyak yang menumpuk namun permintaan konsumen akan barang tersebut sedikit sehingga banyak
dari barang yang menumpuk pun ada yang rusak atau ada yang kadaluwarsa.
Berikut adalah data pembelian serta penjualan di tahun 2017-2021 pada toko Daniel Tasikmalaya
dapat dilihat pada table 1.1 berikut ini:
Tabel 1 Data Jumlah Pembelian dan Penjualan Bahan Baku 2017-2021
Bulan
2018
2019
2020
2021
In
Out
In
Out
In
Out
In
Out
In
Out
Januari
858
861
757
750
1071
1050
1034
1120
1172
1150
Februari
944
950
722
732
998
1009
1155
945
1111
1250
Maret
851
839
665
660
875
889
594
633
1258
1300
April
809
814
915
899
722
701
1099
1000
1046
854
Mei
1075
1076
814
809
755
715
1145
1210
1710
1900
Juni
743
742
904
900
663
659
1161
1100
1446
1450
Juli
438
440
923
928
879
880
1039
1028
1540
1500
Agustus
554
551
869
889
1028
1030
919
1025
1132
1256
755
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Bulan
2018
2019
2020
2021
In
Out
In
Out
In
Out
In
Out
In
Out
September
496
501
642
672
875
885
422
395
1201
1200
Oktober
829
805
893
879
890
795
657
670
1370
1040
November
714
723
462
456
1224
1200
705
695
1200
1350
Desember
742
740
745
750
1076
1070
1012
1040
1579
1459
Total
9053
9042
9311
9324
11056
10883
10942
10861
15765
15709
Sumber: Olahan data (2022) (units)
Dari data Tabel 1dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan antar pembelian dan penjualan setiap
tahunnya, namun ada ketidakseimbangan yang terjadi pada data lima (5) tahun terakhir ini. Seperti yang
terjadi di tahun 2019, pada data ditunjukkan bahwa penjualan bahan baku akhir yang terjadi berjumlah
10.883, tetapi jumlah keseluruhan pembelian bahan baku yang ada sejumlah 11.056. Bisa dilihat bahwa
ada hampir 173 bahan baku tersisa. Menurut pemilik toko, banyak dari bahan baku yang tersisa itu pada
akhirnya dibuang dengan berbagai alasan seperti kerusakan bahan baku atau kadaluwarsa (expired).
Oleh karena itu toko memerlukan adanya suatu pengendalian terhadap produk dan barangnya
dalam menjaga kualitas serta kuantitasnya. Sebuah metode yang dapat digunakan dalam pengendalian
persediaan pada Toko Daniel yaitu metode Economic Order Quantity (EOQ).
Berdasarkan pernyataan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul: “Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan Metode EOQ
(Studi Kasus Pada Toko Daniel Kota Tasikmalaya)” Sesuai dengan permasalahan yang diangkat dalam
penelitian ini, maka penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui dan menganalisis Pengendalian
persediaan barang dagang yang dilakukan oleh Toko Daniel Tasikmalaya. Pengendalian persediaan
barang dagang yang dilakukan oleh Toko Daniel Tasikmalaya dengan menggunakan metode EOQ.
Perbedaan antara pengendalian persediaan bahan baku Toko Daniel Tasikmalaya tanpa metode EOQ
dan dengan metode EOQ.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini digunakan penelitian kualitatif atau metode deskriptif yang cenderung
menggunakan analisis dengan pendekatan induktif yang juga biasanya disebut penelitian rekonstruktif.
Pendekatan kualitatif ini menggunakan teknik analisis data dengan perhitungan metode Economic
Order Quantituy (EOQ) (Kumar, 2016). Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan
untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan,
persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi digunakan untuk
menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah pada penyimpulan (Sarwono, 2016).
Pada penelitian ini yang menjadi populasi sasaran untuk pertimbangan perhitungan pengendalian
barang dagang yaitu data penjualan barang dagang, data pembelian barang dagang, biaya penyimpanan,
dan biaya lainnya seperti listrik dan gudang pada tahun 2017-2021 di Toko Daniel Tasikmalaya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik penarikan sampel data dengan menggunakan
jalur wawancara atau yang biasa dibilang koresponden. Dalam penelitian ini juga, sampel data yang
digunakan adalah data pembelian dan penjualan barang dagang pada tahun 2017-2021.
Pada penelitian ini peneliti akan melakukan penelitian dengan menerapkan metode EOQ pada
Toko Daniel Tasikmalaya dengan maksud untuk meminimalisir kelemahan dalam metode perhitungan
tradisional yang di gunakan Toko Daniel ini, agar biaya persediaan barang dagang bisa lebih efisien
dan optimal. Penggunaan metode EOQ ini dapat mempermudah Toko Daniel dalam perhitungan titik
persediaan pengaman (safety stock), penentuan titik pemesanan kembali (reorder point), dan
perhitungan biaya total persediaan (total inventory cost).
Menarik kesimpulan dan saran yang dilakukan dengan melakukan perbandingan antara metode
tradisional yang digunakan oleh Toko Daniel dan metode perhitungan EOQ (Economic Order Quantity)
untuk mengetahui hasil pertimbangan dari perhitungan dan mengambil saran penggunaan metode
perhitungan yang efisien dan optimal dalam persediaan barang dagang yang akan diperjualbelikan oleh
pihak toko.
756
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan data primer yang merupakan hasil dari wawancara dari pemilik Toko
Daniel Tasikmalaya, dimana beliau masih menentukan perkiraan jumlah pemesanan barang dengan cara
yang tradisional. Hal tersebut dilakukan dikarenakan kurangnya pengetahuan akan metode-metode
perkiraan pemesanan dan penjualan barang, sehingga mengakibatkan jumlah pemesnan barang
sewaktu-waktu menjadi kurang dan tidak bisa memenuhi permintaan konsumen atau pemesanan barang
sewaktu-waktu menjadi berlebihan yang mengakibatkan barang tertimbun di gudang dan rusak.
Kurangnya pengetahuan akan penentuan stok barang dapat mengakibatkan kerugian besar terhadap
toko, hal ini akan menyebabkan frekuensi konsumen yang tidak menentu dan kurangnya efisien biaya
pemesanan barang.
Jumlah Pembelian dan Penjualan Barang Dagang
Pembelian merupakan serangkaian tindakan yang digunakan untuk mendapatkan barang dan
jasa melalui pertukaran dengan maksud untuk digunakan diri sendiri atau dijual Kembali (Khairiyah
& Yunita, 2018). Sementara penjualan merupakan kegiatan pemesanan yang langsung berhubungan
dengan konsumen pengguna atau pemakai langsung. Berikut data jumlah pembelian dan penjualan
barang selama 5 tahun, dimulai tahun 2017-2021 yang dapat dilihat pada tabel 2
Tabel 2 Jumlah Pembelian dan Penjualan Barang Dagang
Bulan
2017
2018
2019
2020
2021
In
Out
In
Out
In
Out
In
Out
In
In
Januari
858
861
757
750
1071
1050
1034
1120
1172
1150
Februari
944
950
722
732
998
1009
1155
945
1111
1250
Maret
851
839
665
660
875
889
594
633
1258
1300
April
809
814
915
899
722
701
1099
1000
1046
854
Mei
1075
1076
814
809
755
715
1145
1210
1710
1900
Juni
743
742
904
900
663
659
1161
1100
1446
1450
Juli
438
440
923
928
879
880
1039
1028
1540
1500
Agustus
554
551
869
889
1028
1030
919
1025
1132
1256
September
496
501
642
672
875
885
422
395
1201
1200
Oktober
829
805
893
879
890
795
657
670
1370
1040
November
714
723
462
456
1224
1200
705
695
1200
1350
Desember
742
740
745
750
1076
1070
1012
1040
1579
1459
Total
9053
9042
9311
9324
11056
10883
10942
10861
15765
15709
Rata-Rata
754,41667
753,5
775,91667
777
921,33333
906,9167
911,8333
905,0833
1313,75
1309,083
Sumber: Data diolah (2023) (Unit)
Seperti yang bisa diperhatikan dalam tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa ada beberapa bagian
dari jumlah pemesanan barang dan jumlah penjualan barang yang tidak stabil dan bahkan ada yang
terlihat merugi. Seperti yang bisa dilihat pada tahun 2018, bulan mei, jumlah pemesanan barang yang
dilakukan toko mencapai 814 unit, sementara jumlah barang yang berhasil dijual oleh toko hanya
mencapai 809 unit. Dan tidak hanya bulan itu saja yang menjadi perkara toko dalam jumlah penjualan
barang, bulan selanjutnya pun terjadi hal yang sama. Ketidakstabilan dalam pengendalian permintaan
konsumen dengan pemesanan barang, membuat toko merugi walaupun memang ada di beberapa bulan,
jumlah penjualan barang melebihi jumlah pemesanan barang, namun hal tersebut tentu bukan menjadi
jaminan untuk membawa keuntungan berlangsung untuk toko. Hal tersebutlah yang akan membawa
nasib keberlangsungan toko ada di ujung tanduk. Metode perhitungan tradisional toko memang terlihat
lebih mudah dilakukan, namun tidak dapat menjamin masa depan toko untuk bisa memprediksi
keinginan atau kebutuhan konsumen. Maka daripada itulah perubahan metode perhitungan perlu
dilakukan.
Biaya Persediaan
Menurut hasil dari wawancara yang dilakukan dengan pemilik Toko Daniel Tasikamalaya,
dapat disimpulkan bahwa biaya persediaan yang dilakukan oleh toko di bagi menjadi 2 bagian yaitu
757
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Biaya pemesanan terdiri dari biaya pengiriman dan biaya
bongkar barang. Sementara untuk biaya penyimpanan terdiri dari biaya administrasi gudang, biaya
listrik, biaya kerusakan barang, dan biaya gaji karyawan. Berikut merupakan data biaya persediaan yang
dilakukan oleh Toko Daniel Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:
Tabel 3 Data Biaya Persediaan Tahun 2017-2021
Biaya Persediaan Barang Dagang
Jenis Biaya
Tahun
2017
2018
2019
2020
2021
Biaya Pemesanan
Biaya Pengiriman
328.000
320.000
320.000
340.000
334.000
Biaya Bongkar
240.000
180.000
235.000
240.000
240.000
Biaya Penyimpanan
Biaya Adm Gudang
215.000
215.000
215.000
220.000
220.000
Biaya Listrik
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
4.800.000
Biaya Kerusakan
100.000
55.000
50.000
100.000
50.000
Gaji Karyawan
30.000.000
30.000.000
30.000.000
30.000.000
30.000.000
Total Persediaan
35.683.000
35.570.000
35.620.000
35.700.000
35.644.000
Sumber: Data diolah (2023)
Dapat dilihat pada tabel 3 bahwa total biaya persediaan secara keseluruhan pada tahun 2017
mencapai Rp.35.683.000, lalu pada tahun 2018 biaya persediaan mencapai Rp.35.570.000, lalu pada
tahun 2019 biaya persediaan mencapai Rp.35.620.000, lalu pada tahun 2020 biaya persediaan mencapai
Rp.35.700.000, dan pada tahun 2021 biaya persediaan mencapai Rp.35.644.000.
Frekuensi Pemesanan Barang Dagang
Menurut hasil wawancara dengan pemilik Toko Daniel Tasikmalaya, dikatakan bahwa frekuensi
pemesanan barang dagang dapat terhitung jelas dari pemesanan barang yang dilakukan setiap minggu.
Toko sudah memiliki jadwal tetap yang dilakukan mengenai kapan dan apa saja barang yang akan
dipesan. Dan sudah didiskusikan bersama bahwa jumlah frekuensi pemesana barang yang dilakukan
pada tahun 2017, 2018, 2019, 2020, dan 2021 berfrekuensi 48 kali per tahun.
Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Seperti yang dibahas sebelumnya, persediaan pengaman (safety stock) bermanfaat untuk
mengamankan proses produksi seandainya ada kekurangan barang dagang yang akan dijual. Persediaan
pengaman ini dilakukan demi menjaga prosesnya penjualan berlangsung agar tidak terhambat
diakibatkan kekurangan stok atau persediaan barang. Menurut wawancara yang dilakukan dengan
pemilik Toko Daniel Tasikmalaya mengatakan bahwa sistem atau perhitungan toko tidak menerapkan
atau memperhitungkan persediaan pengaman, karena itulah toko hanya melakukan pemesanan barang
dagang dikala barang tersebut sudah habis.
Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Dalam usaha produksi maupun dagang, adanya perhitungan titik pemesanan kembali (reorder
point) tentu menjadi hal yang penting dilakukan karena metode ini membantu setiap usaha dalam
perhitungan kapan dilakukannya lagi pemesanan barang dengan waktu yang tepat agar tidak
menganggu proses penjualan maupun usaha.Tanpa adanya metode ini maka keakurasian dalam
menentukan kapan memesan barang kembali menjadi tidak menentu sehingga saat ingin memesan
barang namun karena belum waktunya untuk memesan, akan menghambat proses penjualan
dikarenakan supply atau persediaan barang yang kosong. Menurut hasil dari wawancara yang dilakukan
dengan pemilik Toko Daniel Tasikmalaya dikatakan bahwa pemilik toko tidak menggunakan metode
ini sehingga sangat berpengaruh terhadap proses penjualan barang dagang yang terjadi disaat barang
yang ingin dijual tidak ada stoknya.
Analisis Persediaan Barang Dagang
Perhitungan Biaya Menurut Kebijakan Perusahaan
758
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
1. Perhitungan Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan
a. Biaya Pemesanan setiap kali pesan (S) =


- Tahun 2017 =


= Rp. 11.833
- Tahun 2018 =


= Rp. 10.416
- Tahun 2019 =


= Rp. 11.562,5
- Tahun 2020 =


= Rp. 12.083
- Tahun 2021 =


= Rp. 11.958
b. Biaya Penyimpanan per satuan barang dagang (H) =


- Tahun 2017 =


= Rp. 3.883
- Tahun 2018 =


= Rp. 3.761
- Tahun 2019 =


= Rp. 3.221
- Tahun 2020 =


= Rp. 3.233
- Tahun 2021 =


= Rp. 2.232
c. Frekuensi Pembelian (F)
- Tahun 2017 =


= 48 kali
- Tahun 2018 =


= 48 kali
- Tahun 2019 =


= 48 kali
- Tahun 2020 =


= 48 kali
- Tahun 2021 =


= 48 kali
d. Pembelian rata-rata barang dagang (Q)
- Tahun 2017 =


= 188 unit
- Tahun 2018 =


= 194 unit
- Tahun 2019 =


= 226 unit
- Tahun 2020 =


759
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
= 226 unit
- Tahun 2021 =


= 327 unit
e. Total Biaya Persediaan (TIC)
- Tahun 2017 = (188 x 3.883,5434638 + (11.833,3333333 x 48)
= Rp. 1.298.106
- Tahun 2018 = (194 x 3.761,26126126 + (10.416,6666667 x 48)
= Rp. 1.223.684
- Tahun 2019 = (227 x 3.221,99761095 + (11.562,5 x 48)
= Rp. 1.286.393
- Tahun 2020 = (226 x 3.233,5880674 + (12.083,3333333 x 48)
= Rp. 1.310.790
- Tahun 2021 = (327 x 2.232,47819721 + (11.958,3333333 x 48)
= Rp. 1.304.020
Perhitungan Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan Metode EOQ
1. Pemesanan Barang Dagang Ekonomis
Dasar dari perhitungan hasil pemesanan yang ekonomis ini dapat dilihat pada tabel 4berikut ini:
Tabel 4 Persediaan Barang Dagang Selama 5 Tahun
Tahun
Total Barang
Dagang
(D) unit
Rata-Rata
Pemesanan
(Q) unit
Biaya
Pemesanan
(S) rupiah
Biaya
Penyimpanan (H)
rupiah
Frekuensi
Pembelian (F) kali
2017
9.042
188,375
11.833,3333
3.883,543464
48
2018
9.324
194,25
10.416,66667
3.761,261261
48
2019
10.883
226,7291667
11.562,5
3.221,997611
48
2020
10.861
226,2708333
12.083,33333
3.233,588067
48
2021
15.709
327,2708333
11.958,33333
2.232,478197
48
Sumber: Data diolah (2023)
Seperti yang terlihat dari tabel 4 diatas bahwa dapat dilakukan perhitungan persediaan barang
dagang yang ekonomis dengan penjabaran menggunakan metode EOQ berikut ini:
a. Economic Order Quantity (EOQ)
EOQ =

- Tahun 2017 =


= 
= 234,739790834 dibulatkan menjadi 235 unit
Jadi pemesanan barang dagang ekonomis pada tahun 2017 dengan menggunakan metode
Economic Order Quantity (EOQ) yaitu sebesar 234,739790834 dibulatkan menjadi 235 unit.
- Tahun 2018 =


= 
= 227,255165389 dibulatkan menjadi 227 unit
Jadi pemesanan barang dagang ekonomis pada tahun 2018 dengan menggunakan metode
Economic Order Quantity (EOQ) yaitu sebesar 227,255165389 dibulatkan menjadi 227 unit.
- Tahun 2019 =


= 
= 279,481186458 dibulatkan menjadi 279 unit
760
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Jadi pemesanan barang dagang ekonomis pada tahun 2019 dengan menggunakan metode
Economic Order Quantity (EOQ) yaitu sebesar 279,481186458 dibulatkan menjadi 279 unit.
- Tahun 2020 =


= 
= 284,905567859 dibulatkan menjadi 285 unit
Jadi pemesanan barang dagang ekonomis pada tahun 2020 dengan menggunakan metode
Economic Order Quantity (EOQ) yaitu sebesar 284,905567859 dibulatkan menjadi 285 unit.
- Tahun 2021 =


= 
= 410,233367549 dibulatkan menjadi 410 unit
Jadi pemesanan barang dagang ekonomis pada tahun 2021 dengan menggunakan metode
Economic Order Quantity (EOQ) yaitu sebesar 410,233367549 dibulatkan menjadi 410 unit.
b. Frekuensi Pemesanan
Untuk menentukan Frekuensi Pembelian pada setiap tahun terdapat hasil sebagai berikut ini:
F =

- Tahun 2017 =


= 38,4765957447 dibulatkan menjadi 38 kali
Jadi frekuensi pemesanan barang dagang menurut EOQ adalah 38 kali pada tahun 2017.
- Tahun 2018 =


= 41,0748898678 dibukatkan menjadi 41 kali
Jadi frekuensi pemesanan barang dagang menurut EOQ adalah 41 kali pada tahun 2018.
- Tahun 2019 =


= 39,0071684588 dibulatkan menjadi 39 kali
Jadi frekuensi pemesanan barang dagang menurut EOQ adalah 39 kali pada tahun 2019.
- Tahun 2020 =


= 38,1087719298 dibulatkan menjadi 38 kali
Jadi frekuensi pemesanan barang dagang menurut EOQ adalah 38 kali pada tahun 2020.
- Tahun 2021 =


= 38,3146341463 dibulatkan menjadi 38 kali
Jadi frekuensi pemesanan barang dagang menurut EOQ adalah 38 kali pada tahun 2021.
c. Total Biaya Persediaan (TIC)
Untuk perhitungan persediaan barang dagang yang diperlukan oleh toko, maka dapat
diketahui komponen total biaya persediaan barang dagang dibawah ini:
TIC =

- Tahun 2017 = 
= Rp. 911.622
Jadi total biaya persediaan barang dagang dengan menggunakan metode EOQ ini pada tahun
2017 adalah Rp. Rp. 911.622.
- Tahun 2018 =

= Rp. 854.766
Jadi total biaya persediaan barang dagang dengan menggunakan metode EOQ ini pada tahun
2018 adalah Rp. 854.766.
- Tahun 2019 = 
= Rp. 900.487
Jadi total biaya persediaan barang dagang dengan menggunakan metode EOQ ini pada tahun
761
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
2019 adalah Rp. 900.487.
- Tahun 2020 = 
= Rp. 921.267
Jadi total biaya persediaan barang dagang dengan menggunakan metode EOQ ini pada tahun
2020 adalah Rp. 921.267.
- Tahun 2021 = 
= Rp. 915.837
Jadi total biaya persediaan barang dagang dengan menggunakan metode EOQ ini pada tahun
2021 adalah Rp. 915.837.
d. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Dalam dunia usaha, persediaan pengaman merupakan salah satu hal yang penting untuk
digunakan dalam perusahaan karena metode ini digunakan untuk melindungi perusahaan atau
usaha dari resiko kehabisan barang dagang maupun bahan baku. Salah satu resiko yang didapat
jika sebuah usaha atau perusahaan tidak menggunakan metode ini ialah penghambatan kegiatan
usaha yang tentunya akan menghambat juga aliran keuntungan yang maksimal. Maka dari pada
itulah perhitungan persediaan pengaman harus dilakukan, yaitu sebagai berikut ini:
Safety Stock = (Persediaan Maksimum Persediaan Rata-Rata) x Lead Time
- Tahun 2017 = (1076 754,41667) x 1 hari
= 321,58333
= 322 unit
Jadi persediaan pengaman yang harus tersedia pada tahun 2017 yaitu sejumlah 322 unit barang.
- Tahun 2018 = (923 775,91667) x 1 hari
= 147,08333
= 147 unit
Jadi persediaan pengaman yang harus tersedia pada tahun 2018 yaitu sejumlah 147 unit barang.
- Tahun 2019 = (1076 921,33333) x 1 hari
= 154,66667
= 155 unit
Jadi persediaan pengaman yang harus tersedia pada tahun 2019 yaitu sejumlah 155 unit barang.
- Tahun 2020 = (1161 911,83333) x 1 hari
= 249,16667
= 249 unit
Jadi persediaan pengaman yang harus tersedia pada tahun 2020 yaitu sejumlah 249 unit barang.
- Tahun 2021 = (1710 1313,75) x 1 hari
= 396,25
= 396 unit
Jadi persediaan pengaman yang harus tersedia pada tahun 2021 yaitu sejumlah 396 unit barang.
e. Titik Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Pada umumnya titik pemesanan kembali atau reorder point dilakukan oleh perusahaan
disaat perusahaan tersebut ingin melakukan pemesanan kembali barang dagang, sehingga dengan
kepastiaannya titik pemesanan kembali akan memudahkan penerimaan barang dagang yang
dipesan dengan akurasi waktu yang tepat. Besarnya sisa barang dagang yang masih tersimpan
hingga perusahaan harus melakukan pemesanan kembali merupakan besaran ROP yang sudah
dihitung.
Dengan perhitungan safety stock yang sebelumnya dilakukan, sudah diketahui jumlah
persediaan barang dagang yang dapat dicadangkan atau diamankan sebagai jaminan keamanan
akan keberlangsungan usaha dari resiko kehabisan persediaan barang dagang (Rahman, 2017).
Sementara lead time atau waktu tunggu yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk menunggu
barang dagang yang telah dipesan dengan rata-rata 1 hari dari hari pemesanan. Maka itulah uraian
perhitungan reorder point terhitung sebagai berikut ini:
L =
ROP= (d x L) + ss
762
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
- Tahun 2017 = L =


= 25,1166666667
ROP = (1 x 25,1166666667) + 322
= 347,116666667
= 347 unit
Jadi pada tahun 2017 Toko Daniel harus melakukan pemesanan kembali disaat persediaann
barang dagang hanya tersisa 347 unit.
- Tahun 2018 = L =


= 25,9
ROP = (1 x 25,9) + 147
= 172,9
= 173 unit
Jadi pada tahun 2018 Toko Daniel harus melakukan pemesanan kembali disaat persediaann
barang dagang hanya tersisa 173 unit.
- Tahun 2019 = L =


= 30,2305555556
ROP = (1 x 30,2305555556) +155
= 185,230555556
= 185 unit
Jadi pada tahun 2019 Toko Daniel harus melakukan pemesanan kembali disaat persediaann
barang dagang hanya tersisa 185 unit.
- Tahun 2020 = L =


= 30,1694444444
ROP = (1 x 30,1690000000) + 249
= 279,169444444
= 279 unit
Jadi pada tahun 2020 Toko Daniel harus melakukan pemesanan kembali disaat persediaann
barang dagang hanya tersisa 279 unit.
- Tahun 2021 = L =


= 43,6361111111
ROP = (1 x 436361111111) + 396
= 439,636111111
= 440 unit
Jadi pada tahun 2021 Toko Daniel harus melakukan pemesanan kembali disaat persediaann
barang dagang hanya tersisa 440 unit.
Analisis Perbandingan
Tabel 5
Perbandingan Perhitungan Antara Metode Tradisional Toko Dengan Metode EOQ Tahun 2017
Keterangan
Tanpa EOQ
Metode EOQ
Selisih
Pemesanan rata-rata
188 unit
235 unit
47 unit
Total Biaya Persediaan
Rp.1.298.106
Rp. 911.622
Rp.386.483
Frekuensi Pemesanan
48
38
10
Safety Stock
-
322 unit
-
Reorder Point
-
347 unit
-
Sumber: Data diolah (2023)
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 5, dapat disimpulkan bahwa total biaya persediaan yang
dikeluarkan oleh toko pada tahun 2017 mencapai Rp.1.298.106. Sedangkan menurut perhitungan
dengan metode EOQ total biaya persediaan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 911.622, sehingga pada
akhirnya bila toko menggunakan metode EOQ dapat menghemat biaya hingga Rp.386.483 di tahun
2017 ini
Tabel 6
Perbandingan Perhitungan Antara Metode Tradisional Toko Dengan Metode EOQ Tahun 2018
Keterangan
Tanpa EOQ
Metode EOQ
Selisih
Pemesanan rata-rata
194 unit
227 unit
33 unit
763
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Total Biaya Persediaan
Rp.1.229.684
Rp.854.766
Rp.374.918
Frekuensi Pemesanan
48
41
7
Safety Stock
-
147 unit
-
Reorder Point
-
173 unit
-
Sumber: Data diolah (2023)
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 6 dapat disimpulkan bahwa total biaya persediaan yang
dikeluarkan oleh toko pada tahun 2018 mencapai Rp.1.229.684. Sedangkan menurut perhitungan
dengan metode EOQ total biaya persediaan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp.854.766, sehingga pada
akhirnya bila toko menggunakan metode EOQ dapat menghemat biaya hingga Rp.374.918 di tahun
2018 ini.
Tabel 7
Perbandingan Perhitungan Antara Metode Tradisional Toko Dengan Metode EOQ Tahun 2019
Keterangan
Tanpa EOQ
Metode EOQ
Selisih
Pemesanan rata-rata
227 unit
279 unit
52 unit
Total Biaya Persediaan
Rp.1.286.393
Rp.900.487
Rp.385.905
Frekuensi Pemesanan
48
39
9
Safety Stock
-
155 unit
-
Reorder Point
-
185 unit
-
Sumber: Data diolah (2023)
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 7, dapat disimpulkan bahwa total biaya persediaan yang
dikeluarkan oleh toko pada tahun 2019 mencapai Rp. Rp.1.286.393. Sedangkan menurut perhitungan
dengan metode EOQ total biaya persediaan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp.900.487, sehingga pada
akhirnya bila toko menggunakan metode EOQ dapat menghemat biaya hingga Rp.385.905 di tahun
2019 ini.
Tabel 8 Perbandingan Perhitungan Antara Metode Tradisional Toko Dengan Metode EOQ
Tahun 2020
Keterangan
Tanpa EOQ
Metode EOQ
Selisih
Pemesanan rata-rata
226 unit
285 unit
59 unit
Total Biaya Persediaan
Rp.1.310.790
Rp.921.267
Rp.389.523
Frekuensi Pemesanan
48
38
10
Safety Stock
-
349 unit
-
Reorder Point
-
279 unit
-
Sumber: Data diolah (2023)
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 8, dapat disimpulkan bahwa total biaya persediaan yang
dikeluarkan oleh toko pada tahun 2020 mencapai Rp.1.310.790. Sedangkan menurut perhitungan
dengan metode EOQ total biaya persediaan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp.921.267, sehingga pada
akhirnya bila toko menggunakan metode EOQ dapat menghemat biaya hingga Rp. Rp.389.523 di tahun
2020 ini.
Tabel 9 Perbandingan Perhitungan Antara Metode Tradisional Toko
Dengan Metode EOQ Tahun 2021
Keterangan
Tanpa EOQ
Metode EOQ
Selisih
Pemesanan rata-rata
327 unit
410 unit
83 unit
Total Biaya Persediaan
Rp.1.304.020
Rp.915.837
Rp.388.183
Frekuensi Pemesanan
48
38
10
Safety Stock
-
396 unit
-
Reorder Point
-
440 unit
-
Sumber: Data diolah (2023)
Seperti yang dapat dilihat pada tabel 9, dapat disimpulkan bahwa total biaya persediaan yang
dikeluarkan oleh toko pada tahun 2021 mencapai Rp.1.304.020. Sedangkan menurut perhitungan
dengan metode EOQ total biaya persediaan yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp.915.837, sehingga pada
akhirnya bila toko menggunakan metode EOQ dapat menghemat biaya hingga Rp.388.183 di tahun
2021 ini.
764
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Tabel 10
Perbandingan Analisis Total Biaya Persediaan (TIC) Antara Metode Tradisional Toko Dengan
Metode EOQ Tahun 2017-2021
Tahun
TIC Kebijakan Toko
TIC Metode EOQ
Selisih
2017
Rp.1.298.106,17119
Rp.911.622,179228
Rp.386.483,93267
2018
Rp.1.229.684,68469
Rp.854.766,050001
Rp.374.918,634689
2019
Rp.1.286.393,45769
Rp.900.487,715074
Rp.385.905,742616
2020
Rp.1.310.790,90323
Rp.921.267,244566
Rp.389.523,658664
2021
Rp.1.304.020,37049
Rp.915.837,048823
Rp.388.183,321667
Sumber: data diolah (2023)
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa besarnya biaya total persediaan (TIC) untuk setiap barang
dagang pada Toko Daniel Tasikmalaya pada tahun 2017 menurut metode tradisional toko TIC yang
dikeluarkan yaitu sebesar Rp.1.298.106,17119, sedangkan jikalau toko menggunakan metode EOQ
maka TIC yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp.911.622,179228, sehingga toko dapat menghemat biaya
sebesar Rp.386.483,93267. Pada tahun 2018 besarnya biaya total persediaan (TIC) untuk setiap barang
dagang pada Toko Daniel Tasikmalaya menurut metode tradisional toko TIC yang dikeluarkan yaitu
sebesar Rp.1.229.684,68469, sedangkan jikalau toko menggunakan metode EOQ maka TIC yang
dikeluarkan yaitu sebesar Rp.854.766,050001, sehingga toko dapat menghemat biaya sebesar
Rp.374.918,634689. Pada tahun 2019 besarnya biaya total persediaan (TIC) untuk setiap barang dagang
pada Toko Daniel Tasikmalaya menurut metode tradisional toko TIC yang dikeluarkan yaitu sebesar
Rp.1.286.393,45769, sedangkan jikalau toko menggunakan metode EOQ maka TIC yang dikeluarkan
yaitu sebesar Rp.900.487,715074, sehingga toko dapat menghemat biaya sebesar Rp.374.918,634689.
Pada tahun 2020 besarnya biaya total persediaan (TIC) untuk setiap barang dagang pada Toko Daniel
Tasikmalaya menurut metode tradisional toko TIC yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp.1.310.790,90323,
sedangkan jikalau toko menggunakan metode EOQ maka TIC yang dikeluarkan yaitu sebesar
Rp.921.267,244566, sehingga toko dapat menghemat biaya sebesar Rp.389.523,658664. Pada tahun
2021 besarnya biaya total persediaan (TIC) untuk setiap barang dagang pada Toko Daniel Tasikmalaya
menurut metode tradisional toko TIC yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp.1.304.020,37049, sedangkan
jikalau toko menggunakan metode EOQ maka TIC yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp.915.837,048823,
sehingga toko dapat menghemat biaya sebesar Rp.388.183,321667.
Dalam kondisi aktual toko, toko tidak menetapkan jumlah persediaan pengaman (safety stock)
dan titik pemesanan kembali (reorder point) sedangkan dalam metode EOQ, toko harus menyediakan
safety stock dan reorder point. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui jumlah persediaan pengaman
yang dibutuhkan Toko Daniel pada tahun 2017 adalah sebesar 322 unit, tahun 2018 adalah sebesar 147
unit, tahun 2019 adalah sebesar 155 unit, tahun 2020 adalah sebesar 249 unit, dan tahun 2021 adalah
sebesar 396 unit. Dengan adanya safety stock akan sangat berpengaruh terhadap upaya toko dalam
mempertahankan proses penjualan.
Pemesanan kembali menurut kebijakan toko pada saat persediaan barang dagang hampir habis,
dengan metode EOQ toko harus mengadakan pemesanan kembali pada saat persediaan barang dagang
pada tahun 2017 sebanyak 347 unit, tahun 2018 sebanyak 173 unit, tahun 2019 sebanyak 185 unit, tahun
2020 sebanyak 279 unit, dan tahun 2021 sebanyak 440 unit. Ini berarti bahwa pada saat persediaan
barang dagang benar-benar habis, pesanan barang dagang yang telah dipesan selama 1 hingga 2 hari
sebelumnya sudah tiba digudang sehingga proses penjualan tidak harus terhenti karena alasan
keterlambatan supplier mengantarkan pesanan barang.
Berdasarkan analisis diatas, bahwa dibandingkan dengan metode tradisional yang digunakan
toko, metode EOQ dapat lebih menekan biaya persediaan barang dagang atau bisa dikatakan efisien
jika diterapkan pada Toko Daniel Tasikmalaya. Dengan kata lain, pengendalian yang dilakukan toko
masih belum optimal.
Hasil perbandingan menunjukkan bahwa dari sisi pemesanan barang dagang, toko belum
menerapkan efisiensi secara optimal. Hal ini terlihat dari perhitungan yang berdasarkan tabel 11 berikut
ini:
Tabel 11
765
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Perbandingan Jumlah Pemesanan Unit Barang Antara Metode Tradisional Toko Dengan
Metode EOQ Tahun 2017-2021
Tahun
Kebijakan Toko (unit)
Metode EOQ (unit)
Selisih
2017
188
235
47
2018
194
227
33
2019
227
279
52
2020
226
285
59
2021
327
410
83
Sumber: data diolah (2023)
Pada Tabel 10 terlihat bahwa kebijakan jumlah pemesanan yang diterapkan toko jauh lebih
rendah dari jumlah pemesanan ekonomis yang seharusnya dilakukan oleh toko. Perbedaan jumlah unit
dalam melakukan pemesanan yang dilaksanakan oleh toko dengan jumlah pemesanan ekonomis
berakibat pada jumlah biaya pemesanan yang harus ditanggung.
Biaya pemesanan dan biaya penyimpanan persediaan merupakan komponen total biaya
persediaan yang harus ditanggung toko selama periode tertentu (Najiha et al., 2022). Dari data yang
ada, diketahui salah satu contoh jumlah total biaya yang harus ditanggung toko pada tahun 2017 adalah
sebesar Rp.1.298.106,17119. Biaya ini jumlahnya jauh lebih besar bila dibandingkan dengan total biaya
persediaan metode EOQ yang jumlahnya hanya sebesar Rp.911.622,179228, ini berarti penerapan
manajemen persediaan metode EOQ pada Toko Daniel menghasilkan efisiensi sebesar 29,8% bila
dibandingkan dengan kebijakan manajemen persediaan yang selama ini diterapkan oleh Toko Daniel.
Frekuensi pemesanan barang yang dilakukan oleh toko jauh lebih banyak apabila dibandingkan
dengan frekuensi pemesanan barang yang dilakukan dengan metode EOQ (Lestari et al., 2019).
Frekuensi pemesana n barang ini sangat berpengaruh pada jumlah biaya pemesanan dan jumlah biaya
penyimpanan. Selain itu frekuensi pemesanan barang juga mempengaruhi kualitas persediaan barang
serta kelancaran proses penjualan.
Dari pembahasan yang sudah dijelaskan, pengendalian barang dagang menggunakan Economic
Order Quantity (EOQ) lebih efisien dalam total perhitungan selisih biaya yang dikeluarkan oleh toko
lebih hemat. Hal tersebut disebabkan karena sistem pemesanan atau frekuensi pemesanan yang sudah
bahas sebelumnya, yang dilakukan oleh Toko Daniel lebih sedikit. Sedangkan dengan menggunakan
metode EOQ, Toko Daniel dapat menghemat biaya persediaan barang dagang sehingga dapat
meghasilkan penghasilan keuntungan yang lebih optimal.
Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Kristianto et al., (2021) Pangestika dengan penelitian
Pengendalian Persediaan Bahan Baku PT.X Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity
(EOQ), bahwa dari hasil penelitiannya menunjukkan antara metode manajemen persediaan PT.X
dengan metode EOQ, yaitu PT.X seharusnya menerapkan nventory control level. Dengan
penerapannya, maka PT.X dapat menghemat biaya sebesar Rp.709 juta dengan tingkat efisiensinya
yaitu 20.82%. Juga dengan metode EOQ, PT.X dapat mengefisiensikan total biaya persediaan mencapai
20% sampai 30%. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian, yang menunjukkan adanya efisiensi total biaya
perseediaan lebih dari 20%. Sama halnya dengan Toko Daniel yang memiliki tingkat efisiensi total
biaya persediaan lebih dari 20% yaitu sebesar 29,8% dengan penerapan metode EOQ ini.
Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam pengelolaan persediaan untuk menekan pemborosan
adalah dengan menerapkan metode EOQ dalam menentukan jumlah pembelian barang. Kegiatan
pengelolaan persediaan yang paling efisien membutuhkan kebijakan sebagai pedoman dalam
melakukan tindakan. Ketidak tepatan kebijakan yang dirumuskan dapat menimbulkan ketidak efisienan.
Secara keseluruhan penetapan metode EOQ pada manajemen persediaan Toko Daniel selama 5
tahun itu akan meningkatkan efisiensi biaya persediaan barang dagang. Terbukti dari data-data yang
ada bahwa dengan metode EOQ adanya penekanan pemborosan-pemborosan yang terjadi dengan
pengadaan pengawasan terhadap persediaan barang dagangnya.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan uraian pada baba pembahasan yang telah dibuktikan pada
766
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Toko Daniel Tasikmalaya, maka peneliti dapat menarik kesimpulan yaitu pengendalian Persediaan
Barang Dagang yang dilakukan oleh Toko Daniel Tasikmalaya kurang efisien dan terjadinya
pemborosan barang dan biaya. Dan juga dapat dilihat dari frekuensi pemesanan barang yang sangat
tinggi yang pada akhirnya hanya akan memperbesar biaya pemesanan sehingga dapat dikatakan kurang
optimal terutama pada laba Perusahaan.
Perhitungan persediaan barang dagang dengan metode EOQ dapat dijadikan sebagai
pengendalian persediaan pada Toko Daniel Tasikmalaya, hal ini dapat dilihat dari hasil pembahasan
yang dilakukan, dimana dengan menggunakan kebijakan toko total persediaan barang dagang yang
harus dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan total persediaan jika menggunakan metode EOQ
yang dapat membantu toko menghemat total biaya persediaan sehingga sangat tepat jika dijadikan
sebagai pengendalian persediaan barang dagang pada Toko Daniel Tasikmalaya. Contohnya pada tahun
2017 Total biaya persediaan yang harus dikeluarkan toko adalah sebesar Rp.1.298.106,17119 sementara
dengan metode EOQ, biaya persediaan yang dikeluarkan hanya sebesar Rp.911.622,179228. Terjadi
penghematan biaya persediaan yaitu sebesar Rp.386.483,93267.
Menurut EOQ frekuensi pemesanan barang yang dilakukan hanyalah sebesar 38 kali dalam tahun
2017 dengan jumlah pemesanan rata-rata yaitu 235unit barang. Sementara menurut kebijakan toko,
frekuensi pemesanan yang dilakukan pada tahun 2017 adalah sebsar 48 kali, dengan jumlah pemesanan
rata-rata yaitu 188unit barang. Dapat terlihat perbedaannya bahwa dengan Metode EOQ dapat
menghemat total biaya persediaan dengan pemesanan rata-rata yang lebih banyak, namun dengan
frekuensi pemesanan yang lebih sedikit dibandingkan dengan kebijakan toko yang dapat terjadi
pemborosan dalam biaya maupun barang. Metode EOQ dapat membantu toko dalam mencapai tingkat
pemesanan persediaan barang dan frekuensi pemesanan barang yang optimal, disertai persediaan
pengaman (safety stock), titik pemesanan kembali (reorder point), dan total biaya persediaan yang dapat
berpengaruh besar terhadap upaya perusahaan dalam meminimumkan biaya persediaan barang dagang.
Jadi hasil analisis persediaan barang dagang lebih efsisien dan lebih optimal jika toko menggunakan
Metode Economic Order Quantity (EOQ).
DAFTAR PUSTAKA
Diaz, A. P., & Retnani, E. D. (2015). Penerapan Metode Jit Pembelian Bahan Baku Dalam
Meningkatkan Efisiensi Biaya Bahan Baku. Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi (Jira), 4(10).
Evitha, Y. (2019). Pengaruh Penerapan Metode Economic Order Quantity (Eoq) Terhadap
Pengendalian Persediaan Bahan Baku Produksi Di Pt. Omron Manufacturing Of Indonesia. Jurnal
Logistik Indonesia, 3(2), 88100.
Ferdi, F. (2020). Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Aktivitas Ekonomi Masyarakat Di Desa
Salumpaga, Kecamatan Tolitoli Utara. Geosee, 1(2).
Firdaus, I., & Kasmir, A. N. (2021). Pengaruh Price Earning (Per), Earning Per Share (Eps), Debt To
Equity Ratio (Der) Terhadap Harga Saham. Jurnal Manajemen Dan Bisnis, 1(1), 4057.
Khairiyah, D., & Yunita, M. (2018). Pengaruh Nilai Emosional, Nilai Sosial, Nilai Kualitas Dan Nilai
Fungsional Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Merek Tvs Di Kota Bengkulu.
Ekombis Review: Jurnal Ilmiah Ekonomi Dan Bisnis, 6(2).
Kholik, A. (2017). Analisis Pengendalian Persediaan Pada Toko Aneka Buah Cemerlang Kudus. Stain
Kudus.
Kristianto, F. P., Widianto, W., & Pangestika, E. (2021). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Pt. X Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (Eoq). Jurnal Penelitian Dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Unsiq, 8(2), 150158.
Kumar, R. (2016). Economic Order Quantity (Eoq) Model. Global Journal Of Finance And Economic
Management, 5(1), 15.
Lestari, P., Darwis, D., & Damayanti, D. (2019). Komparasi Metode Ecomomic Order Quantity Dan
Just In Time Terhadap Efisiensi Biaya Persediaan. Jurnal Akuntansi, 7(1), 3044.
Najiha, Z., Wijayani, W., & Runanto, D. (2022). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Menggunakan Metode Economic Order Quantity (Eoq) Untuk Kelancaran Produksi Pada Home
767
Nathalia Christyani Dirtaniawan
Analisis Pengendalian Persediaan Barang Dagang Dengan
Metode EOQ
e-ISSN 2774-5155
p-ISSN
2774-5147
Industry Sumpia Lintang Kebumen. Volatilitas, 4(3).
Pratama, R. (2021). Analisis Pengendalian Persediaan Dalam Usaha Untuk Meminimalisasi Kehilangan
Persediaan Barang Dagangan Pada Naga Swalayan Pekanbaru. Universitas Islam Riau.
Rahman, K. (2017). Analisis Persediaan Bahan Baku Semen Mortar Menggunakan Metode Economic
Order Quantity (Eoq) Untuk Meningkatkan Efisiensi Harga Pokok Produksi Pada Pt. Maduroo
Internasional. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Rusdiana, A. (2014). Manajemen Operasi. Pustaka Setia.
Sarwono, J. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif.
Sasangka, I. (2018). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Volume Penjualan Pada Mini Market
Minamart’90 Bandung. Jurnal Ilmiah Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi (Mea), 2(1), 129154.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License