Jurnal
Sosial dan Teknologi (SOSTECH) Volume 3,
Number 10, Oktober 2023
ANALISIS
DAMPAK BENCANA BANJIR LAHAR DINGIN DI DESA SUMBERWULUH KECAMATAN CANDIPURO Ahmad Fauzan Fadlan, Nurcholis Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Dharma Bumiputera, Jakarta, Indonesia Email : [email protected], [email protected] |
Abstrak Desa Sumberwuluh merupakan salah satu desa di
Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang, yang mana di desa tersebut terdapat
sungai (aliran air) yang cukup lebar yaitu Kali Regoyo namanya, namun antara
kondisi ketinggian palung sungai dan permukiman warga serta lahan penghasilan
warga hanya di bentengi tanggul setinggi 20meter dengan lebar 12meter
sepanjang dari hulu sungai / kali Regoyo di bawah gladak / Jembatan Perak
yang terputus oleh bencana erupsi semeru tahun 2021 kemarin. Akibat dari
erupsi tersebut material yang mengisi kali Regoyo tersebut sangat banyak dan
sampai meluap karena sungai tidak mampu menampung serta akibat adanya
aktifitas tambang yang membuat tanggul penangkis sehingga pada saat hujan dan
banjir lahar dingin terhenti sehingga meluap ke perkampungan dan lahan
pertanian warga. Sehingga peneliti bermaksud melakukan penelitian di Desa
Sumberwuluh Kecamatan Candipuro terkait banjir lahar dingin tersebut. Pada
tanggal 07/07/2023 kemarin terjadi banjir lahar dingin yang sangat dahsyat
sehingga memutus jembatan gantung yang dibangun oleh pemerintah senilai 9
miliar dan baru di resmikan tahun 2021 kemarin. Adapun tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mencari tahu penyebab dari banjir lahar dingin yang meluap
ke perkampungan dan mencari solusi terkait masalah banjir tersebut.
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian lapangan (Field
Research), yaitu dengan
melakukan tinjauan ke lokasi penelitian secara langsung untuk melihat keadaan
dari Desa Sumberwuluh. Kemudian pengumpulan datanya dilakukan dengan metode
kualitatif dengan melakukan wawancara terhadap Kepala Dusun, Kaur Desa,
sekretaris dan warga desa tersebut untuk mengetahui pasti penyebab jebol nya
tanggul dan meluapnya banjir di Desa Sumberwuluh. Seluruh masyarakat
merasakan dukungan sosial yang telah diberikan, akan tetapi tidak semua anggota
masyarakat berpartisipasi dalam berbagai macam pelatihan yang di
selenggarakan. Kata kunci: bencana Alam,
Penanggulangan Bencana dan Banjir Lahar Dingin Abstract Sumberwuluh
Village is one of the villages in Candipuro District, Lumajang Regency, where
in the village there is a fairly wide river (water flow), namely the Regoyo
River, but between the conditions of the height of the river trough and
residential areas and residents' income land is only fortified by a
20-meter-high embankment with a width of 12 meters along the upper reaches of
the river / Regoyo River under the gladak / Silver Bridge which was cut off
by the 2021 Semeru eruption disaster yesterday. As a result of the eruption,
the material that filled the Regoyo river was very much and overflowed
because the river was unable to accommodate and due to mining activities that
made the dike deterrent so that during rains and floods cold lava stopped so
that it overflowed into villages and agricultural land of residents. So researchers
intend to conduct research in Sumberwuluh Village, Candipuro District,
related to the cold lava flood. On 07/07/2023 yesterday there was a cold lava
flood that was so devastating that it cut off the suspension bridge built by
the government worth 9 billion and was only inaugurated in 2021 yesterday.
The purpose of this study is to find out the cause of the cold lava flood
that overflowed the village and find solutions related to the flood problem.
This research was conducted using field research methods (Field Research),
namely by conducting a review of the research location directly to see the
situation of Sumberwuluh Village. Then the data collection was carried out
using qualitative methods by conducting interviews with the Head of the
Hamlet, Village Kaur, secretary and villagers to find out for sure the cause
of the levee breach and overflow of floods in Sumberwuluh Village. The whole
community feels the social support that has been provided, but not all
community members participate in the various kinds of training that are held. Keywords:
Natural Disasters, Disaster Management and Cold Lava Floods |
PENDAHULUAN
Banjir adalah air yang meluap
dan menggenang dengan kuantitas yang sangat besar. Sedangkan pengertian banjir
lahar dingin adalah banjir yang terjadi akibat meluapnya sungai aliran lahar
dingin. Sungai biasanya di pakai oleh pemerintah sebagai aliran akhir dari lava (Jannah &
ITRATIP, 2017). Hal ini dilakukan, karena
lava adalah magma yang keluar dari dalam bumi. Magma adalah cairan panas di
dalam bumi. Panas dari lava dapat mencapat 700 hingga 1200 derajat celsius.
Lava yang panas, memiliki
dampak yang lebih merusak, sehingga lava dialirkan ke sungai untuk mencegah
bencana yang lebih besar (Indarwati, 2019). Lava yang telah bercampur
dengan air, akan menjadi lahar dingin. Sungai yang telah bercampur dengan lava,
maka kuantitas dari sungai bertambah. Selain itu, jika telah turun hujan, maka
kuantitas akan semakin bertambah. Sungai memiliki kapasitas terbatas dalam
menampung lahar dingin. Lahar dingin yang tidak tertampung akan meluap ke
sekitar aliran sungai dan menjadi banjir lahar dingin (Mutia et al., 2020). Semakin banyak air yang
bercampur dengan lahar dingin, maka kecepatan dari lahar dingin akan semakin
cepat. Kecepatan gerak lahar dingin dapat mencapai 22 mph per detik hingga 60
mph perdetik atau sama dengan 100 km per detik (Laily, 2021). Oleh karena itu banjir lahar
dingin, dapat berupa banjir bandang.
Banjir lahar dingin adalah
salah satu jenis bencana alam yang diakibatkan oleh aktivitas gunung api (Nasarudin, 2022). Saat gunung api meletus dan
mengeluarkan lava, batuan besar ikut keluar, dan terseret pada liran lava.
Akibatnya lahar dingin yang berawal dari lava, juga membawa materi batuan besar
yang sama. Oleh karena itu, banjir lahar dingin memiliki tingkat kerusakan yang
cukup besar terutama pada manusia.
Maka dari itu perlu adanya
penanganan khusus dampak dari banjir lahar dingin yang telah menimpa Desa
Sumberwuluh Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang terutama pada pentingnya
menanamkan kesadaran kepada masyarakat sikap kesiapsiagaan, peringatan, dan
mitigasi bencana.
Dalam UU No. 24 tahun 2007
kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang atau
sekelompok orang untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Menurut Rosyida & Adi, (2017) dimana
sikap siaga merupakan salah satu proses manajemen bencana, pentingnya
kesiapsiagaan menjadi salah satu elemen penting dari kegiatan pencegahan
pengurangan risiko bencana. Kegiatan yang dilakukan ini sebagai upaya
antisipasi dan pengurangan risiko bencana yang mana dapat berupa pengetahuan
yang dimiliki seseorang dan sikap yang dilakukan. Sedangkan pengetahuan menjadi
faktor paling utama dan menjadi kunci untuk sikap kesiapsiagaan (Kurniawati &
Suwito, 2017). Pengetahuan yang dimiliki
dalam diri seseorang biasanya dapat memengaruhi sikap dan kepedulian untuk siap
siaga dalam mengantisipasi bencana.
Jenis penelitian yang digunakan
adalah penelitian kualitatif. Dimana jenis penelitian kualitatif adalah
penelitian yang datanya bersifat deskripsi dan tidak melalui prosedur
statistik. Sebab dalam penelitian kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan
arti dari suatu peristiwa interaksi tingkah laku manusia dalam situasi tertentu
berdasarkan perspektif peneliti. Yang mana penelitian bertujuan untuk memahami
objek yang diteliti secara mendalam (Gunawan,
2022). Dalam penelitian kualitatif
jumlah teori akan lebih banyak karena harus disesuaikan dengan fenomena yang
dialami, dirasakan, dan dipikirkan di lapangan. Peneliti akan mencari makna dan
pemahaman tentang suatu fenomena atau kehidupan masyarakat yang terlibat
langsung maupun tidak langsung dari setting yang diteliti (Winarni,
2021)
Penelitian dilakukan dengan metode
penelitian lapangan (Field Research), yakni berupa peninjauan ke lokasi
untuk memperoleh data yang dibutuhkan dan banyak mengambil kajian teori dari
referensi yang sudah ada sebelumnya. Kemudian dalam teknik pengumpulan data
digunakan metode pengumpulan data kualitatif. Dimana menurut Darlington dan
Scott, metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif terdiri dari
wawancara secara mendalam dan obesevasi. Menurut Rachmawati, (2017) ada dua cara dalam melakukan
penelitian kualitatif yaitu wawancara ini yakni proses pengumpulan data dengan
cara tanya jawab langsung kepada objek yang akan diteliti. Dengan wawancara
peneliti akan mendapatkan berbagai informasi mengenai objek tujuan yang akan
diteliti, yakni kasus banjir yang sering terjadi di Desa Sumberwuluh. Observasi
yang dimaksud dalam penelitian ini yakni pengamatan dan analisa mengenai
perilaku, konteks subjek dan objek penelitian. Sebab observasi bermanfaat untuk
mengumpulkan berbagai data analisis dari perilaku dan interaksi sosial yang ada
di Desa Sumberwuluh.
Penelitian dilakukan di Desa
Sumberwuluh yakni merupakan salah satu desa di Kecamatan Candipuro Kabupaten
Lumajang, yang mana di desa ini terdapat sungai (aliran air) yang cukup lebar
yaitu Kali Regoyo namanya, namun antara kondisi ketinggian palung sungai dan
permukiman warga serta lahan penghasilan warga hanya di bentengi tanggul
setinggi 20meter dengan lebar 12meter sepanjang dari hulu sungai / kali Regoyo
di bawah gladak / Jembatan Perak yang terputus oleh bencana erupsi semeru. Maka
dari itu peneliti menjadi tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut
berdasarkan metode yang akan dilakukan.
Kondisi Wilayah
Sumberwuluh merupakan salah satu desa yang
berada di Kecamatan Candipuro Kabupaten Lumajang. Desa ini merupakan desa yang
memiliki tanah yang luas, yang mana dominan di penuhi sebagai lahan pertanian
berbagai jenis tanaman seperti padi, cabai, pohon sengon, pohon kelapa dan
lain-lain. Di desa ini juga memiliki sungai yang lumayan panjang, dan Sungai
Regoyo merupakan sungai utama dari Gunung Semeru Namun karena kondisi tanah
yang kurang baik (cekung) menjadikan seringkali terjadinya luapan air atau
banjir di desa tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
faktor hujan, kondisi tanah dan adanya sekat tambang yang di buat oleh
pengusaha tambang yang ada di daerah ini yang menjadi penghalang air mengalir.
Hujan merupakan sebab utama yang menjadikannya desa tersebut mengalami
kebanjiran atau meluapnya air.
Disebabkan karena minimnya bahkan tidak
adanya saluran air yang memadai karena menumpuknya material pasir dan batu dari
Gunung Semeru sebagai jalannya air menuju tempat yang lebih rendah. Hujan yang
terus turun di setiap waktu menjadikan penambahan kapasitas air yang kemudian
meluap ke area pertanian dan jalanan. Derasnya air membawa genangan yang cukup
besar dan membuat lahan pertanian kelebihan air (Amalia et al., 2022).
Hal inilah yang memicu kematian tanaman dan
mengakibatkan kerugian, karean tertimbun material pasir dan batu serta air yang
masih panas saat banjir datang. Kondisi tanah di desa sirau ini tidaklah
dikatakan datar, melainkan cekung, karena desa ini berada di tengah-tengah
empat desa di sekitarnya. Adanya persebaran tanah pertanian yang sangat luas
dan subur menjadikan petani adalah pekerjaan sebagian masyarakat Desa
Sumberwuluh. Mereka mencukupi beragam kebutuhan hidup melalui hasil pertanian
yang mereka garap.
Selain karena faktor hujan deras dan
kondisi tanah yang cekung, faktor penyebab banjir ini dikarenakan adanya
penghalang air di tengah sungai yang cukup lebar tetapi tidak dalam/aktifitas
tambang yang membuat sekat atau penghalang melintang. Sungai inilah yang
merupakan jalur lintas atau hanya jalur lewatnya air dari Gunung Semeru
tersebut, namun karena adanya penambahan tumpukan material sehingga membuat
meluap dan menjebol tanggul penahan. Yang mana jalur sungai yang tersebut
merupakan jalur utama dari Gunung Semeru untuk mengalirnya air ke pantai atau
kelautan. Maka dari faktor tersebut, banjir lahar dingin tidak bisa dihindari
lagi. Banyak sekali kerugian akibat gagal panen karena lahan tani mengalami
kerusakan akibat banjr tersebut yang memenuhinya. Sehingga akibat hujan yang tak
bisa diprediksi secara pasti menjadikan masyarakat senantiasa waspada terhadap
banjir yang berdampak pada petanian mereka.
Dampak Banjir Lahar
Dampak banjir yang dirasakan oleh
masyarakat Desa Sumberwuluh, khusunya adalah dalam sektor pertanian yaitu gagal
panen. Bahkan, tanaman padi yang baru ditanam sekalipun akhirnya rusak dan para
petani mengalami kerugian. Hal itu terjadi karena material banjir lahar dingin
berupa pasir, batu, kerikil yang menggenang di lahan pertanian warga. Tentunya
para petani harus memutar otak untuk menutupi kerugian tersebut, mulai dari
melakukan pinjaman dan menjual barang pribadi untuk bertahan hidup dan
beraktivitas kembali.
Selain dampak dari sektor pertanian juga
ada dampak dari sektor ekonomi masyarakat yaitu lumpuhnya perekonomian
masyarakat Desa Sumberwuluh dusun kamar kajang, kebon agung, kebondeli utara,
kebondeli selatan. Hal tersebut dikarenakan wilayahnya yang terisolir dan juga
lebih rendah sehingga menyebabkan banjir masuk ke rumah-rumah warga di wilayah
tersebut. Tentunya, hal itu membuat warga tidak bisa bekerja dan beraktivitas
seperti biasa karena terkendala akses jalan (Marfai & Cahyadi,
2017).
Selain itu, sebagian tempat jual-beli,
seperti swalayan, pasar, atau yang memiliki toko kecil terpaksa tutup
sementara. Karena akses jalan yang tergenang air juga membuat masyarakat tidak
bisa berkegiatan di luar rumah, bahkan mau bercocok tanam pun harus menunggu
material pasir diambil terlebih dahulu. Untuk data yang diperoleh dari
assesment ada sekitar 470 rumah yang tergenang material pasir, batu, lumpur dan
air dari 1600 rumah milik warga. Akan tetapi, hal tersebut membuat masyarakat khawatir,
nantinya air akan masuk ke rumah. Hal ini, tentunya menganggu fisik dan psikis
dari masyarakat sendiri. Selain itu, dari warga yang tidak bekerja sebagai
petani juga mengalami kerugian harta benda. Mulai dari kerusakan mobil, motor,
maupun kendaraan lain yang terparkir di luar (Deasy, 2017).
Dampak lain yang ditimbulkan dari banjir di
Desa Sumberwuluh yaitu gangguan kesehatan pada masyarakat. Banyak dari
masyarakat yang mengalami gatal-gatal karena air yang biasa digunakan untuk
mandi bercampur dengan air banjir. Karena air banjir sendiri sudah
terkontaminasi dengan berbagai bakteri dan juga lumpur yang jika digunakan akan
menganggu kesehatan masyarakat. Tentu hal tersebut cukup membahayakan ketika
tidak segera ditangani dengan baik.
Saat ini masyarakat mulai membuat tanggul
sendiri dengan mengisi pasir di zak bekas yang di taruh di bantaran sungai
untuk mengurangi resiko meluapnya banjir lahar dingin lagi.
Upaya Yang Dilakukan Pasca Banjir
Setelah banjir lahar dingin terjadi sungai
Regoyo semakin dangkal dan di penuhi oleh material pasir dan batu. Sedangkan
untuk pohon yang ada di sekitar bantaran DAS kering karena material tersebut masih
dalam kondisi panas, Dan jebol nya tanggul sehingga material masuk ke area
persawahan, dan pertanian serta perkampungan yang ada di desa Sumberwuluh di
mungkinkan jika hujan turun dan akan menambah endapan lagi, pertanian di DAS
tersebut tertunda panen dan masyarakat harus bekerja keras untuk membuat lahan
baru karena sudah tertutup oleh material pasir dan batu, air yang mengalir pun
juga masih dalam kondisi panas, namun pada saat tidak terjadi banjir air yang
mengalir cukup kecil dan di pakai untuk aktivitas tambang secara manual. Jika
pemerintah tidak segera mengambil langkah langkah antisipasi maka kemungkinan
akan meluas ke perkampungan sebelah pun tidak bisa di hinderi (Awaliyah et al., 2014;
Buchari, 2020)
Langkah- langkah yang dapat dilakukan
diantaranya:
a. Menambah tinggi dan lebar tanggul pembatas
b. Perketat pengawasan terkait penambangan
c. Membuka ijin tambang secara terukur dan
terpetakan dengan tepat
Peningkatan pemahaman potensi dan langkah penyelamatan diri kepada warga.
KESIMPULAN
Amalia, N. F.,
Nikmah, L., Nurhidayah, A., & Fariz, I. A. (2022). Analisis Dampak Banjir
Tahunan Di Desa Sirau, Kec. Kemranjen. Jurnal Dinamika Sosial Budaya, 24(1),
206–216.
Awaliyah, N., Sarjanti, E., & Suwarno, S. (2014).
Pengetahuan Masyarakat Dalam Mitigasi Bencana Banjir Di Desa Penolih Kecamatan
Kaligondang Kabupaten Purbalingga. Geo Edukasi, 3(2).
Buchari, R. A. (2020). Manajemen Mitigasi Bencana
Dengan Kelembagaan Masyarakat Di Daerah Rawan Bencana Kabupaten Garut
Indonesia. Sawala: Jurnal Pengabdian Masyarakat Pembangunan Sosial, Desa Dan
Masyarakat, 1(1), 1–7.
Deasy, A. (2017). Dampak Bencana Banjir Terhadap
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kecamatan Batu Benawa Kabupaten Hulu
Sungai Tengah, Kalimantan Selatan. Jpg (Jurnal Pendidikan Geografi), 4(4),
42–52.
Gunawan, I. (2022). Metode Penelitian Kualitatif:
Teori Dan Praktik. Bumi Aksara.
Indarwati, W. (2019). Analisis Dampak Bencana Aliran
Lahar Dingin Gunungapi Merapi Terhadap Tata Guna Lahan Disekitarnya.
Jannah, W., & Itratip, I. (2017). Analisa Penyebab
Banjir Dan Normalisasi Sungai Unus Kota Mataram. Jurnal Ilmiah Mandala
Education, 3(1), 242–249.
Kurniawati, D., & Suwito, S. (2017). Pengaruh
Pengetahuan Kebencanaan Terhadap Sikap Kesiapsiagaan Dalam Menghadapi Bencana
Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi Universitas Kanjuruhan Malang.
Jpig (Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Geografi), 2(2).
Laily, K. (2021). Buku-Analisis Faktor Potensi
Kemampuan Masyarakat Dalam Pencegahan Banjir Dan Penyakit Berbasis Lingkungan
Di Kabupaten Banjar. Cv. Mine.
Marfai, M. A., & Cahyadi, A. (2017). Dampak
Bencana Banjir Pesisir Dan Adaptasi Masyarakat Terhadapnya Di Kabupaten Pekalongan.
Mutia, E., Lydia, E. N., & Purwandito, M. (2020).
River Map Sungai Krueng Langsa Sebagai Pengendalian Banjir Kota Langsa. Jurnal
Teknologi, 12(2), 141–150.
Nasarudin, N. (2022). Monograf Zonasi Dan
Kesiapsiagaan Masyarakat Di Wilayah Rawan Banjir Lahar Dingin.
Rachmawati, T. (2017). Metode Pengumpulan Data Dalam
Penelitian Kualitatif. Unpar Press, 1, 1–29.
Rosyida, F., & Adi, K. R. (2017). Studi Eksplorasi
Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Kesiapsiagaan Bencana Banjir Di Sd Pilanggede
Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Jurnal Teori Dan Praksis Pembelajaran
Ips, 2(1), 1–5.
Winarni, E. W. (2021). Teori Dan Praktik Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, Ptk, R & D. Bumi Aksara.
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International
License